Anda di halaman 1dari 70

KIMIA FISIKA

SATUAN STUDI 1

GAS DAN TEORI KINETIK GAS

Oleh
IR. MS Tupamahu
Kerjasama
Departemen Teknologi Kimia ITB, dengan
Technishe Hogeschool Twente, Nederland
SATUAN-STUDI 1 : GAS DAN TEORI KINETIK GAS

DAFTAR ISI

Daftar Besaran Ilmiah, Konsep dan prinsip

Pendahuluan

Tujuan

1. Gas daan Teori Kinetik Gas


1.1.Pendahuluan
1.2.Sifat-sifat Gas Ideal
1.2.1. Persamaan keadaan gas ideal
1.2.2. Hukum Dalton
1.2.3. Hukum Amagat
1.2.4. Hukum Graham
1.2.5. Beberapa Penggunaan
1.2.5.1.Penentuan berat molekul
1.2.5.2.Penentuan Tekanan uap zat cair
1.2.5.3.Pemisahan dua jenis gas berdasarkan perbedaan kecepatan
efusi.

1.3.Gas Nyata
1.3.1. Hubungan p.V.T Konsep faktor daya mampat
1.3.2. Persamaan Keadaan Van der Waals
1.3.3. Beberapa implikassi dari persamaan Van der Waals
1.3.3.1.Interpretasi kurva Z-P
1.3.3.2.Isoterm persamaan Van der Waals
1.3.3.3.Evaluasi tetapan-tetapan Van der Waals
1.3.4. Hukum keadaan sehubungan
1.3.5. Beberapa persamaan keadaan lain

1.4.Teori Kinetik Gas


1.4.1. Teori kinetik gas ideal
1.4.2. Distribusi kecepatan molekul
1.4.3. Kapasitas kalor dan prinsip ekipartisi energi
1.4.4. Tumbukan molekul dan jarak bebas rata-rata
1.4.5. Viskositas gas
1.5.Penyelesaian Problema
1.5.1. Skema metode penyelesaian problema secara sistematik
1.5.2. Lembaran penyelesaian problema secara sistematik
1.5.3. Lembaran hubungan pokok
1.5.4. Contoh-contoh soal yang diselesaikan dengan metode PPSS
1.5.5. Soal-soal latihan

Lampiran 1 : Jawaban soal-soal latihan


Lampiran 2 : Daftar berat atom, tetapan dan faktor konversi
Daftar besaran ilmiah, konsep dan prinsip, yang digunakan dalam satuan ini

Dianggap Dibahas dalam satuan ini


telah diketahui
pokok-pokok no. pokok-pokok no. pokok-pokok no.
fatsal fatsal fatsal
Tekanan P Gas ideal 1.2. Kurva Z.P, temp Boyle 1.3.1. Teori kinetik 1.4.1.
Volume V Hukum Boyle, 1.2.1. Isoterm gas nyata 1.3.1. gas ideal
PV=k1 titik kritis 1.3.1. Persamaan 1.4.1.
Temperature t, T Hukum Charles- 1.2.1. Besar-besaran kritis 1.3.1. pokok teori
Gay Lussac = kinetik
Energi translasi 1.4.1.
k2
Diferensial total 1.2.1. Pers . kead . v . d . 1.3.2. Kecepatan akar 1.4.1.
Persamaan
Waals (P+n2a/ V2)(V- kwadrat rata-
keadaan PV=nRT
nb)=nRT rata, Cakr
Atmosfir atm 1.2.2.
Tekanan parsial
Torr (mmHg) 1.3.3. Distribusi 1.4.2.
Hukum Dalton,
Isoterm v.d.Waals 1.3.3. kecepatan
Pt= ∑Pi
Rapat masa p= Tetapan v.d.Waals molekul
Pi=xi.Pt
1.2.3. Kecep. Paling 1.4.2.
1.3.4. boleh jadi Cpb
Volume parsial
Hukum kead. 1.3.4. Kecep rata- 1.4.2.
sehubungan pers. kead. 1.3.4. rata, c
Energi kinetik Hukum Amagat,
tereduksi diagram Prinsip 1.4.3.
Kapasitas kalor Vt=∑Vi
umum faktor daya ekapartisi.
Translasi rotasi Vi=xi.Vt
1.2.4. mampat derajat
Vibrasi Hukum Graham
kebebasan

= 1.2.5.
Berat molekul, 1.3.5. Kap. Kalor Cv 1.4.3.
M= p Tumbukkan 1.4.4.
1.3. Pers. keadaan virial 1.3.5. molekul
Jarak bebas 1.4.4.
Gas nyata Pers. kead. Beattie rata-rata
1.3.1. Bridgeman 1.3.5. Aliran laminer 1.4.5.
Konsep faktor Viskositas gas 1.4.5.
daya mampat Pers. kead. Brethelot
PV=ZnRt
PENDAHULUAN

Dalam satuan-studi ini dibahas tiga masalah pokok, yaitu Gas Ideal, Gas Nyata dan
Teori Kinetik Gas Ideal. Baik untuk gas ideal maupun untuk gas nyata diturunkan beberapa
hubungan penting antara P, V dan T yang sering dipergunakan dalam perhitungan. Pada
umumnya hubungan ini mempunyai penggunaan yang terbatas, dengan kata lain hubungan
ini hanya dapat dipakai pada kondisi tertentu. Perhatikan dengan baik cara penurunannya.

Dalam praktek perhitungan gas seringkali dilakukan dengan menggunakan hukum-


hukum gas ideal. Hal ini sebenarnya hanya dapat dibenarkan apabila syarat-syaratnya (seperti
tekanan rendah dan temperatur tinggi) memungkinkan penggunaan hukum-hukum tersebut.
Oleh karena itu penting sekali untuk menyelidiki terlebih dahulu, dalam persoalan tertentu,
apakah gas yang bersangkutan dapat dianggap ideal, atau apakah ketelitian perhitungan tidak
diperlukan dengan ketelitian yang tinggi. Misalnya dalam penentuan rumus molekul senyawa
organik diperlukan berat molekulnya. Bagi senyawa yang mudah menguap berat molekul ini
dapat dihitung dari data P, V dan T. Karena dalam hal ini berat molekul tidak perlu diketahui
dengan ketelitian tinggi, maka perhitungan dapat dilakukan dengan memakai persamaan gas
ideal.

Bacalah naskah diktat dengan teliti dan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat


didalamnya hendaknya langsung dijawab. Persamaan yang tercantum dalam kotak
merupakan hubungan pokok. Pengetahuan serta penguasaan dari hubungan pokok ini mutlak
diperlikan dalam penyelesaian problema. Pada lembaran hubungan pokok ( lihat hal.51 )
diberikan semua hubungan pokok dari satuan studi ini. Persamaan lain harus dapat
diturunkan dari hubungan pokok ini.

Sebelum dimulai dengan penyelesaian problema, pelajari dahulu skema metode


penyelesaian problema secara sistematik pada hal.48 dan 49, kemudian perhatikan contoh-
contoh soal yang diselesaikan dengan metode ini. Pergunakan lembaran HP bila dimulai
dengan pengerjaan soal-soal latihan. Semua data tentang berat atom, tetapan dan faktor
konversi yang diperlukan tertera pada Lampiran. Metode PPS akan dijelaskan lebih lanjut
dalam kuliah atau dalam responsi.
TUJUAN

Setelah anda mempelajari satuan-studi ini, anda harus dapat :

1. Memberikan definisi yang tepat dari pelbagai pengertian yang tercantum pada Daftar
besaran ilmiah, konsep dan prinsip pada hal ii.

2. Mendemonstrasikan kebolehan anda dalam penguasaan definisi tersebut dengan cara


menarik kesimpulan yang tepat dari ketentuan-ketentuan yang menyangkut definisi
tersebut, umpamanya dalam menganalisa suatu problema.

3. Menulis semua hubungan pokok dengan syarat-syaratnya tanpa melihat dalam diktat
atau dalam lembaran HP.

4. Menggunakan hubungan pokok dalam penyelesaian problema seperti :

a. Perhitungan P, V dan T serta berat molekul, rapat masa, komposisi, dan


sebagainya dari gas ideal dan gas nyata,

b. Perhitungan jumlah tabrakan tiap satuan waktu dalam gas ideal pada tekanan
dan temperatur tertentu,

c. Perhitungan kebolehjadian relatif dengan menggunakan fungsi distribusi


Maxwell dalam keadaan sederhana,

d. Penurunan hubungan baru dari persamaan keadaan dan persamaan pokok teori
kinetik.
I. GAS DAN TEORI KINETIK GAS

1.1. Pendahuluan

Tiap zat dapat berada sebagai padatan, cairan atau gas, bergantung pada
tekanan dan temperatur. Kondisi untuk menemukan zat dalam suatu keadaan tertentu
dapat diturunkan dari diagram fasanya.

Dalam keadaan padat molekul-molekul bergetar pada suatu kedudukan


kesetimbangan tertentu dan praktis tidak berpindah tempat, hal ini menunjukan bahwa
diantara molekul-molekul itu terdapat gaya tarik-menarik yang kuat.
Dalam keadaan cair molekul tidak bergetar pada suatu kedudukan kesetimbangan
tertentu, melainkan relatif bebas untuk bergerak ke segala arah walaupun gerakan ini
sangat terpengaruh oleh molekul-molekul disekitarnya.
Dalam keadaan gas jarak antara molekul-molekul cukup besar sehingga untuk
sebagian besar waktunya molekul bergerak secara bebas ke segala arah dalam garis
lurus. Kecepatan difusi dari molekul-molekul dalam keadaan gas adalah paling besar
dan gas dapat mengisi setiap ruangan bila diletakkan di dalamnya.

Keadaan dari suatu zat tunggal pada umumnya digambarkan oleh empat
variabel keadaan, yaitu massa, tekanan, volume dan temperatur. Hubungan antara
besaran-besaran ini disebut persamaan keadaan. Persamaan keadaan untuk gas dapat
diturunkan dengan relatif mudah dari data eksperimen.

Hasil-hasil eksperimen menunjukan bahwa pada tekanan rendah, secara


pendekatan, semua gas memperlihatkan sifat-sifat yang sama. Sifat-sifat ini yang
terkenal sebagai sifat-sifat ideal akan dibahas pada fatsal 1.2.

Pada umumnya gas tidak bersifat ideal. Perhitungan secara teliti hanya dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan keadaan yang serba rumit atau dengan
metode-metode empiris. Kesulitan disini disebabkan karena tiap gas mempunyai sifat-
sifat yang khas, sehingga tidak mungkin untuk menemukan satu persamaan keadaan
yang dapat dipakai untuk semua gas, seperti halnya pada gas ideal. Pada fatsal 1.3.
akan dibahas beberapa persamaan keadaan untuk gas nyata. Metode perhitungan yang
menggunakan konsep faktor daya mampat juga dibicarakan dengan singkat.

Untuk dapat memberikan suatu landasan teori bagi hukum-hukum yang


didapat secara eksperimen telah dikemukakan suatu teori yang dikenal sebagai Teori
Kinetik. Pembahasan tentang teori ini yang diberikan pada fatsal 1.4. terbatas pada
gas ideal. Teori ini yang didasarkan atas suatu model sederhana, bukan saja dapat
menerangkan fakta-fakta eksperimen yang telah diketahui, melainkan dapat pula
meramalkan hal-hal baru yang ternyata dapat dibuktikan keberadaannya.

7
1.2 Sifat-Sifat Gas Ideal

1.2.1 Persamaan Keadaan Gas Ideal

Oleh Robert Boyle (1668) ditemukan bahwa,dalam batas-batas ketelitian percobaan


yang dilakukannya ,volum V dari sejumlah tertentu gas berbanding terbalik dengan tekanan
P, pada temperature tetap.

Secara matematik,

V∞ Atau (n,T tetap) V=

Persamaan ini,dapat diubah menjadi,

PV = k1 = tetap (n,T tetap) (1.1)

Dengan k1 ialah suatu tetapan yang tergantung pada jumlah mol gas dan pada
temperature.pada (1.1) terkenal sebagai hukum Boyle. Alasan P terhadap V yang
digambarkan pada temperature (lihat gambar 1.1) disebut isotherm gas ideal.

Gmb 1.1 Isoterm gas Ideal (1mo) Gmb 1.2 Isobar gas ideal (1 mol)

Temperatur sama Tekanan sama

Percobaan –percobaan yang dilakukan oleh Charles (1787) dan Gay Lussac (1802)
menunjukan bahwa volume dari sejumlah tertentu gas berbanding lurus dengan temperature
pada tekanan tetap.

Secara matematik,

V∞T Atau (n,P tetap) V = k2T (1.2)

Dengan k2 ialah suatu tetapan yang bergantung pada jumlah mol gas dan pada tekanan.
Aturan V terhadap T pada tekanan tetap disebut isobar gas ideal (lihat gambar 1.2).
Perhatikan bahwa bila T = 0 , V = 0. Dari hukum Boyle dan hukum Charles- Gay Lussac
ternyata bahwa volume gas adalah fungsi darijumlah mol,n tekanan,P,dan temperature,T.

V = f(n,P,T) (1.3)

8
Persamaan ini dapat didiferensialkan sebagai berikut.

dV= ( )P,T dn +( )n,T dp +( )n,P dT (1.4)

Karena volume gas ,pada tekanan dan temperature tetap ,berbanding lurus dengan jumlah mol
gas , maka

V =k3 (P,T tetap), sehingga ( )P,T = k3 = (1.5)

Menurut hukum Boyle

PV = k (n,T tetap),sehingga ( )n,T = - = k1 (1.6)

Menurut hukum Charles – Gay lussac

V = k2T (n,P tetap), sehingga ( )n,P = k2 = (1.7)

Apabila harga-harga ini disubstitusikan kedalam persamaan (1.4) ruas kiri dan ruas kanan
kemudian dibagi denagn V, maka

= - +

Yang dapat diintegrasikan menjadi

In V = In n – In P + In T + In R

Dengan In R ialah tetapan integrasi.

Dengan mengambil antilog dan mengadakan penyesuaian ulang akhirnya diperoleh

PV = n R T (1.8)

Persamaan ini terkenal sebagai persamaan keadaan gas ideal atau hukum gas ideal.

Pertanyaan : Turunkan hukum Boyle dah hukum Charles-Gay Lussac dari hukum gas ideal

Hukum gas ideal tidak menggambarkan sifat – sifat gas nyata secara eksak. Gas nyata hanya
menuruti hukum ini untuk P = 0.

Evaluasi dari tetapan R dalam persamaan (1.8) dapat dilakukan mengingat bahwa satu mol
gas ideal pada 0°C dan 1 atm menempati volume sebesar 22,414 liter. Dari persamaan (1.8)
( )( )
R = (( )(
= 0.08206 liter atm mol-1K-1 (1.9)
)

9
Karena satuan dari R adalah ( energy mol-1K-1 ),maka harganya akan bergantung pada
satuan energy yang dipakai. Padfa table 1.1 diberikan hrga harga R dalam berbagai satuan
energy.

Tabel 1.1

Harga R dalam berbagai satuan

Tekanan Volume Temperature n R (mol-1K-1 )

Atm Liter K mol 0,08206 .atm


Atm Cc K mol 82,06 cc.atm
Dyne cm-2 Cc K mol 8.314 x 109 erg
Torr(mmHg) Cc K mol 62.360 cc.torr
R dalam K mol 8,314 joule
joule(satuan SI)
R dalam Kolori K mol 1.989 kal

1.2.2 Hukum Dalton

Bila dalam suatu volume V, pada temperature tetap,terdapat suatu campuran gas yang
tidak beraksi maka menurut Dalton (1801),tekanan total Pt dalam campuran gas ini adalah
sama dengan jumlah tekanan parsial dari masing-masing komponen

Pt = P1 + P2 + P3+ ……Atau Pt = ∑ (1.10)

Dengan Pi ialah tekanan parsial komponen I dalam campuran gas

Tekanan parsial dari suatu gas dalam campuran gas ialah tekanan dari gas tersebut bila berada
tersendiri dalam volume dan pada temperature yang sama.

Besar tingkat gas dalam campura besifat ideal, maka

P1 V = n1 RT

P2 V = n2 RT

P3 V = n3 RT

(P1+P2 +P3+….) V = (n1 + n2 + n3 +….) RT Atau Pt V = nt RT (1.11)

Dengan nt ialah jumlah total mol gas dalam campuran.

10
Tekanan Parsial dari suatu gas t dalam campuran gas dapat dihitung apabila tekanan total dan
fraksi mol gas tersebut di ketahui.

Pi V = ni RT

Pt V =nt RT

Bila kedua persamaan ini dibagi akan diperoleh

= = xi Atau Pi = x i Pt (V,T tetap) (1.12)

Dengan xi ialah fraksi mol komponen dalam campuran gas.

1.2.3 Hukum Amagat

Hukum ini , yang menyangkut volum parsial suatu gas dalam campuran gas
menyatakan bahwa volum total dari suatu campuran gas adalah sama dengan jumlah volum
parsial masing – masing komponen.

Vt = V1 + V2 +V3 + …. (P,T tetap ) (1.13)

Dengan V1, V2, V3,….. adalah volume parsial dari komponen- komponen ,dan Vt adalah
total.

Volume parsial dari suatu gas dalam campuran gas didefinisikan sebagai volum yang
ditempati oleh gas tersebut bila berada tersendiri pada temperatur dan tekanan total yang
sama

Secara analogi dengan hukum Dalton dapat diturunkan :

P Vt = nt RT (1.14)
Dan Vi = Xi Vt (1.15)

Secara eksak hukum Amagat juga hanya berlaku untuk gas ideal . hukum ini tidak banyak
digunakan disbanding dengan hukum Dalton

1.2.4 Hukum Graham

Efusi adalah suatu proses pengaliran gas melalui suatu lubang kecil . Graham (1846)
yang mempelajari gejala ini menenmukan bahwa laju efusi berbanding terbalik dengan akar
rapat masa gas, pada temperature dan tekanan tetap.

V∞

Laju efusi relative dari dua macam gas , pada temperature dan tekanan yang sama adalah

=√ ( T ,P tetap) (1.16)

11
Bila dalam hal ini volume gas yang berefusi keluar diambil sama besar , maka perbandingan
V1/V2 akan sama dengan perbandingan t2/t1 , dengan t1 dan t2 ialah waktu efusi kedua gas
tersebut. Karena rapat massa berbanding lurus denagn berat molekul maka P2/P1 akan sama
dengan M2/M1 ,sehingga persamaan (1.16) dapat diubah menjadi

= =√ (T, P tetap ) (1.17)

Salah satu penggunaan dari palam persamaan (1.17) ialah dalam penentuan berat
molekul suatu gas bila berat molekul dari suatu gas lain diketahui .

1.2.5 Beberapa penggunaan

1. Penentuan Berat Molekul

Untuk atau uap yang dianggap ideal ,

PV = n R T = RT

Dengan W ialah massa gas , dalam gram , dan M ialah berat molekul

Jadi, M = Atau M= (1.18)

Persamaan (1.18) memungkinkan perhitungan berat molekul M bila rapat massa diukur
pada tekanan P .

Contoh :

Bila rapat massa udara kering adalah 1,146 g/liter pada 27°C dan 740 mmHg. Tentukanlah
(a)”berat molekul udara dan (b) komposisi udara,dengan mengandalkan bahwa udara kering
hanya mengandung N2 dan O2.

Penyelesaian :

(a) Dari persamaan (1.18)


( )( )( )
M= = 28,99 g Mol-1
(b) Andaikan udara mengandung x% berat N2
Jadi,
(28,01) + (32,00) = 28,99 X = 75,5
Udara mengandung 75,5 % N2 dan 24,5% O2

12
2. Penentuan Tekanan Uap Zat cair

Tekanan uap suatu zat cair dapat ditentukan dengan cara mengalirkan suatu gas tertentu
kedalamnya ,kemudian
Campuran gas dan uap dianalisa komposisinya .
Contoh :

Tentukan tekanan uap merkuri pada 23°C bila 50,4 g campuran N2 dan uap Hg , pada
745mmHg,mengandung 0,702 mg Hg

Penyelesaian :

Jumlah Mol dari masing - masing gas dalam campuran adalah :

Mol


Mol

Menurut pers (1.12)1

mmHg

Jadi, tekanan uap Hg pada 23 adalah mmHg .

3. Pemisahan Dua macam Gas Berdasarkan Perbedaan Kecepatan Efusi

Teknik ini a.l. digunakan untuk memisahkan isotop 235U dari isotop 238U dalam
pembuatan bom atom. Untuk keperluan ini uranium alam dikerjakan dengan fluor sehingga
menghasilkan UF6 , suatu zat padat yang sangat mudah menguap (tekanan uap 1 atm pada ke
56 ). Gas UF6 kemudian dialirkan melalui dinding –dinding berpori. Gas 238UF6 akan
berefusi lebih lambat karena berat molekulnya lebih besar, sehingga campuran gas yang
berefusi keluar akan relatif lebih banyak mengandung 236UF6.

Menurut pers. (1.17)

( ) ( )
( )
√ ( )

Oleh karena perbandingan laju efusi tidak besar, maka campuran gas itu harus melalui
dinding berpori berurangkali untuk memperoleh suatu pemisahan yang berarti.

13
1.3. Gas Nyata

1.3.1. Hubungan P,V,T Konsep Faktor Daya Mampat

Apabila gas bersifat ideal, maka harga PV/nRT harus sama dengan satu pada semua
tekanan. Pada gmb .1.3 , dimana tertera aliran PV/nRT terhadap P untuk beberapa jenis gas,
dapat dilihat bahwa gas-gas ini menyimpang dari keadaan ideal, terutama pada tekanan
tinggi. Untuk dapat menyatakan besarnya penyimpangan ini diintroduksikan factor daya
mampat, Z yang didefinisikan sebagai

Untuk gas ideal, Z = 1, sedangkan untuk gas nyata pada umumnya Z . Makin banyak
harga Z menyimpang dari satu, makin besar gas yang bersangkutan menyimpang dari
keadaan ideal.

Pengetahuan tentang harga Z memungkinkan perhitungan tekanan atau volume dari pers.
(1.19). Faktor ini yang bergantung pada jenis gas, tekanan dan temperature, hanya dapat
ditentukan dari data P,V,T. Metode penentuan Z dengan mempergunakan diagram umum
factor daya mampat, menurut Hougen dan Watson, akan dibicarakan pada fatsal 1.3.4.

Gmb .1-3. Kurva Z_P untuk beberapa jenis gas pada 0

Penelitian lebih lanjut dari grafik pada gmb1.3 mengungkapkan beberapa hal yang menarik.

14
(a) Apabila tekanan diturunkan hingga harga-harga yang sangat rendah, maka Z
mendekati harga satu. Hal ini berarti bahwa bagi semua gas, Bila Z = 1, dan gas
bersifat ideal.

(b) . Kecuali pada gas Hidrogen, kenaikan tekanan dari P = 0, mula-mula


menimbulkan penurunan harga Z dibawah satu, kemudian mencapai suatu titik minimum dan
pada tekanan tinggi akhirnya mencapai harga yang melebihi satu. Gejala ini menunjukkan
bahwa penyimpangan terhadap keadaan ideal pada dasarnya disebabkan oleh dua factor.
Faktor Pertama, yang berperanan pada tekanan yang relative rendah, dan yang membuat
harga Z lebih kecil dari satu, adalah pengaruh gaya tarik menarik antara molekul – molekul.
Faktor Kedua, yang lebih berpengaruh pada tekanan tinggi, adalah gaya tolak menolak, pada
tekanan tinggi kedudukan molekul-molekul yang sangat berdekatan menimbulkan gaya tolak
menolak yang kuat dan hal ini cenderung membuat harga Z menjadi lebih besar dari satu.

(c). Untuk gas Hidrogen (pada 0 ), Z > 1 pada semua tekanan. Penelitian
menunjukkan bahwa pada temperature yang cukup rendah (t < - 166 ) gas hydrogen
jugamemperlihatkan titk minimum pada kurva Z_P.

Pengaruh temperature terhadap factor daya mampat diperlihatkan pada gmb.1.4 untuk
gas metan. Pada temperature dibawah 640 semua kurva Z_P memperlihatkan titik
minimum dan ( )p = 0 < 0 (arah lereng kurva pada P = 0) adalah negative), sedangkan di atas
temperature ini Z > 1 untuk semua tekanan dan ( )p = 0 > 0 .

Gmb 1_4. Kurva factor daya mampat pada pelbagai temperature untuk gas CH4.

15
Garis Z = 1 menyinggung kurva Z_P pada 640 , pada P = 0. Dalam hal ini
( )p = 0 = 0 dan untukjangka tekanan yang cukup besar harga Z tidak banyak
berbeda dari satu, sehingga gas dapat dianggap ideal. Temperature ini disebut
temperature Boyle√ . Temperature boyle dari beberapa jenis gas tertera pada
table 1.2.
Tabel 1.2.

Temperature Boyle ( )

Jenis Gas He H2 N2 Udara O2 CH4


TB 24 109 324 349 423 640

Isoterm gas nyata berbeda daripada gas isoterm gas ideal, terutama pada temperature
rendah, seperti terlihat pada gmb .1.5 untuk gas karbon dioksida. Pada temperature dan
tekanan rendah, misalnya pada Akarbon dioksida berada sebagai gas. Bila tekanan dinaikkan,
pada temperature tetap, maka volume akan berkurang sesuai dengan kurva AB. Pada B gas
mulai mencair dan selama pencairan ini tekanan gas (sama dengan tekanan uap CO2 cair pada
temperature yang bersangkutan) tidak akan berubah. Pada C semua gas telah mencair,
kenaikan tekanan yang sangat besar sesudah titik ini (kurva CD) disebabkan karena cairan
sulit dimampatkan. Perubahan pada temperature yang lebih tinggi, misalnya pada 21,5 ,
memperlihatkan pola yang sama kecuali bahwa titik – titik B dan C lebih berdekatan
kedudukannya. Pada 31,1 kedua titik ini berhimpit, sedangkan di atas temperature ini tidak
lagi terdapat bagian yang datar pada isoterm. Hal ini berarti bahwa di atas temperature
31,1 karbon dioksida tidak dapat dicairkan , sekalipun pada tekanan yang tinggi.
Temperature ini disebut temperature Kritis (TC) dan titik K adalah titik kritis. Tekanan dan
Volume pada titik kritis adalah masing – masing tekanan kritis (PC) dan Volume kritis (VC).
Makin tinggi temperature berada di atas temperature kritis makin mirip isoterm dengan
isoterm gas ideal ( misalnya pada 48,1 ).
Gas dan Cairan hanya dapat ditemukan bersama – sama pada daerah di bawah kurva
CKB. Diagram, seperti pada gmb. 1.5 , penting sekali dalam proses pencairan gas.

16
Gmb. 1.5 isoterm gas C02

1.3.2. Persamaan Keadaan Van Der Waals

Oleh karena persamaan gas ideal tidak berlaku untuk gas nyata, kecuali pada tekanan
yang cukup rendah, telah diadakan pelbagai usaha untuk menemukan persamaaan lain yang
lebih sesuai.

Van Der Waals (1873) bertitik tolak dari persamaan gas ideal , PV = nRT, dan dengan
cara mengadakan koreksi terhadap tekanan P dan volume V dalam persamaan ini , berhasil
menurunkan suatu persamaan yang lebih memuaskan.

Koreksi terhadap tekanan didasarkan atas pertimbangan bahwa antara molekul-mlekul


gas terdapat gaya tarik menarik. Pada sebuah molekul di bagian dalam gas gaya-gaya tarik
menarik yang dialami molekul ini oleh molekul-molekul di sekitarnya saling meniadakan
akan tetapi pada molekul di dekat dinding ada gaya sisa yang terarah ke dalam.

Karena tekanan gas yang disebabkan oleh tabrakan molekul-molekul pada dinding,
maka dengan adanya gaya sisa itu tekanan gas akan menjadi lebih kecil.

17
Menurut Van Der Waals

Dengan P ialah tekanan yang sebenarnya, ialah tekanan ideal dan ialah besarnya
pengurangan tekanan yang disebabkan gaya tarik menarik itu.

Menurut Van Der Waals, berbanding lurus dengan c2 (c = konsentrasi molar)dan


karena ,maka

( ) tau ( )

Koreksi terhadap volume diperlukan oleh karena molekul gas mempunyai volume sendiri.
Dalam memperhitungkan pengaruh dari volume molekul . Molekul ini, Van Der Waals
menganggapnya sebagai bola kaku, sehingga volume bebas untuk gerakan molekul bukan
lagi V melainkan V . n , dengan ialah suatu tetapan yang besarnya empat kali volume
sebenarnya dari molekul-molekul dalam suatu Mol gas dan V ialah volum wadah.

Dengan memperhatikan koreksi-koreksi di atas , maka persamaan gas ideal dapat diubah
menjadi,

( )( ) (1.20)

Persamaan ini terkenal sebagai persamaan keadaan Van Der Waals. Tetapan-tetapan a
dan b dapat ditentukan dari data P.V.Tatau dari tetapan. tetapan kritis ( lihat fatsal
berikutnya).

Persamaan Van Der Waals merupakan suatu perbaikan yang nyata terhadap persamaan
gas ideal, seperti dapat dinilai dari table 1-3. Pada tekanan tinggi persamaan Van Der Waals
tidak memuaskan ;hali ini disebabkan karena tetapam – tetapan a dan b merupakan fungsi
dari tekanan dan temperature.

Tabel 1-3

Perbandingan antara persamaan gas ideal dan persamaan Van Der Waals pada 100 .

(P dalam atm)

P Hidrogen Karbon Dioksida


Cksp
50 48,7 50,2 57,0 49,5
75 72,3 95,7 93,3 73,3
100 95,0 100,8 133,5 95,8

18
1.3.3. Beberapa Implikasi Dari Persamaan Van Der Waals

1. Interpretasi kurva Z_P

Dengan menggunakan persamaan keadaan Van Der Waals dapat diterangkan kurva factor
daya mampat (lihat gmb 1-3), sebagai berikut.

Untuk satu mol gas,

(P+ ) (V b ) = RT

PV = RT + bP +

Sehingga,

Z= =1 +

Untuk dapat menyatakan Z sebagai fungsi dari P dan T maka V = disubtitusikan ke


dalam persamaan diatas :

Z 1+ (b )P+( .............................................. (1.21)


)

Arah lereng dari kurva Z = f(P), pada T tetap, diberikan oleh,

( ) = (b )+ P ................................................... (1.22)
( )

Pada P = 0, ( ) = (b ) .......................................... (1.22a)

Menurut persamaan (1.22a) :

a) Bila b > , maka ( ) pada P = 0, dan kurva Z – P akan terletak diatas garis Z
= 1. Keadaan ini misalnya diperlihatkan oleh hidrogen pada 0°C.
b) Bila b < , maka ( ) pada P = 0, dan kurva faktor daya akan mula-mula
turun, seperti hal-nya pada N2 adan CH4 pada 0°C.
c) Bila b = , maka ( ) pada P = 0. Hala ini berarti bahwa garis Z = 1
menyinggung kurva Z – P pada P = 0. Ini terjadi pada temperatur Boyle. Jadi pada
temperatur Boyle akan berlaku,

b=

sehingga,

TB = ........................................................................................................ (1.23)

19
Persamaan ini memungkinkan perhitungan temperatur Boyle dari tetapan-tetapan Van
der Waals. Misalnya untuk gas metana, a = 2,25 liter2atm/Mol2 dan b = 0.0428 liter/Mol,
sehingga TB = 2,25/(0,0821)(0,0428) = 640°K.

Dalam banyak hal hasil perhitungan dari persamaan (1.23) tidak sesuai dengan hasil
eksperimen. Misalnya untuk gas O2 temperatur Boyle yang ditentukan secara eksperimen
adalah 423°K, sedangkan persamaan diatas memberikan 521°K.

Pertanyaan :

Nyatakan tekanan pada titik minimum kurva Z – P dalam tetapan-tetapan Van der
Waals.

2. Isoterm persamaan Van der Waals.

Persamaan Van der Waals untuk satu mol gas dapat dinyatakan sebagai,

P=

Dari harga-harga a dan b hubungannya P – V dapat dihitung pada pada setiap


temperatur. Hasil perhitungan ini, untuk gas karbon dioksida, tertera pada gambar 1-6. Pada
umumnya isoterm-isoterm ini mirip dengan yang diperoleh secara eksperimen. Misalnya
isoterm pada 50°C serupa dengan isoterm pada 48,1°C akan tetapi dibawah temperatur kritis,
kurva yang menunjukkan koeksistensi antara uap dan cairan bukan merupakan garis lurus,
melainkan kurva yang berbentuk S, misalnya pada 15°C. Bila gas yang dimampatkan pada
temperatur ini seharusnya mulai terjadi kondensasi pada titik A.

Gambar 1-6. Isoterm garis CO2 menurut persamaan Van der Waals

20
Pada kondisi tertentu kondensasi ini dapat dihindarkan dan tekanan gas melampaui
tekana kesetimbangan yang sesuai dengan temperatur ini. Bagian kurva AA' yang
menyatakan uapa lewat jenuh merupakan keadaan metastabil. Bagian kurva CC', yang juga
mwerupakan keadaan metastabil, dapat terealisasi dengan cara penurunan tekanan secara
perlahan-lahan. Bagian kurva A'B'C' tidak dapat diwujudkan secara eksperimen.

Pertanyaan :

Tunjukkan bahwa menurut persamaan Van der Waals, pada temperatur dibawah
temperatur kritis, untuk setiap harga dari P ada tiga harga dari V (d..

3. Evaluasi tetapan-tetapan Van der Waals.

Pada gambar 1-6 titik kritis K merupakan suatu titik belok pada kurva PV, oleh karena itu
harus berlaku,

( ) dan ( )

Menurut persamaan Van der Waals,

( ) + = 0 ............................................................ (1.24)
( )

Dan ( ) ......................................................... (1.25)


( )

Pada titik kritis persamaan Van der Waals menjadi,

=( = 0 ...................................................................... (1.26)
)

Dari ketiga persamaan ini dapat diturunkan,

a = 3 Vc2 Pc ................................................................................... (1.27)

b = Vc ......................................................................................... (1.28)

R= ..................................................................................... (1.29)

21
Biasanya tetapan-tetapan Van der Waals dinyatakan sebagai fungsi dari Pc dan Tc
karena volume kritis, Vc, tidak mudah untuk ditentukan dengan teliti. Eliminasi dari Vc
dalam persamaan (1.27) dan persamaan (1.28) melalui persamaan (1.29) mengahsilkan,

a= .................................................................................... (1.30)

b= ........................................................................................... (1.31)

tetapan-tetapan kritis dapat pula dinyatakan sebagai fungsi dari a dan b :

Vc = 3b ......................................................................................... (1.32)

Pc = ...................................................................................... (1.33)

Tc = ..................................................................................... (1.34)

Pada tabel 1-4 tertera tetapan-tetapan kritis dan tetapan-tetapan Van der Waals untuk
sejumlah gas. Tetapan Van der Waals dihitung dari tetapan kritis melalui persamaan (1.30)
dan persamaan (1.31).

Tabel 1-4
Tetapan kritis dan tetapan Van der Waals

Gas Tc Pc Vc a B
(°K) (atm) (cc/Mol) (l2atm/Mol) (Cc/Mol)
He 5,23 22,6 57,6 0,0341 23,6
H2 33,3 12,8 65,0 0,245 26,7
N2 126,1 33,5 90,0 1,39 39,4
CO 133,0 34,53 90,0 1,49 39,9
Ar 150,8 48,0 75,5 1,35 32,3
O2 154,4 49,7 74,4 1,36 31,8
C2H4 282,9 50,9 127,5 4,47 57,1
CO2 304,2 73,0 95,7 3,59 42,7
NH3 405,6 112,0 72,4 4,17 37,0
H2O 647,2 218,5 56,0 5,46 30,5
Hg 1823,0 200,0 45,0 9,09 17,0

22
1.3.4. Hukum Keadaan Sehubungan

Apabila harga-harga a, b dan R pada persamaan (1.27), (1.28) dan (1.29)


disubtitusikan ke dalam persamaan Van der Waals,

P=

Akan diperoleh,

P=
( )

Ket : a = 3PcVc
b=
c=
....
atau .............................................................. (1.35)
( ⁄ ) ( ⁄ )

bila adalah tekanan tereduksi, Vr adalah volume tereduksi, dan Tr adalah


temperatur tereduksi, maka persamaan (1.35) dapat diubah menjadi,

Pr = - ......................................................................................... (1.36)

Persamaan ini tidak lagi mengandung tetapan-tetapan yang bergantung pada jenis
gas,sehingga seharusnya berlaku untuk semua gas.

Persamaan (1.36) adalah suatu pernyataan matematis dari hukum keadaan


sehubungan, yang menyatakan bahwa bila dua atau lebih zat-zat mempunyai tekanan
tereduksi (Pr), dan temperatur tereduksi (Tr) yang sama, maka volume tereduksinya (Vr)
harus sama pula. Ilistrasi dari hukum ini dapat dilihat pada tabel 1-5.

Hukum keadaan sehubungan tidak berlaku secara eksak dan hanya dapat digunakan
sebagai pendekatan.

23
Tabel 1-5
Hukum keadaan sehubungan
Pr = 0,08846 Tr = 0,73 – 0,74

Zat Vr Vr
(cairan) (Uap)
C6 H6 0,4065 28,3
n- pentana 0,4061 28,4
n- oktana 0,4006 29,3
Dietil-eter 0,4030 28,3
Metil formiat 0,4001 29,3
CCl4 0,4078 27,5
SnCl4 0,4031 27,2
C6H5F 0,4078 28,4

Penggunaannya yang paling penting ialah dalam penentuan faktor daya mampat gas,
yang akan dibahas berikut ini.

Dari data eksperimen ternyata bahwa, secara pendekatan, faktor daya mampat Z
merupakan fungsi universil dari Pr dan Tr,

Z = f (Pr,Tr)

Berdasarkan fungsi ini dapat disusun suatu diagram umum dimana Z dialurkan
tehadap Pr pada pelbagai temperatur tereduksi Tr. Diagram ini (lihat gambar 1-7) sering
digunakan untuk menentukan faktor daya mampat Z dalam perhitungan volume, jumlah mol,
tekanan atau temperatur gas.

Gambar 1-7

24
a) Contoh perhitungan jumlah mol

Suatu silinder dengan volume 10 liter dapat menampung gas hingga tekanan 133 atm pada
40°C. Berapa banyak gas etilena (C2H4) dapat disimpan dengan aman dalam silinder tersebut
pada 40°C? (Tc = 283°K, Pc = 50,9 atm)

Penyelesaian :

Tr = = 1,10

Dari diagram Z

Pr = 2,62

( )( )
n= ( )( )( )

= (115,5)(28,0)
= 3230 gr C2H4
a. Contoh perhitungan tekanan
Hitung tekanan dalam suatu silinder dengan volume 360 liter yang berisi 70 kg gas
karbon dioksida pada temperature 62oc. Tc = 304,2ok, Pc = 73,0 atm.

Jawab :
Tr = = 1,10

Pada suhu 62oc,


Z= =( )
( )( )
=
( )( )( )

= 0,60Pr
Garis Z = 0,60 Pr ternyata memotong kurvaTr =1,10 pada Pr = 1,10.

Jadi

= (73,0) (1,10)
= 80,3 atm

25
1.3.5 beberapa persamaan lain

Kegagalan persamaan van der waals bila digunakan pada


tekanan tinggi, telah mendorong para ahli untuk menemukan
persamaan-persamaan lain yang lebih memuaskan. Sejumlah besar
persaman-persamaan telah dikemukakan, yang pada umumnya bersifat
empiric dan didasarkan atas konsep kedua van der waals, yakni bahwa
(a) molekul mempunyai ukutan dan (b) adanya gaya tarik menarik antar
molekul. Persamaan-persamaan yang mutakhir memperhitungkan pula
pengaruh jarak antar molekul-molekul terhadap gaya tarik menarik.

Pada tahun 1901 Kamerlingh Onnes mengemukakan persamaan


keadaan virial, yang menyatakan PV sebagai fungsi dari volum molar V

Tetapan yang bergantung pada temperature dan yang disebut koefisien virial.
Koefisien pertama Av adalah sama dengan RT, sedankan koeisien virial kedua Bv, negative
pada temperature rendah dan berubah kearah harga. Harga yang positif pada temperature
tinggi . pada temperature boyle Bv=0. Persamaan ini dapat menggambarkan keadaan gas
dengan teliti hingga tekanan yang cukup tinggi.

Persamaan 1.37 dapat pula dinyatakan :

( )

Koefisien-koefisien virial dari persamaan ini, untuk gas nitrogen dan gas hydrogen tertera
pada table 1.6. makin tinggi tekanan, makin banyak koefisien yang diperlukan dalam
perhitungan.

Suatu persamaan semiempiris yang sangat teliti yang dikemukakan oleh Bridgeman (1927)
mengandung lima tetapan, disamping tetapan R.

26
Table 1.6
koefisien virial ( P dalam atm, V dalam liter mol-1 )

T (oc) Ap Bp x 102 Cp x 105 Dp x 108 Ep x 1011

NITROGEN
18,312 -2,8790 14,980 -14,470 4,657
-50
22,414 -1,0512 8,626 -6,910 1,704
0
30,619 0,6662 4,411 -3,534 0,9687
100
38,824 1,4763 2,775 -2,379 0,7600
200

HIDROGEN
18,312 1,2027 1,164 -1,741 1,022
-50
22,414 1,3638 0,7851 -1,206 0,7354
0
63,447 1,7974 0,1003 -0,1619 0,1050
500

Tabel 1.7
Tetapan Beattic - Bridgeman
( P dalam atm, V dalam liter mol-1 )
Gas A0 a x 102 B0 x 102 b x 102 c x 10-4

0,0216 5,984 1,400 0 0,004


He
0,1975 -0,506 2,096 -4,359 0,050
H2
1,3445 2,617 5,046 -0,691 4,20
N2
5,0065 7,312 10,476 7,235 66,00
CO2
2,2769 1,855 5,587 -1,587 12,83
CH4
2,3930 17,031 3,415 19,112 476,86
NH3
1,3012 1,931 4,611 -1,101 4,34
Udara

27
Tetapan-tetapan Beattle – Bridgeman untuk beberapa jenis gas tertera pada table 1.7

Persamaan Berthelot,

Yang sangat teliti pada tekkanan disekitar 1 atm atau lebih rendah, sering digunakan
untuk memperkirakan volum dan untuk menghitung berat molekul.

1.4 teori kinetic gas

Pengamatan dari kelakuan gas pada berbagai kondisi yang dilakukan oleh Boyle,
Charles, Avogadro, dll menghasilkan data yang dapat disimpulkan menjadi perumusan-
perumusan umum atau hokum. Hukum-hukum tidak bergantung pada setiap teori tentang
hakekat gas.

Untuk dapat menerangkan kelakuan gas itu telah disusun suatu teori yang telah
dikenal sebagai teori kinetic gas. Teori ini, yang untuk pertama kalinya yang dikemukakan
oleh Bernoulli pada tahun 1738 mempostulatkan suatu model dimana diandaikan bahwa
molekul-molekul gas berada dalam gerakan cepat kesegala arah dan bahwa tabrakannya
dengan dinding menimbulkan tekanan gas.

Walaupun Bernoulli berhasil menurunkan hokum Boyle, namun teorinya baru

mendapat perhatian kurang lebih satu abad kemudian, antara lain dari Joule (1848), Kroning
(1856), dan Clausius (1857), yang mengembangkan teori tersebut lebih lanjut.

28
4.1 teori gas ideal

Teori ini didasarkan atas beberapa postulat sebagai berikut:

1. Gas terdiri atas sejumlah besar partikel-pertikel kecil (molekul), yang bergerak
dengan cepat dalam garis lurus dan yang saling bertabrakan dengan dinding.
Tekanan gas adalah akibat dari pada tabrakan anatara molekul dengan dinding.
2. Tabrakan antara molekul bersifat kenyal, artinya walupun pada tabrakan itu dapat
terjadi perpindahan energy, akan tetapi energy kinetic total tidak berubah
3. Antara molekul-molekul dan antara molekul dengan dinding tidak ada gaya tarik
menarik.
4. Volum dari molekul-molekul cukup kecil dibandingkan terhadap volum total dari
gas sehingga dapat diabaikan.
5. Energy kinetic rata-rata dari molekul-molekul berbanding lurus dengan
temperature mutlak.

Dengan model ini berhasil diturunkan suatu persamaan yang memungkinkan


perhitungan tekanan gas dari sifat-sifat dasar molekul.

Perhatikan suatu ruang berbentuk kubus dengan panjang rusuk l dan yang
menagndung N molekul dari suatu gas.

Sebuah molekul dengan massa m yang bergerak dengan kecepatan, dapat diuraikan
kecepatannya kedalam komponen-komponen cx, cy, dan cz. molekul yang bergerak dengan
kecepatan cx dengan arah x akan bertumbukkan dengan dinding yx dengam momentum m.cx,
setelah tumbukkan momentum akan bergerak dalam arah yang berlawanan dengan kecepatan
-cx dan momentum –m.cx. perubahan momentum yang terjadi pada molekul pada satu kali
tabrakan ialah m.cx – (-m.cx) = 2mcx. dinding yang sama akan ditabraknya lagi setelah
molekul yang menempuh jarak 2l. jumlah tabrakan dengan dinding ini adalah cx / 2l, sehingga
perubahan momentum permolekul perdetik adalah (2mcx) (cx/2l) = mcx2 / l. perbahan

29
momentum yang sama akan terjadi pada dinding yz yang satu lagi. Jadi, perubahan
momentum / molekul detik dalam arah x =

Perbahan momentum total / molekul / detik =

Untuk jumlah total molekul N,


Perubahan momentum / detik ;

Dengan kecepatan kuadrat rata-rata ̅̅̅ ialah


( c12 + c22 + c32 +… + cN2)

Menururt hokum Newton kedua,


( )
f=ma=m = ,
jadi gaya adalah perubahan momentum per detik. Bila luas total dari kubus adalah A = 6l2
̅̅̅ ̅̅̅
maka f = p A = = atau
̅̅̅
(1.41)
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan pokok teori kinetic gas ideal.
Beberapa penurunan dari Teori kinetic.
1. Hokum Boyle
̅̅̅ ( ̅̅̅)

Menurut postulat (5) energy kinetic rata-rata dari semua molekul berbanding lurus
dengan temperature mutlak.

̅̅̅

Dengan k ialah tetapan perbandingan. Jadi,

Sehinggan pada temperature tetap, PV = tetap.

30
2. Hokum Avogadro

Menurut hokum ini, dua gas yang mempunyai volum yang sama, pada tekanan dan
temperature yang sama, mendukung jumlah molekul yang sama.

Menurut teori kinetic,

P1V1 = Nm ̅̅̅̅̅ dan P2V2 = N2m2 ̅̅̅̅̅

Pada tekanan dan volum yang sama P1V1 = P2V2, sehingga N1m1 ̅̅̅̅̅= N2m2 ̅̅̅̅̅

Pada temperature yang sama energi kinetic molekul akan sama, m1 ̅̅̅̅̅ = m2 ̅̅̅̅̅ atau m1
̅̅̅̅̅ = m2 ̅̅̅̅̅, jadi N1 = N2

3. Energy kinetic translasi molekul

Untuk satu mol gas, PV = RT maka,

N0m ̅̅̅̅ = RT
( N0m ̅̅̅̅) , jadi
(1.42)

4. Kecepatan molekul gas

Untuk satu mol gas, PV = N0m ̅̅̅̅ = RT. Karena N0m = M, berat molekul, maka

m ̅̅̅̅ = RT ̅̅̅̅ =

̅̅̅̅ =

Jadi,

CaRT disebut

Pertanyaan : turunkan hokum-hukum Charles – Gay Lussac, Dalton dan Graham dari teori
kinetic.

31
1.4.2 Distribusi Kecepatan Molekul

Walaupun persamaan teori kinetik memungkinkan perhitungan kecepatan akhir dari

molekul-molekul, akan tetapi persamaan ini tidak memberikan keterangan apa-apa tentang

kecepatan dari masing-masing molekul. Molekul-molekul dalam suatu gas bergerak dengan

kecepatan yang berbeda –beda. Lagi pula kecepatan dari sebuah molekul selalu berubah dan

dapat bervariasi antara harga yang rendah sekali dan harga yang sangat tinggi, akibat dari

tabrakan dengan molekul-molekul lain.

Pada tahun 1860 Maxwell menunjukkan bahwa distribusi kecepatan diantara molekul-

molekul mengikuti suatu pola tertentu . Berdasarkan teori kebolehjadian Maxwell berhasil

menurunkan suatu persamaan untuk menghitung fraksi dari jumlah total molekul yang

mempunyai kecepatan antara c dan c + dc, dengan dc ialah suatu bilangan yang sangan kecil.

Persamaan ini, yang terkenal sebagai Hukum Distribusi Kecepatan Molekul, adalah

K=Tetapan benda
= 4π ( )3/2 e -mc3/2KTc2 dc

K= (1,44)

dN= jumlah mole dengan kecepatan antara c dan c + dc , dengan dN ialah jumlah molekul,

dari jumlah total N, dengan kecepatan antara c dan c + dc, m ialah massa molekul 1 dan k

ialah tetapan Boltzman ( = k = 1,3805×1016 erg molekul-1 det-1). menyatakan fraksi dari

jumlah total molekul dengan kecepatan antara c dan c + dc. Persamaan Maxwell biasanya

digambarkan dengan mengalurkan terhadap c ( lihat gambar 1-9).Kebolehjadian untuk

menemukan sebuah molekul dengan kecepatan antara dua harga diberikan oleh luas di bawah

kurva antara kedua harga kecepatan ini.

32
Gambar 1-9 Distribusi Kecepatan molekul untuk Gas N2 menurut Maxwell.

Titik maksimum pada kurva menunjukkan bahwa sebagian besar dari molekul-molekul
mempunyai kecepatan disekitar titik maksimum ini. Bila temperatur dinaikkan maka titik
maksimum akan bergeser ke arah kecepatan yang lebih besar dan kurva menjadi lebih
melebar. Luas di bawah kurva-kurva ini adalah sama, yaitu sama dengan satu.

Kecepatan pada titik maksimum disebut kecepatan paling boleh jadi, Cpb , yang dapat
dihitung dengan cara mendiferensiasikan pers (1-44) dan hasilnya disamakan dengan nol.

( . ) = c e-mc3/2kT (2. ) =0
syarat :

Z=-. =0 C=0;C=0
C=∞
Z=-. (1.43)
maka Cpb= √ =√

k = tetapan Boltzman

Kecepatan rata-rata, ∑ ,yang didefinisikan sebagai

∑= ∑ (1.46)

Dapat dihitung dari,

∑= ∫

33
Dengan mensubstitusikan harga dN dari pers (1.44) kedalam persamaan ini diperoleh,
∑= 4π ( )3/2∫ -mc2/2kT
dc
π

Yang akhirnya menghasilkan,

∑=√ =√ (1.49)

Kecepatan rata-rata, antara lain , digunakan pada bperhitungan jarak bebas rata-rata dan
viskositas gas.

Contoh

Hitung kecepatan paling boleh jadi, Cpb, kecepatan rata rata , E, dan kecepatan akhir , C akir,
untuk molekul-molekul hydrogen pada 00 C

( )( )( )
Pers (1.45) Cpb=√ =√ 1,50

( )( )( )
Pers (1.47) Cpb=√ =√ 1,69

( )( )( )
Pers (1.45) Cpb=√ =√ 1,84

1.4.3 Kapasitar Kalor dan Prinsip Ekipartisi Energi

Kapasitas kalor dari suatu zatialah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
temperature zat tersebut sebanyak satu derajat, kapasitas kalor biasanya dinyatakan per Mol
zat.

Kapasitas kalor , pada volum tetap, Cv, untuk gas ideal dapat diturunkan dengan
mudah dari teori kinetic sebagai berikut. Menurut pers (1.42) , Ek= RT, sehingga

Cv=( )v = R= 2,98 kal mol-1 K-1

Pada gas ideal atau gas beratom satu hanya terdapat gerakan translasi. Untuk menyatakan
gerakan ini diperlukan tiga buah koordinat (misalnya ketiga koordinat x,y,z dalam sistim
/artesis), dengan kata lain gerakan translasi mempunyai tiga derajat kebebasan. Menurut
Prinsip Ekipartisi Energi , tiap derajat kebebasan menyumbang R T pada energy total rata-

34
rata dan R pada Cv. Jadi, emenurut prinsip ini untuk dapat menghitung Cv dari suatu gas

perlu ditentukan jumlah derajat kebebasan yang ada.

1. Pada molekul beratom satu hanya ada gerakan translasi sehingga disini terdapat tiga
derajat kebebasan, dan Cv=3 x R= R

2. Pada molekul beratom N, kecuali gerakan translasi , ada pula gerakan rotasi dan gerakan
vibrasi. Molekul yang linier, misalnya H2 dan CO2, dapat berotasi dengan dua cara (Lihat
gambar 1-10), sehingga jumlah derajat kebebasan rotasi ada dua.

Gambar : Rotasi molekul linier. (a) Rotasi melalui sumbu x ; (b). Rotasi melalui sumbu y

Jumlah derajat kebebasan vibrasi dapat diturunkan sebagai berikut. Sebuah molekul
yang beratom N mempunyai 3N derajat kebebasan . Karena diperlukan 3N koordinat untuk
menentukan kedudukan dari ke N atom-atom itu dalam ruangan . Karena ada 3 derajat
kebebasan translasi dan 2 derajat kebebasan rotasi, maka jumlah kebebasan vibrasi adalah
(3N-E). Tiap derajat kebebasan vibrasi menyumbang R pada Cv, karena gerakan Vibrasi
mempunyai energi kinetik dan energi potensial. Jadi, untuk molekul beratom N yang linear.

Cv= R+ R+(3N - 5) R

=(3N – ) R kal Mol-1K-1

Contoh

Untuk H2, N = 2, Cv = ( 6 + ) R = 6,95 kal Mol-1K-1

Untuk CO3, N = 3, Cv = ( 9 + ) R = 12,91kal Mol-1K-1

35
Pada molekul yang tidak linier, misalnya SSO2 dan NH3, rotasi melalui sumbu ketiga
mungkin , sehingga jumlah derajat kebebasan rotasi ada tiga jumlah derajat kebebasan vibrasi
dalam hal ini menjadi (3N+6) dan

Cv = R + R + (3N+6) R

=(3N+3) R kal Mol-1K-1

Contoh

Untuk SO2, N=3, Cv= ( 9+ 3 ) R =11,92 kal Mol-1K-1

Untuk NH3, N= 4, cv (12 + 3 ) R =14,88kal Mol-1 K-1

Tabel 1-8
Kapasitas kalor pada volum tetap
Kal Mol-1K-1, pada 25 oC

Gas Cv Cv
dihitung eksp
N=1
He 2,98 2,49
Ar 2,98 2,99
Uap 2,98 2,98
Hg
N=2
H2 6,95 4,86
Cl2 6,95 6,15
HCl 6,95 5,01
N=3
CO2 12,91 4,86
SO2 11,92 9,90
N=4
NH3 17,88 6,70
C2 H 17,88 8,19
2

36
Harga-harga Cv yang dihitung dengan prinsip ekspitasi energy klasik pada umumnya
tidak sesuai yang diperoleh secara eksperimen, terutama pada gas beratom banyak (lihat
table 1-8). Hal ini dapat diterangkan , secara singkat, oleh teori kwantum sebagai berikut.

Setiap bentuk energi adalah terkwantisasi . Kwantum energi translasi sangatlah kecil
sehingga sangat kecil sehingga pada temperature rendah molekul sudah memperlihatkan
gerakan translasi. Gerakan translasi mempunyai kwantum energy yang lebih besar sehingga
memerlukan temperatur yang lebih tinggi untuk dapat dipengaruhi. Kwantum energy vibrasi
adalah sangat besar , sehingga hanya pada temperature tinggi dapat diharapkan bahwa
molekul-molekul akan dapat bervibrasi sesuai dengan kebebasan yang dihitung diatas.
Penentuan pada temperatur tinggi (lihat table 1-9) menunjukkan bahwa Cv bertambah besar
dan mendekati harga-harga menurut prinsip ekipartisi energi.

Tabel 1-9

Cv sebagai fungsi temperatur (oC)

Kal Mol-1K-1

gas 0oC 100oC 200oC 500oC 1200oC 20000oC


HCl 5,00 5,09 5,27 5,46 6,13 6,9
CO2 6,68 7,69 9,04 9,75 10,6 11,1
NH3 6,62 7,05 8,3 9,5 11,4 -

1.4.4 Tumbukan Molekul dan Jarak Bebas Rata-rata

Perhatikan dua jenis gas, A dan B , dengan molekul-molekulnya yang dianggap kaku dan
dengan diameter masing masing dA dan dB. Tabrakan antara molekul A dengan molekul B
akan terjadi apabila jarak antara titik pusat kedua molekul ini adalah dAB = 1/2 (dA+dB).
Andaikan bahwa molekul-molekul B diam dan molekul A bergerak dengan kecepatan rata-
rata EA melalui suatu volum yang berisi molekul-molekul B . Dalam waktu satu detikj
molekul A akan melalui volum sebesar πd2AB EA. Bila jumlah molekul B per satuan volum

37
adalah , maka jumlah molekul B yang ditabrak oleh molekul A per-satuan volum per-

satuan waktu adalah,

Z AB = πd2AB EA NB/V

Bila jumlah molekul A dalam satuan volum adalah NA/v, maka jumlah tabrakan yang terjadi
antara molekul molekul A dan molekul molekul b dalam satuan Volum per satuan waktu
adalah

Z AB = πd2AB EA NA NB/V2

Persamaan diatas memerlukan koreksi karena pada penurunannya dianggap bahwa molekul-
molekul B tidak bergerak. Bila molekul-molekul B bergerak dengan kecepatan rata-rata EB,
maka dalam persamaan tersebut EA harus diganti dengan E AB , yaitu kecepatan rata-rata A
relative terhadap B. Kecepatan relatif E AB dapat diperoleh sebagai selisih vector antara EA
dan EB.

Kecepatan relatif,

EAB= ( EA2 + EB2 – 2EA EB cos θ

Jadi , Z AB = πd2AB EAB N B/V

Z AB = πd2AB EAB N B/V2

Dapat dibuktikan( lihat moore 5th ed.,hal. 150-152) bahwa E AB= √ , dengan µ
ialah massa tereduksi, µ=mAmB/(mB+ mB), sehingga

Z AB = πd2AB NA Nb/V2 √ (1-48)

Bila A=B , yaitu bila hanya ada satu jenis gas, maka kecepatan relative menjadi ,

E AA= √ √ √ =√ ∑
( )

38
Sehingga,

Z AA = √ πd2 ∑ NA2 / V (1-49)

Dan

Z AA = √ πd2 ∑ NA2 / V2 (1-50)

Pers. (1-50) menyatakan jumlah tabrakan molekul yang terjadi dalam satuan volum per
satuan waktu. Σ Faktor diperlukan untuk tidak menghitung tiap tabrakan dua kali.

Satuan besaran penting dalam teori kinetik adalah jarak rata-rata yang ditempuh suatu
molekul antara dua tabrakan. Jarak ini, yang disebut jarak bebas rata-rata, λ , dapat dihitung
sebagai berikut.

Jumlah tabrakan yang dialami oleh satu molekul per satuan waktu diberikan oleh pers. (1-49),

√ π ∑

Jarak yang ditempuh dalam waktu ini adalah Σ . jadi jarak bebas rata-rata , λ , adalah

Atau, √ (1-51)

Jarak bebas rata-rata, antara lain, digunakan dalam perhitungan viskositas gas.

Contoh :

1. Hitung jumlah tabrakan per detik per molekul dan jumlah Mol tabrakan per liter per
detik untuk gas oksigen pada 26ºC dan 1 atm. Diameter molekul oksigen = 3, 61 A.

Jumlah tabrakan per detik per molekul diberikan oleh pers. (1. 49),


Z =

39
Jumlah tabrakan per detik per molekul =

( )( )( )
C=√ =√ ( )(
= 4,44 x cm
)

( )( )
PV = nRT = RT = =( )( )

= 2,46 x molekul

Jadi, Z = √ (3,14) (3,61 x ) (4,44 x ) (2,46 x )

= 6,32 x

Jumlah tabrakan total per cm³ per detik diberikan oleh per. (1.50),

Z=

Z = √ (3,14) (3,61 x ) (4,44 x ) (2,46 x )²

= 7,77 x tabrakan

( )( )
= = 1, 29 x Mol Lite

= =
√ √

2. Hitung jarak bebas rata-rata untuk gas oksigen pada 25 ºC pada (a) 1atm, dan (b)
mmHg.
(a) Menurut per. (1.51)
√ N/V
√ . (3,14) (3,16 x ) (2,46 x ) = 7,02 x cm
( ) = (2,46 x )( /760)
molekul

√ . (3,14) (3,61 x ) (3 x ) . 5,3 cm

40
2.4.5. Viskositas Gas

Setiap fluida, gas atau cairan, memiliki suatu sifat yang dikenal sebagai viskositas,
yang didefinisikan sebagai tahanan dari suatu lapisan fluida terhadap aliran suatu
lapisan lainnya. Untuk menjelaskan tahanan ini lebih lanjut, perhatikan aliran
suatu fluida dalam pipa (lihat gambar 1.11)

c= dr
dr

R T c

(a) Profil kecepatan pada aliran laminer (b) gradien kecepatan

Gambar 1-11 . Aliran dalam pipa

Pada aliran laminer fluida dalam pipa dianggap terdiri atas lapisan. Lapisan
molekul yang bergerak satu diatas yang lainnya dengan kecepatan yang berbeda-
beda. Lapisan yang terdekat pada dinding diandaikan mempunyai kecepatan nol.
Perhatikan suatu lapisan pada jarak r (dari sumbu pipa) yang bergerak dengan
keceapatan c. Gaya , f , yang diperlukan untuk mempertahankan beda kecepatan
dc antara lapisan ini dan lapisan pada jarak dr diatasnya berbanding lurus dengan
gradien kecepatan

. Menurut Newton,

(1-52)

Dengan faktor perbandingan n ialah koefisien viskositas, yang didefinisikan


sebagai gaya persatuan luas yang diperlukan untuk menggerakkan suatu lapisan
fluida dengan beda kecepatan 1 cm per detik melalui suatu lapisa lain yang sejajar
pada jarak 1 cm.

41
Koefisien viskositas merupakan suatu sifat khas bagi setiap fluida. Satuannya dalam sistem,
cgs ialah poise ; untuk gas biasanya digunakan satuan mikropoise ( = poise)

Suatu cara untuk menentukan viskositas gas ialah metoda tranpirasi yang dikembangkan, oleh
Poiseuille (1844). Pada metoda ini gas dialirkan melalui suatu pipa kapiler dengan panjang
tertentu dan beda tekanan pada kedua ujung pipa diukur. Menurut pers. (1-25) suatu silinder
gas dengan jari-jari r akan mengalami gaya friksi sebesar,

r= ( )

Pada aliran laminer gaya ini harus seimbang dengan gaya yang menggerakkan gas dalam
pipa, yaitu

ƒ= π ( )

jadi, -n (2πrℓ) =π ( ) dan, dc = - ( ) dr

persamaan ini dapat diintegrasikan menjadi

C=- + tetapan,

karena pada r = R, c = 0, tetapan integrasi ialah ( ) / 4ηℓ. substitusi dari harga ini
dalam, persamaan diatas menghasilkan

C= ( ) (1-52)

Volume gas yang mengalir per satuan waktu melalui elemen penampang dA ialah,

( )
dV = CdA = ( - ) . 2π r d r

( )( )
=

Jadi volume total gas yang mengalir melalui pipa per satuan waktu adalah
( )
V= π ∫ ( ) r dr

( ( )
= (1.54)

42
Perlu diperhatikan bahwa volume dalam persamaan ini diukur pada tekanan rata-rata

( ).

Penentuan viskositas gas melalui pers. (1.45) memungkinkan perhitungan jarak bebas rata-
rata, λ , yang dapat dikaitkan dengan koefisian viskositas, η , melalui persamaan,

η = ρ Ĉ
(1.55)
λ

Dengan ρ ialah rapat massa gas dan Ĉ ialah kecepatan rata-rata molekul gas. Hasil
pengukuran viskositas mengungkapkan bahwa koefisien fiskositas, η , meningkat bila
temperatur dinaikkan

(lihat table 1-10)

Table 1-10

Koefisien viskositas sebagai fungsi temperatur

(Mikropoise)

Gas 0º 20º 50º 100º 150º 200º 250º C

H2 83,5 89,6 93,7 103,2 112,6 121,2 129,7

NH3 91,6 98,2 109,2 127,8 146,3 164,5 181,3

CH4 102,2 108,7 118,2 133,1 147,1 160,3 172,5

Udara 170,3 108,7 - 217,1 - 256,0 275,1

43
1.5.1. SKEMA METODA PENYELESAIAN PROBLEMA SECARA SISTEMATIK (PPSS)

1. Baca dengan skema


A
N

A
2. Buat skema
L

S Skema
4. catat hubungan yang 6. Ubah
menjadi
A
mungkin dapat dipakai problema
R standar
E +
3. cari
N problem HUBUNGAN YANG MUNGKIN
standar BERGUNA
C
5. Perhatikan syarat-syarat 7. Bila tidak dpt
A diselesaikan ke -4,
cari alternatip;
N
pengandaian
A Problema Standar -

P Periksa apakah ada kesalahan yang


8. hitung problem dibuat pada hasil antara
E standar
N
Y
9. periksa jawaban
E
L
E
S
11. apakah masih ada
A yang harus diselesaikan

I
A Tidak Ya

44
Selesai

Baca problema dengan


seksama

Buat skema :

a. Catat ketentuan yang diberikan (gunakan gelombang yang tepat)


b. Bila perlu buat grafik (untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap)
c. Catat apa yang ditanyakan
d. Perkirakan jawaban (tandanya, besarnya, satuannya)

4. Jari ketentuan dan / atau yang ditanyakan,


catat hubungan pokok yang mungkin dapat
dipakai, dengan melihat pada :
Apakah telah a. Lembaran hubungan pokok
memperoleh b. Hubungan yang langsung diperoleh
problem dari ketentuan
standar? 5. periksa syarat keberlakuan pada problem
yang bersangkutan
6. Selesaikan menjadi problem standar
a. catat yang dinyatankan dengan
menggunakan lambing yang tepat
b. catat hubungan pokok yang memenuhi
Hitung problem standar, tulisan
persyaratan
perhitungan dan jawaban
c. gantika besaran umum dengan besaran
dengan teratur dan jelas.
spesifik dalam hubungan ini
d. periksa besaran spesifik mana yang
masih belum diketahui
e. catat besaran ini sebagai yang
ditanyakan baru pada
Periksa jawaban apakan sesuai 7. bila tidak dapat diselesaikan :
dengan perkiraanTandanya a. periksa apakah masih ada
hubungan pokok yang
a. Besarnya belum dicatat
b. Satuannya b. buat pengandaian tentang
keberlakuan

Apakah masih ada bagian yang


belum diselesaikan? 45
Tidak

Ya
10. selidiki apakah ada kesalahan yang dibuat pada

a.
Perkiraan
b.
Skema yg dibuat
c.
Hubungan pokok yang digunakan
d.
Penyelesaian hingga menjadi
problema standar
PENYELESAIAN PROBLEMA SECARA SISTEMATIK (PPSS) soal :
e. Perhitungan problema standar

Koreksi

46
ANALISA RENCANA

1. Tata baca dengan skema 4. PILIH HUBUNGAN POKOK


2. Buat skema
a. Ketentuan a. Lembaran hp
b. Grafik b. dari ketentuan
c. Yang ditanyakan
d. Perkiraan

5. perhatikan syarat-syarat

6. Ubah menjadi problem standar 7. Bila tidah dapat diselesaikan

a. yang ditanyakan a. hp lain

b. hp dengan yang ditanyakan b. pengandaian

c. spesifikasi

d. besaran tak diketahiu baru

e. titik tolak baru

f. substitusi

3. Problema standar PENYELESAIAN pemeriksaan

8. perhitungan dan hasil a.


b.
c.

47
Hubungan Pokok Syarat Penjelasan

Gas Ideal

PV = nRT
Pt = ∑
Pi = Xi Pt Persamaan keadaan gas ideal
= =√ Hukum Dalton
PV = Nm Ĉ² V
T, tetap Hukum Graham
= 4π ( ) C² dc ]
T, tetap Persamaan pokok teori kinetic

C akr = √ T, P tetap Hukum distribusi kecepatan


molekul (Maxwell)
Ĉ=√
Kecepatan akar kuadrat rata-rata
Cpb = √ = Kc √ =( ∑ )⁄
Ek = RT
Kecepatan Rata-rata = ∑
Tiap derajat kebebasan menyumbang Rt
Kecepatan paling boleh jadi
pada energi total rata-rata
Energi kinetik translasi tiap Mol

Prinsip ekipartisi energy

Jumlah dengan kebebasan


Translasi = 3
Rotasi = 2 (linier)
3 (tak linier) Jumlah tabrakan tiap mol . tiap
Vibrasi = 3N - (linier) detik
3 N -3 (tak linier)
Jumlah tabrakan tiap cc tiap detik

Jarak bebas rata-rata


Z=√ π Ĉ
Z= √ π ( )² Molekul Viskositas gas
Fleksibel
Λ= =

Η= pĈλ Z = faktor daya mampat, dari


diagram umum
Gas Nyata
48
Persamaan keadaan v.d. Waals
PV = ZnRT
(P+ ) (V - ℓ ) = nRT

Kinetik Gas

49
1.5.4. CONTOH-CONTOH SOAL YANG DISELESAIKAN DENGAN METODE PPSS

(PENYELESAIAN PROBLEMA SECARA SISTEMATIK)

1.1.Gas Ideal

1.1.1. Suatu gas diketahui terdiri atas campuran etana, C2H6 dan butana C2H10. Bola kaca
dengan volume 200cc diisi dengan campuran gas ini pada tekanan 750torr dan
temperatur 20ºC. Bila berat gas dalam bola ialah 0,3846 g, Tentukan komposisinya!

1.1.2. Analisa dari suatu cuplikan udara memberikan hasil dalam % berat ) sebagai berikut :
Nitrogen, N2 74,7 %
Oksigen, O2 22,9 %
Argon, Hr 1,3 %
Uap Air, H2O 1,0 %
Karbon dioksida, CO2 0,1 %
Hitung rapat massa udara pada 0º dan 1atm

1.1.3. Pada 318 ºK dan 1atm, N2O4 terdisosiasi menjadi 2NO2 sebanyak 38%. Berapakah
tekanan dalam sebuah wadah dengan volume 20 liter yang mengandung satu Mol
N2O4 pada 318 ºK?

1.1.4. Satu m³ udara lembab pada tekanan total 740 torr dan temperatur 30 ºC mengandung
sejumlah air dengan tekanan parsial 20,0 torr . udara ini didinginkan, pada tekanan
tetap, hingga 15 ºC dan sebagian dari uap air mencair. Tekanan parsial uap air pada
akhir proses ialah 12,7 torr. Hitung (a) Volume udara setelah pendinginan (b) Berat
air yang mencair!
1.2.Gas Nyata

1.2.1. Volume molar pada gas tertentu, sebagai fungsi tekanan pada temperature 27 ºC,
diberikan oleh :
V = ap + - 0,002

A & B ialah tetapan, V dalam liter P dalam atm


(a) Berapakan harga B pada 27 ºC ?

50
(b) Bila A = 0,50 x liter , pada tekanan berapakah factor daya mampat
akan mencapai harga minimumnya 27ºC ? R=0,0821 liter atm
1.2.2. Untuk suatu gas nyata , Z = 1,00054 , pada 0 °C dan 1 atm, dan temperatur Boyle
ialah 107 °K. Perkirakan harga tetapan-tetapan Van der waals, a & b
( petunjuk (1-x) = 1 + x + x² +… )

1.2.3. Tunjukkan bahwa, pada tekanan yang cukup rendah, persamaan keadaan Van der
waals untuk satu Mol gas dapat dinyatakan sebagai :
PV = RT (1+BP)

Dengan B = ( )

Gunakan pendekatan : ( 1-x ) = 1 + x + x² + … untuk x kecil

1.2.4. Sebuah silinder baja dengan volume 5 liter berisi 400 gram gas nitrogen. Hingga
temperature berapakah silinder tersebut dapat dipanaskan bila tekanan didalamnya
tidak boleh melampaui 50 atm? = -147,1 °C , = 33,5 atm
1.3.Teori Kinetik

1.3.1. Koefisien viskositas uap air pada 150 °C dan 1 atm ialah 144,5 mikro-poise. Hitung :
a. Kecepatan akar kuadrat rata-rata, ;
b. Kecepatan rata-rata, Ĉ ;
c. Kecepatan paling boleh jadi, ;
d. Diameter tabrakan, d ;
e. Jarak bebas rata-rata, λ ;
f. Jumlah tabrakan per molekul per detik. Z
g. Jumlah tabrakan biomolekul per cm³ per detik. Z

51
LEMBARAN PPSS

GAS IDEAL

PV=nRT Persamaan keadaan gas ideal

Pt =∑ T1 V tetap Hukum Dalton

Pi =Xi P t T1 V tetap Hukum Graham

T1 P tetap Persamaan pokok teori kinetik

Hukum distribusi kecepatan

Molekul(maxwell)

Kecepatan akar kuadrat rata-rata

Kecepatan rata-rata =

Kecepatan paling bolehjadi

energi kinetik translasi tiap Mol

prinsip ekipartisi energi

Jumlah tabrakan tiap mol,tiap detik

Jumlah tabrakan tiap cc tiap detik

Jarak bebas rata-rata


Molekul fleksibel
Viskositas gas

Z=faktor daya mampat,dari


diagram umum.

Persamaan keadaan v.d.Waals

52
1.5.4 CONTOH-CONTOH SOAL YANG DISELESAIKAN DENGAN METODA
PPSS(PENYELESAIAN PROBLEMA SECARA SISTEMATIK)

Gas Ideal

1. Suatu gas diketahui terdiri atas campuran etana C2H6 dan butana C4H10.Bola kaca
dengan volum 200cc diisi dengan campuran gas ini pada tekanan 750 torr dan temperatur
20oC.Bila berat gas dalam bola ialah 0,3846 g,tentukan komposisinya ?

2. Analisa dari suatu cuplikan udara memberikan hasil(dalam % berat)sebagai berikut :

Nitrogen,N2 74,7 %

Oksigen,O2 22,9 %

Argon, Ar 1,3 %

Uap air,H20 1,0 %

Karbon dioksida, C02 0,1 %

Hitung rapat masa udara pada 0OC dan 1 atm !

3. Pada 318oK dan 1 atm,N2O4 terdisosiasi menjadi 2NO2 sebanyak 38%.Berapakah


tekanan dalam sebuah wadah dengan volum 20 liter yang mengandung satu Mol N204
pada 318oK !

4. Satu m3 udara lembab pada tekanan total 740 torr dan temperatur 300C mengandung
sejumlah air dengan tekanan parsial 20,0torr.Udara ini didinginkan pada tekanan tetap
hingga 15oC dan sebagian dari uap air mencair.Tekanan parsial uap air pada akhir proses
ialah 12,7 torr.Hitung (a)volum udara setelah pendinginan ,(b) berat air yang mencair.

1.2. Gas Nyata

Volum molar suatu gas tertentu sebagai fungsi tekanan pada temperatur 27oC , diberikan
oleh:

V=AP + – 0,002

A dan B ialah tatapan, V dalam liter mol-1,P dalam atm.

(a) Berapakah harga B pada 27oC ?

(b) Bila A=0,50X 10-5 liter atm-1 Mol -1,pada tekanan berapakah faktor daya mampat akan
mencapai harga minimumnya pada 27oC ?

2. Untuk suatu gas nyata Z=1,00054,pada 0oC dan 1 atm dan temperatur boyle ialah 107oK.
Perkirakan harga tetapan tetapan van der waals a dan b. ?

53
3. Tunjukkan bahwa pada tekanan yang cukup rendah persamaan keadaan van der waals
untuk satu Mol gas dapat dinyatakan sebagai :

PV=RT(1+BP)

Dengan B= -( )

Gunakan pendekatan : (1-x)-1 = 1+x+x2+.......... untuk x kecil.

4. Sebuah silinder baja dengan volum 5 liter berisi 400 g gas nitrogen. Hingga temperatur
berapakah silinder tersebut dapat dipanaskan bila tekanan di dalamnya tidak boleh
melampaui 50 atm ? tc = -147,1 oC , PC=33,5 atm.

1.3 Teori Kinetik

1. Koefisien viskositas uap air pada 150oC dan 1 atm ialah 144,5 mikro poise . Hitung :

(a) kecepatan akar kuadrat rata rata Cakr

(b) kecepatan rata rata C

(c) kecepatan paling bolehjadi , C pb

(d)diameter tabrakan d

(e)jarak bebas rata rata

(f)jumlah tabrakan per molekul per detik , z

(g) jumlah tabrakan bimolekul per cm3 per detik, Z

54
LEMBARAN PPSS

Campuran C2H6+C4H10 PV=n R T

V= 200 cc = 0,200 liter XI =


P= 750 torr=750/760 atm
Ni =
o O
T=20 C= 293,2 K

W=0,3846 g

Yang ditanyakan (a) fraksi mol C2H6 =x1 = ?

(b) fraksi mol C4H10=x2=?

XI = = = (n1 tidak diketahui)

X1= dan x2 = (W1 dan W2 tidak diketahui)

N1=

X1+X2=1 =

W1+W2 = W

W2=W-W1 + = eliminasi W1 melalui *)

X1 + - =

X1 + - X1 = 1

X1=0,396
( )( )( )
X1= ( )( )
X2=0,604

X2=1-0,396

55
LEMBARAN PPSS

Udara dengan komposisi : N2 =74,7 % PV=Nrt

(%-BERAT) O2 =22,9 =
A = 1,3

H2O =1,0

CO2 =0,1 %

T=0OC = 273,2 OK

P= 1 atm

Yang dinyatakan : rapat masa dalam g liter-1 ?

= = = M(M tidak diketahui)

∑ ∑
M= = (ambil ∑ Wi=W=100 g → Wi = %berat)


= →problema standar

=( ρ=1,290 g liter -1
)( )
[(0,747)(28)+(0,229)(32)+(0,013)

(39,9)+(0,01)(18)+(0,001)(44)]

56
LEMBARAN PPSS

Gas N2O4 : N2 O4 2NO PV = n RT

n = 1 mol nt=∑ i

V=20 liter

T=318oK

=0,38(PAA 3180K,1 atm)

Yang ditanyakan : Pt ?

Perkiraan : Pt>1 atm

Pt=nt (nt tidak diketahui)

nt =nN2o4 +nNO2 pada kesetimbangan : nN2o4=1 –

nNO2 = 2

Nt=1+

Substitusi nt kedalam *) : Pt ( 1+ )

( )( ) Pt = 1,80 atm
Pt = (1+0,38)

57
PV=nRT

V1=1m3 P v2=...... Pt = ∑ i

P1=740 torr tetap P2 =740 torr

t1=300C t2=15oC

PH20=P11=20,0 torr PH20=P11=12,7 torr

Berat uap air =W1 berat uap air =W2

Yang ditanyakan : (a)V2 ? (V2


1)

(b) W=W1-W2=?

V2 =

(a)V2 = . .1 (a) V2 = 0,941 m3

3
(b) W=7,06 g
(b)W=( – )x
x

58
LEMBARAN PPSS

Gas nyata : V=AP+ - 0,002 Z= (n=1)

V dalam liter Mol-1 P dalam atm PV= n RT(gas ideal)

Pada PX : ( )r=0

Yang ditanyakan :

(a) B pada 27oC


(b) P = 0,50x 10-5 liter atm-1 Mol-1

(a) V = AP+ - 0,002 PV=AP2+B-0,002 P B=(PV)P=0


Pada P=0 gas ideal : PV=RT B=RT(problema standar)
PV B
(b)Z=RT = +RT -

Pada PX : ( )T =0= 2 - Px =

(a) B=(0,0821)(300,2) (a)B=24,6 liter atm Mol -1


(b) PX = 0 50X10 5 (b) PX =200 atm

59
Lembaran ppss soal 1.2.2

Gas nyata : Z = 1,00054 (00C, 1atm) P = RT - a


temp. Boyle, Tb 1070K v-b V2
(pers, v.d Walls n = 1)
Z = PV n=1
RT
Pada Tb : ( Z) = p = 0
Yang ditanyakan : tetapan v.d Walls (a) ? ( )r
(b) ? (1-x)-1 = 1+x+x2+....

Turunkan Z sebagai fungsi P dan T :

Z = V (RT - a ) = V - a = 1 -a
RT (V-b V2) V-b RTV 1-b/V RTV

= 1 + (b ) +(b ) + ...... a___


(V) (V)2 RTV

= 1 + (b- a/RT) 1 + (b ) + (b ) + ....


V (V)2 (V)3

Pendekatan : substitusi V = RT → Z = 1 + 1_ ( b-a/RT) P + (b_)2 P2 + ..


P RT (RT)

Pada TB : ( Z) = 0 pada P=0 → 1__ (b- a__) – 0 → TB = a_ → a = b RTB


( )r 2TB ( RTB) bB

Karena Z tidak banyak berbeda dari 1 atm Z ≠ 1 + 1_ ( b – a/RT)P


RT
Atau Z = 1 + b_ ( 1 – T/TB) P →probl.standar
RT

Gas van der walls : n = 1 mol ( P + a_ ) (V-B) = RT


P cukup rendah V2
(n=1)
B = (b_) - (a_)
Yang dinyatakan : buktikan PV= 1 + (BP) (RT) (RT)

(1-x)-1 = 1+x+x2
(x kecil)

P = RT – a_ → PV = RTV – a_ = RT (V__) – a = RT (1_____) - a


V-b V2 V-b V (V-b) V (1 – b/V) V

60
Pada P cukup rendah : V ≈ RT → PV = RT (1_____) - aP
P (1-bP/RT) RT

(1-bP_)-1 ≈ 1 + bP
( RT) RT

PV = RT (1 + bP) - aP
RT RT

= RT [ 1 + (b_ - a____) P ]
( RT (RT)2)
Atau : PV = RT ( 1 + BP )

Gas nitrogen V = 5 liter PV= ZnRT


(tidak ideal) w = 400 gram Pr = P
Pm= 50 atm Pc
Tr = T
Tc
Tc= - 147,10c
Pc = 33,5 atm

Yang ditanyakan Tm = ?

T = PV - PVM Z = tidak diketahui


ZnR ZRw
Z tidak dapat ditentukan secara langsung dari diagram faktor daya mampat karena Tr tidak
diketahui.

Kebergantungan Z pada Tr : T = Tc Tr PVM → Z = PVM . 1


ZRw RwTc Tr

Z = (50) (5) (28)________ . 1_ → Z = 1,69


(0,0821) (400) (126,1) Tr Tr

Harga Z yang dicari letak pada kurva Z = 1,69

Tr
dan pada isobar Z = f(Tr) yang digambarkan
pada Pr = P_ = 50_ = 1,49. Kurva yang terakhir
Pc 33,5
Ini diproleh dari diagram faktor gaya mampat.

Pada grafik terlampir (lihat halaman berikut)

61
Z=0,95 → Tm = Pm V M_ → problema
0,95 R w standar

= (50) (5) (28)_______ Tm = 224,50K ~ -490C


(0,95) (0,0821) (400)

Z= 1,69 Pr = 1,49
Tr
Tr Z Tr Z
1,00 1,69 1,00 0,25
1,20 1,41 1,20 0,68
1,40 1,21 1,40 0,84
1,60 1,06 1,60 0,92
1,80 1,94 1.80 0,96
2,00 0,85 2,00 0.98

62
R = 8,314x107
Uap air t = 1500C Cakr = (3RT)1/2
= 1 atm (M )
Cpb = (2RT)1/2
= 144,5 poise (M )
𝝀 = = 1________
Yang harus dihitung : (a) Cakr z √2 d2N/V
(b) ᶯ=½ 𝝀
(c) Cpb Z √ d2 (n/V)2
(d) d
(e) 𝝀
(f) z
(g) Z

(a) Cakr = (3RT)1/2 → problema standar


(M )
(b) = ( RT)1/2 → problema standar
( M)
(c) Cpb = (2RT)1/2 → problema standar
(M
(d) 𝝀 = = 1________ → 2ᶯ = 1________ → d2 = ______
2 2
z √2 d N/V √2 d N/V 2 √2 d2N/V

p= w = ᶯM = N M d2= N M
V V N0 V N0 V______ = M → probl. standar
2 2
2 √2 d N/V 2 √2 d NB

(e) 𝝀 = 2ᶯ ; = w = ᶯM__ = → 𝝀 = 2ᶯRTR → problema standar


V ᶯRT/ RT PM

(f) 𝝀 = → Z = → problema standar


z z

(g) Z = ½ √2 d2 (N/V)2 ‘ N/V = NP_ = NPN0 = PN0


NRT NRT RT
2 2
Z = ½ √2 d (PN0) → problema standar
(RT )

Cakr = (3x8,314x107x423,2)1/2 (a) Cakr=7,66x104cmdet-1


18

= (8x8,314x107x423,2)1/2 (b) =7.05x104


3,1418

Cpb = (2x8,314x107x423,2)1/2 ( ) pb=6.25x10


4

18

63
d = 18x7,05x104________________ ( ) =4,06x10-8cm
2√2x3,14x8,023x1023x144,5x106

𝝀 = 2(144,5x105)(8,314x107)(423,2) ( )𝝀=7,88x10-6cm
(1,013x106)(1,8)(7,05x104)

z = 4,05x104 (f) z=8,95X109 detik-1


7,88x10-6
(g) Z = 7,75x1028cm-3det-1
Z
=½√2(3.14)(4,06x108)2(7,05x104)(1,013x106x6,023x1023)2

(8,314x107x423,2)

Soal-soal Latihan

1.01. Salah satu cara untuk memperkirakan temperatur dipusat matahari didasarkan atas
hukum gas ideal. Bila andaikan bahwa pusat mengandung gas-gas dengan berat molekul
rata-rata 2,0 dan bila rapat masa dan tekanan dari gas-gas ini ialah masing-masing 1,4gr
cm-3 dan 1,3x103 atm, perkirakan temperatur pusat matahari.
1.02. Suatu campuran serbuk magnesium dan seng dapat dianalisa dengan cara mereaksikan
dengan asam berlebih dan menampung gas hidrogen yang terjadi di atas air. Dari data
berikut, hitung komposisi dari campuran tersebut dalam % berat
Berat campuran 2,4778 gr
Volum H2 yang di tampung 1,284 liter
Temperatur air 210C
Tekanan barometer 753,6 mmHg
1.03. Sebuah bola kaca kosong dengan berat 27,9214 gr diisi dengan udara kering pada 1 atm
dan 250C; beratnya 28,0529 gr. Bila diisi dengan suatu campuran gas metana (CH4) dan
gas etana (C2H6) beratnya 28,0140 gr. Komposisi udara dalam % volum : 20% O2 ; 79%
N2 dan 1% air. Hitung % mol metana dalam campuran tersebut
1.04. Dengan mengandaikan bahwa udara kering mengandung 20% O2 ; 79% N2 dan 1% air
(% volum). Hitung rapat masa udara lembab pada 1atm dn 250C dan pada kelembaban
relatip 60% . Tekanan uap air ialah 23,76 torr pada 250C

1.05 Natrium bikarbonat sebanyak 0,0248 gr dipanaskan dalam bejana tertutup hingga 350⁰C.
Garam ini mengalami penguraian sebagai berikut :

2NɑHCO₃ → Nɑ₂CO₃ + H₂O + CO₂

Tekanan dalam bejana bertambah dengan 12,5 torr. Bila 0,212 gr tembaga sulfat kristal
dipanaskan dalam alat yang sama dan temperatur yang sama, maka garam sulfat ini
melepaskan air kristalnya sehingga tekanan bertambah dengan 17,9 torr. Tentukan rumus
dari tembaga sulfat hidrat.

64
1.06. 4,64 gr gas khlor dan 4,193 gr gas belerang di oksida dicampurkan dalam volume 2 Liter
pada temperatur 190⁰C, sebagian dari campuran gas ini bereaksi dan menghasilkan
sulfuril khlorida, SO₃Cl₂. Pada akhir reaksi tekanan campuran gas ialah 2 atm. Hitung
tekanan parsial dan konsentrasi dari masing-masing zat dalam campuran.

1.07. Pada temperatur dan tekanan tertentu 92ml nitrogen berefusi melalui suatu lobang kecil
dalam waktu 20 detik. Pada kondisi yang sama, 92ml dari campuran oksigen dan karbon
dioksidasi berefusi dalam waktu 24 detik. Berapakah % volume CO₂ dalam campura gas
ini ?

1.08 .Andaikan 4,20 gr N₂ dan 3,20 gr O₂ dicampurkan dan kemudian dimasukkan ke dalam
botol yang mengandung alkohol pada 0⁰C. Bila volume dan tekanan dari fasa gas
masing-masing ialah 7,6 Liter dan 572 torr, perkirakan tekanan uap alkohol pada 0⁰C ?

1.13. Dengan menggunakan persamaan keadaan van der waals hitung tekanan dari 1 kg CO₂
dalam volume 5 Liter pada 40⁰C. Bandingkan harga ini dengan harga yang diperoleh bila
ga tersebut dianggap ideal.

1.14. Persamaan keadaan untuk n mol gas nyata pada tekanan rendah dapat dinyatakan sebagai

PV = n (RT + BP)

Dengan B ialah koefisien virial kedua

a. Tujukkan bahwa pada tekanan rendah angka banding d/p merupakan fungsi linier dari
P; d = rapat masa gas. (petunjuk : (1+x)-1 ≈ 1-x pada x kecil )
b. Tunjukkan bagaimana berat molekul gas dapat ditentukan dari aluran d/p terhadap p
pada temperatur tetap. Cara penentuan berat molekul ini terkenal sebagai metoda rapat
masa terbatas.
c. Idem untuk koefisien varial B

1.15. Oleh Moles dan Sansho ditemukan bahwa rapat massa amoniak NH₃ pada 0⁰C 0,7743 gl-
1
pada 1 atm, dan 0,38281 gl-1 pada 0,50 atm. Hitung berat atom nitrogen bila diketahui
berat atom hidrogen ialah 1,0080.

1.16. Rapat masa trimetil amina sebagai fungsi tekanan pada 0⁰C, ditentukan oleh arthur dan
felsing ( J.Am.Chem.Soc 68, 1883,1946) sebagai berikut

P (atm) : 0,2 0,4 0,6 0,8

d( gl-1) : 0,5336 1,0790 1,6363 2,2054

Tentukan koefisien virial kedua dari trimetil amina pada 0⁰C.

65
1.17. Tekanan tereduksi, Pr, dan temperatur tereduksi, Tr, untuk uap jenuh CO2 pada 0oC
dan 5oC ialah sebagai berikut :

t(oC) Tr Pr

0 0,898 0,493

5 0,914 0,514

Dengan menggunakan hukum keadaan sehubungan, hitung tekanan uap air jenuh pada
313oC, bila diketahui tekanan kritik air = 225 atm dan temperatur tereduksi uap air
jenuh = 0,906 , pada 313oC.

1.18. Sebuah silinder dengan volum 39 liter yang tahan uji hingga tekanan 40,0 atm , berisi
1000 g gas amoniak. Sampai temperatur berapakah silinder tersebut dapat dipanaskan
? Gunakan diagram umum faktor daya mampat. tc= 132,4oC, Pc= 111,5 atm. Nilai
eksperimen, t = 121,25oC

1.19. Sebuah silinder dengan volum 100 liter berisi gas metana pada 25 oC dan 200 atm.
Hitung berat gas yang harus dikeluarkan agar tekanan dalam silinder berkurang
hingga 50 atm pada termperatur yang sama. Gunakan diagram umum faktor daya
mampat. tc= -82,5oC, Pc= 45,8 atm.

1.20. Pada tekanan 100 atm dan temperatur 198oC harga PV/PoVo untuk gas karbondioksida
ialah 1,5820. Rapat massa gas ini pada Po= 1 atm dan To= 273,15oK ialah 1,9768 gl-1.
Hitung rapat massa karbondioksida pada 100 atm dan 198oC dengan menggunakan
diagram umum faktor daya mampat. tc= 31,1oC , Pc= 73,0 atm.

1.21. Hitung harga limit dari Cp/Cv untuk gas N2O. Molekul gas ini adalah linier. Harga
eksperimen ialah 1,30 pada 15oC. Jelaskan perbedaan antara kedua harga tersebut.

1.22. Andaikan suatu gas mengandung jumlah molekul dengan kecepatan yang dinyatakan
pada tabel dibawah. Dari data ini hitung kecepatan rata-rata, E, kecepatan akar
kuadrat rata-rata, cakr, dan kecepatan paling bolehjadi, cpb.

Ni : 20 40 60 80 20

Ci(m detik-1) :100 200 300 400 500

1.23. (a) Hingga temperatur berapakah gas hidrogen harus didinginkan agar supaya
kecepatan paling bolehjadi, vpb, menjadi sama dengan vpb dari oksigen pada 20oC?

(b) Hingga temperatur berapakah gas ksenon harus dipanaskan agar supaya kecepatan
akar kuadrat rata-rata, vakr, menjadi sama dengan vakr dari helium pada -50oC ?

1.24. Hitung fraksi dari molekul-molekul metana pada 20oC dengan kecepatan di dalam
0.5 cm detik-1 dari kecepatan paling bolehjadi.

66
1.25. Dengan menggunakan fungsi distribusi kecepatan molekul menurut Maxwell
turunkan fungsi distribusi energi molekul untuk gas ideal.

1.26. Andaikan pada suatu waktu awal semua molekul gas di dalam sebuah wadah
mempunyai energi translasi yang sama, 2,0 x 10-14erg. Karena gerakan molekul energi
akhirnya terdistribusi secara Maxwell.

(a) Hitung temperatur akhir dari sistim.

(b) Berapakah fraksi dari jumlah total molekul yang akhirnya mempunyai energi
antara 1,98 x 10-14 dan 2,02 x 10-14 ?

1.27. Kalau diketahui diameter molekul CO ialah 3,19 x 10-8erg hitunglah pada 300oK dan
tekanan 100 torr :

(a) jumlah molekul yang bertabrakan per cm3 per detik;

(b) jumlah tabrakan bimolekul;

(c) jarak bebas rata-rata.

1.28. Salah satu keberhasilan pertama dari teori kinetik gas ialah peramalan yang tepat
bahwa koefisien viskositas, ŋ, tidak bergantung pada tekanan gas, pada temperatur
tetap. Padahal persamaan yang diturunkan untuk ŋ mengandung , yaitu konsentrasi
molekul sebagai suatu faktor eksplisit. Apa sebab ŋ tidak bergantung pada tekanan
atau konsentrasi ?

1.29. Johnston dan Mc Closkey (g.Phys.chem.44 , 1038, 1940) mengukur koefisien


viskositas dari gas oksigen pada 0oC, ŋ= 1,9118 x 10-4 poise. Hitung diameter
tabrakan molekul-molekul pada termperatur ini.

67
Lampiran-1

JAWABAN SOAL-SOAL LATIHAN

1.01. 2,3 x 107oK


1.02. Zn 80,1%, Mg 19,9 %
1.03. 69,0% Mol
1.04. 1,172 gl-1
1.05. CuSO4 . 5H2O
1.06. Pcl2 = Pso2= 0,758 atm , Pso2cl2= 0,484 atm
Ccl2 = Cso2= 0,0199 Mol L-1, Cso2cl2= 0,0128 Mol L-1
1.07. 69,1% - volum
1.08. 11,2 torr
1.09. 0,177 torr
1.10. t(oC) : 272,0 366,0 451,0 525,0
: 0,000 0,024 0,044 0,094
1.11. 15,4 gr
1.12. (a) a= 24,6 l atm Mol-1, (b) b=0, (c) c = 5,0 x 10-6 l atm-1Mol-1
1.13. 70,9 atm ; 46,9 atm (ideal)
1.14. (a) = +( ) ( )P, (b) M= RT( )p=0 (c) arah lereng = ( ) ( )
1.15. 14,0079
1.16. -1,192 l- Mol-1
1.17. 111,1 atm
1.18. 120,3oC
1.19. 12,2 Kg
1.20. 126,44 g l-1 (eksperimen : 124,97 g l-1)
1.21. 1,154
1.22. ̅= 318,2 m detik-1 , Cakr= 345,4 m detik-1 , Cpb= 282,0 m detik-1
1.23. (a) 18,5oK , (b) 7320oK
1.24. 1,506 x 10-5
1.25. dN = 2 N ( )3/2 1/2 -G/KT 2
e d
o
1.26. (a) 96,5 K, (b) 0,0515
1.27. (a) 2,23 x 1027 , (b) 1,12 x 1027, (c) 6,87 x 10-5cm
1.28. Ŋ= P ̅ = P ̅ = ̅. ̅
√ √ √
-8
1.29. 3,65 x 10 cm

68
Lampiran -2

Daftar Berat Atom

(Dibulatkan hingga dua angka dibelakang koma)

Unsur Lambang Berat Atom


Argon Ar 39,95
Belerang S 32,06
Helium He 4,00
Hidrogen H 1,01
Karbon C 12,01
Khlor Cl 35,45
Ksenon Xe 131,30
Magnesium Mg 24,30
Merkuri Hg 200,59
Natrium Na 22,99
Nitrogen N 14,01
Oksigen O 16,00
Seng Zn 65,38
Tembaga Cu 63,54

Tetapan

Bilangan Avogadro, No= 6,023 x 1023 Mol-1

Tetapan gass, R= 8,314 Joule K-1Mol-1

8,314 x 107 erg K-1Mol-1

0,0821 liter atm K-1Mol-1

1,99 kal K-1Mol-1

Volum molar gas, Vm= 22,414 x 10-3 m3Mol-1

(0oC, 1 atm) 22,414 liter Mol-1

22414 cc Mol-1

Faktor Konversi

1 atm = 101,325 kNm-2 T(oK) = t (oC) + 273,15

1,013 x 106 dyne cm-2 ln x = 2,303 log x

760 torr(mmHg) = 3,14

1 torr = 133,322 Nm-2 1 kal = 4,184 Joule

1,316 x 10-3 atm

69
70

Anda mungkin juga menyukai