Anda di halaman 1dari 39

BUKU MATERI KULIAH

FISIKA DASAR 1

Disusun Oleh :

Drs. Agus Supriyanto, Msi

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG
BAB 1. SATUAN PENGUKURAN.
1.1 Sistim Metrik
Ilmu pengetahuan dikembangkan terus menerus dari abad ke abad, kebutuhan
pengukuran akurat menjadi bertambah secara jelas.
Dalam lapangan pekerjaan ilmuwan pada bagian yang berbeda di dunia dapat menyetujui
dan membandingkan pengukurannya, ini diperlukan satuan dasar tertentu pada
pengukuran yang biasanya diterima dengan satuan sebagai berikut:
Meter (m) untuk beberapa tahun merupakan jarak diantara dua tanda yang ditetapkan
pada bagian batang platina-iridium yang disimpan di bawah kondisi khusus dalam
kubahnya di Paris.
Sekarang didefinisikan sebagai panjang pada bilangan panjang gelombang tertentu dalam
vakum pada radiasi jingga khusus dari atom kripton 86. Tidak seperti jarak di antara
tanda-tanda di atas batang, maka panjang gelombangnya disebabkan vibrasi atom dan
mendekati konstan ; jadi
1 m = 1650763,73 panjang gelombang radiasi diatas.
Kilogram (Kg) adalah massa silinder padat khusus yang dibuat dari paduan platina-
iridium (alloy) yang disimpan di Paris, yang dikenal sebagai prototip kilogram
internasional.
Hari matahari rata-rata adalah perioda rata-rata yang diambil melebihi 12 bulan, di antara
perjalanan bulan berturut turut melalui meridian pada sembarang bagian permukaan
bumi.
Detik dulu merupakan 1/86400 bagian dari matahari rata-rata. Satuan tersebut di
astronom yang sekarang digantikan dengan satuan yang didasarkan pada perioda vibrasi
atom khusus Caesium.

1.2 Satuan Dasar SI


Pendahuluan:
- Sistim satuan SI (Sistim Internasional) sesuai dengan sistim Giorgi yang
ditambahkan atau MKS.
Satuan SI telah dipergunakan dalam banyak sekolah dan universitas yang sama
baiknya dengan literatur, ilmu pengetahuan Sains dan teknik dalam banyak negara
secara resmi dianjurkan.

Tipe besaran Nama Satuan Dimensi


Panjang meter M
waktu sekon (detik) s
Massa kilogram Kg
Temperatur Kelvin K
Arus Listrik Amper A
Intensitas Luminous Candela Cd
Jumlah Substansi Mol mol

Dengan satuan pelengkapsebagai berikut:

Tipe Besaran Nama Satuan Dimensi Satuan


Sudut bidang Radian rad
Zat Padat Steradian Sr

1.3. Penurunan Satuan

Nama Besaran Satuan SI Simbol Pernyataan Persamaan


Frekuensi hertz hz 1 hz= 1s-1
Gaya newton N 1N= 1 kg m/s2
Tekanan (umum) pascal Pa 1 Pa= 1 N/m2 = 1 kg/ms2
Tekanan (cair, gas) bar bar 1 bar
Kerja, energi, panas juole J 1 J= N.m= 1Kg m2/s2
Daya watt W 1 W = 1J/s= 1 Kg m2/s2
Besaran listrik coulomb C 1 C= 1 A.s
Potensial listrik, volt V 1 V= 1 W/A
perbedaan potensial
Tegangan, ggl
Kapasitansi listrik farad F 1 F= 1 A. s/ V
Resistansi listrik ohm 1 = 1 V/A
Konduktivitas listrik mho mho 1 mho= 1 -1
Kerapatan fluks tesla T 1 T = 1 Wb/m2
magnetik
Induktivitas henry H 1 H= 1 V.s/A
Fluk Lumunious lumen Lm 1 Lm= 1 cd.sr
Flluemenansi lux Lx 1 Lx+ 1 Lm/m2

1.4. Massa dan Gaya

SI Sistim Teknik
Massa Satuan dasar Kg Satuan yang diturunkan dinyatakan sebagai
hasil bagi gaya (berat di bagi dengan
percepatan standar/acuan) yang disebabkan
gravitasi. ( g = 9.807 Ka/s2)
Kg = kgf : m/s2
Gaya Satuan yang diturunkan N Satuan dasar : kilogram gaya (atau kilo
Penurunan menurut hukum pon), kgf (atau kp), dll
Newton:
Gaya = massa x Percepatan
N = kg x m/s2
Energi Satuan yang diturunkan Joule Satuan dasar : kalori atau kkal
Thermal Joule = Newton x meter
J=NxM
Keuntungan Sistim Internasional di atas Sisitim Teknik adalah bahwa Sisitim
Interbasional salin berhungan (koheren). Ini berarti bahwa tidak ada faktor Konversi yang
diperlukan dalam sistim.
Amper, untuk contoh, juga menyatakan bahwa semua besaran listrik lainnya (volt), ohm,
farad, dll) dapat di definisikan dalam istilah satuan mekanik.
Perhatian: Isilah Berat/beban/kapasitas bawaan biasanya dinyatakan sebagai massa (kg)

1.5. Awalan

Dalam satuan Sistim Desimal, Awalan berikut dan singkatannya dipakai:

Faktor Awalan Singkatan Faktor Awalan Singkatan


(10) ( Deka - ) (da) 10-1 Deci - d
(102) ( Hekto - ) (h) 10-2 Centi - c
(103) ( kilo - ) (k) 10-3 Milli - m
(106) Mega - M 10-6 Micro -
109 Giga G 10-9 Nano n
12 -12
10 Tera T 10 Piko p
-15
10 Femto f
10-15 Atto a

Dimensi dari suatu besaran dituliskan dalam kurang persegi. Misalnya dimensi dari
kecepatan, v kita tuliskan
[v] = [panjang] / [waktu] = L/T =LT-1
Sebagai latihan buktikan dimensi besaran-besaran
[volume] = L3
[kerapatan] = [massa] / [volume] = ML-3
[percepatan] = [kecepatan] / [waktu] = LT-2
[gaya] = [massa] x [percepatan] = MLT-2
[usaha] = [gaya] x [jarak] = ML2T-2
[daya] = [usaha] / [waktu] = ML2T-3
[momentum] = [massa] x [kecepatan] = MLT -1
[E.kinetik] = [1/2][massa] x [kec.]2 = ML2T2
[E.potensial] = [massa] x [perc.] x [jarak] = ML2T-2
[tekanan] = [gaya] / [luas] = ML-1T2
[impuls] = [gaya] x [waktu] = MLT-1
[torsi] = [gaya] x [jarak] = ML2T2
[tegangan permukaan] = [gaya] / [panjang] = MT-2
[frekuensi] = [1] / [waktu] = T-1
[sudut] = [panjang busur] / [jari-jari] = Lo

Sudut tidak mempunyai dimensi.

[kecepatan sudut] = [sudut] / [waktu] = T-1


[percepatan sudut] = [kec. Sudut] / [waktu] = T-2
[momen inersia] = [massa] x [jarak]2 = ML2
[panas jenis] = [energi] / [massa] [suhu] = L2T-2-1
[kapasitas] = [panas jenis] x [massa] = ML2T2-1
[konstanta Boltzman] = [energi] / [suhu] = ML2T-2-1
[konstanta gas] = [tekanan] [volume] / [suhu] = ML2T-2-1
[konstanta Plenck] = [energi] / [frekuensi] = ML2T-1
[entropi] = [energi panas] / [suhu] = ML2T2-1

BAB 2. VEKTOR.

2.1. Besaran skalar dan besaran vektor

Besaran Skalar, hanya mempunyai besaran saja dan secara lengkap dispesifikasikan
dengan suatu bilangan san satuan. Misalnya: massa (batu mempunyai massa 2 kg),
volume (botol mempunyai volume 120 cm3) dan frekuensi (arus jala-jala dalam gedung
mempunyai frekuensi 60 cycle/detik).
Simbol besaran skalar ditulid dalam tipe huruf miring (m = massa, V = volume).
Besaran skalar pada macam yang sama ditambahkan dengan menggunakan perhitungan
biasa.
Besaran Vektor, mempunyai besar dan arah. Misalnya adalah perpindahan/panjang
lintasan (pesawat terbang telah terbang 200 km menuju barat daya); kecepatan mobil
(bergerak pada 100 km/jam menuju utara) dan gaya (manusia menggunakan gaya keatas
15 N, kebungkusan).
Simbol besaran vektor di tulis dalam tipe huruf tegak (v = kecepatan, F = gaya) dan
dinyatakan dalam tulisan tangan dengan panah diatas huruf ( v, F).
Besarnya dari besaran vektor ditulis dalam tipe huruf miring ( F adalah besarnya gaya F).
Bila besaran vektor ditambah, arahnya harus diambil kedalam perhitungan.

2.2 Penjumlahan Vektor : metoda Grafis


Sebuah vektor adalah garis dengan panah yang mempunyai panjang berbanding langsung
dengan besaran vektor tertentu dan yang mempunyai arah menunjukan arah besaran.

Dalam menjumlahkan vektor B ke vektor A, tarik B sehingga ekornya pada kepala A.


Penjumlahan vektor A + B adalh vektor yang menghubungkan ekor a dan kepala B. R
biasanya deisebut resultan (paduan) A dan B. Urutan dalam pemilihan A dan B
dijumlahkan tidak penting, sehingga A + B = B + A

2.3. Trigonometri (Segitiga)


Walaupun memungkinkan untuk menyatakan besar dan arah dari resultante dua atau
lebih vektor dari jenis grafik yang sama dengan mistar dan protaktor, prosdurini tidak
terlalu eksak (pasti) dan untuk hasil yang akurat perlu menggunakan trigonometri.
Segitiga Siku-Siku adalah dua segitiga yang mempunyai sisi saling tegak lurus. Sisi mirip
pada segitiga siku-siku adalah sisi yang berlawanan dengan sudut siku-siku
Teori Pythagoras menetapkan bahwa jumlah kuadrat dari sisi pendek pada segitiga siku-
siku sama dengan kuadrat sisi meringnya.
2.4. Penjumlah Vektor : Metoda trigonometri (segitiga)

Adalah mudah memakai trigonometri untuk mencari resultante R dari 2 vektor A dan B
yang tegak lurus satu sama lain. Besarnya resultante diberikan dengan teori Pythaforas
sebagai: R = A2 + B2

2.5. Penguraian Sebuah Vektor

Baru saja dua lebih vektor dapat di jumlahkan bersama-sama menghasilkan vektor
resuntante tunggal, begitu juga mungkin menguraikan vektor C, kemudian vektor C
ekuivalen dengan 2 vektor A dan B. Bila sebuah vektor di gantikan dengan dua atau lebih
lainnya, proses disebut penguraian vektor dan vektor baru di kenal sebagai komponen
vektor awal.

BAB 3. GERAKAN DALAM GARIS LURUS

3.1. Kecepatan

Kecepatan sebuah benda adalah besaran vektor yang menyatakan dua hal, berapa cepat
gerakannya dan arah yang di tujukan.
Dalam hal sebuah benda yang berjalan dalam garis lurus, kecepatannya adalah
penyederhanaan rote pada penempuh jarak.
Bila jarak yang di tempuh dalam waktu t, berbanding langsung dengan t, benda
mempunyai kecepatan konstan dengan: v = s/t ( Kecepatan = jarak/waktu )
Kecepatan yang diberikan pada sebuah benda, dapat ditentukan berapa jauh
perjalanannya dalam sebuah interval waktu t dari rumus: s = v.t
Asalkan kecepatan tidak berubah dalam interval waktu tersebut.
3.2. Percepatan
Sebuah benda yang mempunyai kecepetan berubah adalah di percepat.
Sebuah benda dipercepat bila kecepatannya di tambah, berkurang atau berubah dalam
arahnya didiskusikan dalam bab 8.
Percepatan sebuah benda adalah rate pada kecepatannya yang berubah. Bila kecepatan
sebuah benda Vo pada awal tertentu t dan V pada akhirnya, percepatannya adalah:
a = V-Vo/ t ( Percepatan = Perubahan kecepatan / waktu )
Percepatan positif, berarti bertambahnya kecepatan.
Percepatan negatif, berarti kecepatannya berkurang.
Hanya percepatan konstan yang diperhitungkan disini. Kecepatan mempunyai dimensi
jarak/waktu. Percepatan mempunyai dimensi kecepatan/waktu atau jarak/waktu kuadrat.

3.3 Jarak ( panjang lintasan ), kecepatan dan percepatan.


Asumsikan perhitungan sebuah benda yang mempunyai kecepatan Vo bila permulaanya
di percepat pada rate konstan.
Sebuah waktu t kecepatan akhir benda akan menjadi :
V = Vo + at
Kecepatan akhir = kecepatan awal + perubahan.
Berapa jauh benda berjalan selama waktu interval t? Kecepatan rata-rata V benda:
V= (V +Vo)/2
Dan begitu pula, karena V = Vo + at
V = (Vo + Vo + at)/2 = Vo + at
Jarak yang dilalui selama t karenanya
S = Vt = Vo t + at2.
Bila benda dipercepat mulai dari diam.
Vn = 0 dan S = at2
Kegunaan lain dari rumus memberikan kecepatan akhir sebuah benda menyatakan
kecepatan awalnya, percepatannya dan jaraknya yang dilalui selama percepatan tersebut.
V2 = Vo2 + 2 a s.
Dalam hal sebuah benda yang mulai dari diam,
Vn = 0 dan V2 = 2 a s
V=2as

Rumus-rumus

Keseragaman dan Percepatan Beraturan Gerak Linier.

Parameter Seragam Beraturan dipercepat Beraturan dipercepat EU


yang a=0 (a>o) (a>o)
tidak v = konstan diperlambat (a<o) diperlambat (a<o)
diketahui a = konstan a = konstan
Vo = 0 Vo > 0
s= vt Vt/2 = at2/2 = v2/ 2a t/2 (vo+v) = vo t+1/2 at2 m
cm
km
s/t 2 as = 2s/ t = at vo+at = vo2 + 2 as m/s
cm/s
km/h
Vo = konstan 0 v at = vo2 2 as
a= 0 v/t = 2s/t = v2/ 2s v vo/t = v2 vo2/2s m/s
cm/h
km/h
t= s/v 2s/a = v/a = 2s/v v-vo/a = 2s/vo+v s
min
h

Analogi antara besaran translasi dan besaran rotasi

Konsep Translasi Rotasi Catatan


Perubahan sudut s s = r
Kecepatan v = ds/dt w = d/dt v = rw
Percepatan a = dv/dt = dw/dt ar = r
Gaya resultan, momen F = Fr
Kesetimbangan F=0 =0
Percepatan konstan v= vo +at w= wo+ t
s= vot+ 1/2at2 = wot+1/2 at2
v2= vo2+ 2as w2= wo2+ 2
Massa, momen m I I =miri2
kelembaman
Hukum kedua Newton F= ma = I
Usaha W = F ds W = d
Daya P = Fv P = w
Energi potensial Ep = mgy
Energi kinetik Ek = mv2 Ek = I w2
Impuls F dt dt
Momentum mv L = Iw

BAB 4. GERAKAN DALAM BIDANG VERTIKAL


4.1. Prcepatan Gravitasi
Semua benda dalam jatuh bebas dekat permukaan bumi mempunyai percepatan arah ke
bawah. g = 9.8 m/det2
Sebuah benda yang jatuh bebas mempunyai percepatan 9,8 m/det pada akhir detik
selanjutnya dan seterusnya.
Sebuah benda dalam jatuh bebas mempunyai percepatan arah bawah yang sama apabila
mulai dari diam atau mempunyai kecepatan awal dalam beberapa arah (?).
Adanya udara mempengaruhi gerakan benda jatuh sebagian, seperti gaya apung dan
sebagian karena tahan udara.
Jadi, dua obyek yang berbeda jatuh dalam udara dari ketinggian yang sama setidak
tidaknya mencapai bumi secara pasti pada waktu yang sama. Karena tahanan udara
bertambah dengan kecepatan, maka hal yang mungkin terjadi benda jatuh mencapai
kecepatan terminal yang bergantung pada masa, ukuran dan bentuk dan tidak dapat jatuh
lebih cepat dari pada itu.

4.2. Benda Jatuh

Bila gaya apung dan tahanan udara dapat diabaikan, sebuah benda jatuh mempunyai
percepatan konstan dan rumus unruk gerakan dipercepat beraturan dipakai ke benda
jatuh. Jadi, benda di jatuhkan dari keadan diam mempunyai kecepatan:
V = gt
Sesudah waktu dan jatuh karena jarak vertikal yaitu:
H = gt2
Dari rumus terdahulu dilihat bahwa:
T = 2h/g
Dan juga kecepatan benda dihubungkan ke jarak yang telah dinyatakan dengan v = gt
atau : = 2gh
Mencapai ketinggian tertentu h, sebuah benda dilmpar keatas harus mempunyai
kecepatan akhir sebuah benda dari ketinggian itu disebut v = 2 gh

4.3. Gerakan Proyektil ( Peluru)

Arah sesaat dari gerakan adalah arah dari perputaran vektor komponen vertikal dan
horozontal pada kecepatan proyektil.

BAB 5. DALIL TENTANG GERAKAN


5.1. Dalil pertama Gerakan.
Menurut dalil pertama Newton dari gerakan, sebuah benda pada keadaan diam akan
tinggal pada keadaan diam dan sebuah benda dalam gerakan akan tinggal dalam
gerakannya pada kecepatan konstan dalam sebuah garis lurus, bila tidak ada gaya efektif
bekerja padanya. Dalil ini menjadikan suatu definisi gaya : sebuah gaya berada dalam
pengaruh sembarang yang dapat merubah kecepatan sebuah benda. Guna mempercepat
sesuatu, sebuah gaya efektif harus dipakai kepadanya. Sebaliknya, setiap percepatan
disebabkan oleh aksi gaya efektif (karena ini dimungkinkan 2 atau lebih gaya bekerja
pada benda sama yang dibolehkan dengan penjumlahan vektor pada nol, sebuah gaya
efektif atau gaya ketidak setimbangan dikehendaki)

5.2 Massa.
sifat sebuah benda yang mempunyai perlawanan setiap perubahan dalam keadaan yang
diam atau pada gerakan dalam garis lurus disebut inersia (kelembaman).
Inersia sebuah benda dihubungkan kemana benda dapat dilepas sebagai jumlah materi
yang dikandungnya.
Pengukuran kuatitatif inersia adalah dengan massa ; suatu benda mempunyai lebih
banyak massa, percepatannya berkurang, bila gaya efektif bekerja padanya.

5.3. Dalil Kedua Gerakan

Dalil kedua Newton dari gerakan menetap bahwa gaya efektif yang bekerja pada sebuah
benda berbanding langsung dengan massa dan percepatannya ; arah gaya adalah sama
dengan percepatan benda.
Dalam pemilihan Satuan seharusnya, kesebandingan antara gaya dan hasil massa dan
percepatan adalah suatu kesamaan, dengandemikian :
F = ma
Gaya = massa x percepatan
Dalil kedua gerakan adalah kunci pengertian sifat pergerakan benda, karena merupakan
penyebab rangkaian (gaya) dan mempengaruhi (percepatan) dalam keadaan yang
terbatas.

5.4. Satuan Massa dan Gaya

Dalam sisitem Si, satuan massa adalah (kg) dan sataun gaya adalah Newton (N) ; sebuah
gaya efektif 1N bekerja pada massa 1 kg menghasilakan percepatan 1 m/det2
Dalil kedua gerakan sebagai berikut : F (Newton) = m (kilogram) x a (m/det 2).
5.5. Berat dan Massa

Berat sebuah benda adalah gaya yang di alami, karena gaya tarik gravitasi pada bumi
(atau sembarang benda astronomi lainnya).
Ini adalah berat benda yang menyebabkan dipercepat kebawah dengan percepatan
gravitasi g. Gari sini, dari dalil kedua gerakan dengan F = w dan a = g
w=mg
Berat = massa x percepatan gravitasi
Pada permukaan bumi g = 9.8 m/det 2. karena itu :
w (N) = m (kg) x 9,8 m/det2
Ini mengikuti aturan bahwa pada permukaan bumi sebuah massa 1 kg mempunyai berat
9,8 N. Dengan cara yang sama orang pada massa 70 kg berbobot 686 N. Pada sebuah
titik yang cukup digerakan dari permukaan bumi dimana g = 4 m/det 2 dikatan, orang 70
kg berbobot 280 N dan pada sebuah titik dimana g = 0 m/det 2 orang tidak mengalami
gaya tarik (atraksi) massa dan berat yang diberikan w : m (kg) = w (N)/ 9,8 m/det2
Mencari ,massa w dengan massa yang diberikan m : w (N) = m (kg) x 9,8 m/det 2

5.6. Dalil Ketiga Gerakan

Dalil ketiga gerakan menyatakan bahwa bila seduah benda mempengaruhi sebuah gaya
pada pada benda lainnya, keduanya mengalami gaya yang sama dalam arah yang
berlawanan dengan yang pertama.
Jadi, untuk setiap aksi gerakan ada gaya reaksi yang sama dan berlawanan dengan yang
pertama; tidak ada gaya yang dapat terjadi semua dengan sendirinya.
Gaya aksi dan gaya reaksi tidak pernah seimbang karena mereka bekerja pada benda
yang beda. Perkiraan orang yang menarik horizontal pada sebuah tali yang diikatkan ke
sebuah blok pada kabel horizontal sebagai dalam contoh 5 10.
Orang menarik pada tali dengan gaya FMR. Tali di pengaruhi sebuah gaya reaksi pada
orang. Menurut dalil Newton ketiga ; FMR = - FRN. Juga, tali mempengaruhi sebuah gaya
F pada blok dan blok mempengaruhi sebuah gaya reaksi FBR pada tali.
Kembali lagi menurut dalil ketiga Newton ; FRB = - FBR.
Perkirakan bahwa tali memiliki masa mR. Kemudian dalam hal blok dan tali mulai
bergerak dalam keadaan diam, kita harus mempunyai percepatan, katakan a.
Hanya gaya yang bekerja pada tali FMR dan FBR, supaya gaya resultante padanya adalah
FMR + FBR dan ini harus berbeda dari nol bila tali dipercepat.

BAB 6. Gesekan

6.1. Gesekan Statik dan Gesekan Meluncur

Gaya gesek bekerja melawan gerakan relatip antara permukaan yang ada dalam kotak.
Beberapa gaya bekerja sejajar dengan permukaan.
Gesekan statik terjadi diantar permukaan pada keadaan diam relatip terhadap lainnya.
Bila gaya yang bertambah dipakai ke objek yang dalam keadaan diam terhadap
permukaaan, untuk contoh, gaya gesekan statik mula-mula naik sama baiknya mencegah
gerakan. Akhirnya gaya pembatas tertentu di capai yang gesekan statik tidak dapat
melampaui dan objek mulai bergerak, gaya peluncur (atau kinetik) gesekan dibiarkan
konstan pada harga yang biasanya lebih kecil daripada maksimum yang dicapai dengan
gesekan statik.

6.2 Koefisien Gerak

Gaya gesekan diantara dua permukaan bergantung pada gaya normal (tegak lurus) yang
menekannya bersama-sama dan juga pada keaslian (kemurnian) permukaan. Faktor
krmudian dinyatakan secara kuatitatif dalam koefisien gesekan ( huruf Yunanai mu )
yang mmpunyai harga bergantung pada material dalam kontak. Gaya gesek suara
eksperimen ditentukan yang diberikan dengan rumus : Ff = N
Gaya gesekan = koefisien gesekan x gaya nornal
Dalam hal gesekan statik, koefisien menyatakan harga maksimum. Koefisien gesekan
statik s melampaui gesekan meluncur kecuali untuk yang halus ( licin dan rata ),yang
sama baiknya dengan permukaan yang dilunasi dimana dua-duanya hampir mendekati
sama. Jadi tipe harga s untuk kayu pada kayu adalah 0,5 dan bahwa = 0,3 sedangkan
koefisien kedua-duanya boleh 0,03 untuk permukaan logam yang dipisahkan dengan film
minyak.

6.3. Gesekan Berguling

Secara ideal disini tidak ada gesekan berguling, karena disini akan tidak terjadi gerakan
relatip diantara permukaan-permukaan dalam kontak.Dalam kenyataanya, roda atau bola
sedikit gepeng, bila diam di atas permukaan yang sendirinya sedikit melengkung. Gaya
resisitif ( tahanan ) muncul bila roda atau bola berputar (berguling) sebagian lagi karena
disini ada beberapa gerakan relatif diantaranya berhubung dengan deformasi (perubahan
bentuk).
Koefisien gerakan berguling, walaupun demikian lebih kecil darupada kebanyakan
gesekan berguling : untuk ban roda karet yang berguling di atas jalan beton kira-kira
0,04 sedangkan untuk saat ini adalah 0,7 untuk roda yang berguling di atas jalan.

Penggulingan dari silinder

F =f/r FN = f/r a
Kondisi penggulingan : FW < o FN
FW = gaya dari tahabab pebggulingan
F = lengan tuas dari tahanan penggulingan ( disebabkan deformasi/perubahan bentuk
silinder dan penopang penahan)

Materia diatas gerakan gerakan gerakan Geseka Geseka Gesekan


l materi bergulin berbergulin berguling n statik n statik statik
al g g denan kering diatas dengan
kering diatas air pelumasasa air pelumasa
n n
Perung Perung 0,20 0,10 0,06 0,11
gu gu 0,08
besi 0,18
tuang
baja 0,16 0,07 0,19
Kayu ek // 0,50 0,60
ek ek 0,30 0,50
Besi Besi 0,31 0,10 0,16
tuang tuang 0,33
Baja 0,18
Karet Aspal 0,50 0,30 0,20
Beton 0,60 0,50 0,30
Tali Kayu 0,50
rami
Kulit ek 0,40 0,50
sabuk Besi 0,40 0,40 0,20 0,40 0,50 0,12
tuang
Baja ek 0,26 0,08 0,65 0,11
es 0,014 0,027
baja 0,10 0,10 0,15 0,12

Material diatas material Lengan tuas dari gaya penahan dalam mm


Karet diatas apal 0,010
Karet diatas beton 0,015
Kayu pok diatas kayu pok 0,050
Baja diatas baja (keras penahan bola) 0,001
Baja diatas baja (lunak) 0,005
Elm diatas kayu pok 0,80
- pergerakan dengan butiran kedua
material
- Pergerakan yang tegak lurus dengan
butiran benda berguling
BABA 7. KESETIMBANGAN

7.1 Kesetimbang Translasi

Sebuah benda dalam kesetimbangan translasi bila tidak ada gaya efektif bekerja padanya.
Sembarang benda tidak dipercepat dan kedua-duanya dibiarkan pada keadaan diam atau
dalam gerakan pada kecepatan konstan sepanjang garis lurus, mana saja yang kedaaan
awalnya berada.
Sebuah benda dalam kesetaimbangan translasi boleh mempunyai gaya yang bekerja
padanya, tetapi harus demikian bahwa jumlah vektornya adalah nol. Jadi kondisi untuk
kesetimbangan translasi dari sebuah benda dapat ditulis :
F=0
Dimana simbol (huruf besar yunani sigma) berarti jumlah dari dan F menunjukan ke
beberapa gaya yang bekerja pada benda.
Dalam menganalisa kesetimbangn benda khusus, prosedur termudah biasanya
menentukan kumpulan sumbu koordinat dan menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada
benda kedalam komponennya sepanjang sumbu tersebut. Dalam jalan ini persamaan
vektor F = 0 digantikan dengan tiga persamaan skalar
Fx = 0 Fy = 0 Fz = 0
Pemilihan arah yang sebenarnya untuk sumbu sering menyederhanakan perhitungan.
Bila semua gaya terletak dalam sebuah bidang, untuk saatnya, sistim koordinat dapat
dipilih, maksudnya sumbu x dan y terletak dalam bidang kemudian dua persamaan
Fx = 0 dan Fy = 0 menyatakan kondisi untuk kesetimbangan translasi.

7.2. Momen Koppel ( Momen Putar ).

Bila garis kerja pada gaya-gaya yang berlaku pada sebuah benda dalam kesetimbangan
translasi saling memotong pada titik sembarang, mereka tidak punya kecenderungan
memutar benda. Beberapa gaya-gaya tidak setitik tangkap bila garis aksi tidak saling
memotong, gaya-gaya tidak setitik tangkap dan bekerja memutar banda bahkan walaupun
resultante gaya-gaya nol.
Momen putar ( huruf Yunani tau ) dipengaruhi oleh gaya pada sebuah benda adalah
ukuran pada ketidak effektifan dalam memutar benda kira-kira pada titik pusat tertentu.
Lengan momen dari gaya F sekitar titik pusat 0 adalah jarak gerak lurus L antar garis aksi
dari gaya dan 0. Momen putar yang dipengaruhi oleh gaya sekitar 0 mempunyai besar :
= FL
Momen putar = gaya x lengan momen
Momen putar yang dipengaruhi oleh sebuah gaya juga dikenal sebagai momen gaya.
Sebuah gaya yang mempunyai garis kerja melalui 0 tidak mengahasilkan momen putar
sekitar nol, karena lengan momennya nol.
Sebuah momen putar yang cenderung mengakibatkan rotasi yang berlawanan arah jarum
jam diperhitungkan negatif.

7.3. Koppel (pasangan)

Kadang-kadang terjadi bahwa gaya pada suatu benda mengurangi 2 gaya yang besarnya
sama dan berlawanan arah mempunyai garis kerja (aksi) yang sejajar tetapi tidak tepat
sama.
Contoh umum adalah diberikan oleh gaya pada jarum kompas dalam medan magnet
bumi.
Kutub utara dan selatan jarum dikenai dengan gaya yang sama, yang satu menuju utara
dan yang lain menuju selatan. Kecuali bila titik jarum adalah U-S dua gaya yang tidak
mempunyai garis kerja yang sama.

7.4. Kesetimbangan Rotasi

Sebuah benda dalam kesetimbangan rotasi bila tidak ada momen putar efektif bekerja
padanya. Dengan demikian sebuah benda membiarkan dalam keadaan rotasi awalnya,
kedua-duanya buka pemintalan pada seluruhnya atau pemintalan pada rate konstan.
Kondisi untuk kesetimbangan rotasi dari sebuah benda karena itu ditulis :
= 0
Dimana menunjukan jumlah momen putar yang bekerja pada benda sekitar titik
sembarang.

7.5. Pusat Gravitasi

Pusat gravitasi dari sebuah benda adalah titik pada berat seluruhnya dapat diperhatikan
sebagai terkonsentrasi.
Sebuah benda dapat digantungkan dalam orientasi sembarang dan pusatnya gravitasi
tanpa cenderung berputar.
Dalam menganalisa kesetimbangan dari sebuah benda beratnya dapat diperhitungkan
sebagai gaya kebawah yang bekerja dari pusat gravitasi.

7.6. Stabilitas (kestabilan)

Stabilitas kesetimbangan dari sebuah benda bergantung pada situasi dari CoG nya yang
berhubungan dengan pusat gravitasi.

BAB 8. GERAKAN BERPUTAR DAN GRAVITASI.

8.1. Gerakan Melingkar Seragam (Beraturan)

Sebuah benda yang bergerak dalam lintasan melinkar pada kecepatan yang mempunyai
besar konstan dikatakan mengalami gerakan melingkar beraturan.
Hubungan antara :
Kecepatan angular (sudut) [w] w = 2 f [rad/detik]
Kecepatan keliling [v] f [putaran per detik (RPS)]
Frekuensi rotasi [f] v=w.r v [ m/detik]
r [m]
8.2. Percepatan Sentripetal

Walaupun kecepatan dari sebuah benda dalam gerakan melingkar seragam (beraturan)
adalah konstan besarnya, arahnya berubah secara kontinyu.
Benda karena itu dipercepat. Arah dari percepatan sentripetal menuju pusat dari lingkaran
yang bendanya bergerak dan besarnya adalah :
aC = v2/r
Percepatan Sentripetal = (kecepatan benda)2 / jari-jari lingkasan melingkar
Karena percepatan tegak lurus dengan lintasan yang diikuti dengan benda, kecepatannya
berubah dalam arah tidak dalam besarnya.

8.3. Gaya Sentripetal

Gaya arah kedalam yang harus dipakai menahan sebuah benda bergerak dalam sebuah
lingkaran disebut gaya sentripetal. Tanpa gaya sentripetal, gerakan melingkar tidak dapat
terjadi.
Karena F = ma, besarnya gaya sentripetal terhadap sebuah benda dalam gerakan
melingkar : gaya sentripetal = FC = mv2/r

8.4. Gravitasi

Menurut dalil Neuton pada gravitasi universal, setiap benda dalam alam dunia menarik
setiap benda lainnya dengan gaya, yaitu berbanding langsung ke tiap massanya dan
berbanding terbalik dengan kuadrat dari jarak diantaranya. Dalam bentuk persamaan :
G = 6,67 x 10-11 N.m2/ kg2
Gravitasi memperlengkapi gaya sentripetal yang menahan planit dalam orbitnya sekitar
bumi. Benda bulat berkelakuan secara gravitasi sebagai massa seluruhnya yang
dikonsentrasikan pada pusatnya.
BAB 9. ENERGI.

9.1 Kerja

Kerja adalah pengukuran dari sejumlah perubahan (dalam arti umum) suatu gaya yang
menghasilkan, bila bekerja pada sebuah benda.
Perubahan dapat dalam kecepatan benda, dalam posisi, dalam ukuran atau bentuk dsb.
Dengan definisi ; Kerja yang dilakukan suatu gaya yang bekerja pada sebuah benda sama
dengan hasil dari gaya dan jarak yang meneruskan bekerjanya gaya, asalkan bahwa F dan
s berada dalam arah yang sama.
Jadi : w = F x s
Kerja = gaya x jarak
Kerja adalah besaran skalar, tidak arah yang serangkai dengannya. Bila F dan s tidak
sejajar tetapi terpisah dengan sudut , maka :
w = F s cos

9.2 Daya

Daya adalah rate pada kerja yang dilakukan oleh suatu gaya.
Jadi : P = w/t
Daya = kerja yang dilakukan / waktu
Lebih banyak daya sesuatu yang dipunyai lebih banyak kerja yang dapat ditunjukkan
dalam waktu yang diberikan.
Satuan daya adalah watt. 1 watt (w) = 1 joule/detik. 1 kilowatt (kw) sama dengan 103w.
1 kilowatt-jam adalah kerja yang dilakukan dalam 1 jam dengan jalan keluaran daya yang
dipunyai yaitu 1 kw ; dari sini 1 kw-jam = 3,8 x 106 J.
p = (F. s) / t [(N.m)/det = J/detik]

p = (G.h)/t G = m.g [N]

p = F.v v = kecepatan
p = F.r.w daya pada gerak melingkar (rotasi)
P (W)
p = M.w F (N)
r (m)
N (Nm)
w (rad/detik)
n (putaran/menit)

9.3. Energi

Energi adalah sifat sesuatu benda yang memungkinkan benda itu untuk melakukan kerja.
Lebih banyak sesuatu benda mempunyai energi, lebih banyak kerja yang dapat
ditunjukan. Setiap energi jatuh kedalam satu dari tiga kategori umum : energi kinetik,
energi potensial dan energi diam. Satuan energi adalah sama dengan kerja yaitu Joule.
Energi sebuah benda mempunyai sifat baik pada gerakannya yang disebut Energi Kinetik.
Bila massa benda dan kecepatannya v, energi kinetik adalah :
Energi Kinetik = EK = mv2 [(kg.m.m)/det2 = N.m = J]

9.5. Energi Potensial

Energi sebuah benda mempunyai saifat yang baik pada posisinya disebut Energi
Potensial. Sebuah buku ditahan di atas lantai mempunyai energi potensial gravitasi,
karena buku dapat bekerja di atas sesuatu benda lain yang jatuh.
Paku ditahan dekat sebuah magnet yang mempunyai energi potensial magnetik, karena
paku dapat melakukan kerja dengan paku bergerak menuju magnet.
Pegas berlilitan dalam sebuah arloji mempunyai energi potensial elastik karena pegas
dapat bekerja dengan pegas tidak berbelit (bergulung).
Energi potensial gravitasi dari sebuah benda pada masa m dengan ketinggian h diatas
beberapa level (tingkat) referens (acuan) adalah :
Energi potensial gravitasi = EP = mgh
Dimana g adalah percepatan gravitasi.
Dalam istilah berat benda w, EP = wh

9.6. Kovervasi Energi

Menurut dalil koservasi energi, energi tidak dapat dicipatakan atau dibinasakan walaupun
dapat ditransformasikan dari satu macam kedalam yang lain.
Jumlah total energi dalam alam adalah konstan. Sebuah batu jatuh melakukan contoh
sederhana lebih dan lebih energi potensial awal berubah kedalam energi kinetik dengan
kecepatan yang bertambah sampai akhirnya semua EP nya bila mengenai tanah. EK batu
kemudian dipindahkan ke tanah dengan tumbukan.

BAB 10. MOMENTUM.

10.1. Momentum linier

Kerja dan energi adalah besaran skalar yang tidak mempunyai arah yang berhubungan
dengannya. Bila dua atau lebih benda berinteraksi satu dengan yang lainnya atau sebuah
benda tinggal dicerai-beraikan kedalam dua atau lebih yang lainnya, beberapa arah
gerakan tidak dapat dihubungkan dengan perhitungan energi sendiri.
Besaran vektor disebut Momentum Linier dan Impuls yang penting dalam menganalisa
beberapa peristiwa.
Momentum linier (biasanya disebut momentum sederhana) dari sebuah benda massa m
dan kecepatan v adalah hasil dari m dan v :
Momentum = m v
Satuan momentum adalah kg.m/dtik
Arah momentum sebuah benda adalah sama sebagai arah dalam pergerakannya.
Momentum yang lebih besar dari sebuah benda ada kecenderungan yang lebih besar
dalam melanjutkan gerakan. Jadi pukulan baseball dengan kayu pemukul (v besar) lebih
keras memberhentikan dari pada yang dilemparkan (v kecil) dan tembakan besi (m besar)
lebih keras memberhentikan dari pada baseball (m kecil) pada kecepatan sama.
10.2. Impuls

Suatu gaya F yang bekerja pada sebuah benda selama interval waktu t memperlengkapi
benda dengan impuls Ft :
Impuls = Ft = Gaya x interval waktu
Satuan Impuls adalah N.s = N.detik
Bila suatu gaya bekerja pada sebuah benda menghasilkan perubahan dalam
momentumnya perubahan momentum m(v2 v1) adalah sama dengan impuls yang
dilakukan oleh gaya.
Jadi : Ft = m (v2 v1)
Impuls = perubahan momentum

10.3. Kovservasi Momentum Linier

Menurut dalil konservasi momentum linier, momentum linier total dari sisti pada benda
yang diisolasi dari kedaan diam, pada alam dibiarkan konstan dengan tidak
mempedulikan apa yang terjadi didalam sistim. Momentum linier total dari sistim adalah
penjumlahan vektor dari momen beberapa benda yang termasuk dalam sistim : dengan
terisolasi berarti bahwa tidak ada gaya efekrif dari sumber luar yang bekerja pada
sistim.

10.4. Propulsi (peluncuran) Roket

Konservasi Momentum merupakan dasar operasi sebuah roket. Momentum dari suatu
roket diatas tanah adala nol. Bila bahan bakar dinyalakan, gas buangan memancar ke
bawah dan benda roket naik untuk menyeimbangkan momentumnya, maka totalnya
dibiarkan nol. Sebuah roket tidak melakukan dorongan terhadap tanah atau atsmotfir
dan sesungguhnya lebih efisien dalam ruangan tempat yang tidak ada udara penyebab
gesekan.
Kecepatan akhir dari sebuah roket bergantung pada kecepatan gas buangnya dan
bergantung kepada sejumlah bahan bakar yang dapat dibawa.
Bila kecepatan yang secara ekstrim tinggi diperlukan dalam eksplorasi ruang angkasa
yang lebih efisien memakai dua atau n/lebih tingkatan roket.
Tingkatan pertama mempunyai berat isinya yang lain, roket lebih kecil. Bila bahan bakar
dari tingkatan pertama telah membakar keatas tingkatan kedua yang dilepaskan dari
selubung pertama dan dibakar.
Karena roket telah bergerak lebih cepat dari beban motor dan tangki bahan bakar dari
tingkatan pertama, tingkatan kudua dapat mencapai kecepatan akhir yang lebih tinggi.

10.5 Tumbukan (Pelanggaran)

Momentum juga dikonsevasikan kedalam tumbukan. Bila bola billiard mengenai bola
lain yang diam (stationer) bola kedua bergerak perlahan-lahan dalam sejumlah jalan,
bahwa penjumlahan vektor dari momen sama dengan momentum awal dari bola pertama.
Ini adalah benar, bahkan jika bola bergerak dalam arah yang berbeda. Tumbukan elastik
secara sempurna adalah sejumlah jalan yang energi kinetiknya sama baiknya dengan
momentum yang dikonservasikan. Dalam tumbukan yang tidak elastik secara sempurna,
benda menempel bersama-sama dan kehilangan energi kinetik adalah memungkinkan
maksimum yang konsisten (terus menerus) dengan konservasi momentum.
Kebanyakan tumbukan berada dipertengahan antara dua hal ekstrim (yang paling jauh).
Koefisien pengembalian (elastivitet/restitusi) e didefinisikan sebagai perbandingan antara
kecepatan relatipnya pada pendekatan : u1 u2
Koefisien pengembalian (elastisitas/restitusi) = e = (v2-v1)/(u1 u2)
Harga e mempunyai selang dari 0 ke 1. Dalam tumbukan elastik sepurna, e = 1 dan
kecepatan relatif sesudah tumbukan adalah sama sebagai kecepatan relatif sebelumnya.
Dalam suatu tumbukan tidak elastis sempurna, e = 0
Ayunan Newton (nama yang diberikan kepadanya oleh si pembuat) terdiri dari bola
baja padat digantungkan dari benang. Ini bergantung dari aksinya (bekerjanya) terhadap
konsernasi energi dan dalil momentum dan juga pada kenyataan bahwa bila bola baja
berinteraksi (saling mempengaruhi) tumbukan sangat mendekati elastis.
Bila satu bola dibiarkan berayun kebawah dan bertumbukan dengan keaaan diam, yang
satu akan berayun menjauhi dari ujung jauh. Bila dua bola berayun kebawah bersama-
sama, kemudian kedua-duanya berayun bersama-sama menjauhi pada ujung jauh dan
begitu pula untuk jumlah bola lainnya. Effek (pengaruh) ini dapat juga diperagakan
dengan deretan bola baja dalam alur horizontal bahkan dengan deretan uang logam
identik distas permukaan halus.
Sifat ini konstan dengan energi dan momentum kedua-duanya yang dikonversikan.
Jawabannya kadang-kadang bertambah, bila dua bola berayun dalam satu ujung dapat
dikombinasikan energinya yang semuanya diberikan ke bola tunggal, kemudian bola
tersebut akan memperoleh kecepatan pada 2v. Akan tetapi ini tidak dapat terjadi bila ini
adalah hal yang kemudian momentumnya tidak dikonversikan.
Momentum awal = mv + mv = 2 mv
Momentum akhir = m 2v
Jelasnya bahwa ini adalah sama dan comtoh ini secara lengkap merupakan khayalan.

BAB 11. GERAK MELINGKAR

11.1 Ukuran sudut


Dalam kehidupan sehari-hari, sudut diukur dalam derajat 360o sama dengan satu
lingkaran penuh. Satuan untuk maksud praktis yang lebih cocok adalah radian (rad).
Jika sebuah lingkaran digambar dengan pusatnya merupakan titik potong garis
pembentuk sudut. Maka sudut itu akan sama dengan hasil bagi ukur S yang dibentuk
oleh sudut dan jari-jari r lingkaran :
= s/r
sudut dalam radian = panjang busur/jari-jari
Mengingat keliling lingkaran berjari-jari r adalah 2r, maka satu kali melingkar penuh
adalah 2 radian.
Jadi : 1 putaran = 360o = 2 r rad
Atau 1o = 0,01745 rad dan
1 rad = 57,30o
11.2. Kecepatan Sudut

Kecepatan sudut didefinisikan sebagai kecepatan mengelilingi suatu sumbu. Jika suatu
benda telah menempuh sudut dalam waktu t, maka kecepatan w adalah :
w = /t
Kecepatan sudut = Perpindahan sudut/waktu
Kecepatan sudut tersebut biasanya dinyatakan dalam radian/detik (rad/s), putaran 1 detik
(rev/s) dan putaran 1 menit (rpm) dengan :
1 rev/s = 2 rad/s = 6,28 rad/s
1 rpm = 2/60 rad/s = 0,105 rad/s
Kecepatan linier v suatu partel yang bergerak disuatu lingkaran berjari-jari r dengan
kecepatajn sudut w uniform dinyatakan oleh :
V=wr
Kecepatan linier = kecepatan sudut x jari-jari lingkaran
Rumus ini hanya berlaku bila w dinyatakan dalam satuan radian.

11.3. Percepatan Sudut

Sebuah benda bergerak melingkar dengan kecepatan sudut berubah dari wo menjadi wf
dalam internal waktu t mempunyai sudut yang dinyatakan oleh :
= (wf wo)/ t
Percepatan sudut = perubahan kecepatan sudut/waktu
Hanya negatif berarti kecepatan sudutnya mengecil sedangkan bila positif berarti
kecepatan sudutnya membesar. Yang akan dibahas disini adalah percepatan sudut yang
konstan saja.
Rumus-rumus yang menyatakan hubungan antara perpindahan, kecepatan dan percepatan
sudut suatu benda yang menyatakan hubungan antara perpindahan, kecepatan dan
percepatan sudut suatu benda yang berputar dengan percepatan konstan adalah analogis
dengan rumus-rumus itu untuk gerak linier yang telah dibahas pada bab. 3.
Jika suatu benda mempunyai kecepatan awal wo, maka kecepatan sudutnya setelah t detik
mengalami percepatan sudut adalah :
Wf = wo + t
Dan selama waktu tersebut benda tersebut telah bergerak menempuh perpindahan sudut
sebesar : = wo + t2
Hubungan bukan fungsi waktu yang sering juga digunakan adalah :
w t = wo + 2

11.4. Momen Inersia.

Analogi gerak melingkar untuk massa adalah suatu besaran yang disebut momen inersia.
Semakin besar momen inersia suatu benda, semakin besar pula halangannya untuk
merubah kecepatan sudutnya. Harga momen inersia I suatu benda terhadap sumbu
putarnya tidak hanya tergantung pada massa benda tetapi juga distribusi massa sekitar
sumbu putar itu.
Misalnya suatu benda tegar dibagi menjadi partikel-partikel kecil dengan massa m1, m2,
m3........... dan jaraknyadari sumbu putar berturut-turut r1, r2, r3.
Simbol berarti penjumlahan dari. Semakin jauh partikel dari sumbu putar semakin
besar pula sumbangannya pada momen inersia benda. Satuan dari I adalah km.m2.

11.5. Torka (torque)

Torka dalam gerak melingkar mempunyai peranan yang sama dengan gaya pada gerak
linier. Gaya F bekerja pada sebuah massa m akan menyebabkan timbulnya percepatan
sebesar a sesuai hukum Newton kedua F = ma. Demikian pula halnya torka yang
bekerja pada suatu benda dengan momen inersia I akan menyebabkan timbulnya
percepatan sudut sebesar sesuai dengan rumus : = I
Torka = momen inersia x percepatan sudut

11.6. Kerja dan Energi Gerak melingkar.

Energi Kinetik suatu benda dengan momen inersia I dan kecepatan sudut (dalam rad/s)
adalah :
Ek = I w2
Energi kinetik = x (momen inersia) x ( kecepatan sudut)2
Kerja yang dilakukan oleh torka konstan pada suatu benda sehingga mempunyai
perpindahan sudut adalah :
w = w
Daya = torka x kecepatan sudut
11.7. Momentum Sudut

Hal yang setara dengan momentum linier dalam gerak melingkar adalah momentum
sudut. Momentum sudut L sebuah benda yang berputar mempunyai besar :
L=Iw
Momentum sudut = momen inersia x kecepatan sudut
Semakin besar momentum sudut suatu benda putar, semakin besar pula
kecenderungannya untuk berputar terus.
Seperti halnya momentum linier, momentum sudut merupakan suatu besaran vektor yang
sekaligus mempunyai harga dan arah.
Arah momentum sudut suatu benda yang berputar adalah mengikuti putaran tangan
kanan, bila jari tangan kanan diputar pada arah putaran, maka ibu jari akan menunjuk
arah L.
Sesuai dengan perinsip kekekalan momentum, momentum sudut total suatu sistim
partikel-partikel akan tetap konstan jika tidak ada torka yang bekerja pada sistim tersebut,
tidak perduli apapun yang terjadi didalam sistim. Seorang penari berputar dengan
memanfaatkan hukum kekalan momentum. Mula-mula ia berputar dengan merentangkan
kedua tangannya, kemudian kedua tangan itu dikatupkan kebadan sehingga massa
terdistribusi disekat sumbu putaran, berarti memperkecil momen inersia I. Mengingat L
harus konstan maka akibatnya kecepatan sudut w akan bertambah.
Mengingat momentum sudut merupakan besaran vektor, kekelannya akan berarti bahwa
arah sumbu putaran cenderung untuk tidak berubah. Oleh karena itulah gasingan
senantiasa mampu berdiri tegak segera dijatuhkan.
Yang paling menerik dalam kasus-kasus dinamika adalah gerakan giroskop. Gerakan ini
terjadi sumbu putar suatu benda yang berputar itu juga berputar negatif terhadap sumbu
putar lainnya. Diskripsi gerak tersebut secara lengkap cukup kompleks. Yang umum dan
paling banyak dipikai adalah gerak giroskop dengan sumbu putar rotor bergerak
melingkar dengan kecepatan konstan relatif terhadap sumbu lainnya.
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai kasus ini.
Giroskop mempunyai kegunaan yang penting sekali dalam dunia teknik. Menempel pada
cincin gimbalnya, giroskop ini bebas dari momen-momen luar dan ruang tidak perduli
terhadap putaran struktur dimana ia terikat atau tertempel.
Berdasarkan hal inilah giroskop digunakan untuk sistim bimbingan inersial dan berbagai
jenis peralatan pengendalian arah lainnya. Dengan tambahan massa yang berayun pada
cincin gimbal dalam putaran bumi akan menyebabkan giroskop sedemikian rupa
sehingga sumbu putarnya selalu menunjuk arah utara dan kenyataan inilah yang dipakai
sebagai dasar dari kompas giroskop.
Giroskop dapat juga dijadikan sebagai alat stabilisasi. Giroskop besar dengan presesi
terkendali yang diletakkan di kapal laut dapat menghasilkan dampak giriskop untuk
maksud stabilisasi itu.

BAB 12. MESIN-MESIN SEDERHANA.

12.1. Mesin-mesin

Yang dimaksud mesin disini adalah peralatan yang mampu merubah besar, arah atau
mode gaya atau torka yang digunakan pada saat ditransmisikan untuk mencapai suatu
maksud. Terdapat 3 mesin dasar, yang lainnya merupakan pengembangan dari ketiga
mesin dasar itu, ketiganya adalah, mesin pengangkat, bidang mesin penekan dan penekan
hidrolik.

12.2. Keuntungan Mekanik


Keuntungan mekanik aktual sebuah mesin didefinisakan senagai ratio antara gaya output
Fout dan gaya input Fin
AMA = F out / F in
Keuntungan mekanik aktual = gaya output / gaya input
AMA lebih besar 1 berarti bahwa F out melebihi F in ; dan AMA lebih kecil 1 berarti
bahwa F out lebih kecil dari F in.
Keuntungan mekanik teoritis sebuah mesin didefinisikan sebagai keuntungan mekanik
jika tidak ada gesekan. Jika gaya input bekerja sepanjang jarak S in disaat gaya output
muncul sejauh S out maka berdasarkan hukum kekekalan energi berlakulah :
Input kerja = output kerja
F in S in = F out S out
Dan berarti :
F out / F in = S in / S out
Kalau tidak ada gesekan.
Mengingat bahwa dalam kenyataan gesekan akan memperkecil rasio F out/ F in, namun
tidak mempengaruhi rasio S in/ s out, maka lebih umum mendefinisikan keuntungan
mekanik teoritis dalam bentuk :
TMA = S in / S out
Keuntungan mekanik teoritis = jarak input / jarak output

12.3. Effisiensi
Effisiensi sebuah mesin sama dengan rasio keuntungna aktua; dan teoritis.
Eff = AMA / TMA = output kerja / input kerja = output daya / input daya

12.4. Pengangkat (Pengungkit)

TMA sebuah pengangkat sama dengan rasio antara lengan-lengan momen L in dan L out
TMA = L in / L out
Roda dan gandar, sabuk dan gear penggerak dan sistim kerekannya sama merupakan
pengembangan dari pengangkat.
12.5. Bidang miring

TMA sebuah bidang miring sama dengan rasio anatra panjang dan tingginya.
TMA = L/h
Baji, kam dan mur semua meruoakan pengembangan dari bidang miring.
Sebuah mur merupakan suatu bidang miring membungkus sebuah silinder dalam bentuk
heliks. Puncak mur p merupakan jarak dari satu ulir ke ulur berikutnya. Jika kepala mur
diputar ole sebuah gaya tangensial sejauh L dari sumbunya, gaya input akan menempuh
jarak S in = 2 L sementara itu mur akan maju sejauh S out = p. Maka TMA mur adalah :
TMA = S in / S out = 2 L / p

12.6. Transmisi torka

Satuk dan gear memungkinkan transmisi torka dari satu batang ke baang yang lainnya.
Keuntungan mekanik aktual sisitim itu adalah :
AMA = out / in = torka output / torka input
Keuntungan mekanik teoritis suatu sistim kerekan sama dengan rasio jai-jari kerekan
yang digerakan r out dan jari-jari kerekan rin yang berarti sama dengan rasio diameternya.
TMA = r out / r in = d out / d in
Dalam kasus penggerak gear dengan mengingat bahwa jumlah gerigi gear sebanding
dengan jari-jarinya.
TMA = N out / N in = jumlah energi gear yang digerakan / Jumlah gerigi gear penggerak
Pada setiap sistim transmisi torka, rasio kecepatan sudut adalah kebalikan TMA.
Kecepatan sudut output / kecepatan sudut input = w out/w in = d in/d out = 1/TMA

BAB 16. Fluida Diam

16.1. Density
Density (d) suatu substansi adalah massa substansi tersebut persatauan volume. Dalam
satian SI density dinyatakan oleh kilogram per meter kubik (kg/m3) ; sebagai contoh
density alumunium adalah 2700 kg/m3. satuan density lainnya yang umum adalah gram
per centimeter kubik (gr/cm3). Karena 1kg = 1000 gr dan 1m3 = (100 cm3) = 106 cm3
1 gr/cm3 = 103 kg/m3
Oleh karenannya itu density alumunium dapat pula dinyatakan dengan 2,7 gr/cm3.

16.2. Spesifik gravity.

Spesifik gravity suatu substansi adalah density substansi tersebut relatif terhadap air
murni dengan :
d (air) = 1000 kg/m3 = 1,00 gr/cm3
mengingat density air adalah 1 gr/cm3, maka spesifik gravity suatu substansi sama
dengan besar densitynya bila dinyatakan dalam satuan gr/cm3.
Jadi, spesifik gravity alumunium adalah 2,7.

16.3. Tekanan

Bila sebuah gaya bekerja tegak lurus terhadap permukaan, maka tekanan yang dihasilkan
merupakan rasio antara besarnya gaya dan kuas permukaan
P = F/A
Tekanan = gaya/luas

Tekanan biasanya dinyatakan dalam Pa (=N/m2) namun biasa pula dinyatakan dalam
satuan yang lain yaitu ; 1 atsmotfir (atm) = tekanan rata-rata yang diberikan oleh atmosfir
bumi diatas permukaan air laut.
= 1,012 x 105 N/m2
1 milibar (mb) = 100 Pa (sangat banyak digunakan dalam bidang
meteorologi).

16.4. Tekanan Atmosfir


Permukaan bumi diselimuti oleh lapisan udara tebal yang disebut atmosfir. Udara
merupakan campuran sejumlah gas, berisi kurang lebih empat perlima nitrogen,
seperlima oksigen dan sejumlah kecil karbon dioksida bersama-sama neon, kripton,
xenon, helium, hidrogen, ozon dan uap air. Pada ketinggian tertentu lapisan ozon itu
terbentuk karena radiasi metahari terhadap gas oksigen. Lapisan ozon ini mempunyai
peranan penting dalam melindungi kehidupan dimuka bumi dari sengatan radiasi ultra
violet yang amat mematikan.
Atmosfir menjadi sangat padat di muka bumi atau pada permukaan laut, diperkirakan 1,3
gr per liter dan menipis sampai pada ketinggian beberapa ratus kilometer,. Pada
ketinggian 2000 m dari permukaan laut densitynya turun menjadi 1 gr per liter; pada
ketinggian 10.000 meter densitynya menjadi 0,4 gr per liter.
Diatas atmosfir bumi ruang praktis menjadi hampa.

16.5. Tekanan dalam Fluida.

Bila membahas mengenai fluida (gas dan cairan) maka tekanan merupakan yang amat
penting mengingat sifat-sifat fluida sebagai berikut :
1. Gaya yang diberikan oleh fluida pada dinding-dinding tempatnya, selalu tagak lurus
dinding itu
2. Gaya yang dihasilkan oleh tekanan yang dihasilkan oleh tekanan didalam fluida sama
disegala arah pada kedalaman yang sama. Hal ini dapat diamati dengan peralatan
liquid level.
3. Tekanan luar yang bekerja pada suatu fluida akan ditransmisikan uniform ke seluruh
bagian fluida. Hal ini tidak berarti bahwa tekanan fluida sama disegala tempat,
karena berat fluida itu sendiri akan menghasilkan tekanan yang besarnya bertambah
kedalaman. Tekanan pada kedalaman h didalam fluida dengan density d akibat
beratnya dinyatakan oleh :
p=dgh
Berarti tekanan total pada kedalaman tersebut adalah :
p = p luar + d g h
Bila Fluida itu berada di tempat terbuka, maka tekanan atmosfir yang bekerja sebagai
P luar.

16.6 Tekanan Gauge

Tekanan Gauge mengukur beda tekanan antara tekanan yang tidak diketahui dan tekanan
atmosfir. Tekanan sebenarnya dinyatakan dengan tekanan absolut.
P = P gauge + P atm
Tekanan absolut = tekanan gauge + tekanan atmosfir
Sebuah ban (roda) yang mempunyai tekanan gauge 2 x 105 Pa berisi udara bertekanan
absolut 3 x 105 Pa, mengingat bahwa tekanan atmosfir dipermukaan air laut sama dengan
105 Pa.

16.7. Prinsip Archimedes.

Suatu benda yang tercelup dalam fluida akan menerima gaya keatas yang disebabkan
karena tekanan didalam fluida bertambah besar dengan bertambahnya kedalaman.
Sehingga gaya keatas pada bagian bawah benda akan lebih besar dibanding dengan gaya
kebawah pada bagian atas benda. Beda antara kedua gaya itu, disebut gaya apung, sama
dengan berat fluida dengan volume yang sama dengan volume benda itu.
Itulah yang disebut prinsip Archimedes, yaitu gaya apung pada benda yang melayang
dalam fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.
Jika gaya pung itu lebih kecil dari berat benda maka benda akan tenggelam; jika gaya
apung itu sama dengan berat benda maka benda mengapung pada kedalaman tertentu;
dan bila gaya apung lebih besar dari berat benda maka seluruh bagian benda akan berada
dipermukaan fluida.

16.8. Penekan hidrolik.

Penekan hidrolik merupakan dasar yang mempergunakan kenyataan bahwa tekanan luar
yang bekerja diatas suatu fluida akan disalurkan secara uniform keseluruhan bagian
fluida. Pada penekan hidrolik, suatu piston dengan luas penampang Am digerakan sejauh
Lin oleh sebuah gaya dan fluida didalam silinder akan mengirimkan tekanan itu ke piston
lain yang luas penampangnya A2 dan bergerak sejauh Lout.
Maka keuntungan mekanis teoritis dari sistem adalah :
TMA = L in / L out = A out / A in
Mengingat luas piston itu sebanding dengan kuadrat diameter, maka rasio diameter piston
sebesar 5 akan mampu menghasilkan TMA 25.

BAB 17. FLUIDA YANG BERGERAK

17.1. Aliran Fluida

Dalam aliran fluida yang membentuk garis arus (steamline), arah gerak setiap partikel
fluida yang melalui suatu titik tertentu akan mempunyai lintasan gerak yang sama dengan
lintasan gerak pertikel yang melalui titik itu sebelumnya. Sebaliknya aliran terbuka
mempunyai ciri adanya tinggi dan bila fluida berubah arahnya secara mendadak, misal
karena adanya hambatan. Laju aliran fluida berkecepatan v melalui suatu pipa atau
saluran dengan luas penampang A adalah
R = vA
Laju aliran = Kecepatan x luas penampang.
Suatu R biasanya dinyatakan dalam liter/detik disamping satuan yang lebih tepat yaitu
m3/detik. (1 liter = 10-3 m3 = 103 cm3).
Apabila fluida itu incompressible, yang merupakan cairan pada umumnya, maka laju
aliran R biasanya konstan meskipun besarnya ukuran pipa atau saluran itu bervariasi. Jadi
pada saat melalui saluran atau pipa yang berluas penampang A, berkecepatan v1 dan bila
luas itu A2 berkecepatan v2 maka
V1 A1 = v2 A2.

17.2. Persamaan Bernoulli


Persamaan Bernoulli berlaku untuk aliran garis arus fluida incompressible dengan density
d dan viskositas diabaikan. Menurut persamaan ini, yang diturunkan dari hukum
kekekalan energi, besaran p + dgh + dv2 mempunyai harga yang sama disemua titik
aliran fluida tersebut, dengan p,h dan v berturut-turut tekanan absolut, tinggi diatas
sembarang permukaan acuan, dan kecepatan fluida. Jadi di dua titik 1 dan 2 berlaku
p1 + dgh1 + dv12 = p2 + dgh2 + dv22
Besaran dgh merupakan energi potensial fluida persatuan volume dan besaran dv2
adalah energi kinetik persatuan volume. Masing-masing suku persamaan tersebut diatas
mempunyai satuan tekanan. Bentuk lain dari persamaan Bernoulli diperoleh dengan
membagi persamaan itu oleh dengan yang akan menghasilkan
p1 + dgh1 + dv12 = p2 + dgh2 + dv22
Setiap suku persamaan ini mempunyai satuan panjang dan disebut head, dengan
p/dg = pressure head h = elevation head
2
v /2g = velocity head

17.3 Teorema Torriacelli.

Untuk kasus cairan yang memancar dari sebuah tangki terbuka melalui suatu lubang kecil
yang berada sejauh h dibawah permukaan cairan, tekanan diatas cairan, baik pada
permukaan ataupun di lubang sama besar, serta kecepatan turunnya cairan dalam tangki
dapat diabaikan dibanding keepatan pancaran cairan melalui lubang kecil itu, maka
persamaan Bernoulli akan menghasilkan
v = 2 gh
Yang disebut rumusan atau teorema Toricelli.
Besarnya kecepatan ini sama dengan kecepatan benda yang dijatuhkan dari ketinggian h.

17.4. Tekanan dan Kecepatan

Bila aliran itu horizontal sehingga h1 = h2 maka persamaan Bernoulli akan menghasilkan
p1 + dv12 = p2 + dv22
Tekanan akan maksimum di tempat yang kecepatannya minimum, dan sebaliknya
tekanan akan minimum di tempat yang kecepatannya maksimum. Kemampuan angkat
yang dikembangkan oleh sayap pesawat terbang merupakan contoh dari hukum tersebut;
kecepatan aliran udara di atas permukaan sayap lengkung itu lebih cepat dibanding
dengan kecepatan aliran udara di bawah permukaan, oleh karena itu tekanan diatas sayap
akan lebih kecil dinbanding dengan tekanan dibawah dan hasil akhirnya berupa
timbulnya gaya angkat.

Anda mungkin juga menyukai