Pengantar
Pengertian Hak Cipta dan Pengertian Lain
Tujuan Khusus
Mahasiswa memahami tentang Pengertian Hak Cipta, Pencipta dan Ciptaan, Hak yang berkaitan
dengan Hak Cipta, Jenis Ciptaan secara umum, Jangka waktu perlindungan Hak Cipta,
Pendaftaran Hak Cipta.
1. PENGANTAR
Perkembangan Merek secara ringkas dapat dijelaskan sebagai perkembangan dari sifat
Merek sebagai tanda pemilikan/proprietary marks/possessory marks (pada Merek mula-
mula) sampai dengan sifat Merek sebagai citra produk/product image ataupun simbol gaya
hidup/way of life sebagaimana yang terjadi pada saat sekarang.
Seiring dengan surutnya peran gilda, peneraan Merek tidak lagi wajib dilakukan oleh para
pedagang. Namun dengan bertumbuhnya perdagangan regional dan meningkatnya produk
pabrikan seiring dengan Revolusi Industri, banyak pedagang tetap melanjutkan menerapkan
Merek pada barang manufakturnya [Bently dan Sherman, 656 dari: B. Pattishall, Trade
Marks and the Monopoly Phobia (1952) 42 TM Rep. 588, 590-591]. Terlebih lagi, dengan
pertumbuhan media masa dan masyarakat yang melek huruf, pedagang mulai
mengiklankan produk mereka dengan merujuk pada Merek produknya [Bently dan
Sherman, 656 dari: S. Diamond, The Historical Development of Trademarks (1975) 65 TM
Rep. 265, 272]. Sebaliknya, pembeli mulai mengandalkan Merek barang sebagai indikasi
yang benar mengenai sumber barang, mereka menggunakannya sebagai bantuan dalam
memutuskan pembelian barang, dan lama kelamaan konsumen mulai menyadari bahwa
merek menunjukkan pembuat barang dan mutu barang. Dengan demikian sifat Merek
berubah dari informasi mengenai penanggungjawab atas barang (source of liability) menjadi
penunjuk mutu barang (indicator of quality) [Bently dan Sherman, 656].
Sekitar awal abad ke-20, Merek berubah dari penunjuk asal (indicator of origin) untuk
menjadi kekayaan yang berharga (valuable assets) dalam haknya. Merek tidak hanya
sebagai tanda tetapi telah juga membangkitkan perasaan dari konsumen, hal ini disebabkan
oleh karena meningkatnya kualitas industri periklanan. Merek sudah lebih menjadi alat
pemasaran dan sudah berkurang sebagai cara identifikasi produk. Dalam kondisi seperti ini,
fungsi Merek berubah dari sinyal/signal menjadi simbol [Bently dan Sherman, 656 dari:
T. Drescher, The Transformation and Evolution of TrademarksFrom Signals to Symbols to
Myth (1992) 82 TM Rep. 301]. Sebagai sinyal, Merek memicu respons otomatis dan
berguna sebagai identifikasi pembuat produk. Sebaliknya sebagai simbol, Merek
menerapkan berbagai bentuk makna karena Merek sudah digunakan sebagai alat untuk
melekatkan atribut tertentu pada barang [Bently dan Sherman, 656].
Setelah ekonomi dunia berkembang, kegiatan perdagangan tidak hanya terjadi di dalam
lingkup wilayah negara atau kumpulan negara tertentu, namun sudah berlangsung secara
global. Timbul kebutuhan pengaturan hukum akan merek secara global. Tidak terdapat
catatan yang jelas mengenai awal pengaturan hukum merek secara internasional.
Pengaturan secara hukum terhadap hak merek secara internasional yang paling penting
terjadi pada tahun 1883 melalui Konvensi Paris atau Paris Convention (the 1883 Convention
of the Union of Paris). Konvensi Paris membolehkan warga negara dari negara peserta untuk
mendaftarkan merek barang dan jasanya di setiap negara anggota secara individual dan
non-diskriminatif, bahkan jika pemohon tidak memiliki merek tersebut di negara asalnya.
Hal ini bisa dilakukan oleh pemegang hak merek enam (6) bulan setelah pendaftaran
pertama dilakukan. Konvensi Paris masih berlaku hingga saat ini. Hal ini dikenal sebagai hak
prioritas.
Hukum Merek telah dikenal lama di Indonesia, sejak masa penjajahan Belanda. Hukum
Merek yang sekarang berlaku adalah ketentuan-ketentuan yang dipengaruhi oleh
perkembangan kegiatan perdagangan internasional yang terjadi pada abad ke-20, terutama
melalui perundingan dagang global dalam rangka General Agreement on Tariffs and Trade
(GATT) yang kemudian berujung pada pembentukan organisasi perdagangan dunia (World
Trade Organization/WTO). Salah satu hasil perundingan GATT adalah munculnya perjanjian
TRIPs/TRIPs Agreement (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights). Perjanjian TRIPs saat menjadi perjanjian internasional yang sangat penting di
bidang HaKI yang mana di dalamnya terdapat Hak Merek. Konvensi Paris turut diadopsi
dalam isi Perjanjian TRIPs.
Hak Merek di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek,
sebelumnya diatur dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek yang
kemudian diubah dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Terhadap
UU No. 19 tahun 1992 tentang Merek.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek : Merek adalah tanda
yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka- angka, susunan warna, atau
kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.
HAK ATAS MEREK adalah hak ekslusif yang diberikan negara kepada pemilik Merek yang
terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
sendiri Merek tersebut atau memberikan ijin kepada pihak lain untuk menggunakannya.
Pengertian Hak Atas Merek di atas, menunjukkan pengaruh pendekatan Kebijakan Negara
(State policy) dari para penganut Natural right theory dalam memahami hak merek. Di
dalam Natural right theory, terdapat dua pendekatan:
- Pendekatan kedua adalah state policy, yaitu hak sebagai suatu kebijakan
negara untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan (seperti
peningkatan kreativitas, perkembangan seni yang berguna, membangun
pasar yang tertata bagi buah pikir manusia, dll).
Hak Prioritas
Hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang tergabung
dalam Paris Convention For The Protection Of Industrial Property atau Agreement
Establishing The World Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal
penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota
salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention For The Protection Of Industrial
Property.
Lisensi
Ijin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu perjanjian
berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menggunakan Merek
tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan
dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
Merek Dagang
Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa
orang secara bersama-sama atau badan hukum yang membedakan dengan barang-barang
sejenis lainnya.
Merek Jasa
Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh sesorang atau beberapa
orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang
dan/atau jasa sejenis lainnya.
Merek Kolektif
Merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
Indikasi Geografis
Indikasi Geografis menurut Pasal 56 ayat (1) UU No 15/2001: dilindungi sebagai suatu
tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang yang karena faktor lingkungan geografis
termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut,
memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.
Indikasi Asal
Indikasi Asal dilindungi sebagai suatu tanda yang: a) memenuhi ketentuan Pasal 56 ayat
(1), tetapi tidak didaftarkan; atau, b) semata-mata menunjukan asal suatu barang atau
jasa.
Merek
Perlindungan hak merek diperoleh setelah dilakukan pendaftaran merek. Merek yang sudah
didaftarkan disebut Merek Terdaftar, sering disimbolkan dengan tanda (registered)
setelah merek atau tanda (trademark) setelah merek.
Perlindungan hak merek dimaksudkan untuk melindungi pemilikan atas merek, investasi
dan goodwill (nama baik) dalam suatu merek, dan untuk melindungi konsumen dari
kebingungan menyangkut asal usul suatu barang atau jasa. Perlindungan hak merek
dilakukan melalui Pendaftaran Merek. Sebelum lanjut ke Pendaftaran Merek, secara filosofis,
apakah justifikasi perlindungan hukum atas hak merek?
Paling tidak terdapat tiga (3) justifikasi perlindungan hak merek menurut Bently &
Sherman, yaitu:
Informasi yang disediakan oleh Merek secara khusus penting dalam kaitan dengan
barang yang tidak bisa dinilai oleh konsumen melalui inspeksi (barang-barang
semacam ini dikenal sebagai experience goods; contohnya mobil). Merek juga
mendorong perusahaan untuk memelihara mutu yang konsisten dan memvariasikan
standar dan untuk bersaing dalam hal mutu dan jenis yang luas.
Prinsip ini juga telah dipergunakan untuk membenarkan perlindungan yang lebih
luas. Sebagai contoh, dalam hal keberatan terhadap iklan yang melakukan
perbandingan antar produk dengan Merek berbeda (comparative advertising)
dianggap sebagai pelanggaran Merek, karena meskipun tidak menimbulkan
kebingungan bagi konsumen tetapi mengambil keuntungan dari reputasi yang telah
dibangun dari Merek terdahulu. Argumentasi etis lainnya juga digunakan dalam
membenarkan perlindungan Merek. Misalnya norma moral mengenai kebaikan yang
hakiki (core good) dan menyatakan kebenaran (truth telling). Menurut J. Cross
(dikutip oleh Bently dan Sherman), peran hukum adalah untuk mengawasi agar tidak
terjadi penyesatan sehingga memfasilitasi komunikasi pasar. Berdasarkan
pendekatan ini dikatakan bahwa hukum harus memungkinkan orang yang menderita
kerugian akibat penipuan untuk menindak pelaku penipuan. Pengelabuan mengenai
sumber atau asal barang adalah setara dengan penipuan atau penyesatan dan
semata-mata salah. Pattishall (dikutip oleh Bently dan Sherman) mengatakan bahwa
pelanggaran Merek adalah saudara dari pemalsuan, penipuan, dan peniruan barang.
Agar dapat diterima sebagai Merek, sebuah tanda haruslah memiliki "Daya Pembeda". Daya
Pembeda adalah kemampuan suatu merek yang dimiliki untuk membedakan barang
tersebut dari barang sejenis yang diproduksi oleh pihak lainnya. Dengan kata lain, tanda
tersebut telah memperoleh arti yang kedua (secondary meaning). Sebagai contoh, Apple
secara harafiah bisa berarti buah Apel, namun dalam perdagangan merupakan merek
komputer.
Kata-kata yang deskriptif namun tidak memiliki daya pembeda tidak bisa dijadikan sebagai
merek. Misalnya kata Mie saja tidak bisa menjadi merek bagi produk mie instant (bisakah
anda membayangkan produk mie instant merek Mie?).
Kalimat yang panjang, juga tidak bisa menjadi merek (terlalu rumit). Selain itu, tanda yang
terlalu sederhana tidak bisa pula dijadikan sebagai merek, misalnya: . atau - .
Lambang negara, organisasi, bendera resmi negara, organisasi, hasil karya cipta orang lain,
tidak bisa dijadikan merek.
1) pihak yang mengusahakan barang yang merupakan hasil alam atau kekayaan
alam;
Ketentuan mengenai sistem dan prosedur Pendaftaran hak yang berlaku terhadap hak
Merek juga berlaku secara mutatis mutandis bagi Indikasi Geografis. Permohonan
pendaftaran indikasi georgrafis ditolak apabila tanda tersebut (Pasal 56 ayat (4)):
Ada kemungkinan, suatu tanda yang merupakan indikasi geografis telah digunakan pula
oleh pihak lain yang beritikad baik. Hal ini dimungkinkan karena informasi wilayah geografis
terbuka bagi semua pihak. Terhadap kemungkinan ini, Undang-undang (Pasal 56 ayat (8))
mengatur terhadap keadaan semacam itu, pihak yang beritikad baik tersebut tetap dapat
menggunakan tanda tersebut untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak tanda
tersebut terdaftar sebagai indikasi geografis.
Hak Menggugat. Dimiliki oleh Pemegang hak atas indikasi geografis, terhadap pemakai
indikasi geografis yang tanpa hak. Gugatan yang diajukan berupa:
penghentian penggunaan;
Penetapan semenatara hakim. Dalam rangka mencegah kerugian yang lebih besar pada
pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan Pelanggar untuk:
Perlindungan hak merek diperoleh setelah dilakukan pendaftaran merek. Merek yang sudah
didaftarkan disebut Merek Terdaftar, sering disimbolkan dengan tanda . Prosedur
Sistem pendaftaran merek yang dianut adalah sistem First-to-file atau Pendaftaran
Pertama. Pengertiannya adalah pendaftaran yang telah diterima oleh kantor Merek adalah
merek yang sah atau pemiliknya adalah pemegang hak yang sah, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya oleh pihak ketiga yang berkepentingan.
a. Syarat Permohonan
e. Nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam
hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.
3. Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu orang
atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.
5. Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang secara
bersama-sama berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon
dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.
8. Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (7) adalah konsultan Hak Kekayaan
Intelektual.
Selain syarat-syarat di atas, Merek yang akan didaftarkan tidak boleh mengandung
salah satu unsur dibawah ini :
13. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.
e. tanggal penerimaan;
Diajukan dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal
penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang pertama kali diterima di negara
lain, yang merupakan anggota Paris Convention For The Protection Of Industrial
Property atau anggota Agreement Establishing For The World Trade Organization.
Dilengkapi dengan bukti tentang penerimaan permohoan pendaftaran Merek yang
pertama kali yang menimbulkan Hak Prioritas tersebut.
Alur pendaftaran merek dapat dilihat di internet pada link berikut ini:
Perlindungan hukum diberikan kepada merek terdaftar untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun sejak tanggal penerimaan dan dapat diperpanjang.
Permohonan Perpanjangan diajukan secara tertulis oleh pemilik Merek atau Kuasanya dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi
merek terdaftar tersebut.
a. Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa sebagaimana
disebut dalam Sertifikat Merek tersebut; dan
b. Barang atau jasa sebagaimana dimaksud di atas masih diproduksi dan
diperdagangkan.
Perpanjangan jangka waktu tersebut dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan
dalam Berita Resmi Merek dan diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek atau
Kuasanya.
a. Pewarisan.
b. Hibah.
c. Wasiat (testamentoir)
d. Perjanjian tertulis
Pengalihan dilakukan disertai dokumen pengalihan hak dan dilakukan pencatatan di dalam
Daftar Umum Merek oleh kantor Merek. Pengalihan yang tidak dicatatkan tidak akan
berakibat hukum kepada pihak ketiga.
7. PENEGAKAN HUKUM
Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak ssuai dengan
jenis barang atau jasa yang dimohonkan pedaftaran, termasuk pemakaian
Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar.
b. Pembatalan
Gugatan Pembatalan Pendaftaran Merek diajukan oleh pihak yang berkepentingan
dengan alasan bahwa termasuk merek termasuk dalam merek yang tidak dapat
didaftar atau harus ditolak
Pemilik Merek yang tidak terdaftar/ditolak dapat mengajukan gugatan setelah
mengajukan Permohonan ke Direktorat Jenderal. Gugatan tersebut diajukan ke
Pengadilan Niaga, dalam hal penggugat tinggal di luar wilayah Republik Indonesia,
gugatan diajukan kepada Pengadilan Niaga di Jakarta.
Gugatan tersebut diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal
pendaftaran merek atau dapat dilakukan tanpa batas waktu apabila Merek yang
bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilan, atau ketertiban
umum.
Terhadap putusan Pengadilan Niaga tersebut dapat diajukan kasasi. Setelah isi
putusan keluar maka segera disampaikan oleh Panitera yang bersangkutan kepada
Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan. Oleh Direktorat Jenderal
dilaksanakan pembatalan pendaftaran merek dari Daftar Umum Merek dan
mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek, setelah putusan tersebut diterima
dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
Penyelesaian Sengketa
Gugatan Pembatalan Merek
Pemilik Merek Terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa
hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
untuk barang atau jasa yang sejenis berupa :
a. gugatan ganti rugi, dan/atau
b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut.
5. Dalam Jangka paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal gugatan pembatalan
didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan dari sidang.
7. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah
gugatan pembatalan didaftarkan.
8. Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh)
hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh)
hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
9. Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) yang
memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut
harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih
dahulu meskipun terhadap putusan tersebut diajuka suatu upaya hukum.
10. Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (9) wajib
disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari
setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan.
Ketentuan Pidana
Pasal 90
Pasal 91
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya
dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 92
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada
keseluruhan dengan indikasi-geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau
sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada
pokoknya dengan indikasi-geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau
sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah).
(3) Terhadap pencantuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil
pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukkan bahwa barang tersebut
merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan dilindungi berdasarkan indikasi-
geografis, diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 93
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang dilindungi
berdasarkan indikasi-asal pada barang atau jasa sehingga dapat memperdaya atau
menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 94
(1) Barangsiapa memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut
diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 dipidana
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
Pasal 95
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, dan
Pasal 94 merupakan delik aduan.