Pada tahun 1959 di usianya yang ke-32, Moedomo meraih gelar doktor
dari University of Illinois dengan waktu studi hanya dua tahun, dengan
disertasi yang berjudul "A Representation Theory for the Laplace
Transform of VectorValued Functions". Ia adalah putera Indonesia
ketiga yang meraih gelar doktor dalam bidang Matematika setelah
Dr. G.S.S.J. Ratu Langie alias Dr. Sam Ratulangi dari Sulawesi Utara
(University of Zrich - 1919 dengan disertasi berjudul "KurvenSysteme in
vollstndigen Figuren") dan Prof. Handali (dosen ITB) (FIPIAITB - 1957
dengan disertasi berjudul "On the Zeros of Polynomials of the Form f(z)
zf(z)").[3]
Sekembalinya dari Amerika Serikat pada tahun 1961 di usianya yang ke-
34, Moedomo diangkat sebagai guru besar ITB. [4] Ia telah berkontribusi
banyak terhadap ITB dengan sistem akademiknya. Pendidikan S1 dengan
waktu 4,5 tahun merupakan salah satu gagasannya yang kemudian
diterapkan juga oleh perguruan tinggi lain, dan kemudian diperpendek
lagi menjadi 4 tahun seperti sekarang.[5]
Pada tanggal 11 dan 12 Februari 1978 diadakan rapat Senat Guru Besar
untuk mencari solusi atas adanya "masalah antara ITB dan Pemerintah"
yang menyebabkan terjadinya pendudukan kampus kembali oleh ABRI.
Dalam rapat terjadi perdebatan-perdebatan seru dan Senat Guru Besar
terbagi menjadi dua. Pada tanggal 12 Februari 1978 siang telah dicapai
kesepakan Senat untuk membentuk Dewan Pimpinan ITB, suatu
kepemimpinan ITB yang kolektif, sebagai solusi terhadap "masalah ITB."
Dewan ini diketuai oleh Rektor Iskandar Alisjahbana, dengan anggota-
anggota Soedjana Sapi'ie, Moedomo, Wiranto Arismunandar, dan Djuanda
Suraatmadja. Hasil kesepakatan Senat Guru Besar ini disampaikan
sebagai rekomendasi kepada Menteri Departemen P & K Syarif Thajeb
dengan harapan dapat dikukuhkan menjadi ketetapan. Tidak lama
kemudian, Ketetapan Menteri diterima tanpa nama Iskandar Alisjahbana
sebagai Ketua Dewan Pimpinan. Dengan ketetapan ini, Iskandar
Alisjahbana telah diberhentikan oleh Syarif Thajeb sebagai Rektor ITB. [6]
Pada hari Kamis, 16 Februari 1978, Iskandar Alisjahbana menyerahkan
jabatannya kepada Rektorium yang diketuai Dr. Soedjana Sapi'ie, dengan
anggota Prof. Dr. Moedomo; Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME; dan Ir.
Djuanda Suraatmadja.[7] Namun kemudian Rektorium ini juga harus
mengakhiri tugasnya pada tanggal 30 Mei 1979 dan Prof. Dr. Doddy
Achdiat Tisna Amidjaja yang pada saat itu menjabat sebagai Dirjen Dikti
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diberi tugas sebagai Pejabat
Sementara Rektor ITB pada periode 30 Mei 1979 - 22 November 1980.
Pada hari Sabtu, 5 November 2005 pukul 00.15, doktor ketiga Indonesia
bidang matematika ini meninggal dunia. Jenazah disemayamkan di Aula
Barat ITB pada pukul 12.00 dan dimakamkan di TP ITB Cibarunai Bandung.
[8]
Catatan
1. ^ a b Periode 1950-1959 sebelum ITB diresmikan, kampus Jl.
Ganesha Bandung merupakan lokasi Fakultas Teknik dan FIPIA
(Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam) Universitas Indonesia. Tanggal 2
Maret 1959 kedua fakultas tersebut beserta seluruh sumber
dayanya baik berupa prasarana fisik, staf pengajar, staf
administrasi, dan mahasiswanya dipisahkan dari Universitas
Indonesia dan diresmikan sebagai Institut Teknologi di Kota
Bandung. Beberapa tahun kemudian Universitas Indonesia
mendirikan Fakultas Teknik dan FIPIA yang baru (1960-1963) di
Jakarta.
2. ^ Hingga tahun 1960-an, seorang lulusan bergelar
Doktorandus/Drs. dan Insinyur dapat langsung mempertahankan
disertasi Doktor/Ph.D. tanpa perlu melalui tahap Master/M.Sc.
a b
3. ^ Perkembangan Matematika di Indonesia
4. ^ a b Seminar dan Peluncuran Buku "Mengenang Moedomo
(1927-2005)".
5. ^ a b c Obituari Prof. Moedomo (1927-2005) Pemelajar
Sepanjang Hayat.
6. ^ Aura Biru, hal 143.
7. ^ Di Sini Pak Djon, Tempo online, 25 Februari 1978.
8. ^ Berita Duka Prof. Moedomo Meninggal Dunia.
9. ^ Empat Belas Guru Besar ITB Terima Anugeraha Sewaka
Winayaroha.
Rujukan
Sakri, A. (1979a). Dari TH ke ITB: Kenang-kenangan lustrum
keempat 2 Maret 1979, Jilid 1: Selintas perkembangan ITB.
Bandung: Penerbit ITB.
Perkembangan Matematika di Indonesia
Obituari Prof. Moedomo (1927-2005) Pemelajar Sepanjang Hayat.
Berita Duka Prof. Moedomo Meninggal Dunia.
Seminar dan Peluncuran Buku "Mengenang Moedomo (1927-2005)".
Hikmah yang dapat diambil dari biografi beliau : siswa bisa termotivasi dengan
prestasi beliau serta semangat beliau sehingga bisa mengukir sejarah di
Indonesia