Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman dan akurat
kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah.
Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan
klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau
berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai
dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek
samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat,
memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan
berdasarkan pengetahuan.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat obatan yang aman . Perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat
yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi
status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat
yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) ,
Physicians Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan ,
kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya obat dalam keperawatan


Obat merupakan Semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak dapat
menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya, yang diberikan kepada
pasiendengan maksud tertentu sesuai dengan guna obat tersebut. Pemberian obat yang aman dan
akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Meskipun obat menguntungkan,
namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui
prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman dan benar. Karena obat dapat menyembuhkan
atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling
penting.

Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar
diminum.Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap
pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu
(dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang
mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan
harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan
tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.

B. Prinsip Pemberian Obat ( 12 benar )


1. Benar obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya, perawat harus memperhatikan kebenaran
obat sebanyak 3 kali, ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ke tempat penyimpanan. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat diberikan sekaligus membantu perawat mengingat
nama obat dan kerjanya
2. Benar dosis
Dosis yang diberikan sesuai dengan kondisi klien dalam batas yang direkomendasikan.
Selain itu perawat harus teliti menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan
dengan pertimbangan ketersediaan obat dan berat badan pasien. Selain itu perlu melihat
batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
3. Benar pasien
Identifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan. Dalam pemberian obat, pasien berhak mengetahui alasan obat
diberikan, menolak penggunaan obat . Selain itu perlu diperhatikan perbedaan klien
apabila ditemukan nama yang sama.
4. Benar cara pemberian
Dalam pemberian obat perlu diperhatikan cara pemberian obat tersebut apakah secara
oral, parenteral, topikal, rektal ataupun inhalasi.
5. Benar waktu
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, dosis obat harian
diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Pemberian obat juga harus sesuai dengan
waktu paruh obat. Perlu diperhatikan pula pemberiannya sebelum makan, setelah makan
atau bersamaan dengan makanan karena ada obat-obat tertentu yang dapat mengiritasi
mukosa lambung sehingga perlu bersamaan dengan makanan. Perawat juga perlu
meneliti apakah pasien dijadwalkan untuk melakukan pemeriksaan diagnostik seperti tes
gula darah puasa yang merupakan kontra indikasi pemberian obat.
6. Benar dokumentasi
Setelah obat diberikan, harus didokumentasikan dosis, rute, waktu, oleh siapa obat itu
diberikan. Pemberian obat harus sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah
ditetapkan. Selain itu respon pasien mengenai obat yang diberikan juga perlu untuk
didokumentasikan.
7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi pasien
Perawat memiliki tanggung jawan dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien
dan keluarga terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat, penggunaan yang
baik dan benar, alasan terapi diberikan, hasil yang diharapkan, efek samping dan reaksi
yang terjadi, interaksi obat dengan makanan.
8. Hak pasien untuk menolak
Pasien berhak untuk menolak pemberian obat, dalam hal ini perawat harus memberikan
informed consent pada pasien.
9. Benar pengkajian
Perawat harus memeriksa tanda-tanda vital sebelum pemberian obat.
10. Benar evaluasi
Perawat harus memantau efek kerja obat setelah pemberian
11. Benar reaksi terhadap makanan
Obat memiliki efektifitas jika diberikan pada waktu yang tepat, misalnya sebelum makan
atau setelah makan.
12. Benar reaksi dengan obat lain
C. Cara-cara pemberian obat
Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai dan paling
nyaman dan aman.
Parenteral, yaitu melalui intravena, intramuskuler, intracutan maupun subcutan.
Topikal, yakni pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Rektal, pemberian obat melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
Inhalasi, pemberian obat melalui saluran pernapasan
Intravagina, pemberian obat untuk keputihan seperti anti jamur.

D. Obat-obat Reproduksi
Obat-Obatan Pada Masa Kehamilan"
Kategori Obat-obatan menurut
U.S. Food and Drug Administration (FDA-USA) dan Australia Drug Evaluation
Commitee:
Kategori A
Obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai kenaikan frekuensi
malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya.
Obat-obat yang termasuk dalam kategori A adalah parasetamol, penisilin, eritromisin, glikosida
jantung, isoniazid serta bahan-bahan hemopoetik seperti besi dan asam folat.
Kategori B
meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil masih terbatas, tetapi tidak
terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh buruk lainnya pada janin.
obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan pada studi toksikologi pada hewan,
yaitu :
1. Kategori B1
Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin (fetal
damage). Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya simetidin,
dipiridamol, dan spektinomisin
2. Kategori B2
Data dari penilitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk tidak meningkatnya
kejadian kerusakan janin. Obat-obat yang termasuk kriteria ini adalah: tikarsilin,
amfoterisin, dopamin, asetilkistein, dan alkaloid belladona.
3. Kategori B3
Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin, tetapi belum
tentu bermakna pada manusia. contoh karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin,
trimetoprim, dan mebendazol.

Kategori C
Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi
anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya. Umumnya bersifat reversibel (membaik
kembali).
Contoh analgetika-narkotik, fenotiazin, rifampisin, aspirin, antiinflamasi non-steroid dan
diuretika.

Kategori D
Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian malformasi janin pada manusia
atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat ireversibel (tidak dapat membaik kembali).
Obat-obat dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik yang merugikan terhadap janin.
Misalnya: androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbiton, kinin, klonazepam, valproat, steroid
anabolik, dan antikoagulansia
Kategori X
Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai risiko tinggi
terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika diminum pada masa
kehamilan.
Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama kehamilan.
contoh isotretionin dan dietilstilbestrol

E. Pemakaian Obat Teraupetik Pada Masa Kehamilan


1. Zat Besi
Kebutuhan ibu hamil akan zat besi adalah 2x lebih besar dari kondisi normal Saat hamil 30
mg. Suplemen zat besi mulai diberikan pada trimester kedua. Dianjurkan diminum setelah makan
makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi (daging, asam folat, vit C sayuran hijau).
Hindari minum zat besi bersama kalsium (susu).
Efek Samping:
a. Nausea (mual)
b. Konstipasi
c. Feses hitam
d. Nyeri epigastrik
e. Muntah
f. Diare
g. Warna gigi berubah (bila obat cair)
2. Asam Folat
Defisiensi asam folat pada awal kehamilan dapat menyebabkan pematangan sel terganggu
abortus spontan, defek tabung syaraf, lahir prematur, BBLR, solusio plasenta
Kebutuhan asam folat ibu hamil 400-800 gm, pada wanita normal 180 gm
Bahan makanan yang mengandung asam folat adalah: hati, ginjal, sayur mayur berwarna hijau.
Manfaat Asam Folat:
- Untuk sintesis DNA (Desoxyribonucleic Acid) dan RNA (Ribonucleic Acid)
- Memetabolisme inti sel
- Pematangan sel
Efek Samping:
Bronkospasme alergi
Ruam kulit
Pruritus
Eritema
malaise

F. Obat Untuk Gangguan Pada kehamilan


1. Antiemetik (Antimual)
88% ibu hamil trimester 1 mengeluh mual dan muntah (Morning Sickness atau yang
lebih parah yaitu Hyperemesis Gravidarum)
Dapat disebabkan : peningkatan hormon gonadotropin korionik, perubahan metabolisme
karbohidrat dan perubahan emosi.
Akibat dari hyperemesis gravidarum bagi janin adalah bisa berbahaya karena janin
mengalami ketosis, dehidrasi dan malnutrisi yang bisa sebabkan retardasi pertumbuhan.
2. Analgetik
Nyeri kepala, sakit punggung, nyeri sendi dan cidera ringan sering terjadi saat hamil
Penanganan pertama : tindakan nonfarmakologi, meliputi : istirahat, lingkungan yg tidak
tegang, latihan relaksasi, es batu, panas, perubahan posisi, gerak tubuh yg lebih baik,
mengganti model sepatu.

OBAT ANALGETIK YANG SERING DIPAKAI:


Asetaminofen (Tylenol, Datril, Panadol, Paracetamol)
a) Dipakai untuk jangka pendek, dapat menembus plasenta dan terdapat juga dalam air susu
ibu dengan konsentrasi kecil
b) Pemakaian tidak boleh lebih dari 12 tablet/hari(@ 325 mg) atau maksimal 8 tablet/hari
(@ 500 mg)
Efek Samping:
a) Erupsi kulit, urtikaria, mudah memar, eritema, hipoglikemi, ikterik, anemia hemolitik,
netropeni, lekopeni, pansitopenia, trombositopeni
b) Tidak boleh dipakai pada klien yang hipersensitivitas thd obat ini
c) Hati-hati pada klien yg mungkin mendapatkan infeksi karena obat ini dapat menutupi
gejala infeksi.
Aspirin
a) Memiliki sifat analgetik, antipiretik dan antiinflamasi
b) Dapat menghambat permulaan persalinan dan memperpanjang persalinan karena
pengaruhnya thd kontraksi uterus
c) Bila dipakai pada trimester akhir dapat menimbulkan resiko perdarahan saat melahirkan .
d) Dapat meningkatkan resiko anemia pada kehamilan dan perdarahan antepartum
e) Jika diminum pada 2 bulan sebelum melahirkan dapat mempengaruhi hemostasis bayi
platelet tidak dapat beragregasi untuk membentuk bekuan dan hal ini terjadi ireversibel,
bayi harus menunggu sampai sumsum tulang membentuk platelet baru

Antasid
a) Kenaikan normal hormon progesteron pada wanita hamil dapat menimbulkan:
b) penurunan motilitas gastrointestinal.
c) refluks asam lambung akibat relaksasi spinkter jantung (spinkter yg menghubungkan
lambung dan esofagus)
d) pengosongan lambung lebih lambat dari biasanya NYERI ULU HATI (Pirosis)

Tindakan non farmakologis :


a) Membatasi volume makan
b) Menghindari makanan yang banyak rempah2, gorengan atau yg berlemak
c) Menghindari makanan yg membentuk gas
d) Makan pelan-pelan dan kunyah dengan baik
e) Hindari air jeruk sitrun
f) Minum cukup tapi tidak saat makan
g) Jangan langsung berbaring setelah makan
h) Pemilihan yg salah dapat menimbulkan diare, konstipasi, ketidakseimbangan elektrolit
i) Sebaiknya pilih antasid yang rendah garam nonsistemik (dianggap bebas natrium)
mengandung campuran aluminium dan magnesium tabel Produk Antasid Bebas.
j) Pilih antasid cair karena lebih merata, kerja cepat dan aktivitas lebih besar

Efek Samping:
a) Perubahan kebiasaan BAB
b) Diare
c) Mual, muntah
d) Alkalosis
e) Hipermagnesemia

Interaksi Antasid dengan obat lain:


a) Antasid meningkatkan pH asam lambung
b) Dapat mengikat obat lain dan membentuk kompleks yang sukar diabsorbsi
c) Tidak boleh diberikan sekurang-kurangnya 2 jam setelah pemberian besi, digitalis,
tetrasiklin, fenotiazid (antiemetik).

G. Obat untuk Hipertensi pada Masa Kehamilan


Merupakan komplikasi akibat kehamilan paling sering
Pre-eklamsi : ada hipertensi, proteinuria, edema setelah hamil 20minggu dapat berlanjut menjadi
eklamsi : ada kejang. Penanganan : dukungan psikologis, pencegahan kejang dan melahirkan
bayi.
Efek Samping:
a. Magnesium sulfat
peningkatan kadar magnesium darah (ruam kulit, bertambah panas, berkeringat, haus,
ingin tidur, kelopak mata berat dan berkurangnya tonus otot. Dapat terjadi penurunan
DJJ, APGAR rendah bila dipakai mendekati persalinan, hipotonia, letargi, kelemahan,
kemungkinan distress pernafasan.
b. Hidralazin
sakit kepala, mual, muntah, sumbatan hidung, pusing, takikardia, palpitasi, angina
pektoris. kPada janin dan neonatus observasi adanya penurunan mendadak tekanan darah
ibu menyebabkan hipoksia janin
Obat yang diminum sendiri:
Banyak ibu hamil minum macam-macam obat tanpa resep. Obat tsb mencakup: produk seperti
nikotin, alkohol, yodium dan analgesik.
a) NIKOTIN
Efek yg diakibatkan oleh nikotin berhubungan langsung dg jumlah batang rokok yang diisap, dg
gejala: BBLR, keguguran, lahir tidakmcukup bulan, lahir mati, kematian neonatal, abruptio
plasenta, plasenta previa, ruptur membran prematur/ tertunda. Walaupun ibu sdh tahu akibat dr
nikotin tapi masih banyak yg melanggar, dengan alasan:
Jika bayinya kecil maka persalinan bisa lebih mudah.
Ibu hamil tdk menanyakan penyebab bayi kecil dan apa akibatnya.Hasil penelitian:
Nikotin adalah sebuah vasokontriktor mengakibatkan menyempitkan pembuluh darah plasenta.
Merokok meningkatkan viskositas darah mengakibatkan darah agak kental sehingga
menghambat aliran darah. Mengurangi transportasi oksigen ke janin (saat oksigen dibutuhkan
untuk pembelahan sel perkembangan otak akibatkan gangguan perkembangan mental &
perkembangann umumnya. Punya skor rendah tentang kemampuan baca, kosa kata, IQ,
kesanggupan kognitif dan matematika

H. Tatalaksana pelayanan farmasi untuk Ibu hamil dan menyusui


Pengkajian / penilaian peresepan
Tujuan:
Memastikan bahwa rejimen obat yang diberikan sesuai indikasi, mencegah atau
meminimalkan efek yang merugikan akibat pengunaan obat dan mengevaluasi kepatuhan
pasien dalam mengikuti rejimen pengobatan.
Kriteria BuMil / BuSui yang mendapat prioritas untuk dilakukan telah ulang rejimen obat:

Mendapat 5 macam obt / lebih dalam sehari


Mendapat obt dengan rejimen yang komplek dan atau tg beresiko tinggi untuk mengalami
efek samping yang serius
Menderita 3 penyakit / lebih
Tidak patuh dalam mengikuti rejimen pengobatan
Akan pulan dari perawatan di rs
Berobat pd banyak dokter
Mengalami efek samping yang serius, alergi
Pedoman pemantauan penggunaan obat

Tujuan:Mengoptimalkan efek terapi obt dan mencegah / meminimalkan efek merugikan akibat
penggunaan obat.
Obat yang digunakan pada masa kehamilan

Pertimbangkan perawatan pada masa kehamilan


Obat hanya diresepkan pada BuMil bila mamfaat lebih besar dibandingkan resiko pada
janin
Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaian selama trimester pettama
kehamilan
Apa bila diperlukan, lebih baik obat tg telah dipakai secara luas pada kehamilan dan
biasanya tampak aman diberikan dari pada obat baru/obat yang belum pernah dicoba
secara klinis
Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Hindari folifarmasi
Pertimbangkan perlunya penyesuaian dosis dan pemantauan pada beberapa obat

Obat yang digunakan pada ibu menyusui

Penggunaan obat yang tidak diperluka harus dihindari. Jika pengobatan memang
diperluka, pembandingkan mamfaat/ resiko harus dipertimbangkan pada ibu maupun
bayinya
Neonates, dan khususnya bayi yang lahir premature mempunyai resiko lebih besar
terhadap paparan obat melalu ASI. Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati yang
belum berkembang ,sehingga beresiko terjadi penimbunan obat
Hindari atau hentikan sementara menyusui
Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi yang harus dipantau secara
cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi
Contoh obat obat yang terbukti bersifat tetarogenitik pada manusia

Obat Efek teratogenetik


Metotreksat Malformasi SSP, mata, telingga, tangan, dan
kaki
Dietilstilbestrol (DES) Kangker vagina
Karbamazepin, asam valproate Catat tabung syaraf
Fenitoin Fetal hyndanatoin syndrome
Thalidomide Phocomelia
Warfarin Tulang rangka, SSP
Alcohol Fental Alcohol syndrome
Isotretinoin SSP, craniofacial, jantung
Tetrasiklin Tulang gigi
ACE inhibitor Gagal ginjal,tengkorak
Sikofos famid Cleft palate, ginjal tidak terbentuk

Penggolongan tinggkat keamanan pengunanan obat pada wanita hamil berdasarkan FDA amerika
serikat banyak dijadikan acuan dalam mempertimbangkanpenggunaan dalam praktik, yaitu.

Katagori A: penelitan terkontrolmenujukan tidak ada resilko. Penelitian terkontrol dan


memadai pada wanita hamil tidak ada menujukan resiko pada janin.
Katagori B: tidak ada bukti resiko pada manusia. Penelitian pada hewan menunjukan
adaya resiko tetapi penelitian pada manusia tidak, atau penelitian pada hewan
menunjukan tidak ada resiko tetapi penelitian pada manusia blm memadai
Kategori C: resiko tidak dikesampingkan. Penelitian pada manusia tidak memadai,
penelitian pada hewan menunjukan resiko atau tidak memadai.
Katagori D: resiko pada janin terbukti positif. Baik melalui penelitian atau postmarketing
study.
Kategori X: konta indikasi kehamilan. Penelitia pada hewan atau manusia, atau data post
marketing study menunjuka adanya resiko pada janin yang secara jelas lebih merugikan
dibandingkan mamfaatnya.

Obat pereda sakit saat melahirkan

Pengalaman melahirkan, termasuk kadar rasa sakit yang dialami, samgat berpariasi untuk setiap
ibu. Ada beragam tehnik menguraggi rasa sakit ketika persalinan. Berikut adalah piih-pilihan
pereda sakit melahirkan dengan menggunakan obat.

1) Epidural. Umumnya digunakan dalam persalinan Caesar, namun bias pula digunakan
pada persalinan alami dengan menggunakan obat bius. Kenyataanya : beresiko
mengakibatkan sakit kepala, pusing, nyeri punggung, kejang, sulit nafas, reaksi alergi,
kerusakan syaraf, tekanan darah turun mendadak, kaki jadi kebal sehingga tidak bias
berjalan sebelum penggaruh obat bius hilang.
2) Pethidine. Suntikan obat bius ini membantu anda mencapai keadaan relaks, merasa
senang luar biasa alis efori dan mencapai kondisi kesadaran, setenggah bermimpi,
menjelang persalinan. Akan bertahan selama 3-4 jam. Teorinya: obat bius ini tidak
menghilangkan sensasi konsentrasi, tetapi membantu anda menjadi sangat relaks, bahkan
tertidur. Biasanya diberikan ketika ada sudah kelelahan sebelum tiba waktu mengejan.
Kenyataanya: ada yang tidak mempan dengan efek obat ini, akibatnya menjadi mual,
berkeringat, kehilangan kesadaran dan tekanan darah menurun drastic. Bila diberikan
pada tahap lanjut persalinan akan berisiko, menggagupengalaman mengelahirkan, karena
ada akan mati rasa dan bayi akan terpengaruh obat sehingga saat dilahirkan dia
mengantuk dan pernapasanya melambat.
3) Entonox (gas dan oksigen) ini adalah kombinasi dari Nitrogen dan oksigen (gas ketawa)
yang diberikan melalui rongga mulut, biasanya dengan menggunakan masker.
Teorinya: membuat anda mencapai keadaan eforia yang akan mengalihkan perhatian dari
rasa sakit. Anda juga terbantu untuk tetap dapat bernafas dengan teratur dan mendapat
asupan oksigen selama proses persalinan.
Kenyataanya: banyak ibu menolak mengunakan tehnik ini karena memang tidak banyak
membantu mengguranggi rasa sakit. Cara ini dengan kurang efektip terutama bagi yang benar-
benar ingging menghilangkan rasa sakit semaksimal mungkin.

OBAT UTEROTINIKA
Oksitosin adalah hormone yang bertanggungg jawab untuk meransang kontraksi pada
Rahim saat proses persalinan. Bagi perempuan yang mengalami kontraksi lambat, tetesan
oksitosin dapat digunakan untuk membantu kontraksi lebih kuat dan teratu. Selain itu,
hormone oksitosin juga memainkan peranan penting saat setelah proses melahirkan.
Yakni,merangsang Rahim berkontraksi lagi untuk mengeluarkan plasenta.

Pelepasan hormone oksitosin berlangsung secara alami, namun terdapat suatu cara untuk
mendorongnya lebih cepat. Diantaranya, melaluiproses inisiasi menyusui dini (IMD).
Meletakan diatas bayi diatas perut ibu, agar bayi mencari payudara oibunya sendiri, dapat
merasang pelepasan oksitosin. Sehingga, wanita disarankan untuk melakukan secepat
mungkin setelah melahirkan, untuk membantu keluarnya plasenta, jika plesenta gagal
keluar, ibu akan diberika hormon sintesis yang mereflikasi efek oksitosin untuk membatu
Rahim berkontraksi.

Oksitosin juga memaikan peranan penting diluar proses melahirkan. Setiap kali
menyusui, ibu akan melepaskan hormone oksitosin yang membantu Rahim menciut dan
kembali ke ukuran normal.

Metil Ergometrin Maleat

Deskripsi nama & strutur kimia:


Methylergometrina maleat / methylergonovine maleat. C20H25N3O2.C4H4O4-
Idikasi pencegahan dan pengobatan pendarahan sesudah melahirkan atau keguguran
karena uterus atoni atau subin volusi ( uterus tetap besar, tidak kembali ke ukuran
semula).

Dosis, cara pemberian dan lama pemberian

Oral : 0,2 mg sehari 3-4 kali selama 2-7 hari.


Intramuskuler, 0,2 mg, dapat diulang sampai 5 dosis dengan nterval waktu 2-4 jam.
Dalam keadaan emergensi. : intravena, 0,2 mg selama 60 detik. Jangan rutin memberikan
secara i.v. karena dapat mengiduksi hipertensi yang mendadak dan gangguan
serebrovaskuler.
Kontraindikasi hipersensitif terhadap metilergometrin atau kompnen kompnen lain
dalam sediaan; inhibitor kuat cyp3A4 (protease inhibitor, anti fungi golongan azol,
beberapa antibiotic golongan makrolit) hipertensi, toksemia, kehamlan,
Efek samping
- In fark kardovaskuler : miokardial akut, hipertensi, sakit dada temporer, palpitasi
- SSP : halusinasi, pusing, kejang sakit kepala;
- Metabolisme endokrin: intoksikasi air;
- Saluran cerna : mual, muntah, diare, rasa tidak enak.
- Local: tromboflebitis : neuromuskuler skeletal, kram kaki.
- Telingga ; tinnitus
- Pernafasan : dipsinea, kongesti hidung
Mekanisme Aksi

Obat ini berkerjaa pada uterus menimbulkan kontraksi yang kuaat yang efeknya lebih
lama dari yang ditimbulkan oleh oksitosin.

OBAT ANASTESI

Lidocain adalah obat anastesi atau obat pati rasa yang digunakan untuk meringankan rasa sakit,
radang, gatal dan luka bakar, lidokain telah ditujukan untuk menguranggi neuralgia postherpecic
( timbul, misalnya, dari herpeszoster ) dibeberapa pasien, meskipun tidak ada cukup bukti studi
untuk dirokomendasikan sebagai pengobabaa lini pertama. Profil kemanjuran lidokoin sebagai
obat bius local dicirikan oleh onset cepat dan durasi tindakan menengah keampuahan. Oleh
karena itu, lidokain cocok untuk infiltrasi, blok dan anestesi permukaan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat merupakan Semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak dapat
menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya, yang diberikan kepada
pasiendengan maksud tertentu sesuai dengan guna obat tersebut. Pemberian obat yang aman dan
akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Meskipun obat menguntungkan,
namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui
prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman dan benar. Karena obat dapat menyembuhkan
atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling
penting.
Cara-cara pemberian obat
Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai dan paling
nyaman dan aman.
Parenteral, yaitu melalui intravena, intramuskuler, intracutan maupun subcutan.
Topikal, yakni pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Rektal, pemberian obat melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
Inhalasi, pemberian obat melalui saluran pernapasan
Intravagina, pemberian obat untuk keputihan seperti anti jamur.

B. Saran
Dalam penulisan makalah massage ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki.
Kami sebagai penulis membuka kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah
ini. Informasi-informasi tentang cara pemberian obat pada system reproduksi dalam makalah ini
tidak kami sebutkan semua, namun hanya beberapa yang dapat menunjang penyusunan makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Hacker.1995.Esensial Obstetri dan Ginekologi, ed 2.Hipokrates:Jakarta


Manuaba, Ida Bagus Gde.2000.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB.EGC:Jakarta
Otto, E. Shirley.2005.Buku Saku Keperawatan Onkologi.Jakarta : EGC
Prawirahardjo, Sarwono.2006.Buku Acuan Nasional Onkologi.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai