Tugas Sejarah Seni Rupa2
Tugas Sejarah Seni Rupa2
Oleh :
Family Daymara Winandya Putri
NIM 1610012222
A. KIMONO
Kimono ( ?) adalah pakaian tradisional Jepang. kimono adalah baju atau sesuatu
yang dikenakan (ki berarti pakai, danmono berarti barang). Pada zaman sekarang, kimono
berbentuk seperti huruf "T", mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Bentuk dasar
kimono merupakan pengembangan dari bentuk kaftan, panjang kimono dibuat hingga
ke pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria
mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah
bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan dibagian perut/pinggang, dan diikat di
bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zri atau geta. Catatan
sejarah mencatat ada beberapa kimono-kimono yang berlaku di masyarakat Jepang pada
waktu itu. Di Jepang sendiri memiliki bentuk-bentuk pakaian tradisional yang hampir mirip
dengan kimono, namun dengan berkembangnya zaman pakaian tersebut kini di klasifikasikan
menjadi bagian-bagian dari kimono.
B. SEJARAH KIMONO
Pada zaman ini bentuk dasar kimono masih kabur, banyak arkeolog yang beranggapan
pada masa 300SM masayarakat jepang mengolah kulit kayu dan serat sayur untuk di jadikan
sebuah busana, yang kemudian dilapis dua dan dihias dengan seutas tali yang diikat. Bentuk
kimono pada zaman ini sangat sederhana. Kimono zaman Jomon dan zaman Yayoi berbentuk
seperti baju terusan. Ditemukan dari situs arkeologi tumpukan kulit kerang zaman
Jomon yang disebut haniwa. Pakaian atas yang dikenakan haniwa disebut kantoi ().
Dalam Gishiwajibden (buku sejarah Cina mengenai tiga negara) ditulis tentang pakaian
sederhana untuk laki-laki. Sehelai kain diselempangkan secara horizontal pada tubuh pria
seperti pakaian biksu, dan sehelai kain dililitkan di kepala. Pakaian wanita dinamakan kantoi.
Di tengah sehelai kain dibuat lubang untuk memasukkan kepala. Tali digunakan sebagai
pengikat di bagian pinggang.
Masih menurut Gishiwajinden, kaisar wanita bernama Himiko dari Yamataikoku (sebutan
zaman dulu untuk Jepang) "selalu mengenakan pakaian kantoi berwarna putih". Serat rami
merupakan bahan pakaian untuk rakyat biasa, sementara orang berpangkat mengenakan kain
sutra.
Pakaian zaman kofun mendapat pengaruh dari daratan Cina, dan terdiri dari dua potong
pakaian: pakaian atas dan pakaian bawah. Haniwa mengenakan baju atas seperti mantel yang
dipakai menutupi kantoi. Pakaian bagian bawah beruparok yang dililitkan di pinggang. Dari
penemuan haniwa terlihat pakaian berupa celana berpipa lebar seperti hakama.
Pada zaman Kofun mulai dikenal pakaian yang dijahit. Bagian depan kantoidibuat
terbuka dan lengan baju bagian bawah mulai dijahit agar mudah dipakai. Selanjutnya, baju
atas terdiri dari dua jenis kerah:
Kerah datar sampai persis di bawah leher (agekubi)
Kerah berbentuk huruf "V" (tarekubi) yang dipertemukan di bagian dada.
jenis kimono yang tepat memerlukan pengetahuan mengenai simbolisme dan isyarat
terselubung yang dikandung masing-masing jenis kimono. Tingkat formalitas kimono wanita
ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai dari kimono paling formal hingga kimono
santai. Berdasarkan jenis kimono yang dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai,
status perkawinan, dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri.
Kurotomesode
Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila
berwarna hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode hitam).
Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada
bagian atas (kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode
adalah motif indah pada suso(bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang. Kurotomesode
dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara-acara yang sangat resmi.
Irotomesode
Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah: tomesode
berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah
lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang
sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah.
Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu
untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti
kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso.
Furisode
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan
berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode
adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu
menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda,
atau hatsumode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ish termasuk salah satu
jenis furisode.
Homongi
Hmon-gi ( ), arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk
wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk memakai
bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah motif di
seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi
pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun baru.
Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut
memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang
keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada).
Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah
jambu, biru muda, ataukuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang
keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri
upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.
Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah.
Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi.
Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri
upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan
tahun baru.
Komon
Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas
kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang. Komon
dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau
menonton pertunjukan di gedung.
Tsumugi
Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang
sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk
keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain
hasil tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan
kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.
Yukata
Yukata adalah kimono santai yang dibuat dari kain katun tipis tanpa pelapis untuk
kesempatan santai di musim panas.
Maiko Hikizuri
Susohiki adalah kimono-kimono yang dipakai khusus oleh para geisha dan maiko.
2. Kimono pria
Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklattua, biru tua,
dan hitam.
Kimono paling formal berupa setelan montsuki hitam dengan hakama danhaori
Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang
dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan
ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian
penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.
Kimono santai kinagashi
Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah pada
kesempatan tidak resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak
dihiasi dengan lambang keluarga.
D. Aksesori dan Pelengkap
1. Hakama
Hakama adalah celana panjang pria yang dibuat dari bahan berwarna gelap.
Celana jenis ini berasal dari daratan Cina dan mulai dikenal sejak zaman Asuka.
Selain dikenakan pendeta Shinto, hakama dikenakan pria dan wanita di bidang
olahraga bela diri tradisional seperti kendo atau kyudo.
2. Geta
Geta adalah sandal berhak dari kayu. Maiko memakai geta berhak tinggi dan
tebal yang disebut pokkuri
3. Kanzashi
Kanzashi adalah hiasan rambut seperti tusuk konde yang disisipkan ke rambut
sewaktu memakai kimono.
4. Obi
Obi adalah sabuk dari kain yang dililitkan ke tubuh pemakai sewaktu mengencangkan
kimono. Obi untuk kimono biasanya terbuat dari kain sutra. Cara pemakaian Obi sangat
sederhana, Obi dililitkan seperti halnya memakai setagen. Kimono wanita dipakai bersama
obi berhiaskan corak tenun atau bordir-an. Obi wanita dibagi menjadi 4 :
Hanhaba Obi digunakan untuk Yukata dan Tsumugi. Terbuat dari kain berwarna
bercorak sepanjang kain hasil tenunan atau tanpa corak.
Heko Obi untuk kimono santai dirumah. Terbuat dari kain lentur dan tipis. Caranya
diikat dibelakang seperti ikatan kupu-kupu, juga sewaktu anak laki-laki dan perempuan
mengenakan Yukata.
Maru Obi, Obi yang paling formal. Dengan motif yang panjang. Maru Obi Klasik
mempunyai lebar 30cm.
Heko Obi = untuk kimono santai dirumah. Terbuat dari kain lentur dan tipis. Caranya
diikat dibelakang seperti ikatan kupu-kupu, juga sewaktu anak laki-laki dan perempuan
mengenakan Yukata.
5. Tabi
Tabi adalah kaus kaki sepanjang betis yang dipakai sewaktu memakai sandal.
6. Waraji
Waraji adalah sandal dari anyaman tali jerami.
7. Zri
Zri adalah sandal tradisional yang dibuat dari kain atau anyaman.
Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Kimono
Makalah tugas program studi pendidikan dan sastra bahasa jepang Fakultas ilmu budaya
Universitas brawijaya
Mata kuliah sejarah fashion Perkembangan Bentuk Dasar Busana Dinegara Timur Esther
Mayliana