PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman dan akurat
kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah.
Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan
klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau
berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai
dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek
samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat,
memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan
berdasarkan pengetahuan.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat obatan yang aman . Perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat
yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi
status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat
yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) ,
Physicians Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan ,
kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).
BAB II
PEMBAHASAN
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar
diminum.Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap
pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu
(dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang
mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan
harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan
tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
D. Obat-obat Reproduksi
Obat-Obatan Pada Masa Kehamilan"
Kategori Obat-obatan menurut
U.S. Food and Drug Administration (FDA-USA) dan Australia Drug Evaluation
Commitee:
Kategori A
Obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai kenaikan frekuensi
malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya.
Obat-obat yang termasuk dalam kategori A adalah parasetamol, penisilin, eritromisin, glikosida
jantung, isoniazid serta bahan-bahan hemopoetik seperti besi dan asam folat.
Kategori B
meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil masih terbatas, tetapi tidak
terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh buruk lainnya pada janin.
obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan pada studi toksikologi pada hewan,
yaitu :
1. Kategori B1
Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin (fetal
damage). Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya simetidin,
dipiridamol, dan spektinomisin
2. Kategori B2
Data dari penilitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk tidak meningkatnya
kejadian kerusakan janin. Obat-obat yang termasuk kriteria ini adalah: tikarsilin,
amfoterisin, dopamin, asetilkistein, dan alkaloid belladona.
3. Kategori B3
Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin, tetapi belum
tentu bermakna pada manusia. contoh karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin,
trimetoprim, dan mebendazol.
Kategori C
Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi
anatomik semata-mata karena efek farmakologiknya. Umumnya bersifat reversibel (membaik
kembali).
Contoh analgetika-narkotik, fenotiazin, rifampisin, aspirin, antiinflamasi non-steroid dan
diuretika.
Kategori D
Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian malformasi janin pada manusia
atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat ireversibel (tidak dapat membaik kembali).
Obat-obat dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik yang merugikan terhadap janin.
Misalnya: androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbiton, kinin, klonazepam, valproat, steroid
anabolik, dan antikoagulansia
Kategori X
Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai risiko tinggi
terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika diminum pada masa
kehamilan.
Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama kehamilan.
contoh isotretionin dan dietilstilbestrol
Antasid
a) Kenaikan normal hormon progesteron pada wanita hamil dapat menimbulkan:
b) penurunan motilitas gastrointestinal.
c) refluks asam lambung akibat relaksasi spinkter jantung (spinkter yg menghubungkan
lambung dan esofagus)
d) pengosongan lambung lebih lambat dari biasanya NYERI ULU HATI (Pirosis)
Efek Samping:
a) Perubahan kebiasaan BAB
b) Diare
c) Mual, muntah
d) Alkalosis
e) Hipermagnesemia
Tujuan:Mengoptimalkan efek terapi obt dan mencegah / meminimalkan efek merugikan akibat
penggunaan obat.
Obat yang digunakan pada masa kehamilan
Penggunaan obat yang tidak diperluka harus dihindari. Jika pengobatan memang
diperluka, pembandingkan mamfaat/ resiko harus dipertimbangkan pada ibu maupun
bayinya
Neonates, dan khususnya bayi yang lahir premature mempunyai resiko lebih besar
terhadap paparan obat melalu ASI. Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati yang
belum berkembang ,sehingga beresiko terjadi penimbunan obat
Hindari atau hentikan sementara menyusui
Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi yang harus dipantau secara
cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi
Contoh obat obat yang terbukti bersifat tetarogenitik pada manusia
Penggolongan tinggkat keamanan pengunanan obat pada wanita hamil berdasarkan FDA amerika
serikat banyak dijadikan acuan dalam mempertimbangkanpenggunaan dalam praktik, yaitu.
Pengalaman melahirkan, termasuk kadar rasa sakit yang dialami, samgat berpariasi untuk setiap
ibu. Ada beragam tehnik menguraggi rasa sakit ketika persalinan. Berikut adalah piih-pilihan
pereda sakit melahirkan dengan menggunakan obat.
1) Epidural. Umumnya digunakan dalam persalinan Caesar, namun bias pula digunakan
pada persalinan alami dengan menggunakan obat bius. Kenyataanya : beresiko
mengakibatkan sakit kepala, pusing, nyeri punggung, kejang, sulit nafas, reaksi alergi,
kerusakan syaraf, tekanan darah turun mendadak, kaki jadi kebal sehingga tidak bias
berjalan sebelum penggaruh obat bius hilang.
2) Pethidine. Suntikan obat bius ini membantu anda mencapai keadaan relaks, merasa
senang luar biasa alis efori dan mencapai kondisi kesadaran, setenggah bermimpi,
menjelang persalinan. Akan bertahan selama 3-4 jam. Teorinya: obat bius ini tidak
menghilangkan sensasi konsentrasi, tetapi membantu anda menjadi sangat relaks, bahkan
tertidur. Biasanya diberikan ketika ada sudah kelelahan sebelum tiba waktu mengejan.
Kenyataanya: ada yang tidak mempan dengan efek obat ini, akibatnya menjadi mual,
berkeringat, kehilangan kesadaran dan tekanan darah menurun drastic. Bila diberikan
pada tahap lanjut persalinan akan berisiko, menggagupengalaman mengelahirkan, karena
ada akan mati rasa dan bayi akan terpengaruh obat sehingga saat dilahirkan dia
mengantuk dan pernapasanya melambat.
3) Entonox (gas dan oksigen) ini adalah kombinasi dari Nitrogen dan oksigen (gas ketawa)
yang diberikan melalui rongga mulut, biasanya dengan menggunakan masker.
Teorinya: membuat anda mencapai keadaan eforia yang akan mengalihkan perhatian dari
rasa sakit. Anda juga terbantu untuk tetap dapat bernafas dengan teratur dan mendapat
asupan oksigen selama proses persalinan.
Kenyataanya: banyak ibu menolak mengunakan tehnik ini karena memang tidak banyak
membantu mengguranggi rasa sakit. Cara ini dengan kurang efektip terutama bagi yang benar-
benar ingging menghilangkan rasa sakit semaksimal mungkin.
OBAT UTEROTINIKA
Oksitosin adalah hormone yang bertanggungg jawab untuk meransang kontraksi pada
Rahim saat proses persalinan. Bagi perempuan yang mengalami kontraksi lambat, tetesan
oksitosin dapat digunakan untuk membantu kontraksi lebih kuat dan teratu. Selain itu,
hormone oksitosin juga memainkan peranan penting saat setelah proses melahirkan.
Yakni,merangsang Rahim berkontraksi lagi untuk mengeluarkan plasenta.
Pelepasan hormone oksitosin berlangsung secara alami, namun terdapat suatu cara untuk
mendorongnya lebih cepat. Diantaranya, melaluiproses inisiasi menyusui dini (IMD).
Meletakan diatas bayi diatas perut ibu, agar bayi mencari payudara oibunya sendiri, dapat
merasang pelepasan oksitosin. Sehingga, wanita disarankan untuk melakukan secepat
mungkin setelah melahirkan, untuk membantu keluarnya plasenta, jika plesenta gagal
keluar, ibu akan diberika hormon sintesis yang mereflikasi efek oksitosin untuk membatu
Rahim berkontraksi.
Oksitosin juga memaikan peranan penting diluar proses melahirkan. Setiap kali
menyusui, ibu akan melepaskan hormone oksitosin yang membantu Rahim menciut dan
kembali ke ukuran normal.
Obat ini berkerjaa pada uterus menimbulkan kontraksi yang kuaat yang efeknya lebih
lama dari yang ditimbulkan oleh oksitosin.
OBAT ANASTESI
Lidocain adalah obat anastesi atau obat pati rasa yang digunakan untuk meringankan rasa sakit,
radang, gatal dan luka bakar, lidokain telah ditujukan untuk menguranggi neuralgia postherpecic
( timbul, misalnya, dari herpeszoster ) dibeberapa pasien, meskipun tidak ada cukup bukti studi
untuk dirokomendasikan sebagai pengobabaa lini pertama. Profil kemanjuran lidokoin sebagai
obat bius local dicirikan oleh onset cepat dan durasi tindakan menengah keampuahan. Oleh
karena itu, lidokain cocok untuk infiltrasi, blok dan anestesi permukaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat merupakan Semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak dapat
menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya, yang diberikan kepada
pasiendengan maksud tertentu sesuai dengan guna obat tersebut. Pemberian obat yang aman dan
akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Meskipun obat menguntungkan,
namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui
prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman dan benar. Karena obat dapat menyembuhkan
atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling
penting.
Cara-cara pemberian obat
Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai dan paling
nyaman dan aman.
Parenteral, yaitu melalui intravena, intramuskuler, intracutan maupun subcutan.
Topikal, yakni pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Rektal, pemberian obat melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
Inhalasi, pemberian obat melalui saluran pernapasan
Intravagina, pemberian obat untuk keputihan seperti anti jamur.
B. Saran
Dalam penulisan makalah massage ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki.
Kami sebagai penulis membuka kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah
ini. Informasi-informasi tentang cara pemberian obat pada system reproduksi dalam makalah ini
tidak kami sebutkan semua, namun hanya beberapa yang dapat menunjang penyusunan makalah.
DAFTAR PUSTAKA