Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
1
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Teknik Pertambangan
Universitas Palangkaraya
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2.1 Maksud
Maksud dari Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana di jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Palangkaraya.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat ground vibration hasil kegiatan peledakan
2. Menentukan jarak aman dari ground vibration
3. Membandingkan nilai peak particle velocity antara teori Persamaan
Regresi Linier Berganda dengan George Bertha (1990).
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengatahui pengaruh ground vibration yang dihasilkan
oleh peledakan. Dan dapat meminimalkan dampak negatif yang terjadi.
2. Bagi Perusahaan
Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah memberikan bahan masukan
dalam hal pelaksanaan peledakan yang aman.
4
1. Penulis tidak merubah geometri yang telah digunakan
2. Tingkat getaran menurut KEPMEN Lingkungan Hidup Nomer Kep 49/1966.
BAB II
DASAR TEORI
5
2.1 Pola Pemboran
Kegiatan pemboran lubang ledak merupakan suatu hal yang sangat
penting diperhatikan sebelum kegiatan pengisisan bahan peledak. Kegiatan
pemboran lubang ledak dilakukan dengan menempatkan lubang lubang
ledak secara sistematis, sehingga membentuk suatu pola. Berdasarkan leak
lubang bor maka pola pemboran dibagi menjadi dua pola dasar, yaitu:
1. Pola pemboran sejajar (paralel pattern), terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Pola bujursangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi
yang sama
b. Pola persegipanjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi dalam
satu baris lebih besar dibandingkan dengan burden.
2. Pola pemboran selang seling (staggered pattern), adalah pola pemboran
yang penempatan lubang ledak ditempatkan secara selang seling pada
setiap kolomnya. Dalam pola ini distribusi energi peledakan antar
lubang akan lebih terdistribusi secara merata daripada pola bukan
staggered. Pola zigzag terbagi menjadi Pola zigzag bujur sangkar (B=S)
dan Pola zigzag persegi panjang (S B).
6
3m 3m
3m 2,5 m
3m 3m
2,5 m
3m
Bidang bebas
Bidang bebas
c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang
7
Apabila pola peledakan tidak tepat atau seluruh lubang diledakkan
sekaligus, maka akan terjadi sebaliknya yang merugikan, yaitu peledakan
yang mengganggu lingkungan dan hasilnya tidak efektif dan tidak efisien.
Beberapa pola peledakan yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
8
menggunakan pola ini adalah kearah tengah (center) dengan pola
peledakan menyerupai huruf V.
9
Gambar 2.4 Pola Peledakan Box Cut
T
LEDAK ( L )
PC
10
Terminologi dan simbol yang digunakan pada geometri peledakan seperti
terlihat pada Gambar 2. yang artinya sebagai berikut:
B = burden
S = spasi
H = tinggi jenjang
L = kedalaman kolom lubang ledak
T = penyumbat (stemming)
PC = isian utama (primary charge atau powder column)
J = subdrilling
1. Burden
Yaitu jarak tegak lurus terpendek antara muatan bahan peledak
dengan bidang bebas yang terdekat atau ke arah mana pelemparan
batuan akan terjadi.
B 3,15 x d e x 3 e
r
Dimana:
B = burden (ft),
11
e = berat jenis bahan peledak, dan
2. Spasi
Spasi didefinisikan sebagai jarak anatar lubang ledak dalam satu
row (baris), relatif horizontal terhadap free face. Apabila spasi terlalu
kecil akan mengakibatkan batuan hancur menjadi halus, ini disebabkan
karena energi yang menekan terlalu kuat, sedangkan bila jarak spasi
terlalu besar akan mengakibatkan bongkahan atau bahkan batuan hanya
mengalami keretakan, karena energi dari lubang lainnya.
3. Stemming
Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang bor
di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar terjadi
stress balance dan untuk mengurung gas-gas hasil ledakan agar dapat
12
Panjang stemming
Stemming yang pendek dapat menyebabkan pecahnya
batuan pada bagian atas, tapi mengurangi fragmentasi keseluruhan
karena gas hasil ledakan menuju atmosfir dengan mudah dan cepat,
juga akan menyebabkan terjadinya flyrock, overbreak pada bagian
permukaan dan juga akan menimbulkan airblast.
13
Sz = 0,05 Dh
dimana :
Sz = ukuran material stemming optimum
Dh = diameter lubang tembak
4. Subdrilling
Subdrilling adalah tambahan kedalaman dari lubang bor di bawah
lantai jenjang yang dibuat agar jenjang yang dihasilkan sebatas dengan
lantainya dan lantai yang dihasilkan rata. Bila jarak subdrilling terlalu
besar maka akan menghasilkan efek getaran tanah, sebaliknya bila
subdrilling terlalu kecil maka akan mengakibatkan problem tonjolan
pada lantai jenjang (toe) karena batuan tidak akan terpotong sebatas
lantai jenjangnya. Panjang subdrilling dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
J = B x Kj
di mana :
J = subdrilling, meter
Kj = subdrilling ratio (0,2 0,3)
14
Kh = Hole depth ratio (1,5 4,0)
keterangan :
7. Tinggi Jenjang
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan
lubang bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang berpengaruh
terhadap hasil peledakan seperti fragmentasi batuan, ledakan udara,
batu terbang, dan getaran tanah. Penentuan ukuran tinggi jenjang
berdasarkan pada stiffness ratio. Rumus yang digunakan adalah :
L = 5 x De
Di mana,
L = Tinggi Jenjang minimum
De = Diameter lubang ledak
15
Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi menghancurkan
batuan di daerah sekitar lubang ledak. Gelombang kejut yang
meninggalkan lubang ledak merambat dengan kecepatan 3000 5000
m/det, akan mengakibatkan tegangan tangensial yang menimbulkan
rekahan yang menjalar dari daerah lubang ledak. Rekah pertama
menjalar terjadi dalam waktu 1 2 ms.
16
menyebabkan tegangan tarik tinggi dalam massa batuan yang akan
melanjutkan pemecahan hasil yang telah terjadi pada proses pemecahan
tingkat II. Rekahan hasil dalam pemecahan tingkat II menyebabkan
bidang bidang lemah untuk memulai reaksi reaksi fragmentasi
utama pada proses peledakan.
17
18
Tahap ketiga
Energi ledakan oleh bidang bebas pada tahap sebelumnya akan dipantulkan menyebabkan batuan hancur lebih semp
Lubang tembak
19
perwaktu tunda. Semakin besar muatan bahan peledak perwaktu
tunda, besaran vibrasi yang dihasilkan akan semakin meningkat
tetapi hubungan ini bukan merupakan hubungan yang sederhana,
misalnya muatan dua kali lipat jumlahnya tidak menghasilkan
getaran yang dua kali lipat.
2. Jarak dari lokasi peledakan
Jarak dari titik atau lokasi peledakan juga memberikan pengaruh
yang besar terhadap besaran vibrasi yang dihasilkan, seperti juga
muatan maksimal bahan peledak perwaktu tunda. Semakin dekat
suatu titik pengukuran vibrasi ke titik atau lokasi peledakan, maka
vibrasi yang terukur akan semakin besar.
3. Waktu tunda (delay period)
Interval waktu tunda antar lubang ledak sangat mempengaruhi
tingkat vibrasi yang dihasilkan. Jika interval waktu tunda semakin
besar, maka kemungkinan jumlah bahan peledakyang dianggap
meledak bersamaan (selisih waktu meledak kurang dari sama
dengan 8 ms) akan makin kecil, sehingga tingkat vibrasi yang
dihasilkan akan semakin kecil. Tetapi perlu diperhatikan pula
bahwa agar tingkat vibrasi yang dihasilkan kecil, maka jumlah
lubang ledak yang memiliki interval delay kurang dari sama
dengan 8 ms harus diusahakan sedikit pula.
20
1. Gelombang tekan (compressive wave) adalah gelombang
yang menghasilkan pemadatan dan pemuaian pada daerah yang
sama dengan arah perambatan gelombang.
2. Gelombang geser (shear wave) adalah gelombang yang melintang
(transversal) yang bergerak tegak lurus pada arah perambatan
gelombang.
3. Gelombang permukaan (surface wave) adalah gelombang yang
merambat di atas permukaan batuan tetapi tidak menembus batuan.
Ketiga jenis gelombang getar tersebut dikelompokkan dalam badan
dan gelombang permukaan. Gelombang badan merambat melalui batuan
atau tanah. Salah satu jenis gelombang badan adalah P-Waves yang
menyebabkan tekanan/pemuaian pada arah merambat gelombang.
21
dari energi (input energy). Energi yang besar menghasilkan kecepatan partikel
yang tinggi pula.
a = perpindahan (m)
2
ac = akselerasi (m/ s )
T = Periode (s)
-1
F = 1/T frekuensi (s )
22
pada karateristik batuan, baik pada titik ledakan dan di lokasi merekamnya
getaran dan itu juga tergantung pada jarak dari titik ledakan.
Dalam tanah tidak dikonsolidasi (terutama jika mengandung air) dapat
menghasilkan getaran dengan frekuensi rendah. Sedangkan dalam batuan
kompak getaran frekuensi tinggi yang dihasilkan.
Frekuensi getaran menjadi semakin rendah terutama karena lapisan
tanah menyerap frekuensi tinggi dan oleh karena itu gelombang frekuensi
yang lebih tinggi dilemahkan dengan cepat.
Teori ini mempertimbangkan beberapa faktor anatar lain: faktor
impedansi, faktor coupling, faktor perubahan, jumlah bahan peledak yang
digunakan, energi per unit massa bahan peledak, jarak, bobot isi batuan,
kecepatan seismik dan tipe kelompok batuan.
V=
Q
R 1 2 3 106
5 Kf LogR r C
Keterangan :
23
V
A=
( 2 fs )
ac = ( 2 fs V )
Keterangan:
A = Amplitudo (mm)
V = Kecepatan Getaran Tanah (mm/s)
fs = Frekwensi (Hz)
a = Percepatan (mm/s2)
( I cI r ) 2
1=1
( I c+ I r )2
Keterangan :
1 = Faktor impedansi
-2 -1
Ic = Impedansi bahan peledak (kg m s )
3
Ic = e ( kg/m ) x VOD (m/s)
3
e = Bobot isi bahan peledak (kg/ m )
-2 -1
Ir = Impedansi batuan (kg m s )
3
Ir = r (kg/m ) x C (m/s
3
r = Bobot isi batuan (kg/m )
24
Jika impedansi batuan mendekati impedansi bahan peledak, maka
faktor impedansi akan mendekati harga 1, akan tetapi pada umumnya selalu
lebih kecil dari1, ini artinya bahwa tidak semua energi yang dihasilkan akan
diteruskan pada batuan.
2. Faktor coupling (2) :
Faktor coupling dalam hal ini merupakan fungsi dari coupling
ratio atau perbandingan antara diameter lubang ledak dengan isian
bahan peledak (f/c), dimana besaran coupling ratio ini akan
menurunkan tekanan gas hasil peledakan yang dengan sendirinya
akan memperkecil energi yang diteruskan pada batuan. Faktor
coupling dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut :
1
2 = f / e
e ( e1 )
Keterangan :
2 = Faktor coupling
e = 2,72
2
Dari persamaan di atas, maka secara otomatis akan
2
mendekati harga 1 jika c mendekati harga f dan akan
25
Faktor perubahan ini menyatakan besarnya perubahan energi dari bahan
peledaka yang diubah menajadi getaran, yang diperkirakan sekitar 40%.
3
Jadi besarnya faktor perubahan ( adalah 0,40 jika peledakan
3
dilakukan terbuka dan jika didalam tanah <0,40.
4. Kelompok Batuan
Dari tiap-tiap batuan dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan karateristik
atau sifat-sifat kekerasan dari batuan tersebut seperti tercantum pada
Tabel 2.1
Tabel 2.1 Tipe Kelompok Batuan
Type Of Ground Kf
Water logged sands and gravels 0,11 - 0,13
Compacted aluviums 0,06 - 0,09
Hard and Compact rock 0,01 - 0,03
26
Gambar 2.7 Jarak Titik Ledak ke Sensor yang Dituju
27
Keterangan :
28
kerusakan atau tidak, dilakukan analisa berdasarkan acuan kriteria
kerusakan yang ada di Indonesia yaitu berdsarkan KEPMEN Lingkungan
Hidup No.49/Men LH/11/1996, tentang baku mutu tingkat getaran
Keterangan :
Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan .
Kategori B : Kemungkinan keretakan plester .
Kategori C : Kemungkinan rusak komponen struktur dinding pemikul
beban.
Kategori D : Rusak dinding pemikul beban.
29
Tabel 2. Tingkat Getaran Untuk Kenyamanan dan Kesehatan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
31
3.2 Diagram Alir
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengolahan Data:
Perhitungan Peak Particle Velocity
Penentuan Jarak Aman dari ground vibration
Selesai
32
3.3 Jadwal Penelitian
Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan dan
dimulai tanggal 2 Maret 2015. Lama dan waktu pelaksanaan penelitian ini
dapat diubah sesuai dengan kebijakan perusahaan.
33
BAB IV
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan akhir ini memuat uraian secara garis besar
dari tiap-tiap bab dalam laporan tugas akhir, dijabarkan sebagai berikut.
1. BAB I PENDAHULUAN
Mengemukakan mengenai latar belakang dilaksanakan penelitian disertai
identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah mengenai
ground vibration yang dihasilkan pada kegiatan peledakan . Bab ini juga
mengemukakan tujuan dan manfaat penelitian ini yaitu untuk memberikan suatu
hasil penelitian yang berguna bagi perusahan pada umumnya dan penulis pada
khususnya.
5. BAB V PENUTUP
Mengemukakan tentang kesimpulan dan saran dari seluruh aktivitas
penelitian tugas akhir berdasarkan analisis data di pembahasan.
34
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN.........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
SARI.................................................................................................................
ABSTRAK.......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTARTABEL.............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA
Suwandi, A, 2009, Diktat Kursus Juru Ledak XIV pada Kegiatan Penambangan
Bahan Galian, Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.
36