Anda di halaman 1dari 17

JURNAL PSIKOLOGI

2001, NO. 2, 116 - 132

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP


PENERAPAN PROGRAM K3 DENGAN KOMITMEN
KARYAWAN PADA PERUSAHAAN
Yenny Oktorita B, Haryanto F Rosyid, dan Anita Lestari
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

This study aims to reveal relationship between employees attitudes toward


occupational safety and health programs, and organizational commitment. A lot
of studies found that organizational commitment closely related to the attitudes
of employees toward the administration of occupational safety and health
program in organization.
Two measures are developed to investigate the two variables, i.e.: one
instruments is designed to measure employees attitudes and the other for
measuring organizational commitment. The subjects are employees of the
portland cement factory in West Java, consists of 100 people of staff and non
staff worker.
The result shows significant correlation between attitudes toward
administration of occupational safety and health programs, and employees
organizational commitment (r= 0,381; p< 0,01)
Keywords: occupational safety and health program, organizational
commitment, turn-over

PENGANTAR bangan perusahaan, sekaligus dapat


memenuhi kebutuhan kesejahteraan
Suatu perusahaan berkewajiban meng-
karyawan sesuai dengan perkembangan
usahakan agar karyawan memiliki kesa-
dan kemajuan perusahaan.
daran turut dalam bertanggung jawab atas
kelancaran, kemajuan, dan kelangsungan Masalah perlindungan tenaga kerja
hidup perusahaaan. Di samping itu akan semakin meningkat sejalan dengan
pemerintah bertanggung jawab mencipta- meningkatnya industrialisasi dan tekno-
kan dan memelihara terbinanya hubungan logi. Kondisi demikian tentu menuntut
yang serasi antara pengusaha dan perusahaan untuk memberikan perlin-
karyawan, yang pada gilirannya akan dungan tenaga kerja untuk semakin mantap
mendorong terwujudnya kelancaran, baik ditinjau dari segi hubungan
efisiensi, dan kesinambungan perkem- ketenagakerjaan, keselamatan, dan

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENERAPAN PROGRAM K3 117

kesehatan dalam bekerja, maupun yaitu melihat adanya hubungan timbal


kesejahteraan tenaga kerja yang dapat balik antara pemenuhan kebutuhan
berpengaruh pada produktifitas kerja. Akan karyawan yang diterima dari tempat kerja
tetapi ternyata bahwa untuk mencapai dengan kontribusi yang telah diberikan
tingkat produktifitas yang tinggi tidak kepada perusahaan. Bila karyawan
mudah karena perusahaan mengahadapi bersikap loyal terhadap tempat kerja, maka
berbagai kendala yang antara lain berkaitan perusahaan wajib memberikan reward
dengan sumber daya manusia, yang yang sesuai. Kesesuaian rewards dengan
merupakan faktor amat penting dalam kontribusi membuat karyawan termotivasi
proses produksi. untuk tetap berusaha memelihara
Kendala yang sering mencuat ke kinerjanya (Fukami dan Larson, 1984)
permukaan dewasa ini ialah: pemogokan Komitmen karyawan terhadap perusa-
yang menuntut peningkatan kesejahteraan, haan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
unjuk rasa dengan berbagai latar belakang, baik yang berasal dari dalam maupun dari
bolos kerja, karyawan tidak bergairah luar, di antaranya pengalaman kerja dan
dalam bekerja, dan turn over. Hal itu lingkungan kerja. Miner (1988)
merupakan indikasi bahwa perusahaan menyebutkan bahwa bertambah atau
belum dapat memenuhi harapan yang berkurangnya komitmen tergantung pada
diinginkan karyawan. Dengan kondisi yang dua hal yaitu sifat karyawan itu sendiri dan
demikian, maka akan sulit bagi karyawan karakteristik organisaasi kerjanya.
untuk mempertahankan komitmennya saat Pentingnya dilakukan usaha-usaha
dihadapkan pada alternatif pekerjaan yang untuk melindungi keselamatan karyawan
lebih menjanjikan harapan yang lebih di dalam menjalankan pekerjaannya telah
tinggi. .Rendahnya komitmen pada mendapat perhatian dari pemerintah
perusahaan merupakan kerugian bagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang
perusahaan itu sendiri, terutama bila terjadi Keselamaatan Kerja no. 1 tahun 1970.
pada karyawan yang telah dididik dan Undang-Undang ini merupakan sarana
berpengalaman . utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat
Kerugian-kerugian tersebut akan dan kematian akibat kecelakaan kerja atau
merupakan beban yang berat bagi penyakit akibat kerja. Dengan adanya
perusahaan sebagai akibat tidak Undang-Undang ini, pemerintah berusaha
terpenuhinya harapan karyawan dalam untuk menanggulangi masalah keselamatan
bekerja, sehingga perlu dilakukan usaha dan kesehatan kerja (K3) baik yang
penanggulangan dan pencegahan gejala menyangkut peraturan perundangan
kerja negatif tersebut. kelembagaan, pengawasan dan aturan
Salah satu hal yang penting dalam penegakan hukumnya. Bahkan di dalam
usaha menangani gejala kerja negatif usaha untuk menggugah semua pihak
adalah dengan cara menumbuhkan dan untuk menyadari bahwa program K3
meningkatkan komitmen karyawan merupakan sesuatu yang mutlak
terhadap perusahaan. Komitmen dikem- dilaksanakan di dalam proses produksi
bangkan berdasarkan pada bentuk barang dan jasa. Oleh karena itu
hubungan yang bersifat exchange theory, pemerintah pada tahun 1984 mengadakan

ISSN : 0215 - 8884


118 OKTORITA B., ROSYID, & LESTARI

suatu program Kampanye Nasional perusahaan yang merupakan orientasi


progaram K3, yang dituangkan dalam karyawan pada perusahaan sehingga
Keputusn Menteri Tenaga Kerja No. 13, bersedia menyumbangkan energinya dan
tahun 1984 tentang Pola Kampanye mengikatkan diri melalui aktifitas dan
Nasional K3, dengan kampanye ini keterlibatan dalam perusahaan untuk
merupakan usaha yang lebih nyata untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemudian
memasyarakatkan dan membudayakan K3. Sheldon (Steers dan Porter, 1983)
Dengan terjaminnya K3 oleh perusa- menyatakan bahwa komitmen sebagai
haan akan menyebabkan karyawan merasa sikap atau orientasi terhadap perusahaan
nyaman dan mempunyai rasa memiliki yang menghubungkan identitas seseorang
(sense of belonging) di perusahaan dan pada perusahannya. Robbins (1986)
rasa ikut bertanggung jawab (sense of menambahkan pengertian komitmen
responsibility) terhadap pekerjaan yang sebagai suatu sikap yang menggambarkan
dihadapi, yang akan mempenaruhi orientasi karyawan terhadap perusahaan,
keterikatan (commitment) karyawan sementara Miner (1988) menyatakan bila
terhadap kerja dan perusahaan. ditinjau dari segi sikap, pengertian
Selanjutnya, Steers (1988) menyebutkan komitmen adalah kekuatan relatif dari
bahwa komitmen yang kuat dapat keterlibatan karyawan dan identifikasi
membawa dampak positif, antara lain: karyawan terhadap perusahaan di mana ia
peningkatan prestasi kerja, motivasi kerja, bekerja.
masa keja, produktifitas kerja, dan Welsch dan La Van (1981) menyatakan
karyawan lebih rajin masuk kerja sehingga komitmen pada perusahaan adalah sebuah
mengurangi absensi dan menurunkan turn dimensi perilaku yang penting dan dapat
over. digunakan untuk menilai keterikatan
Tujuan penelitian ini ialah untuk karyawan pada perusahaan. Hal ini
mengetahui adanya hubungan antara sikap didukung oleh Davis dan Newstrom (1989)
terhadap penerapan Program Keselamatan yang menyatakan bahwa komitmen terha-
dan Kesehatan Kerja (program K3) dengan dap perusahaan adalah tingkat kemauan
komitmen karyawan terhadap perusahaan. karyawan untuk mengidentifikasikan
dirinya pada perusahaan, dan keinginannya
Dewasa ini konsep komitmen terhadap untuk melanjutkan partisipasi secara aktif
perusahaan telah menduduki tempat yang dalam perusahaan tersebut.
sangat penting dalam penelitian tentang
perilaku organisasi. Hal ini dilakukan Dalam penelitian ini komitmen
karena banyak perilaku kerja yang dirumuskan sebagai suatu sikap yang
dipengaruhi oleh tingkat komitmen yang menggambarkan orientasi karyawan
dimiliki oleh karywan terhadap perusahaan terhadap perusahaan yang ditunjukkan
tempatnya bekerja. dengan kesetiaan terhadap perusahaan,
mengidentiifikasikan diri dan melibatkan
Mowday, Porter, dan Steers (1982), dan diri dalam kegiatan perusahaan.
Desler (1993) sepakat memberi pengertian
komitmen karyawan terhadap perusahaan Steers dan Porter (1983) membagi
sebagai hubungan antara karyawan dengan komitmen ke dalam dua pendekatan utama,
yaitu: (1) attitudinal commitment, yang

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENERAPAN PROGRAM K3 119

memandang komitmen sebagai sikap. tidak saling bertentangan. Kedua konsep


Karyawan mengadakan identifikasi dengan tersebut sangat berguna untuk memahami
tujuan dan nilai perusahaan dan komitmen. Komitmen berupa sikap
berkeinginan untuk tetap menjadi anggota memfokuskan pemahaman pada proses
perusahaan guna memudahkan pencapaian pemikiran individu tentang hubungan
tujuan. (2) behavioral commitment, yang karyawan dengan perusahaan dalam hal
memandang komitmen sebagai perilaku. kesamaan jalan antara nilai, norma, dan
Karyawan akan mempunyai komitmen tujuan karyawan dengan milik perusahaan.
terhadap perusahaan karena tergantung Sebagaimana dirumuskan lebih dahulu
pada aktivitas masa lalunya, atau jika oleh Steers dan Porter (1983) komitmen
karyawan telah mempunyai banyak karyawan pada perusahaan mencakup
tabungan di perusahaan yang sulit atau banyak aspek yang dapat dikelompokkan
tidak mungkin ditinggalkan. Pendekatan ke dalam tiga aspek, yaitu: (1) suatu
ini banyak didominasi oleh penelitian yang kepercayaan yang pasti dan penerimaan
dilakukan oleh Becker (Oliver, 1990) yang yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan
menyatakan bahwa komitmen adalah organisasi; (2) suatu keinginan untuk
sebagai akibat adanya taruhan sampingan berusaha sekuat tenaga demi kepentingan
(side bets), berujud waktu, uang, status, organisasi; (3) suatu dorongan dan
ketrampilan, maupun fasilitas dari keinginan yang kuat untuk melebihi
perusahaan. Pada pengertian ini seseorang loyalitas yang bersifat pasif, tetapi
karyawan terikat untuk melakukan sesuatu mengandung hubungan yang aktif terhadap
yang konsisten karena bila tidak, maka ia perusahaan karena individu mempunyai
akan kehilangan semua investasi yang keinginan untuk memberikan sesuatu dari
telah diberikan. Pada perkembangan dirinya sendiri untuk menyokong
selanjutnya, Meyer dan Allen meng- kesejahteraan organisasi.
gabungkan kedua pendekatan tentang Di dalam penelitian ini komitmen
komitmen yaitu sikap dan perilaku, karyawan lebih dipandang sebagai suatu
memodifikasinya ke dalam tiga bentuk sikap, memandang komitmen sebagai
konsep (Alrosyid, 1995), yaitu: (1) sesuatu yang bersifat afektif emosional.
affective attachment, yaitu ketergantungan Komitmen karyawan adalah tingkat
secara afeksi pada perusahaan sehingga kekuatan identifikasi karyawan terhadap
merupakan kekuatan karyawan untuk perusahaan yang didasarkan pada tiga
mengidentifikasikan diri, terlibat, dan aspek, yaitu: (1) suatu kepercayaan dan
senang menjadi anggota suatu perusahaan; penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan
(2) perceived cost, yaitu kecenderungan tujuan perusahaan; (2) suatu keinginan
untuk konsisten pada aktivitas yang untuk berusaha demi kepentingan
berdasarkan atas kerugian yang diderita perusahaan; (3) suatu dorongan dan
karyawan sehubungan dengan terputusnya keinginan untuk mempertahankan diri agar
aktivitas; (3) obligation, yaitu suatu tetap menjadi anggota perusahaan.
keyakinan mengenai tanggung jawab
karyawan pada perusahaan. Kedua sudut Penelitian dilakukan berusaha untuk
pandang tentang komitmen yaitu sikap dan mengetahui faktor-faktor yang mendukung
perilaku merupakan sudut pandang yang komitmen terhadap perusahaan. Wiener

ISSN : 0215 - 8884


120 OKTORITA B., ROSYID, & LESTARI

(Muchinsky, 1987) menyebutkan komit- karyawan terdahap perusahaan.


men terhadap perusahaan dipengaruhi oleh Pengalaman kerja terbukti berkorelasi
dua hal yaitu personal predisposition, dan positif dengan komitmen terhadap
corporate intervention. Personal predis- perusahaan sejauh menyangkut taraf
position mengandung pengertian seberapa besar karyawan percaya bahwa
kemampuan perusahaan menyeleksi orang- perusahaan memperhatikan minatnya,
orang yang lebih mempunyai komitmen, merasakan adanya kepentingan pribadi
sementara corporate intervention dengan perusahaan, dan seberapa besar
mengandung arti sejauh mana perusahaan harapan-harapan karyawan dapat terpenuhi
mampu melakukan sesuatu yang membuat dalam pelaksanaan pekerjaannya (Steers
karyawan memiliki komitmen. dan Porter, 1983). Lebih jauh Welsch dan
Steers dan Porter (1983), Mowday La Van (1981) menemukan hubungan
(Fukami dan Larson, 1984) membedakan positif antara komitmen organisasi dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi suasana partisipatif, kekuasaan, kesem-
komitmen terhadap perusahaan menjadi patan promosi, usia, tingkat pekerjaan,
empat kategori, yaitu: (1) karakteristik jabatan, dan lama kerja sebagai pekerja
personal. Pengertian karakteristik personal profesional.
mencakup: usia, masa jabatan, motif Pembentukan komitmen karyawan
berprestasi, jenis kelamin, ras, dan faktor terhadap perusahaan diawali ketika
kepribadian. Sedang tingkat pendidikan karyawan mulai masuk dan menjadi
berkorelasi negatif dengan komitmen anggota organisasi kerja perusahaan, dan
terhadap perusahaan (Welsch dan La Van, perusahaan memulai tahap-tahap yang
1981); (2) karakteristik pekerjaan. . digunakan untuk membimbing karyawan
Karakteristik pekerjaan meliputi kejelasan mengenal nilai-nilai perusahaan dan
serta keselarasan peran, umpan balik, bagaimana pekerjaan dilakukan (Caldwel,
tantangan pekerjaan, otonomi, kesempatan 1990). Mowday, Porter dan Steers (Miner,
berinteraksi, dan dimensi inti pekerjaan; 1988) membagi tahap-tahap pembentukan
(3) karakteristik struktural. Faktor-faktor komitmen perusahaan menjadi tiga tahap,
yang tercakup dalam karakteristik yaitu:
struktural antara lain ialah: derajat
formalisasi, ketergantungan fungsional, (1) komitmen awal atau initial commitment
desentralisasi, tingkat partisipasi dalam
Pada penjelasan ini tidak menyebutkan
pengambilan keputusan, dan fungsi kontrol
pembagian waktu dari setiap tahap,
dalam perusahaan; (4) pengalaman kerja.
karena penggunaan waktu sebagai
Pengalaman kerja dipandang sebagai
pedoman bekerja sangat bersifat relatif.
kekuatan sosialisasi yang penting, yang
mempengaruhi kelekatan psikologis

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENERAPAN PROGRAM K3 121

Karakteristik Harapan tentang Krakteristik Pekerjaan:


Personal: Nilai, Pekerjaan Menuntut, Memaksa,
Keyakinan, dan Mengorbankan,
Kepribadian Ketidakjelasan Tugas.

Tingkat
Komitmen

Gambar1: Proses Pembentukan Komitmen Masa Awal


(Sumber: Miner, 1988, hal. 234)

(2) komitmen selama bekerja atau commitment during early employment

Komitmen Awal
Awal pengalaman
kerja: Jabatan,
Pengawasan, Komitmen selama
//// Periode Awal Bekerja
Kelompok Kerja,
Upah, Organisasi. Perasaan Ber-
tanggung Jawab

Tersedianya
Alternatif
Pekerjaan

Gambar 2: Komitmen Selama Awal Bekerja


(Sumber: Miner, 1988, hal. 234)

(3) komitmen selama perjalanan karir atau commitment during late career.

- Investasi
Masa - Keterlibatan Sosial Komitmen pada
Kerja - Mobilitas Kerja Tahap Akhir Karir
- Pengorbanan

Gambar 3: Komitmen Pada Tahap Akhir Karir


(Sumber: Miner, 1988, Hal. 234)

ISSN : 0215 - 8884


122 OKTORITA B., ROSYID, & LESTARI

Proses pembentukan komitmen awal Komitmen terhadap perusahaan


terjadi sebagai akibat adanya interaksi diasumsikan berkaitan dengan pelaksanaan
antara karakteristik personal dengan program K3, yang memberikan rasa
karakteristik pekerjaan. Interaksi akan ketengangan dan kenyamanan bekerja pada
membentuk harapan-harapan karyawan karyawan. Ditinjau dari segi keilmuan, K3
tentang pekerjaannya. Tingkat komitmen dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan
karyawan terletak pada seberapa besar dan penerapannya guna mencegah
perbedaan antara karakteristik personal kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dengan karakteristik pekerjaan. Keseim- dan penyakit yang disebabkan oleh
bangan di antaranya merupakan prasyarat pekerjaan di lingkungan kerja (Manulang,
utama untuk membentuk komitmen. Proses 1990). Sumamur mengatakan keselamatan
kedua pembentukan komitmen terjadi kerja adalah keselamatan yang bertalian
setelah karyawan mulai bekerja. Selama dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan,
bekerja, karyawan akan mempertimbang- dan proses pengolahannya, landasan
kan mengenai pekerjaan, pengawasan, tempat kerja, dan lingkungan serta cara-
upah, kelompok kerja, dan keadaan cara melakukan pekerjaan. Sedang definisi
organisasi, sehingga akan menimbulkan kesehatan kerja adalah merupakan
perasaan bertanggung jawab pada diri spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta
karyawan. Proses pembentukan komitmen prakteknya yang bertujuan agar pekerja
tahap ketiga terjadi dalam waktu yang memperoleh derajat kesehatan yang
relatif panjang sejak awal hingga setinggi-tingginya baik fisik, mental,
menjelang akhir karir seseorang. Selama maupun sosial, dengan usaha preventif dan
pengabdian pelaksanaan pekerjaan, kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau
menimbulkan banyak peristiwa, misalnya: gangguan-gangguan kesehatan yang
investasi yang semakin besar, keterlibatan diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
sosial semakin luas, mobilitas pekerjaan lingkungan kerja serta tehadap penyakit
yang tinggi, dan adanya banyak umum.
pengorbanan. Peristiwa-peristiwa ini Flippo (1976) mengatakan program
timbul bersamaan dengan meningkatnya pencegahan kecelakaan kerja adalah suatu
jenjang karir, sehingga cukup kuat alasan bagian utama dari fungsi pemeliharaan
bagi karyawan untuk tetap tinggal bersama karyawan, yang merupakan satu bagian
perusahaan. Keluar dari pekerjaan akan dari suatu program menyeluruh. Kondisi
sangat merugikan karyawan. fisik karyawan dapat terganggu melalui
Komitmen terhadap perusahaan penyakit, ketegangan, tekanan dan
tercermin dalam kinerja karyawan, kecelakaan. Program kesehatan karyawan
semakin tinggi komitmen karyawan, maka penting bagi perusahaan untuk
kinerjanya akan semakin baik. Di samping memperhatikan kesehatan umum karyawan
itu, komitmen karyawan juga akan terkait seperti kondisi fisik dan mental karyawan.
dengan masa kerja karyawan, absensi, turn Martoyo (Nugroho, 1999) menyebutkan
over, prestasi kerja, dan produktifitas kerja pengertian keamanan karyawan adalah
(Steers dan Porter, 1983). keadaan karyawan yang bebas dari rasa
takut dan bebas dari segala kemungkinan

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENERAPAN PROGRAM K3 123

kecelakaan kerja. Kesehatan karyawan suasana kerja nyaman dan tidak


adalah kesehatan jasmani maupun rohani. meletihkan, (3) efeiensi kerja optimum
Seseorang disebut sehat jasmani jika dapat tercapai, dan (4) selamat dan sehat.
seluruh unsur organisme badaniah Selain untuk mengurangi dan mencegah
berfungsi secara normal dan baik, kecelakaan serta penyakit akibat kerja,
sedangkan sehat rohani apabila seseorang program K3 juga bertujuan untuk
sudah berhasil mengadaptasikan dirinya menciptakan kondisi kerja yang sehat dan
pada perusahaan dimana ia bekerja, aman. Hal ini dikemukakan oleh Handoko
memiliki konsepsi yang akurat tentang (Nugroho, 1999) yang menyebutkan tujuan
kenyataan-kenyataan hidup, dan dapat K3 adalah untuk memberikan kepada
mengatasi berbagai stres dan frustrasi. Dari karyawan, kondisi kerja yang lebih sehat
uraian di atas maka dapat ditarik suatu dan aman serta menjadi lebih bertanggung
pengertian bahwa program K3 adalah jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut,
bagian dari sistem manajemen yang terutama bagi perusahaan-perusahaan yang
penerapannya berguna untuk mencegah mengalami tingkat kecelakaan yang tinggi.
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja Sehingga perumusan tujuan program K3
dan penyakit yang disebabkan oleh adalah mengurangi dan mencegah
pekerjaan dan lingkungan fisik. kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
Tujuan program K3, menurut sehingga karyawan dapat terlindungi,
Sumamur (1995) diuraikan sebagai selamat, aman, dan dapat mencapai tingkat
berikut: (1) melindungi karyawan atas hak kesehatan setinggi-tingginya, serta
keselamatannya dalam melakukan peker- menciptakan lingkungan kerja yang aman,
jaan untuk kesejahteraan hidup, dan nyaman, dan sehat.
meningkatkan produksi, serta produktivitas Kecelakaan kerja tidak terjadi secara
nasional; (2) menjamin keselamatan setiap kebetulan, melainkan ada sebabnya.
orang lain yang berada di tempat kerja; (3) Kecelakaan kerja pada umumnya
pemeliharaan sumber produksi dan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu:
mempergunakannya secara aman dan (1) tindakan yang tidak aman dari manusia
efisien. itu sendiri (unsafe action) dan, (2)
Guna meningkatkan produktivitas kerja lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe
sebagai salah satu tujuan penerapan condition). Sumamur (1992) menyatakan
program keselamatan dan kesehatan kerja, sebuah penelitian menunjukkan sebagian
maka prinsip ergonomi harus diperhatikan, besar (sekitar 85%) kecelakaan kerja
misalnya: mesin, alat, atau perlengkapan bersumber dari faktor manusia, yakni
kerja yang disediakan harus disesuaikan bekerja dengan cara yang tidak aman, dan
dengan keadaan karyawan. Silalahi (1995) hanya 15% disebabkan karena keadaan di
menyatakan, prinsip ergonomis ialah: letak luar manusia. Perilaku atau tindakan yang
peralatan, perlengkapan, dan benda yang dapat mendatangkan kerugian (unsafe
menjadi bagian tak terpisahkan dari action) misalnya: tindakan yang bersifat
kegiatan rutin seorang karyawan harus sembrono, asal saja, semaunya sendiri,
sedemikian rupa, agar: (1) tidak terbuang sikap masa bodoh, terlalu berani, dan
waktu dan energi secara sia-sia, (2) bergurau. Perilaku lain yang dapat

ISSN : 0215 - 8884


124 OKTORITA B., ROSYID, & LESTARI

mendatangkan kerugian ialah: ketergan- pada saluran pernafasan; keracunan gas-


tungan pada alkohol dan narkotika, gas seperti karbon monoksida, hidrogen
masalah pribadi yang dibawa ke tempat sulfide, cairan beracun, uap dan kabut dari
kerja, hubungan yang semakin indivi- racun-racun; (3) golongan biologis:
dualistis, kemerosotan kecakapan dan tumbuh-tumbuhan beracun atau menimbul-
kemampuan. Tindakan yang tidak selamat kan alergi; penyakit dari hewan; (4)
tesebut biasanya disebabkan oleh: golongan fisiologis: konstruksi mesin atau
kekurangan pengetahuan, ketrampilan, dan peralatan yang tidak sesuai dengan
sikap; keletihan atau kebosanan kerja, dan mekanisme tubuh manusia; sikap kerja
manusia yang tidak sesuai secara ergono- yang menimbulkan keletihan dan kelainan
mis; dan adanya gangguan psikologis. fisik; cara kerja yang membosankan atau
Kondisi yang tidak aman (unsafe meletihkan; (5) golongan psikologis:
condition) meliputi: suhu dan kelembaban proses kerja yang rutin dan membosankan;
udara yang ekstrem (terlalu panas atau hubungan kerja yang terlalu menekan atau
dingin); kebersihan udara yang tidak menuntut; suasana kerja yang serba kurang
terjaga; penerangan dan kuat cahaya yang aman.
tidak sesuai; kekuatan bunyi di atas Darmawang (1997) menyebutkan
ambang batas normal (> 85 dB); cara kerja aspek-aspek keselamatan kerja yang perlu
yang tidak memperhatikan keamanan; diperhatikan dalam menjaga keselamatan
buruknya keadaan mesin, perlengkapan; di tempat kerja ialah: (1) lingkungan kerja.
peralatan kerja dan bahan-bahan; serta Nitisemito (1996) menyatakan bahwa yang
lingkungan kerja yang tidak terpelihara dimaksud dengan lingkungan kerja ialah
dengan baik. segala sesuatu yang berada di sekitar
Silalahi dan Silalahi (1995) menye- karyawan dan yang dapat mempengaruhi
butkan bahwa ada tiga penyebab seseorang dirinya dalam menjalankan tugas-tugas
karyawan melakukan tindakan tidak aman, yang dibebankan kepadanya.. Sumamur
yaitu: (1) karyawan tersebut tidak (1995) menyatakan lingkungan kerja fisik
mengetahui tatacara kerja yang aman atau mencakup faktor-faktor fisik dalam
perbuatan-perbuatan berbahaya; (2) karya- perusahaan antara lain: kebisingan,
wan tidak mampu memenuhi persyaratan penerangan, suhu ruang kerja, radiasi,
kerja sehingga terjadi tindakan di bawah getaran, takanan udara, dan aroma di
standar, (3) karyawan mengetahui seluruh tempat kerja. Sedang lingkungan kerja non
peraturan dan persyaratan kerja tetapi tidak fisik meliputi, antara lain: model hubungan
mematuhinya. Adapun faktor penyebab antar manusia dalam perusahaan, job
karyawan mengalami penyakit akibat kerja description, jenis kelamin, kepuasan kerja.
adalah: (1) golongan fisik: bunyi dan (2) Mesin dan peralatan. Kondisi mesin
getaran yang bisa menyebabkan ketulian; dan peralatan kerja dapat berpengaruh baik
suhu ruangkerja; radiasi sinar-sinar radio secara langsung maupun tidak langsung
aktif; tekanan udara yang tinggi menyebab- terhadap kemungkinan timbulnya kasus
kan ketulian permanen; penerangan yang kecelakaan kerja. Peralatan dan mesin
kurang baik; (2) golongan kimiawi: debu kerja yang tidak ergonomis dapat cepat
dan serbuk yang menyebabkan penyakit menimbulkan kelelahan bagi karyawan.

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENERAPAN PROGRAM K3 125

Peralatan yang baik adalah yang senantiasa mendukung terhadap program K3


siap dipergunakan oleh karyawan, baik perusahaan. Sikap mendukung timbul jika
peralatan kerja yang kecil maupun yang karyawan merasa bahwa program K3
besar. Berkaitan dengan kondisi mesin dan perusahaan dapat memberikan
peralatan ini Silalahi dan Silalahi (1995) kenyamanan, ketentraman, ketenangan,
mengatakan bahwa yang perlu diperhati- kesehatan dan keamanan pada karyawan.
kan ialah: (a) kondisi perlindungan/ Sedang sikap tidak mendukung muncul
pengaman mesin-mesin dan perkakas, (b) jika program K3 perusahaan dirasakan
kondisi alata-alat kerja. (c) Bahan yang tidak memberikan perasaan nyaman,
digunakan. Bahan-bahan yang digunakan tentaram, tenang dan aman pada keryawan
perlu dicermati, dan harus diperiksa saat bekerja. Sikap terhadap penerapan
terlebih dahulu agar tidak membahayakan program K3 ditentukan oleh bagaimana
kesehatan karyawan. (d) Keadaan dan sikap karyawan, pihak manajemen sebagai
kondisi karyawan. Telah terbukti dari penanggung jawab pelaksana program K3,
penelitian bahwa kondisi kesehatan yang berperan merencanakan dan
karyawan berpengaruh besar pada tingkat pengambilan keputusan. Sikap terhadap
produktifitas kerja. Karyawan dengan penerapan program K3 dapat berkembang
kondisi fisik yang kurang sehat cenderung baik lewat hubungan dan kerjasama yang
mengakibatkan menurunnya produktifitas baik antara pihak manajemen, karyawan,
kerja, menurunnya semangat kerja, cepat dan lingkungan sekitar perusahaan.
mengalami kelelahan, dan kurang Sikap terhadap penerapan program K3,
konsentrasi. Kondisi seperti tersebut di atas dan komitmen karyawan terhadap
memberikan peluang lebih besar pada perusahaan merupakan suatu yang penting
terjadinya kecelakaan kerja. Selain kondisi dalam pengelolaan karyawan. Komitmen
fisik, kondisi psikis berpengaruh besar pula tumbuh didahului dengan adanya niat
pada produktivitas kerja. (5) Cara kerja. untuk bekerja dalam organisasi. Karyawan
Keberhasilan kerja karyawan dalam yang mempunyuai komitmen tinggi
menyelesaikan pekerjaannya sangat ditandai dengan tingkat kehadiran tinggi,
ditentukan oleh kebiasaan kerja yang keterlibatan aktif, keterikatan yang kuat
benar. Kebiasaan kerja yang benar harus dan berorientasi pada pencapaian tujuan.
memperhatikan beberapa aspek, antara Sementara program K3 yang oleh
lain: peralatan yang digunakan, posisi karaywan dirasa atau dipandang efektif dan
kerja, dan penggunaan alat bantu. sesuai dengan prosedur akan menum-
Sehubungan dengan ini Silalahi dan buhkan kepuasan dalam diri karyawan,
Silalahi (1995) menyatakan bahwa yang sehingga dapat dijadikan alat prediksi
perlu diatur ialah: (a) selalu menerapkan terhadap komitmen karyawan. Sikap
prosedur kerja yang aman, (b) membuat karyawan yang positif atau mendukung
prosedur tetap bagi kegiatan rutin, dan (c) program K3 akan dapat meningkatkan
memupuk kebiasaan bekerja menurut produksi yang pada akhirnya akan dapat
petunjuk buku manual. mendukung perusahaan dalam meraih
Setiap karyawan dapat memiliki sikap tujuan yang telah ditetapkan. Sedang sikap
mendukung maupun sikap tidak negatif muncul karena kurang atau tidak

ISSN : 0215 - 8884


126 OKTORITA B., ROSYID, & LESTARI

terjaminnya keselamatan dan kesehatan mendukung tercapainya tujuan perusahaan


dalam bekerja akan mendatangkan (Steers, 1988).
ketidaknyamanan dalam bekerja yang pada Beberapa faktor lain dapat mempe-
akhirnya akan tercermin melalui tindakan ngaruhi komitmen karyawan terhadap
pemogokan, absensi yang tinggi, bahkan perusahaan, yaitu karakteristik personal,
turn over. Robbins (1986) menyebutkan karakteristik pekerjaan, karakteristik
bahwa komitmen karyawan dipengaruhi struktural, dan pengalaman kerja (Steers
oleh fasilitas yang diberikan perusahaan dan Porter, 1983). Penelitian Mowday dan
seperti keamanan pekerjaan, tunjangan, Gordon (Fukami dan Larson, 1984)
dan lingkungan kerja. Penelitian Zohar menemukan bahwa faktor lama kerja
(1980) menunjukkan bahwa perusahaan berkorelasi positif dengan komitmen,
dengan iklim keselamatan akan sehingga dapat dikatakan bahwa semakin
menciptakan lingkugan kerja yang aman lama masa kerja seseorang dalam suatu
dibandingkan dengan perusahaan tanpa perusahaan maka akan semikin tinggi pula
iklim keselamatan. Perusahaan yang komitmennya pada perusahaan. Cascio dan
menetapkan keselamatan kerja sebagai Valensi (1977) berpendapat bahwa
suatu prioritas dapat meningkatkan kesanggupan karyawan menyelesaikan
perilaku keselematan kerja dan sesuatu pekerjaan tidak hanya ditentukan
mengurangi angka kecelakaan kerja oleh inteligensi dan umur, tetapi diwarnai
(Riggio, 1990). Ada beberapa faktor yang pula oleh pengalaman dan lingkungan
dapat mendukung terbentuknya komitmen kerja.
karyawan terhadap perusahaan, misalnya:
situasi kerja, rasa percaya dan keyakinan Bilamana pendapat tersebut di atas
terhadap manajemen perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan penerapan program K3,
lebih banyak dipengaruhi oleh sikap maka tingkat komitmen karyawan terhadap
karyawan terhadap manajemen yang perusahaan akan dipengaruhi oleh sikap
dijalankan dalam perusahaan, termasuk di karyawan terhadap perusahaan, yang
dalamnya ialah penerapan program K3 mencakup penerapan progarm K3. Positif
(Miner, 1988). Ditambahkannya bahwa negatifnya sikap karyawan akan ditentukan
terdapat keterkaitan antara komitmen bagaimana karyawan merasakan kenya-
karyawan dengan absensi, kualitas maupun manan, keamanan dan ketenangan pada
kuantitas output perusahaan. Riggio (1990) saat bekerja di dalam lingkugan kerjanya.
menandaskan bahwa komitmen terhadap Sikap positif akan muncul bilaman
perusahaan berhubungan dengan tingkat karyawan merasakan penerapan progarm
absensi yang tinggi dan turn over K3 membuat dirinya nyaman, lebih
karyawan karena komitmen menyangkut terindungi keselamatannya, dan akan
perasaan yang dimiliki karyawan. Dengan memunculkan suatu perilaku yang positif
adanya komitmen maka akan terjalin pula. Bila karyawan tidak merasakan yang
hubungan yang aktif antara karyawan demikian maka akan timbul perilaku
dengan pimpinannya, dan dengan negatif, yang pada akhirnya akan
prusahaan tempat kerjanya, sehingga menyebabkan tingginya absensi, dan
karyawan bersedia memberikan sesuatu kemungkinan melakukan turn over.
atas kemauannya sendiri agar dapat

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENERAPAN PROGRAM K3 127

Dalam penelitian ini rumusan hipotesis hirup uap-uap asam (Pedoman K3, PTSC.
yang akan diuji kebenarannya berbunyi 1999))
sebagai berikut: Ada hubungan positif Kondisi pelaksanan program K3 di
antara sikap terhadap penerapan program perusahaan ini cukup menarik untuk
keselamatan dn kesehatan kerja dengan diperhatikan, mengingat dalam jangka
komitmen karyawan terhadap perusahaan. waktu kurang lebih 40 bulan, terjadi 101
Karyawan yang mempunyai sikap positif kasus kecelakaan, dengan rincian 68 kasus
terhadap penerapan program K3, akan kecelakaan ringan, dan 33 kasus kecela-
memiliki komitmen yang tinggi terhadap kaan berat (Dept PSPLK PTSC, 1999). Hal
perusahaan. ini tentu saja masih jauh dari sasaran yang
ingin dicapai dengan pelaksanaan program
METODE K3, yaitu pencapaian minimum 1.500.000
jam kerja tanpa kecelakaan kerja.
Subyek
Karyawan di divisi operasi yang
Penelitian dilaksanakan di sebuah berstatus karyawan tetap, baik di bagian
industri semen yang berlokasi di daerah staf maupun non staf terlibat dalam
Jawa Barat. Indsutri semen ini kegiatan penelitian ini. Jumlah seluruhnya
menghasilkan berbagai jenis semen, dari sebanyak 100 orang, dari 115 bendel skala
jenis semen biasa yang dikenal dengan yang dibagikan.
istilah semen abu-abu; semen dengan
formula khusus yang digunakan untuk
pembangunan bendungan, dermaga, dan Alat Pengumpul Data
landasan udara; semen dengan kualitas Dalam penelitian ini digunakan dua
kebal terhadap sifat korosif; dan oil well skala, yaitu skala sikap terhadap penerapan
cement yaitu semen yang dipergunakan program K3 yang memuat aspek-aspek:
pada pengeboran sumur minyak dengan lingkungan kerja, keadaan mesin dan
kedalaman mencapai 2.500 meter di bawah peralatan, bahan yang digunakan, keadaan,
permukaan bumi. dan kondisi karyawan, cara kerja
Di dalam industri ini bahaya yang karyawan, pelayanan kesehatan. Skala ini
potensial ialah: electric risk, yaitu resiko telah diujicoba, dari 55 butir yang terdiri
kecelakaan kerja yang berhubungan atas butir favorable dan unfavorable,
dengan kejutan listrik, misalnya tersengat diperoleh 41 butir valid dengan indeks
aliran listrik yang berasal dari alat listrik validitas internal (rbt) antara rbt= 0.192
yang berkualitas kurang baik; mechanical sampai dengn rbt= 0.572 (p< 0.05), dengan
risk, yaitu kecelakaan kerja yang uji reliabilitas menggunakan teknik analisis
disebabkan oleh mesin atau peralatan varians Hoyt ditemukan indeks reliabilitas
kerja, misalnya: jari terjepit gagang jack rtt= 0,843. Sedang untuk skala kedua ialah
dengan mesin bor; chamical risk yaitu skala komitmen karyawan terhdap
resiko kerja yang disebabkan oleh bahan- perusahaan. Skala ini disusun berdasar
bahan kimia, misalnya: gangguan pada aspek kepercayaan dan penerimaan
pernafasan akibat terlalu banyak meng- yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan
perusahaan, keinginan untuk berusaha

ISSN : 0215 - 8884


128 OKTORITA B., ROSYID, & LESTARI

demi kepentingan perusahaan, dan Hasil analisis data


dorongan, serta keinginan untuk
Setelah melalui uji asumsi, yaitu uji
mempertahankan diri agar tetap menjadi
normalitas sebaran untuk persepsi terhadap
anggota perusahaan tersebut. Skala ini
program K3 (Kai kuradrat= 4,416; p>
merupakan adaptasi dari Organizational
0.05); komitmen terhadap organisasi (Kai
Commitment Questionaire yang dirumus-
kuadrat= 6,327; p> 0,05) dan uji linearitas
kan oleh Steers dan Porter (1983) dan
hubungan antara dua variabel diperoleh
dimodifikasi sesuai kebutuhan oleh
hadil (Fbeda= 0,040; p> 0,05). Hasil
Ningsih (1995). Skor yang diperoleh dari
skoring dua skala yang disebarkan kepada
skala ini menunjukkan bahwa seseorang
100 subyek kemudian dianalisis dengan
memiliki skor tinggi berarti mempunyai
menggunakan teknik korelasi product
komitmen yang baik terhadap perusahaan,
moment diperoleh hasil: r= 0,381; p< 0,01.
dan sebaliknya. Indeks validitas butir
Berdasr hasil ini maka hipotesis yang
diperoleh berkisar antara rbt= 0.187
diajukan diterima, yaitu ada hubungan
sampai dengn rbt= 0.698 (p< 0.05.) Sedang
antara persepsi terhadap pelaksanaan
reliabilitas diperoleh dengan menggunakan
program K3 dengan komitmen karyawan
teknik analisis varians dari Hoyt diperoleh
terhadap perushaaan.
hasil, rtt= 0.969. Kedua skala diujicobakan
dengan menggunakan subyek sebanyak 85
orang karyawan di bagian produksi.

Tabel . Deskripsi Data Penelitian

Rerata Nilai Nilai Nilai Nilai Rerata


Variabel SD
Empirik Minimum Maksimum Minimum Maksimum Hipotetik
X1 150,92 110 185 12,56 41 205 123
X2 190,94 136 243 19,16 52 260 156
Keterangan:
X1: Sikap terhadap Penerapan Program K3
X2: Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan

Diskusi Hasil ini sejalan dengan pendapat


Wiener (Muchinsky, 1987) yang
Hasil analisis data menunjukkan bahwa
menyatakan bahwa komitmen terhadap
hipotesis yang diajukan dalam penelitian
perusahaan dipengaruhi oleh dua hal yaitu
ini dapat diterima, yang berarti bahwa
personal predispotition dan corporate
sikap karyawan terhadap penerapan
intervention. Corporate inerventiin
program K3 dapat digunakan untuk
mengandung arti sejauh mana perusahaan
melakukan prediksi terhadap tingkat
mampu melakukan sesuatu yang membuat
komitmen karyawan.
karyawan lebih memiliki komitmen.
Intervansi ini salah satunya adalah

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENERAPAN PROGRAM K3 129

kebijakan perusahan dalam menyediakan nyaman sehingga karyawan merasa aman,


keselamatan dan kesehatan kerja karyawan kondisi fisik lebih sejahtera sehingga dapat
dengan menerapkan program K3 dan bekerja dalam jangka waktu yang lebih
pembentukan P2K3 di perusahaan. Dalam lama tanpa kelelahan yang berarti.
hal ini, ketika seseorang karyawan Program K3 yang buruk akan menimbul-
merasakan bahwa kesehatan dan kan tingginya angka kecelakaan kerja,
kesehatannya dalam bekerja diperhatikan karyawan tidak datang bekerja, atau
oleh perusahaan, maka hal itu akan terlambat, turn over tinggi, dan buruknya
menumbuhkan kepercayaan terhadap hubungan antara atasan bawahan, dan
perusahaan. Selanjutnya kepercayaan antara rekan sekerja.
tersebut membuat seseorang karyawan Nilai rerata empirik variabel sikap
berusaha untuk memberikan sesuatu dari terhadap penerapan program K3, MEK3 =
dirinya kepada kepentingan perusahaan 150,92. Nilai rerata tersebut ternyata
dan berusaha untuk tetap menjadi anggota berada jauh di atas nilai rerata hipotetik:
dalam perusahaan tesebut. MHK3= 123. Hal ini berarti bahwa sikap
Kenyataan ini juga sesuai dengan karywan terhadap program K3 dapat
pendapat Steers dan Porter (1983) yang dikatakan tinggi. Tingginya tingkat sikap
menyatakan bahwa komitmen mengan- karywan tersebut disebabkan karyawan
dung: suatu kepercayaan, dan penerimaan menilai pihak perusahaan telah berusaha
atas nilai dan tujuan perusahaan, berusaha memperhatikan masalah keselamatan dan
demi kepentingan perusahaan dan kesehatan kerja karyawan. Akan tetapi
keinginan untuk mempertahankan diri agar hasil ini tidak sejalan dengan angka
tetap menjadi anggota perusahaan. kecelakaan yang ditunjukkan oleh data di
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan depan, kemungkinan kecelakaan disebab-
apa yang dikemukakan oleh Flippo (1976) kan oleh kondisi yang tidak aman yang
yang menyatakan bahwa program masih muncul di perusahaan. Sehingga
pencegahan kecelakaan kerja adalah suatu masih perlu mendapatkan perhatian yang
bagian utama dari fungsi pemeliharaan lebih tinggi.
karyawan, yang merupakan satu bagian Beberapa faktor lain, misalnya: masa
dari program perusahaan secara keselu- kerja, kesempatan promosi, usia, tingkat
ruhan. Pemeliharaan kesehatan dan pekerjaan dan kekuasaan, mempengaruhi
keselamatan kerja karyawan mempunyai komitmen karyawan terhadap perusahaan
sasaran agar karyawan dalam melaksana- (Welsch dan La Van, 1981). Steers dan
kan tugasnya sehari-hari dapat berjalan Porter (1983), Fukami dan Larson 1984) di
lancar dan terlindung dari hal-hal yang dalam penelitiannya mengenai komitmen
dapat mengancam fisik maupun jiwanya. menemukan beberapa faktor yang berpe-
Pemeliharaan keselamatan dan kesehatan ngaruh, yaitu: (1) karakteristik personal,
karyawan baik menyangkut fisik maupun misalnya: umur, masa kerja, motivasi
mental akan tercermin dalam kinerjanya. berprrstasi, dan tingkat pendidikan, (2)
Pelaksanaan program K3 yang baik karakteristik pekerjaan, misalnya:
membuat karyawan lebih jarang mangkir, pengayaan jabatan, kesesuaian peran; (3)
tercipta lingkungan kerja yang lebih karakteritsik struktural, misalnya: derajat

ISSN : 0215 - 8884


130 OKTORITA B., ROSYID, & LESTARI

formalisasi, dan fungsi kontrol dalam memiliki tingkat komitmen cukup tinggi.
organisasi, dan (4) sifat dan kualitas Hal ini terjadi karena pembentukan
pengalaman kerja. komitmen terjadi setelah karyawan mulai
Hubungan positif anatara sikap bekerja. Selama bekerja, karyawan akan
terhadap penerapan program K3 dengan mempertimbangkan mengenai pekerjaan,
komitmen karyawan terhadap perusahaan pengawasan, gaji, kelompok kerja, serta
menunjukkan pertanda bahwa program K3 keadaan perusahaan yang membuat
telah dipersepsi secara positif dan karyawan mengembangkan perasaan
dipandang efektif, aman dan sesuai dengan bertanggung jawab. Setelah karyawan
prosedur yang akan menimbulkan perasaan dalam waktu relatif lama melaksanakan
tenang, aman dan nyaman pada diri pekerjaan, maka akan timbul banyak
karyawan saat bekerja sehingga menimbul- kejadian, misalnya investsi, keterlibatan
kan kepercayaan bahwa perusahaan benar- sosial, mobilitas pekerjaan dan juga
benar memperthatikan minat dan harapan pengorbanan-pengorbanan yang diberikan.
karyawan terkait dengan pekerjaannya. Dengan kondisi yang demikian maka kuat
Dengan demikian, karyawan akan lebih alasan karyawan untuk tetap tinggal di
bersemangat dalam menyelesaikan peusahaan. Keinginan meninggalkan atau
pekerjaannya. Hasil penelitiasn ini senada kelaur akan sangat merugikan karyawan.
dengan pendapat Vaughn (Nugroho, 1990) Selain itu, komitmen karyawan terhadap
yang menyatakan bahwa adanya rasa aman perusahaan dapat meningkat tergantung
terhadap pekerjaan akan membuat pada peran perusahaan dalam memenuhi
karyawan lebih dapat berkonsentrasi dalam harapan karyawan, salah satunya ialah
menjalankan pekerjaannya. Demikian juga terpenuhinya kebutuhan akan keselamatan
penelitian Zohar (1980) yang menemukan dan kesehatan dalam bekerja.
bahwa dengan iklim keselamatan yang
ditumbuhkan dalam perusahaan akan DAFTAR PUSTAKA
menciptakan lingkungan kerja yang aman
dibandingkan dengan perusahaan tanpa Alrosyid, N. H. 1995. Hubungan Antara
iklim keselamatan. Perusahaan yang Human Relations dengan Komitmen
menerapkan keselamtan kerja sebagai satu Karyawan pada Perusahaan. Skripsi.
prioritas dapat meningkatkan perilaku Yogyakarta: Fakultas Psikologi
keselamatan kerja, dan mengurangi Universitas Gadjah Mada.
kecelakaan kerja (Riggio, 1990) Azwar, S. 1997. Sikap Manusia: Teori dan
Sikap positif karyawan dalam Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
penerapan program K3 berkaitan dengan Pelajar Offset.
komitmen karyawan terhadap perusahaan. ---------, 1999. Data Kecelakaan Kerja
Nilai rerata empirik untuk variabel 1996 1999. Bogor: Departemen
komitmen karyawan terhadap perusahaan PSPLK. PT Semen Cibinong, Bogor..
MEK= 190,94 berada di atas rerata nilai Caldwel, F.D., Chatman, A.J., dan
hipotetik MHK= 156. Hasil ini menunjuk- OReilly, A.C. 1990. Building Organi-
kan bahwa sebagian besar subyek zational Commitment: A Multifirm
penelitian termasuk dalam kelompok yang

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENERAPAN PROGRAM K3 131

Study. Journal of Occupational Muchinsky, P. M. 1987. Psychology


Psychology, Vol. 63, 245-261. Applied to Work: An Introduction to
Cascio, W.F. dan Enzo, R.V. 1977. Indeustrial and Organizational
Behaviorally Anchored Rating Scales: Psychology. Chicago: The Dorsey
Effects of Education and Job Press
Experiences of Raters dan Ratees. Nitisemito, A. S. 1996. Manajemen
Journal of Applied Psychology, Vo.. Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia
62, No. 3. Ningsih, S. N. 1995. Hubungan Antara
Darmawang, 1977. Persepsi terhadap Budaya Perusahaan dengan Keikatan
Pelaksanaan Keselamatan dan Kese- Karyawan terhadap Perusahaan.
hatan Kerja Kaitannya dengan Kinerja Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Karyawan. Tesis. Yogyakarta: Prgo- Universitas Gadjah Mada.
gram Pasca Sarjana Universitas Gadjah Nugroho, M. I. 1999. Hubungan Antara
Mada. Persepsi Karyawan terhadap Kualitas
Davis, K dan Newstrom, J. W. 1989. Program Kseelamatan dan Kesehatan
Human Behavior at Work: Kerja (K3) Perusahan dengan Prestasi
Organizational Behavior. Singapore: Kerja Karyawan bagian Produksi PT
McGraw-Hill Book Company Ltd. Bintang Alam Semesta. Skripsi.
Flippo, E.B. 1976. Principles of Personnel Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Management. New York: McGraw Hill Universitas Gadjah Mada.
Inc. Oliver, N. 1990. Rewards, Investment, dan
Fukami, C. V. dan Larson, E. W. 1984. Organizational Commitment: Empirical
Commitment to Company and Union: Evidence dan Theroitical. Journal of
Parallel Modes. Journal of Applied Occupatioan Psychology, Vol. 63, 19
Psychology, Vol. 69, No. 3, p. 367 31.
371. Riggio, R. E. 1990. Introduction to
Gerungan, W. A. 1978. Psikologi Sosial. Industria/Organizational Psychology.
Jakarta: PT Eresco. London: Scatt Foresman dan Company.
Manulang, S. H. 1990. Pokok-Pokok Robbins, S. P. 1986. Organizational
Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Behavior: Concepts, Controversies and
Jakarta: Rineka Cipta. App;ications. Engelwood Cliffts:
Prentice Hall Inc.
Miner, J. B. 1988. Organizational
Behavior: Performance and Produk- Silalahi, B. N. B. dan Silalahi, R.B . 1995.
tivity. New York: Random House Inc. Manajemen Keselematan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Pustaka
Mowday, R. T., Porter, L. W. dan Steers,
Binaman Pressindo.
R. M. 1982. Employee Organization
Lingkages: The Psychology of Commit- Steers, R. M. and Porter, L. W. 1983.
ment, Absenteeism and Turnover. Motivation and Work Behavior. New
London: Academic Press Inc. York: McGraw Hil Book Co.

ISSN : 0215 - 8884


132 OKTORITA B., ROSYID, & LESTARI

Steers, R. M. 1988. Introduction to Welsch, H. P. dan La Van, H. 1981. Iner


Organizational Behavior. Chicago: Relationship Between Organizational
Scatt Foresman and Company. Commitment and Job Characteristics,
Sumamur, P. K. 1992. Higine Perusahaan Job Satisfaction, Professional Behavior,
dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV Haji and Organizational Climate. Journal of
Mas Agung. Human Relation. Vol. 34, No.. 12, p.
1079 -1089.
_______, 1995 Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Zohar, D. 1980. Safety Climate in
Gunung Agung. Industrial: Theoritical and Applied
Implication. Journal of Applied
Psychology, Vol 65, No. 1, p. 96 102.

ISSN : 0215 - 8884

Anda mungkin juga menyukai