Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sampah merupakan salah satu indikator suatu lingkungan, dan lingkungan
yang kotor adalah tempat yang sangat disukai oleh lalat. Apabila perhatian
masyarakat terhadap sampah sangat rendah, maka kondisi lingkungan tersebut
dapat mendukung lalat untuk berkembang biak dan sebagai sumber penularan
penyakit. Lalat merupakan salah satu vektor penting dalam penyebaran penyakit
pada manusia, dan juga kehidupan lalat tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
manusia. Disamping lalat sebagai vektor penyakit, lalat merupakan binatang
pengganggu yang sangat menjijikan bagi kebanyakan orang. Karena penularan
penyakitnya dapat secara mekanik, yaitu penularan dari penderita ke orang lain
atau dari suatu bahan tercemar (makanan, minuman, dan air) ke orang sehat
dengan perantara menempelnya bagian tubuh lalat, misalnya lewat promboscis,
tungkai, kaki dan badan lalat.1
Lalat adalah serangga anggota ordo diptera terbesar ke empat dari kelas
hexapoda atau insekta yang mempunyai jumlah genus dan spesies tersebar yaitu
mencakup 60 70 % dari seluruh arthropoda yang menduduki posisi penting
dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat serta dalam bidang
verteriner. Kerumunan lalat dapat mengganggu orang pada saat bekerja maupun
beristirahat. Peranan lalat dalam kesehatan masyarakat maupun hewan telah
banyak diketahui, Sehubungan dengan perilaku hidupnya yang suka ditempat
tempat yang kotor yaitu pada tumpukan sampah, makanan, dan pada tinja, dari
situlah lalat membawa berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. Hal ini
disebabkan karena lalat mempunyai tubuh yang tertutup dengan bulu bulu yang
mengandung semacam perekat.2
Berbagai penyakit yang dilularkan oleh lalat antara lain virus, bakteri,
protozoa, dan telur cacing yang menempel pada tubuh lalat dan ini tergantung
dari spesiesnya. Lalat Musca domestica dapat membawa telur cacing (Oxyrus

1
vermiculris, Trichuris trichiura, Cacing tambang, dan Ascaris lumbricoides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Balantidium coli), bakteri
usus (Salmonella, Shigella dan Eschericia coli,), Virus polio, Treponema
pertenue (penyebab frambusia), dan Mycobacterium tuberculosis.6 Lalat Musca
domestica dapat bertindak sebagai vektor penyakit typus, disentri, kholera dan
penyakit kulit. Lalat Fannia dewasa dapat menularkan berbagai jenis penyakit
myasis (Gastric, Intestinal, Genitaurinary). Lalat Stomoxys merupakan penyakit
surra ( disebabkan oleh Trypanosima evansi), antrax, tetanus, yellow fever,
traumatic miasis dan enteric pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau
(paenicia, dan chrysomya) dapat menularkan myasis mata , tulang dan organ lain
melalui luka. Lalat Sarcophaga dapat menularkan penyakit myasis kulit, hidung,
sinus, jaringan, vagina dan usus.2
Lingkungan yang kotor dan bau adalah tempat yang sangat disukai oleh
lalat, biasanya tempat tersebut adalah tempat yang banyak berhubungan dengan
aktivitas manusia. Sasaran yang tepat diukur kepadatan lalatnya yaitu pasar,
karena di pasar merupakan tempat berkumpulnya manusia yang melakukan
aktivitas jual beli, karena ditempat tersebut merupakan sumber awal seseorang
mendapatkan berbagai jenis bahan makanan, seperti ikan, daging, sayur dan
buah, dari aktivitas tersebut akan menghasilkan sampah dan menjadikan
lingkungan sekitar pasar menjadi kotor dan bau. Dalam penelitian ini pasar yang
akan disurvei adalah pasar Batang, karena pasar Batang merupakan pasar terbesar
di Kabupaten Batang. Pengukuran populasi lalat dapat dilakukan di sekitar
tempat pengumpulan sampah, tempat penjualan daging, tempat penjualan ikan,
tempat penjualan sayur dan tempat penjualan buah. Selain lalat suka
menghinggapi sampah, lalat juga sangat suka menghinggapi makanan yang dijual
di pasar, dan tentunya makanan tersebut akan terkontaminasi dan mengandung
bibit penyakit yang dapat tertular oleh siapa saja yang akan memakannya..
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian yang mengkaji
keterkaitan antara parasit (Helminth) pada lalat, dan pasar dijadikan lokasi yang
tepat untuk penelitian. Karena terdorong oleh beberapa masalah tersebut maka

2
penulis tertarik meneliti tentang Survei Lalat dan Parasit Kontaminan
Berdasarkan Lokasi Penangkapan di Pasar Batang Kabupaten Batang .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah
Adakah Parasit (Helminth) kontaminan pada Lalat berdasarkan lokasi
penangkapan di Pasar Batang Kabupaten Batang .

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada / tidaknya Parasit (Helminth) kontaminan pada Lalat
berdasarkan lokasi penangkapan di Pasar Batang Kabupaten Batang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi parasit (Helminth) kontaminan pada lalat di Pasar
Batang Kabupaten Batang.
b. Menganalisa jenis parasit (Helminth) kontaminan pada Lalat berdasarkan
lokasi penangkapan di Pasar Batang Kabupaten Batang

D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada para pedagang tentang pentingnya Kesehatan
Masyarakat mengenai Parasit yang ada pada Lalat.
2. Sebagai tambahan pustaka FKM dalam mengembangkan Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
3. Sebagai masukan bagi Dinas Kebersihan Kota Batang yang menangani
masalah sampah di Pasar Batang Kabupaten Batang.

E. Bidang Ilmu
Ditinjau dari segi keilmuan, maka penelitian ini termasuk dalam bidang
Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya bidang Parasitologi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

F. TINJAUAN TENTANG LALAT


1. Pengertian Lalat
Lalat adalah ordo diptera, yang menurut asal katanya Di artinya
dua, Ptera yang artinya sayap, dan arti keseluruhannya adalah serangga
yang memiliki dua sayap (sepasang sayap) atau insekta yang bisa terbang.
Adanya sepasang sayap tersebut merupakan sayap bagian depan, sedangkan
sayap bagian belakang tidak berkembang dan mereduksi menjadi alat
keseimbangan (halter).9 Tubuh relatif lunak, antenna pendek, mata
majemuk besar dan mengalami metamorfosa sempurna.4 Lalat merupakan
vektor mekanis dari berbagai macam penyakit, terutama penyakit pada
saluran saluran pencernaan makanan. Ordo diptera yang merupakan salah
satu anggota kelas Hexapoda atau insekta yang mempunyai jumlah genus
dan spesies yang terbesar yaitu mencakup 60 70 % dari seluruh spesies
Arthropoda. Jenis serangga ini dapat mengganggu kenyaman hidup
manusia dan hewan karena dapat menularkan penyakit.8
Penyakit yang ditularkan oleh lalat tergantung spesiesnya. Lalat
Musca domestica dewasa dapat membawa telur cacing (Oxyrus
vermicularis, Trichuris trichiura, cacing tambang, dan Ascaris
lumbricoides), Protozoa (Entamoeba hystolitica dan Giardia lamblia),
Bakteri usus (Salmonella, Shigella, dan Eschericia coli), Virus polio,
Treponema pertenue (penyebab frambusia) dan Mycobacterium
tuberculosis. Lalat fannia dewasa dapat menularkan berbagai jenis myasis
(Gastric, Intestinal, dan Genitorinary). Lalat Stomoxys merupakan vector
penyakit surra (yang disebabkan Trypanosima evansi), antrax, tetanus,
yellow fever , traumatic miasis dan Enteric pseudomiasis (walaupun

4
jarang). Lalat hijau (Paenicia dan Chrysomyia) dapat menularkan penyakit
myasis mata, tulang dan organ lain melalui luka. Lalat Sarchopaga dapat
menularkan myasis kulit, hidung, jaringan, vagina, dan usus.3

2. Klasifikasi Lalat
Klasifikasi lalat adalah sebagai berikut :1
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Muscidae, Sarchopagidae, Challiporidae, dll.
Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll.
Spesies : Musca domestica, Stomoxys calcitrans, Phenesia sp,
Sarchopaga sp, Fannia, dll.

3. Siklus Hidup Lalat


Lalat mengalami metamorfosis sempurna, dengan stadium telur, larva
atau tempayak, pupa dan lalat dewasa. Perkembangan lalat memerlukan
waktu antara 7 22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia.
Lalat betina telah dapat menghasilkan telur pada usia 4 8 hari, dengan
jumlah telur sebanyak 75 150 butir dalam sekali bertelur. Semasa
hidupnya seekor lalat bertelur 5 6 kali. Berikut masing masing fase
dalam perkembangannya lalat :2
1. Fase Telur
Bentuk telur lalat adalah oval panjang dan berwarna putih. Telur
diletakkan pada bahan organik yang lembab (sampah dan kotoran
binatang, dll). Pada tempat yang tidak langsung kena sinar matahari.
Biasanya telur menetas setelah 8 30 jam, tergantung dari suhu
sekitarnya.

5
2. Fase larva atau tempayak
Tingkat I : Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran
panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan
berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap makanan,
setelah 1 4 hari melepas kulit dan keluar menjadi
instar II.
Tingkat II : Ukuran besarnya 2 kali dari instar I, setelah 1 sampai
beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan keluar
instar III.
Tingkat III : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini
memerlukan waktu 3 sampai 9 hari.
Larva mencari tempat dengan temperatur yang
disenangi, dengan berpindah pindah tempat,
misalnya : pada gundukan sampah organik.
3. Fase Pupa atau Kepompong
Pada fase ini jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh
dewasa, stadium ini berlangsung 3 9 hari, setelah stadium ini selesai
maka melalui celah lingkaran pada bagian anterior akan keluar lalat
muda.
4. Lalat Dewasa
Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih dari 15 jam
dan setelah itu siap untuk mengadakan perkawinan. Umur lalat dewasa
dapat mencapai 2 4 minggu.

4. Bionomi Lalat
1. Kebiasaan Hidup
Lalat Musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe
alat mulut penjilat dan menghisap,1 sedangkan lalat kandang
mempunyai tipe mulut penggigit. Lalat Musca domestica paling
dominan banyak ditemukan ditimbunan sampah dan kandang ternak.
Musca domestica lebih banyak mengerumuni bahan bahan sampah

6
yang berupa sayur sayuran dan yang mengandung karbohidrat dan
kurang menyukai bahan yang mengandung protein. Spesies Fannia
ditemukan lebih kecil dari Musca domestica tetapi lebih gesit dalam
timbunan sampah dan kandang ternak ayam, Kerbau, sapi, dan babi.
Lalat Spesies Sarchopaga sangat menyukai adanya darah dalam
makanan karena akan mempengaruhi produksi telur dan mempercepat
maturasi seksual.4 Lalat hijau (Chrysomyia) adalah pemakan zat zat
organik yang membusuk dan berkembang biak didalam bangkai, dan
meletakkan telurnya pada bangkai, dan larvanya memakan jaringan
jaringan yang membusuk. Lalat buah sering dijumpai dalam buah hasil
kebun. Yang menjadi busuknya buah adalah larvanya dan sering kita
istilahkan dengan sindat.9
2. Tempat Perindukan atau Berkembangbiak
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah, pada benda
benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh
tumbuhan busuk.
3. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang
tersedia, rata rata 6 9 km , kadang kadang dapat mencapai 19 20
km dari tempat berkembangbiak.
4. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan satu ke
makanan yang lain. Lalat sangat tertarik dengan makanan yang dimakan
oleh manusia (susu, gula) pada tinja dan darah juga disukai oleh lala,
pada protein lebih suka digunakan untuk bertelur. Sehubungan dengan
bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makanan
basah, sedang makanan yang kering dibasahi dahulu oleh ludahnya baru
kemudian dihisap. Lalat mempunyai kebiasaan memuntahkan makanan
yang telah dihisapnya. Hal ini dapat berpotensi menularkan bibit
penyakit pada manusia.

7
5. Tempat Istirahat
Lalat beristirahat ditempat tempat tertentu. Pada siang hari bila
lalat tidak makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit
langit, jemuran pakaian, rumput rumput , kawat listrik serta lalat
menyukai tempat tempat dengan tepi yang tajam dan permukaannya
vertikal. Biasanya tempat istirahatnya terletak berdekatan dengan
tempat makanannya atau tempat berbiaknya dan biasanya yang
terlindung dari angin. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari
4,5 meter dari atas permukaan tanah.
6. Lama Hidup
Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan
temperatur. Pada musim panas berkisar antara 2 4 minggu, sedang
pada musim dingin bisa mencapai 70 hari.
7. Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperatur 15 0C dan aktivitas optimum
nya pada temperatur 21 0C. Pada temperatur dibawah 7,5 0C tidak aktif
dan di atas 45 0C tejadi kematian pada lalat.
8. Kelembaban
Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat.
Dimana kelembaban ini berbalik terbalik dengan temperatur. Jumlah
lalat pada musim hujan lebih banyak dari pada musim panas. Lalat
sangat sensitif terhadap angin kencang, sehingga kurang aktif untuk
keluar mencari makan pada waktu kecepatan angin yang tinggi.
9. Sinar
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik (menyukai
sinar). Pada malam hari tidak aktif , namun bisa aktif dengan sinar
buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur
dan kelembaban.1

8
10. Karakteristik Lalat
Lalat rumah (Musca domestica) mempunyai ciri tubuh antara lain
tubuh berwarna kelabu hitam,8 ukuran 6 7 mm, pada punggung
terdapat empat garis longitudinal berwarna hitam. Sel 2 A pendek dan
tidak mencapai tepi sayap, sel R 5 tertutup atau hampir tertutup, bawah
permukaan sculletum biasanya tanpa rambut rambut lurus. Umumnya
mempunyai lebih dari satu rambut rambut steropleural. Dapat
ditemukan disemua tempat, biasanya sebagai hama dan vektor penyakit.
Lalat ini mempunyai promboscis pendek, berdaging dan tidak
menggigit.4
Lalat kandang (Stomoxys calcitran) menyerupai lalat rumah.8 Lalat
ini sering memasuki kawasan rumah tangga dan sering menghisap darah
manusia. Lalat kandang banyak didapat di daerah berpasir dan pada
tumbuhan air. Lalat ini mempunyai peran yang penting dalam bidang
kedokteran hewan karena menyebarkan penyakit surra. Lalat betina
bertelur dikotoran hewan yang bercampur dengan kompos (jerami dan
daun) dan keadaannya lembab sehingga berlangsung dengan baik,
kebanyakan lalat hijau seukuran dengan lalat rumah atau sedikit lebih
besar, dan banyak yang berwarna biru atau hijau metalik. Dari dorsal
promboscis tidak tampak sehingga lalat tersebut serupa dengan lalat
rumah. 2
Lalat daging (Sarchopaga) sangat mirip dengan lalat hijau
(Chrysomyia) tetapi umumnya kehitam hitaman dengan garis garis
toraks yang kelabu dan dan mempunyai arista telanjang atau hanya
separuh dasar yang plumosa. Lalat hijau biasanya mempunyai dua
rambut rambut bulu notopleura (jarang tiga), dan biasanya
mempunyai empat rambut . Larva lalat ini diletakkan pada daging
busuk , mukosa ataupun kulit utuh, dan ini dapat menyebabkan myasis
kulit dan myasis trial.8
Fannia Spesies berbeda dengan Muscidae lainya karena mempunyai
3 A melengkung keluar dibidang distal, sehingga Cu2 + 2A bila

9
dikembangkan akan berjumpa dengannya. Lalat ini mirip dengan lalat
rumah yang kecil dan pada beberapa daerah adalah sebagai hama rumah
tangga yang lebih penting dari pada Musca domestica.10

5. Metode Survey Lalat dan Pengendalianya


Sering kali upaya pengendalian terhadap lalat cenderung hanya untuk
membunuh lalat saja, dalam waktu yang relatif singkat, dan populasi lalat
tersebut akan menurun, akan tetapi lalat yang masih tertinggal akan hidup.
Oleh karena itu upaya pengendalian lalat seharusnya tidak ditujukan pada
populasi lalat yang dekat dengan manusia saja, tetapi juga harus pada
sumber tempat berkembang biaknya lalat. Sebelum melakukan
pengendalian perlu dilakukan pengukuran tingkat kepadatannya, dimana
data ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya pengendalian yaitu
tentang kapan, dimana dan bagaimana pengendalian akan dilakukan.
Demikian pula sesudah pengendalian , pengukuran tingkat kepadatan
diperlakukan untuk menilai keberhasilan pengendalian. Dalam menentukan
kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa lebih tepat dan
bisa diandalkan dari pada pengukuran populasi larva lalat. Untuk
pengukuran tingkat kepadatan lalat dapat dipakai berbagai cara antara lain :
1) Flygrill (tempat hinggap lalat), 2) Sweep of net (jaring penangkap lalat),
3) The fly cone (kerucut penangkap lalat). Namun cara yang paling mudah,
murah dan cepat adalah menggunakan Flygrill.
Pengendalian lalat yang harus dihindari adalah menggunakan bahan
kimia / Insektisida, karena cara ini banyak mengandung resiko. Dampak
negatif yang ditimbulkan yaitu pencemaran lingkungan, dan juga membuat
serangga menjadi resisten terhadap sebagian besar Organochlorin dan
Organophosphorus, seperti : Carbamat, Pyrethrum dan DDT. Sehubungan
dengan hal tersebut maka pengendalian lalat secara fisik perlu
dikembangkan. Di antaranya dengan menggunakan warna kertas dan aroma
umpan alat perangkap lalat guna menekan kepadatan populasi lalat.

10
6. Hubungan Lalat dengan Kesehatan
Dari berbagai ordo dalam kelas Hexapoda, maka ordo Diptera
mengandung anggota yang paling banyak berkaitan dengan bidang
kedokteran, kesehatan, dan verteriner. Ordo Diptera terutama lalat
mempunyai spesies spesies yang dapat mengganggu kenyamanan hidup
manusia. Lalat menyerang dan melukai hospesnya (manusia dan hewan)
serta menularkan penyakit :8
1. Vektor mekanis yaitu dengan cara menempatkan mikroorganisme
yang menempel pada bulu halus, kaki atau pada bagian tubuh lainnya.
2. Vektor biologis yaitu bakteri dan virus penyebab penyakit yang dapat
berkembang biak dalam tubuh lalat sebelum ditularkan pada manusia
dan hewan.

B. TINJAUAN TENTANG HELMINTH (CACING)


1. Enterobius vermicularis (Oxyrus vermicularis)
a. Hospes dan Nama Penyakit
Manusia adalah satu satunya hospes cacing ini dan penyakitnya
disebut Enterobiasis atau Oxyuriasis.11
b. Distribusi Geografik
Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan didaerah
dingin dari pada daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada
umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan jarang mengganti
baju dalam. Penyebaran cacing ini juga ditunjang oleh eratnya
hubungan antara manusia satu dengan yang lain saling mendukung serta
lingkungan yang sesuai.11

11
c. Morfologi dan Daur Hidup
Cacing betina berukuran 8 13 mm x 0,4 mm. Pada ujung anterior
ada pelebaran kutikulum seperti sayap yang disebut alae. Bulbus
esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing yang
gravid melebar dan penuh dengan telur. Cacing jantan berukuran 2 55
mm, juga mempunyai sayap dan ekornya melingkar sehingga bentuknya
seperti tanda tanya (?), Spikulum pada ekor jarang ditemukan. Habitat
cacing dewasa dirongga sekum usus besar dan usus halus yang
berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus.
Cacing betina yang gravid mengandung 11.000 15.000 butir telur,
bermigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi
uterus dan vagina. Telur telur jarang dikeluarkan diusus, sehingga
jarang ditemukan di tinja. Telur berbentuk lonjong dan lebih datar pada
satu sisi (asimetrik). Dinding telur bening dan agak tebal dari dinding
telur cacing tambang. Telur menjadi matang dalam waktu kira kira 6
jam setelah dikeluarkan pada suhu badan. Telur resisten terhadap
desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup
sampai 13 hari.
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya
telur matang sampai menjadi cacingn dewasa, gravid yang bermigrasi
kedaerah perianal berlangsung kira kira 2 minggu sampai 2 bulan.
Mungkin daur hidupnya hanya berlangsung kira kira 2 bulan karena
telur telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus, paling cepat 5
minggu sesudah pengobatan.11
d. Diagnosa
Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa
gatal di sekitar anus pada waktu malam hari. Diagnosa tersebut dengan
menemukan telur cacing dewasa. Telur cacing dapat diambil dengan
mudah dengan menggunakan anal swab yang ditempelkan di sekitar
anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci
pantat. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut turut.11

12
e. Epidemiologi
Penyebaran cacing ini lebih luas dari pada cacing lain. Penularan
dapat terjadi pada suatu keluarga atau kelompok kelompok yang
hidup dalam satu lingkungan yang sama (asrama). Telur cacing dapat
diisolasi dari debu di ruangan sekolah. Telur cacing ini dapat ditemukan
(92 %) dilantai, meja, kursi, buffet, tempat duduk kakus (toilet seats),
bak mandi, alas kasur, dan pakaian. Hasil penelitian menunjukkan
angka prevalensi pada berbagai golongan manusia 3 80 %. Penularan
cacing ini bisa dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal
atau tangan dapat menyebarkan kepada orang lain maupun kepada diri
sendiri, karena memegang benda benda maupan pakaian yang
terkontaminasi.11
f. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan
perorangan.11

2. Trichuris Trichiura
a. Hospes dan Nama Penyakit
Manusia adalah hospes cacing ini dan penyakitnya disebut
Trichuriasis.12
b. Distribusi Geografik
Parasit ini mempunyai penyebaran di seluruh dunia, dan cacing ini
merupakan nematoda intestinal terbanyak ditemukan di beberapa
daerah tropik seperti Asia Tenggara.12
c. Morfologi
Cacing dewasa jantan panjangnya 30 40 mm dan yang betina 35
50 mm. Parasit ini dikenal dengan cacing cambuk, karena 3/5 bagian
anteriornya memanjang dan halus, dan 2/5 bagian posteriornya berotot
dan mengembung. Satu sifat penting golongan cacing ini adalah
esofagus yang halus (seperti kapiler) yang dikelilingi oleh kelenjar dan
disebut stikosit. Cacing dewasa biasanya bersarang disekum dan

13
mengeluarkan telur yang berbentuk seperti tempayan, berwarna
kecoklatan dan panjangnya 22 50 . Telur pada ujungnya mempunyai
sumbat bening seperti gelembung dan tidak infektif dalam waktu kira
kira 3 minggu.12
d. Daur Hidup
Infeksi terjadi karena menelan telur matang. Larva tidak mengalami
migrasi visceral, tapi menembus dinding usus untuk waktu yang
singkat, sebelum kembali kedalam lumen dan tumbuh menjadi dewasa.
Cacing meletakkan diri pada usus besar dengan memasukkan bagian
anteriornya kedalam mukosa. Bagian posteriornya tergantung lepas
didalam lumen usus. Pertumbuhan didalam hospes memakan waktu tiga
bulan.12
e. Diagnosis
Diagnosis berdasarkan penemuan telur yang berbentuk khas dalam
tinja.12
f. Epidemiologi
Penyebaran penyakitnya adalah kontaminasi tanah dengan tinja.
Telur tumbuh di tanah liat, tempat lembab dan teduh dengan suhu
optimum kira-kira 30 0C. Di berbagai negeri pemakaian tinja sebagai
pupuk kebun merupakan sumber infeksi. Frekuensi di Indonesia tinggi,
di beberapa pedesaan dan frekuensinya berkisar antara 30 90 %. 12
g. Pencegahan
Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan
pengobatan penderita Trichuriasis, pendidikan tentang sanitasi dan
kebersihan perorangan terutama anak, dan mencuci sayuran mentah
sebelum dimakan.12

14
3. Ascaris lumbricoides (Cacing gelang)
a. Hospes dan Nama Penyakit
Manusia adalah hospes cacing ini dan nama penyakitnya disebut
Ascariasis.12
b. Distribusi Geografik
Parasit ini adalah kosmopolit, lebih banyak ditemukan di daerah
beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik, derajat infeksi
dapat mencapai 100 % dari penduduk. Pada umunya lebih banyak
ditemukan pada anak anak yang biasanya menunjukkan beban cacing
yang lebih tinggi.12
c. Morfologi
Ascaris lumbricoides disebut juga cacing gelang, sebab setelah mati
umumnya melingkar seperti bentuk gelang . Ukuran yang betina
panjangnya 22 35 cm, lebar 4 8 mm, dan bentuk yang jantan lebih
kecil. Telurnya berukuran 4570 x 35 mikron, berkulit tebal berbenjol
benjol dan permukaanya kasar. Telur yang keluar bersama tinja ada dua
macam yaitu yang dibuahi dan tidak dibuahi, yang tidak dibuahi
ditemukan terutama pada orang yang mengandung cacing ini.12
d. Daur Hidup
Daur hidupnya dimulai bila telur cacing yang berembrio tertelan
bersama makanan dan akan menetas didalam intestinum lalu menjadi
larva. Larva segera menembus dinding pembuluh darah , dinding
intestinum dan dengan aliran darah masuk ke paru paru menembus
alveolus, naik ke trakea, pindah ke oesophagus, tretelan dan sampai ke
intestinum kemudian menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa ini akan
menghasilkan telur yang akan keluar bersama faeces.12
e. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan penemuan telur Ascaris lumbricoides
dalam tinja. Kadang kadang penderita mengandung cacing muda atau
cacing dewasa yang dikeluarkan bersama tinja, cacing ini juga bisa
keluar dari hidung anak yang sakit.12

15
f. Epidemiologi
Di daerah endemik insidens Ascaris lumbricoides tinggi dan terjadi
penularan secara terus menerus. Transmisi ini dipengaruhi oleh
berbagai hal yang menguntungkan parasit, seperti keadaan tanah dan
iklim yang sesuai . Cacing ini dapat hidup di tanah liat untuk
berkembang biak.12
g. Pencegahan
Pencegahannya dengan cara meningkatkan hygiene perorangan dan
sanitasi lingkungan yang baik. Selain itu hindari memakan sayuran
mentah atau makanan lain yang terkontaminasi telurnya.12

4. Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator


americanus)
a. Hospes dan Nama Penyakit
Hospes cacing ini adalah manusia, nama penyakitnya adalah
Anchylostomiasis.10
b. Distribusi Geografik
Penyebaran parasit ini yaitu diseluruh dunia (kosmopolit).10
c. Morfologi
Cacing dewasa berbentuk silindris dengan kepala membengkok
tajam ke belakang. Cacing jantan lebih kecil dari cacing dewasa.
Spesies cacing tambang dapat dibedakan terutama karena rongga
mulutnya dan susunan rusuknya pada bursa. Namun telur telurnya
tidak dapat dibedakan. Telur telurnya berbentuk ovoid dengan kulit
yang jernih dan berukuran 74 76 x 36 40 . Bila baru dikeluarkan
di dalam usus telurnya mengandung satu sel tapi bila dikeluarkan
bersama tinja sudah mengandung 4 8 sel, dan dalam beberapa jam
tumbuh menjadi stadium morula dan kemudian menjadi larva
rabditiform (stadium pertama). Larva rabditiform dapat dibedakan
dengan larva Strongiloides.10
d. Daur Hidup

16
Lingkaran hidup dimulai ketika cacing betina menghasilkan telur.
Telur ini akan keluar bersama faeses penderita. Pada tanah yang basah,
telur menetas menjadi larva bentuk rhabditia, kemudian tumbuh
menjadi larva bentuk filaria, ini menembus kulit manusia yang tidak
terlindungi dan masuk ke dalam aliran darah, sampai ke paru paru ,
menembus dinding alveolus, naik ke saluran nafas bagian atas sampai di
epiglottis, pindah ke oesophagus kemudian tertelan, sampai di
intestinum menjadi dewasa dan cacing betinanya menghasilkan telur.10
e. Diagnosis
Diagnosis berdasarkan penemuan telur dalam tinja.10
f. Epidemiologi
Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar antara 30 50 %
diberbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan
di daerah perkebunan. Prevalensi infeksi cacing tambang cenderung
meningkat dengan meningkatnya umur.10
g. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan perbaikan cara pembuangan kotoran
agar tidak mengotori tanah permukaan.10

5. Strongyloides stercoralis
a. Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan hospes utama cacing ini dan nama penyakitnya
adalah Strongilodiasis10.
b. Distribusi Geografik
Nematoda ini terdapat di daerah tropik dan subtropik, sedangkan
didaerah yang beriklim dingin jarang ditemukan.10
c. Morfologi dan Daur Hidup
Hanya cacing dewasa betina yang hidup sebagai parasit di vilus
duodenum dan yeyunum, cacing betina berbentuk filiform, halus tidak
berwarna dan panjangnya kira kira 2 mm. Cara berkembang baiknya
diduga secara parthenogenesis. Telurnya berbentuk parasitik diletakkan

17
dimukosa usus, kemudian telur tersebut menetas menjadi larva
rabditiform yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja.
Parasit ini mempunyai tiga macam daur hidup, yaitu :
1. Siklus Langsung
Sesudah 2 sampai 3 hari di tanah, larva rabditiform yang
bentuknya kira kira 225 x 16 mikron, berubah menjadi larva
filariform dengan bentuk langsing dan merupakan bentuk infektif,
panjangnya kira kira 700 mikron. Bila larva filariform menembus
kulit manusia, larva tumbuh, masuk dalam peredaran darah vena
dan kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru. Dari paru
parasit yang mulai menjadi dewasa menembus alveolus, masuk ke
trakea dan laring. Sesudah sampai di laring terjadi reflek batuk,
sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas
dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur ditemukan
kira kira 28 hari sesudah infeksi.
2. Siklus Tidak Langsung
Pada siklus tidak langsung, larva rabditiform di tanah berubah
menjadi cacing jantan dan cacing betina bentuk bebas. Bentuk
bentuk bebas ini lebih gemuk dari bentuk parasitic. Cacing yang
betina berukuran 1 mm x 0,06 mm, yang jantan berukuran 0,75 mm
x 0,04 mm, mempunyai ekor melengkung dengan 2 buah
spikulum.Sesudah pembuahan cacing betina menghasilkan telur
yang menetas menjadi larva rabditiform. Larva rabditiform dalam
waktu beberapa hari dapat menjadi larva filariform yang infektif dan
masuk kedalam hospes baru, atau larva rabditiform tersebut dapat
juga mengulangi fase hidup bebas. Siklus tidak langsung ini terjadi
bilamana keadaan yang dibutuhkan untuk kehidupan bebas parasit
ini, misalnya di negeri negeri tropik dengan iklim lembab.10

3. Autoinfeksi

18
Larva rabditiform kadang kadang menjadi larva filariform di
usus atau didaerah sekitar anus (perianal). Bila larva filariform
menembus mukosa usus atau kulit perianal, maka terjadi suatu daur
perkembangan didalam hospes . Adanya autoinfeki dapat
menyebabkan stongiloidiasis menahun pada penderita yang hidup
didaerah nonendemik. 10
d. Diagnosa
Diagnosis klinik tidak pasti karena strongiloidiasis tidak
memberikan gejala klinik yang nyata. Diagnosis pasti ialah bila
menemukan larva rabditiform dalam inja segar, dalam biakan atau
dalam aspirasi duodenum. Biakan tinja selama sekurang kurangnya 2
x 24 jam menghasilkan larva rabditiform dan cacing dewasa
strongyloides yang hidup bebas.10
e. Epidemiologi
Daerah yang panas, kelembaban yang tinggi dan sanitasi yang
kurang sangat menguntungkan cacing ini, sehingga terjadi daur hidup
yang tidak langsung. Tanah yang baik utuk pertumbuhan n larva ini
adalah tanah yang gembur, berpasir dan berhumus. Frekuensi di Jakarta
pada tahun 1956 sekitar 10 15 %, dan sekarang jarang ditemukan.10
f. Pencegahan
Pencegahannya dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi
pembuangan tinja pada tempatnya dan melindungi kulit dari tanah yang
terkontaminasi, misalnya dengan memakai alas kaki.10

C. TINJAUAN TENTANG PASAR


1. Pengertian Pasar
Pasar adalah suatu tempat yang terdiri atas pelataran terbuka dan
sebagian lagi ada perumahan atau bangunanbangunan untuk melakukan
aktivitas bertemunya antara penjual dan pembeli, diantara kegiatan tersebut
adalah Memperagakan barang dagangannya dengan membayar retribusi.14

19
Dengan adanya kegiatan tersebut maka perlu adanya pengawasan
terhadap sanitasinya. Sanitasi ini menitikberatkan pada lokasi pasar, gedung
/ bangunan pasar dan fasilitas pasar. Pengawasan ini dilakukan dalam usaha
mencegah terjadinya kecelakaan maupun terjadinya penyebaran penyakit
dalam pasar.
2. Sanitasi Pasar
a. Syarat Lokasi Pasar
1. Jauh dari tampat pembuangan sampah, berjarak tidak kurang 500m.
2. Jauh dari tempat pembuangan air kotor.
3. Tidak berada dipinggir jalan raya, karena untuk menghindari adanya
kemacetan dan kecelakaan dan tidak berada dekat dengan rumah.
4. Tidak terletak ditempat yang rawan banjir.
b. Gedung atau Bangunan Pasar.
1. Loss : Suatu bangunan yang panjang terbuka dan tidak berdinding.
2. Kios : Suatu bangunan kecil kecil berbentuk kamar dan tertutup
dan dapat dikunci.
3. Toko : Suatu bangunan mirip kios tetapi berukuran lebih besar dan
dapat dikunci.
4. Warung : Suatu bangunan yaang dibuat untuk menjual makanan dan
minuman.
5. Bangunan khusus : Suatu bangunan yang harus diperhatikan khusus
karena biasanya tempat ini digunakan untuk menjual ikan,
daging, dll. Biasanya dilengkapi lemari pendingin, dan
ruangannya harus rapat.
Untuk area penjualan daging dan ikan, ruangannya harus rapat dan
jauh dari lalat dan kecoa., Pintu masuk dan keluar harus dapat membuka
dan menutup sendiri, tidak terletak dekat dengan WC, harus dipasang
kran kran air bersih, lantai dibuat sedikit miring untuk mempermudah
pengeringan dan harus memiliki saluran air kotor, harus dilengkapi
dengan meja yang dibuat dari keramik putih atau dilengkapi dengan

20
seng agar mudah dibersihkan dan bila perlu dilengkapi dengan Lemari
es / keranjang daging / keranjang ikan yang dilapisi dengan es.14
3. Fasilitas Pasar
1. Pesediaan air bersih
2. Jamban (kakus)
Antara kakus pria dan wanita harus dibuat terpisah. Kakus dibuat
dengan model leher angsa dengan menggunakan tampungan septictank.
Untuk 40 wanita diperlukan satu kakus dan untuk 60 pria diperlukan satu
kakus.
3. Pembuangan sampah
Dalam pasar harus disediakan tempat sampah yang diletakkan
ditempat tempat tertentu, supaya sampah tersebut tidak tercecer dan
memudahkan untuk pengangkutan. Syarat tempat sampah antara lain :
Kedap air, mudah diangkat dan terbuat dari bahan yang tahan lama.
Pengangkutan sampah di pasar harus diangkut tiga hari sekali, hal ini
dilakukan agar tidak menumpuknya sampah di pasar.14

4. Hubungan Pasar dengan Keberadaan Lalat sebagai Vektor penyakit.


Pasar yang tidak diperhatikan dari segi kesehatan dan kebersihannya
baik pembuangan sampah maupun pembuangan air kotornya, sangat
berpotensial bagi perkembangan lalat, sehingga hal, ini menjadikan lalat
sering kita jumpai di pasar.
Keberadaan lalat dipasar dapat mengkontaminasi bahan makanan
yang ada. Penularan penyakit oleh lalat secara mekanik berlangsung dari
penderita ke orang lain dengan perantara menempelnya bagian luar tubuh
lalat, misalnya : telur cacing, protozoa, virus, dan bakteri yang
dipindahkan dari tinja melalui tubuh lalat / kaki lalat.5

D. KERANGKA TEORI

Faktor faktor yang mempengaruhi


perilaku lalat :
- Kemampuan berkembang
biak
- Suhu 21
- Kelembaban
Keterangan :

: Parameter yang diteliti

Sumber : Modifikasi Natawigena, Faktor faktor yang mempengaruhi


Perkembangan serangga. 1992.

E. KERANGKA KONSEP

Varibel Bebas Variabel Terikat

Lokasi penangkapan Parasit kontaminan pada lalat

F. HIPOTESIS
Berdasarkan dari penjelasan diatas maka hipotesanya adalah sebagai berikut
:

22
Ada jenis parasit kontaminan yang berbeda pada lalat berdasarkan lokasi
penangkapan di Pasar Batang Kabupaten Batang.

23

Anda mungkin juga menyukai