Anda di halaman 1dari 19

BAB 14

PENGANTAR HAK MEREK

Deskripsi Umum Matakuliah

Substansi yang dipelajari :

Pengantar
Pengertian Hak Cipta dan Pengertian Lain

Jenis Ciptaan yang dilindungi

Jangka waktu perlindungan Hak Cipta

Pencipta yang mendapat perlindungan di Indonesia

Pendaftaran Hak Cipta

Estimasi waktu : 150 menit

Tujuan Khusus

Mahasiswa memahami tentang Pengertian Hak Cipta, Pencipta dan Ciptaan, Hak yang berkaitan
dengan Hak Cipta, Jenis Ciptaan secara umum, Jangka waktu perlindungan Hak Cipta,
Pendaftaran Hak Cipta.

1. PENGANTAR

Sejarah perkembangan Merek (Bently dan Sherman, 655-657).

Perkembangan Merek secara ringkas dapat dijelaskan sebagai perkembangan dari sifat
Merek sebagai tanda pemilikan/proprietary marks/possessory marks (pada Merek mula-
mula) sampai dengan sifat Merek sebagai citra produk/product image ataupun simbol gaya
hidup/way of life sebagaimana yang terjadi pada saat sekarang.

Sejarah perdagangan menunjukkan, bahwa Merek semula digunakan dalam perdagangan


sebagai tanda pemilikan atas barang, hal ini bisa ditemukan pada praktek menandai ternak
dengan tanda khusus, ataupun praktek penandaan barang yang akan dikirim melalui laut
agar memudahkan identifikasi pada saat terjadi kecelakaan.

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 1 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
Pada abad pertengahan, di Eropa, Merek digunakan secara berbeda di dalam struktur
gilda/guild. Gilda adalah organisasi perdagangan yang memiliki kendali untuk menentukan
siapa yang boleh menghasilkan barang atau menyediakan jasa tertentu. Mereka juga
merasa penting untuk menjamin bahwa barang berada dalam mutu yang memuaskan. Agar
mampu untuk mengidentifikasi sumber barang yang tidak memuaskan, gilda mensyaratkan
para anggotanya untuk menerapkan Merek pengenal (identifying mark) terhadap barang
[Bently dan Sherman, 656, dari: P. Mollerup, Marks of Excellence: The History and
Taxonomy of Trademarks (1997) 15-42; S. Diamond, The Historical Development of
Trademarks (1975) 65 TM Rep. 265, 272.].

Seiring dengan surutnya peran gilda, peneraan Merek tidak lagi wajib dilakukan oleh para
pedagang. Namun dengan bertumbuhnya perdagangan regional dan meningkatnya produk
pabrikan seiring dengan Revolusi Industri, banyak pedagang tetap melanjutkan menerapkan
Merek pada barang manufakturnya [Bently dan Sherman, 656 dari: B. Pattishall, Trade
Marks and the Monopoly Phobia (1952) 42 TM Rep. 588, 590-591]. Terlebih lagi, dengan
pertumbuhan media masa dan masyarakat yang melek huruf, pedagang mulai
mengiklankan produk mereka dengan merujuk pada Merek produknya [Bently dan
Sherman, 656 dari: S. Diamond, The Historical Development of Trademarks (1975) 65 TM
Rep. 265, 272]. Sebaliknya, pembeli mulai mengandalkan Merek barang sebagai indikasi
yang benar mengenai sumber barang, mereka menggunakannya sebagai bantuan dalam
memutuskan pembelian barang, dan lama kelamaan konsumen mulai menyadari bahwa
merek menunjukkan pembuat barang dan mutu barang. Dengan demikian sifat Merek
berubah dari informasi mengenai penanggungjawab atas barang (source of liability) menjadi
penunjuk mutu barang (indicator of quality) [Bently dan Sherman, 656].

Sekitar awal abad ke-20, Merek berubah dari penunjuk asal (indicator of origin) untuk
menjadi kekayaan yang berharga (valuable assets) dalam haknya. Merek tidak hanya
sebagai tanda tetapi telah juga membangkitkan perasaan dari konsumen, hal ini disebabkan
oleh karena meningkatnya kualitas industri periklanan. Merek sudah lebih menjadi alat
pemasaran dan sudah berkurang sebagai cara identifikasi produk. Dalam kondisi seperti ini,
fungsi Merek berubah dari sinyal/signal menjadi simbol [Bently dan Sherman, 656 dari:
T. Drescher, The Transformation and Evolution of TrademarksFrom Signals to Symbols to
Myth (1992) 82 TM Rep. 301]. Sebagai sinyal, Merek memicu respons otomatis dan
berguna sebagai identifikasi pembuat produk. Sebaliknya sebagai simbol, Merek
menerapkan berbagai bentuk makna karena Merek sudah digunakan sebagai alat untuk
melekatkan atribut tertentu pada barang [Bently dan Sherman, 656].

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 2 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
Menurut para ahli Merek, sekarang ini Merek memiliki peran yang baru. Beberapa ahli
menyebutnya sebagai munculnya Merek dengan status mitos (mythical status) [Bently dan
Sherman, 656]. Contohnya pemilik mobil merek Volvo atau Ferrari dimitoskan sebagai
lambang kesuksesan. Merek Coca-cola dan restoran McDonalds dikaitkan dengan lambang
modernitas masyarakat. Itulah sebabnya dikatakan, bahwa pada masa sekarang ini Merek
juga memiliki kaitan dengan citra dan gaya hidup masyarakat modern [Bently dan
Sherman, 657].

Setelah ekonomi dunia berkembang, kegiatan perdagangan tidak hanya terjadi di dalam
lingkup wilayah negara atau kumpulan negara tertentu, namun sudah berlangsung secara
global. Timbul kebutuhan pengaturan hukum akan merek secara global. Tidak terdapat
catatan yang jelas mengenai awal pengaturan hukum merek secara internasional.
Pengaturan secara hukum terhadap hak merek secara internasional yang paling penting
terjadi pada tahun 1883 melalui Konvensi Paris atau Paris Convention (the 1883 Convention
of the Union of Paris). Konvensi Paris membolehkan warga negara dari negara peserta untuk
mendaftarkan merek barang dan jasanya di setiap negara anggota secara individual dan
non-diskriminatif, bahkan jika pemohon tidak memiliki merek tersebut di negara asalnya.
Hal ini bisa dilakukan oleh pemegang hak merek enam (6) bulan setelah pendaftaran
pertama dilakukan. Konvensi Paris masih berlaku hingga saat ini. Hal ini dikenal sebagai hak
prioritas.

Hukum Merek telah dikenal lama di Indonesia, sejak masa penjajahan Belanda. Hukum
Merek yang sekarang berlaku adalah ketentuan-ketentuan yang dipengaruhi oleh
perkembangan kegiatan perdagangan internasional yang terjadi pada abad ke-20, terutama
melalui perundingan dagang global dalam rangka General Agreement on Tariffs and Trade
(GATT) yang kemudian berujung pada pembentukan organisasi perdagangan dunia (World
Trade Organization/WTO). Salah satu hasil perundingan GATT adalah munculnya perjanjian
TRIPs/TRIPs Agreement (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights). Perjanjian TRIPs saat menjadi perjanjian internasional yang sangat penting di
bidang HaKI yang mana di dalamnya terdapat Hak Merek. Konvensi Paris turut diadopsi
dalam isi Perjanjian TRIPs.

Hak Merek di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek,
sebelumnya diatur dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek yang
kemudian diubah dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Terhadap
UU No. 19 tahun 1992 tentang Merek.

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 3 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
2. PENGERTIAN (UU NO. 15 TAHUN 2001)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek : Merek adalah tanda
yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka- angka, susunan warna, atau
kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.

HAK ATAS MEREK adalah hak ekslusif yang diberikan negara kepada pemilik Merek yang
terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
sendiri Merek tersebut atau memberikan ijin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Pengaruh pendekatan State policy

Pengertian Hak Atas Merek di atas, menunjukkan pengaruh pendekatan Kebijakan Negara
(State policy) dari para penganut Natural right theory dalam memahami hak merek. Di
dalam Natural right theory, terdapat dua pendekatan:

- Pendekatan pertama memandang hak didasarkan pada hasil usaha (labor


dipengaruhi oleh para pengikut John Locke/Lockean) dan kepribadian
(personality dipengaruhi oleh pengikut gagasan Hegel tentang
hak/Hegelian). Bisa disebut sebagai pendekatan usaha dan kepribadian.
Pendekatan ini tidak diterapkan dalam hak merek.

- Pendekatan kedua adalah state policy, yaitu hak sebagai suatu kebijakan
negara untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan (seperti
peningkatan kreativitas, perkembangan seni yang berguna, membangun
pasar yang tertata bagi buah pikir manusia, dll).

[WARWICK, SHELLY dalam Is Copyright Ethical? An Examination of the Theories, Laws,


and Practices Regarding the Private Ownership of Intellectual Work in the United States.
Proceedings of the Fourth Annual Ethics and Technology Conference, Boston College, June
4-5 1999:
www.bc.edu/bc_org/avp/law/st_org/iptf/commentary/content/warwick.html]

Pengertian menurut WIPO (WIPO: About Intellectual Property


http://www.wipo.org/about-ip/en/ )
A trademark is a distinctive sign which identifies certain goods or services as those
produced or provided by a specific person or enterprise. Its origin dates back to ancient

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 4 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
times, when craftsmen reproduced their signatures, or "marks" on their artistic or utilitarian
products. Over the years these marks evolved into today's system of trademark registration
and protection. The system helps consumers identify and purchase a product or service
because its nature and quality, indicated by its unique trademark, meets their needs.

Pengertian mengenai hal lain dalam UU NO. 15 TAHUN 2001


(lihat: www.indonesialawcenter.com )

Hak Prioritas
Hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang tergabung
dalam Paris Convention For The Protection Of Industrial Property atau Agreement
Establishing The World Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal
penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota
salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention For The Protection Of Industrial
Property.

Lisensi
Ijin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu perjanjian
berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menggunakan Merek
tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan
dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

Merek Dagang
Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa
orang secara bersama-sama atau badan hukum yang membedakan dengan barang-barang
sejenis lainnya.

Merek Jasa
Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh sesorang atau beberapa
orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang
dan/atau jasa sejenis lainnya.

Merek Kolektif
Merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Indikasi Geografis
Indikasi Geografis menurut Pasal 56 ayat (1) UU No 15/2001: dilindungi sebagai suatu
tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang yang karena faktor lingkungan geografis
termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut,
memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

Indikasi Asal
Indikasi Asal dilindungi sebagai suatu tanda yang: a) memenuhi ketentuan Pasal 56 ayat
(1), tetapi tidak didaftarkan; atau, b) semata-mata menunjukan asal suatu barang atau
jasa.

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 5 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
3. PERLINDUNGAN HAK MEREK

Perlindungan di dalam UU Merek

Merek

Indikasi Geografis dan Indikasi Asal

Perlindungan Hak Merek dan Pendaftaran

Perlindungan hak merek diperoleh setelah dilakukan pendaftaran merek. Merek yang sudah
didaftarkan disebut Merek Terdaftar, sering disimbolkan dengan tanda (registered)
setelah merek atau tanda (trademark) setelah merek.

Tujuan Perlindungan Hak Merek

Perlindungan hak merek dimaksudkan untuk melindungi pemilikan atas merek, investasi
dan goodwill (nama baik) dalam suatu merek, dan untuk melindungi konsumen dari
kebingungan menyangkut asal usul suatu barang atau jasa. Perlindungan hak merek
dilakukan melalui Pendaftaran Merek. Sebelum lanjut ke Pendaftaran Merek, secara filosofis,
apakah justifikasi perlindungan hukum atas hak merek?

Justifikasi Perlindungan Merek

Paling tidak terdapat tiga (3) justifikasi perlindungan hak merek menurut Bently &
Sherman, yaitu:

a. Kreatifitas. Pendapat mengenai justifikasi kreatifitas masih menjadi perdebatan


dalam dunia HaKI, namun sebuah pendapat yang penting memandang perlindungan
merek sebagai imbalan atas investasi. Hal ini diungkapkan oleh hakim Breyer dari
Mahkamah Agung AS (kasus Qualitex v. Jacobson Products 115 S Ct 1300 (1995)),
yang menyatakan bahwa hukum merek membantu untuk menjamin seorang
produsen bahwa dialah (dan bukan pesaingnya yang memalsukan merek) yang akan
meraih keuntungan finansial, imbalan berupa reputasi yang dikaitkan dengan produk
terkait. Dengan demikian hukum merek mendorong produksi akan produk-produk
bermutu ... dan secara berlanjut menekan mereka yang berharap dapat menjual
barang-barang bermutu rendah dengan cara memanfaatkan kelemahan konsumen
untuk menilai mutu barang secara cepat. Usaha untuk membenarkan perlindungan
Merek dengan argumentasi kreatifitas adalah suatu hal yang lemah, sebagian karena
pada saat hubungan antara barang dengan Merek dipicu dan dikembangkan oleh
pedagang, namun peran yang sama besarnya justru diciptakan oleh konsumen dan

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 6 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
masyarakat. Bently dan Sherman memandang, bahwa argumentasi yang paling
meyakinkan dalam hal ini terkait dengan pendapat yang melihat Merek sebagai
imbalan atas investasi. Pendapat ini diringkas oleh hakim mahkamah agung Amerika
Serikat, hakim Breyer, yang mengemukakan dalam putusannya bahwa hukum Merek
membantu untuk menjamin seorang produsen bahwa dia (dan bukannya pesaing
yang meniru) akan memetik imbalan finansial dan imbalan yang terkait dengan
reputasi sehubungan dengan produk yang diinginkan dan secara simultan
melemahkan mereka yang berharap untuk menjual barang yang lebih rendah lewat
cara memanfaatkan ketidakmampuan pembeli melakukan evaluasi secara cepat atas
barang tertentu. Jadi mutu berdasarkan pembedaan sumber yang akan menjadi
cara mencapai tujuan.

b. Informasi. Ini merupakan justifikasi utama perlindungan merek, karena merek


digunakan dalam kepentingan umum sehingga meningkatkan pasokan informasi
kepada konsumen dan dengan demikian meningkatkan efisiensi pasar. Merek
merupakan cara singkat komunikasi informasi kepada pembeli dilakukan dalam
rangka membuat pilihan belanja. Dengan melindungi merek, lewat pencegahan
pemalsuan oleh pihak lain, maka akan menekan biaya belanja dan pembuatan
keputusan. Belanja dan pilihan dapat dilakukan secara lebih singkat, karena seorang
konsumen akan yakin merek yang dilihatnya memang berasal dari produsen yang
diperkirakannya. Peran iklan dalam dunia industri yang makin dominan menjadikan
perlindungan merek menjadi semakin penting. Menurut Bently dan Sherman,
argumentasi paling meyakinkan bagi perlindungan Merek adalah bahwa mereka
digunakan dalam kepentingan umum dalam hal meningkatkan pasokan informasi
kepada konsumen dan dengan demikian meningkatkan efisiensi pasar. Bently dan
Sherman mengutip Economides, bahwa dengan mencegah orang lain melakukan
peniruan merek, maka hukum merek menurunkan biaya bagi konsumen dalam
belanja konsumen dan dalam membuat keputusan pembelian karena secara cepat
dan secara mudah memberikan jaminan bagi konsumen potensial bahwa barang
dengan Merek terkait dibuat oleh produsen yang sama sebagaimana barang dengan
Merek yang sama yang pernah dilihatnya di waktu lalu.

Informasi yang disediakan oleh Merek secara khusus penting dalam kaitan dengan
barang yang tidak bisa dinilai oleh konsumen melalui inspeksi (barang-barang
semacam ini dikenal sebagai experience goods; contohnya mobil). Merek juga
mendorong perusahaan untuk memelihara mutu yang konsisten dan memvariasikan
standar dan untuk bersaing dalam hal mutu dan jenis yang luas.

c. Etis. Argumentasi utama perlindungan merek didasarkan pada gagasan fairness


atau keadilan (justice). Secara khusus prinsipnya adalah seseorang tidak boleh
menuai dari yang tidak ditanamnya. Secara lebih khusus, bahwa dengan mengambil
merek milik orang lain, seseorang telah mengambil keuntungan dari nama baik
(goodwill) yang dihasilkan oleh pemilik merek yang asli. Kaitannya ke lingkup yang
lebih luas dari kegiatan perdagangan adalah perlindungan dari persaingan curang
dan pengayaan diri yang tidak adil (A. Kamperman Sanders, 1997). Argumentasi etis
utama bagi perlindungan Merek didasarkan pada gagasan mengenai keadilan dan
fairness. Khususnya dikatakan bahwa seseorang tidak boleh memetik dari yang
tidak ditanamnya. Lebih khusus dikatakan dalam argumentasi ini, bahwa dengan

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 7 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
mengadopsi Merek orang lain maka seseorang telah mengambil keuntungan dari
nama baik yang dihasilkan oleh pemilik asli Merek. Dalam metafora pertanian di
atas, justifikasi perlindungan merek dikaitkan pada wilayah yang lebih luas yaitu
perlindungan bagi pedagang dari persaingan yang tidak sehat/unfair competition
dan pengayaan secara tidak adil/unjust enrichment.

Prinsip ini juga telah dipergunakan untuk membenarkan perlindungan yang lebih
luas. Sebagai contoh, dalam hal keberatan terhadap iklan yang melakukan
perbandingan antar produk dengan Merek berbeda (comparative advertising)
dianggap sebagai pelanggaran Merek, karena meskipun tidak menimbulkan
kebingungan bagi konsumen tetapi mengambil keuntungan dari reputasi yang telah
dibangun dari Merek terdahulu. Argumentasi etis lainnya juga digunakan dalam
membenarkan perlindungan Merek. Misalnya norma moral mengenai kebaikan yang
hakiki (core good) dan menyatakan kebenaran (truth telling). Menurut J. Cross
(dikutip oleh Bently dan Sherman), peran hukum adalah untuk mengawasi agar tidak
terjadi penyesatan sehingga memfasilitasi komunikasi pasar. Berdasarkan
pendekatan ini dikatakan bahwa hukum harus memungkinkan orang yang menderita
kerugian akibat penipuan untuk menindak pelaku penipuan. Pengelabuan mengenai
sumber atau asal barang adalah setara dengan penipuan atau penyesatan dan
semata-mata salah. Pattishall (dikutip oleh Bently dan Sherman) mengatakan bahwa
pelanggaran Merek adalah saudara dari pemalsuan, penipuan, dan peniruan barang.

Daya Pembeda (Distinctiveness of a Mark)

Agar dapat diterima sebagai Merek, sebuah tanda haruslah memiliki "Daya Pembeda". Daya
Pembeda adalah kemampuan suatu merek yang dimiliki untuk membedakan barang
tersebut dari barang sejenis yang diproduksi oleh pihak lainnya. Dengan kata lain, tanda
tersebut telah memperoleh arti yang kedua (secondary meaning). Sebagai contoh, Apple
secara harafiah bisa berarti buah Apel, namun dalam perdagangan merupakan merek
komputer.

Kata-kata yang deskriptif namun tidak memiliki daya pembeda tidak bisa dijadikan sebagai
merek. Misalnya kata Mie saja tidak bisa menjadi merek bagi produk mie instant (bisakah
anda membayangkan produk mie instant merek Mie?).

Kalimat yang panjang, juga tidak bisa menjadi merek (terlalu rumit). Selain itu, tanda yang
terlalu sederhana tidak bisa pula dijadikan sebagai merek, misalnya: . atau - .
Lambang negara, organisasi, bendera resmi negara, organisasi, hasil karya cipta orang lain,
tidak bisa dijadikan merek.

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 8 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
Tanda yang mengganggu kepentingan umum, ketertiban umum, melawan hukum, tidak bisa
menjadi merek. Misalnya tanda-tanda yang terkait dengan pornografi, organisasi kejahatan,
dll.

Perlindungan Indikasi Geografis

Perlindungan terhadap Indikasi geografis diperoleh setelah dilakukannya pendaftaran hak


oleh pihak yang berhak, berdasarkan permohonan. Menurut Pasal 56 ayat (2) UU No.
15/2001, permohonan pendaftaran dapat diajukan oleh:

a. lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang yang


bersangkutan, yang terdiri atas:

1) pihak yang mengusahakan barang yang merupakan hasil alam atau kekayaan
alam;

2) produsen barang hasil pertanian;

3) pembuat barang-barang kerajinan tangan atau hasil industri; atau

4) pedagang yang menjual barang tersebut;

b. lembaga yang diberi kewenangan untuk itu; atau

c. kelompok konsumen barang tersebut.

Ketentuan mengenai sistem dan prosedur Pendaftaran hak yang berlaku terhadap hak
Merek juga berlaku secara mutatis mutandis bagi Indikasi Geografis. Permohonan
pendaftaran indikasi georgrafis ditolak apabila tanda tersebut (Pasal 56 ayat (4)):

a. bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, ketertiban umum, atau dapat


memperdayakan atau menyesatkan masyarakat mengenai sifat, ciri, kualitas, asal
sumber, proses pembuatan, dan atau kegunaannya;

b. tidak memenuhi syarat untuk didaftar sebagai indikasi geofrafis.

Menurut Pasal 56 ayat (6):

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 9 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
(6) Indikasi geografis terdaftar mendapat perlindungan hukum yang berlangsung selama ciri
dan atau kualitas yang menjadi dasar bagi diberikannya perlindungan atas indikasi geografis
tersebut masih ada.

Ada kemungkinan, suatu tanda yang merupakan indikasi geografis telah digunakan pula
oleh pihak lain yang beritikad baik. Hal ini dimungkinkan karena informasi wilayah geografis
terbuka bagi semua pihak. Terhadap kemungkinan ini, Undang-undang (Pasal 56 ayat (8))
mengatur terhadap keadaan semacam itu, pihak yang beritikad baik tersebut tetap dapat
menggunakan tanda tersebut untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak tanda
tersebut terdaftar sebagai indikasi geografis.

Hak Menggugat. Dimiliki oleh Pemegang hak atas indikasi geografis, terhadap pemakai
indikasi geografis yang tanpa hak. Gugatan yang diajukan berupa:

permohonan ganti rugi;

penghentian penggunaan;

pemusnahan etiket indikasi geografis yang digunakan secara tanpa hak.

Penetapan semenatara hakim. Dalam rangka mencegah kerugian yang lebih besar pada
pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan Pelanggar untuk:

menghentikan kegiatan pembuatan, perbanyakan; serta,

memerintahkan pemusnahan etiket indikasi geografis yang digunakan secara


tanpa hak.

Ketentuan-ketentuan di atas, berlaku secara mutatis mutandis bagi pengaturan Indikasi


Asal.

4. PENDAFTARAN HAK MEREK

Perlindungan hak merek diperoleh setelah dilakukan pendaftaran merek. Merek yang sudah
didaftarkan disebut Merek Terdaftar, sering disimbolkan dengan tanda . Prosedur

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 10 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
Perlindungan Merek juga berlaku secara mutatis mutandis bagi Indikasi Geografis dan
Indikasi Asal.

Sistem pendaftaran merek yang dianut adalah sistem First-to-file atau Pendaftaran
Pertama. Pengertiannya adalah pendaftaran yang telah diterima oleh kantor Merek adalah
merek yang sah atau pemiliknya adalah pemegang hak yang sah, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya oleh pihak ketiga yang berkepentingan.

Pendaftaran hak merek dimulai dengan melakukan permohonan pendaftaran merek.


Perhatikan penjelasan berikut ini (Ditjen HKI Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia RI: www.dgip.go.id/merek/prosedur.htm ):

Prosedur Permohonan Pendaftaran Merek

1. Permohonan pendaftaran Merek diajukan dengan cara mengisi formulir


yang telah disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik
rangkap 4 (empat).

2. Pemohon wajib melampirkan:


a. surat pernyataan di atas kertas bermeterai cukup yang ditanda
tangani oleh pemohon (bukan kuasanya), yang menyatakan bahwa
merek yang dimohonkan adalah miliknya;
b. surat kuasa khusus, apabila permohonan pendaftaran diajukan melalui kuasa;
c. salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegalisasi oleh
notaris, apabila pemohon badan hukum;
d. 24 (dua puluh empat) lembar etiket merek (4 lembar dilekatkan pada formulir) yang
dicetak diatas kertas;
e. fotokopi kartu tanda penduduk pemohon;
f. bukti prioritas asli dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia, apabila permohonan
dilakukan dengan hak prioritas; dan
g. bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp. 450.000,- (empat ratus lima
puluh ribu rupiah).

Perhatikan penjelasan yang lebih detil berikut ini (www.indonesialawcenter.com)

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK

a. Syarat Permohonan

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 11 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal dengan mencantumkan :

a. tanggal, bulan, dan tahun.

b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon.

c. Nama lengkap dan alamat Kuasa apabila permohonan diajukan melalui


Kuasa;

d. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya


menggunakan unsur-unsur warna;

e. Nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam
hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.

2. Permohonan ditandatangani pemohon dan kuasanya.

3. Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu orang
atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.

4. Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya.

5. Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang secara
bersama-sama berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon
dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.

6. Dalam hal permohonan sebagaimaa dimaksud pada ayat (50) Permohonan


tersebut ditandatangani oleh salah satu dari Pemohon yang berhak atas
Merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon
yang mewakilkan.

7. Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diajukan


melalui Kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak
yang berhak atas Merek tersebut.

8. Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (7) adalah konsultan Hak Kekayaan
Intelektual.

9. Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan


Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan
tata cara pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden.

Selain syarat-syarat di atas, Merek yang akan didaftarkan tidak boleh mengandung
salah satu unsur dibawah ini :

10. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,


moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
11. Tidak memiliki daya pembeda;

12. Telah menjadi milik umum; atau

13. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 12 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
Ketentuan mengenai syarat dan tata cara permohonan diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
b. Prosedur Untuk Mendapatkan Sertifikat Hak Merek
Permohonan untuk 2 (dua) kelas barang atau lebih dan/atau jasa dapat
diajukan dalam satu permohonan.

Permohonan harus menyebutkan jenis barang dan/atau jasa yang termasuk


dalam kelas yang dimohonkan pendaftarannya.

Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang bertempat tinggal atau


berkedudukan tetap di luar wilayah Negara Republik Indonesia wajib diajukan
melalui Kuasanya di Indonesia dan memilih tempat tinggal kuasa sebagai
domisili hukumnya di Indonesia.

Pemeriksaan Kelengkapan Persyaratan Pendaftaran Merek dilaksanakan oleh


Direktorat Jenderal.

Dalam hal terjadi ketidaklengkapan persyaratan, maka Direktorat Jenderal


meminta agar kelengkapan persyaratan tersebut dipenuhi dalam waktu paling
lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat permintaan
untuk memenuhi kelengkapan persyaratan tersebut.
Dalam hal kelengkapan persyaratan tersebut tidak dipenuhi dalam jangka
waktu yang telah ditentukan di atas, maka Direktorat Jenderal
memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya bahwa
Permohonannya dianggap ditarik kembali dan segala biaya yang telah
dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali. Apabila
semua syarat pendaftaran telah terpenuhi maka terhadap permohonan
diberikan Tanggal Penerimaan yang dicatat oleh Direktorat Jenderal.

Perubahan atas permohonan hanya dapat diperbolehkan terhadap


penggantian nama dan/atau alamat Pemohon dan Kuasanya.

Sebelum memperoleh keputusan dari Direktur Jenderal, permohonan dapat


ditarik kembali oleh Pemohon atau Kuasanya, apabila penarikan dilakukan
oleh kuasanya maka harus dilakukan berdasarkan surat kuasa khusus untuk
keperluan penarikan kembali tersebut. Dalam hal terjadi penarikan kembali,
segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat.

Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan substantif terhadap permohonan


dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
penerimaan. Pemeriksaan Substantif tersebut dilselesaikan dalam waktu
paling lama 9 (sembilan) bulan.

Apabila Pemeriksaan Substantif telah selesai maka Permohonan dapat


disetujui untuk didaftar, atas persetujuan Direktur Jenderal, Permohonan
tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

Dalam hal berdasarkan pemeriksaan substantif permohonan tersebut tidak


dapat didaftar atau ditolak, maka hal tersebut diberitahukan secara tertulis
kepada Pemohon atau Kuasanya dengan menyebutkan alasannya.
Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
penerimaan surat pemberitahuan dari Direktur Jenderal, Pemohon atau
Kuasanya dapat menyampaikan keberatan atau tanggapan dengan

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 13 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
mengemukaan alasannya, apabila Pemohon tidak menyampaikan tanggapan,
maka Direktorat Jenderal menetapkan Keputusan Mengenai Penolakan
Permohonan tersebut.

Direktorat Jenderal dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari terhitung


sejak tanggal Permohonan untuk didaftar mengumumkan Permohonan
tersebut dalam Berita Resmi Merek dengan mencantumkan taggal
pengumuman merek.
Pengumuman tersebut berlangsung secara 3 (tiga) bulan dan dilakukan
dengan :

a. menempatkan dalam Berita Resmi Merek yang diterbitkan secara


berkala oleh Direktorat Jenderal; dan/atau

b. menempatkannya pada sarana khusus yang dengan mudah serta jelas


dapat dilihat oleh masyarakat yang disediakan oleh Direktorat
Jenderal.

Isi Pengumuman tersebut :

c. nama dan alamat lengkap Pemohon, termasuk Kuasa apabila


Permohonan diakukan melalui Kuasa;
d. kelas dan jenis barang dan/atau jasa bagi Merek yang dimohonkan
pendaftarannya;

e. tanggal penerimaan;

f. nama negara dan tanggal permintaan permohonan yang pertama kali,


dalam hal Permohonan diajukan dengan menggunakan Hak Prioritas;
dan

g. contoh merek, termasuk keterangan mengenai warna dan apabila


etiket Merek menggunakan bahasa asing dan/atau huruf selain huruf
latin dan/atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa
Indonesia, disertai terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, huruf
latin atau angka yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, serta
cara pengucapannya dalam ejaan latin.

Permohonan Pendaftaran Merek Dengan Hak Prioritas

Diajukan dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal
penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang pertama kali diterima di negara
lain, yang merupakan anggota Paris Convention For The Protection Of Industrial
Property atau anggota Agreement Establishing For The World Trade Organization.
Dilengkapi dengan bukti tentang penerimaan permohoan pendaftaran Merek yang
pertama kali yang menimbulkan Hak Prioritas tersebut.

Apabila terjadi ketidaklengkapan Persyaratan Pendaftaran Merek, maka jangka


waktu pemenuhan kekurangan persyaratan tersebut paling lama 3 (tiga) bulan
terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengajuan permohonan dengan
menggunakan Hak Prioritas.

Alur pendaftaran merek dapat dilihat di internet pada link berikut ini:

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 14 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
http://www.dgip.go.id/indonesia/merek/Prosedur_merek.pdf

5. JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN HAK

Perlindungan hukum diberikan kepada merek terdaftar untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun sejak tanggal penerimaan dan dapat diperpanjang.

Permohonan Perpanjangan diajukan secara tertulis oleh pemilik Merek atau Kuasanya dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi
merek terdaftar tersebut.

Permohonan Perpanjangan disetujui apabila :

a. Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa sebagaimana
disebut dalam Sertifikat Merek tersebut; dan
b. Barang atau jasa sebagaimana dimaksud di atas masih diproduksi dan
diperdagangkan.

Perpanjangan jangka waktu tersebut dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan
dalam Berita Resmi Merek dan diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek atau
Kuasanya.

6. PENGALIHAN HAK MEREK

Pengalihan hak atas merek dapat dilakukan melalui:

a. Pewarisan.

b. Hibah.

c. Wasiat (testamentoir)

d. Perjanjian tertulis

e. Sebab lain yang dibenarkan oleh undang-undang.

Pengalihan dilakukan disertai dokumen pengalihan hak dan dilakukan pencatatan di dalam
Daftar Umum Merek oleh kantor Merek. Pengalihan yang tidak dicatatkan tidak akan
berakibat hukum kepada pihak ketiga.

7. PENEGAKAN HUKUM

PENGHAPUSAN DAN PEMBATALAN PENDAFTARAN MEREK


(lihat: www.indonesialawcenter.com)
a. Penghapusan
Penghapusan pendaftaran Merek dari Daftar Umum Merek dapat dilakukan atas
prakarsa Direktorat Jenderal atau berdasarkan permohonan pemilik Merek yang
bersangkutan.
Penghapusan pendaftaran Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dapat dilakukan
jika :

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 15 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam
perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau
pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh
Direktorat Jenderal; atau

Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak ssuai dengan
jenis barang atau jasa yang dimohonkan pedaftaran, termasuk pemakaian
Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar.

Permohonan penghapusan pendaftaran Merek oleh pemiik Merek atau Kuasanya,


baik sebagian atau seluruh jenis barang dan/atau jasa, diajukan kepada Direktorat
Jenderal.
Penghapusan pendaftaran Merek berdasarkan alasan dapat pula diajukan oleh pihak
ketiga dalam bentuk gugatan kepada Pengadilan Niaga.

b. Pembatalan
Gugatan Pembatalan Pendaftaran Merek diajukan oleh pihak yang berkepentingan
dengan alasan bahwa termasuk merek termasuk dalam merek yang tidak dapat
didaftar atau harus ditolak
Pemilik Merek yang tidak terdaftar/ditolak dapat mengajukan gugatan setelah
mengajukan Permohonan ke Direktorat Jenderal. Gugatan tersebut diajukan ke
Pengadilan Niaga, dalam hal penggugat tinggal di luar wilayah Republik Indonesia,
gugatan diajukan kepada Pengadilan Niaga di Jakarta.

Gugatan tersebut diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal
pendaftaran merek atau dapat dilakukan tanpa batas waktu apabila Merek yang
bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilan, atau ketertiban
umum.

Terhadap putusan Pengadilan Niaga tersebut dapat diajukan kasasi. Setelah isi
putusan keluar maka segera disampaikan oleh Panitera yang bersangkutan kepada
Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan. Oleh Direktorat Jenderal
dilaksanakan pembatalan pendaftaran merek dari Daftar Umum Merek dan
mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek, setelah putusan tersebut diterima
dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Penyelesaian Sengketa
Gugatan Pembatalan Merek
Pemilik Merek Terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa
hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
untuk barang atau jasa yang sejenis berupa :
a. gugatan ganti rugi, dan/atau
b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut.

Gugatan diajukan kepada Pengadilan Niaga.

Lihat Berita: Majelis Kasasi Menangkan Davidoff & Cie


(http://www.hukumonline.com/artikel_detail.asp?id=8336 )

Gugatan Pembatalan ke Pengadilan Niaga

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 16 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
Tata Cara Gugatan Pada Pengadilan Niaga
1. Gugatan pembatalan pendaftaran Merek diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga
dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili.
2. Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia, gugatan tersebut
diakukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

3. Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang


bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis yang
ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran
gugatan.

4. Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam


jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan.

5. Dalam Jangka paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal gugatan pembatalan
didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan dari sidang.

6. Sidang Pemeriksaan atas gugatan pembatalan diselenggarakan dalam jangka waktu


paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan.

7. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah
gugatan pembatalan didaftarkan.

8. Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh)
hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh)
hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung.

9. Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) yang
memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut
harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih
dahulu meskipun terhadap putusan tersebut diajuka suatu upaya hukum.

10. Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (9) wajib
disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari
setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan.

Alternatif Penyelesaian Sengketa

Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud di atas, para pihak dapat


menyelesaikan sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001.


TENTANG MEREK

Ketentuan Pidana

Pasal 90

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 17 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada
keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis
yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 91

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya
dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Pasal 92

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada
keseluruhan dengan indikasi-geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau
sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada
pokoknya dengan indikasi-geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau
sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah).

(3) Terhadap pencantuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil
pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukkan bahwa barang tersebut
merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan dilindungi berdasarkan indikasi-
geografis, diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 93

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang dilindungi
berdasarkan indikasi-asal pada barang atau jasa sehingga dapat memperdaya atau
menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Pasal 94

(1) Barangsiapa memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut
diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 dipidana

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 18 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

Pasal 95

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, dan
Pasal 94 merupakan delik aduan.

Hukum Izin Usahan dan Haki Pusat Pengembangan Bahan Ajar


12 19 Agung Wahyudi, ST. MM. Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai