Anda di halaman 1dari 26

STEP 7

Calcitonin gene related peptide CGRP


MEKANISME NYERI KEPALA

Menurut H. G. Wolff, mekanisme dasar yang sering ikkut menimbulkan nyeri


kepala berasal dari :

- tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak
dan pengeseran sinus-sinus venosus utama
- tarikan pada arteri meningea media
- tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri di dasar otak atau tarikan pada
cabang-cabangnya
- distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intracranial
- inflamasi pada atau di sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri
- tekanan langsung pada nervus cranialis dan cervicalis yang berisi banyak
serabut afferen rasa nyeri dari kepala
a. daerah-daerah nyeri : tengkorak, parenchym otak, plexus choroideus dan
sebagian besar dura mater serta pia-arachnoid tidak peka terhadap nyeri,
jaringan yang menyelubungi cranium, terutama pembuluh-pembuluh
arteri , peka terhadap nyeri
b. perubahan akibat tindakan fisik : ciri-ciri nyeri kepala dapat berubah
karena tindakan-tindakan fisik. Peningian tekanan intrakranial yang
mendadak, seperti saat batuk, mengejan, biasanya akan memperburuk
sebagian besar nyeri kepala yang berhubungan dengan perdarahan atau
massa intrakranial. Nyeri kepala yang terjadi setelah terjadi lumbal punksi
biasanya menjadi semakin parah dengan pengangkatan kepala dan
berkurang dengan meletakkan kepala dalam posisi yang relatif lebih
rendah dibandingkan badan. Nyeri kepala yang timbul setelah cedera
kepala menjadi semakin parah dengan mengubah posisi kepala secara
tiba-tiba. Nyeri kepala tekanan yang berkaitan dengan gangguan
emosional dapat disembuhkan dengan memijat secara perlahan-lahan
daerah yang sakit. Nyeri kepala nokturnal tipe migraine kadang-kadang
diperberat dengan posisi berbaring dan mereda kalau penderitanya berdiri
tegak.
NEUROTOMI KORELATIF dan NEUROLOGI FUNGSIONAL

Klasifikasi Nyeri Kepala


Pembagian nyeri kepala, neuralgia cranial dan nyeri fasial (Oleson,1988).
a) Migraine
b) Tension-type headache
c) Cluster headache syndrome
d) Headache associated with head trauma
e) Vascular disorders
f) Headache associated with nonvascular intracranial disorders
g) Headache associated with substances or their withdrawal
h) Headache associated with systemic or focal infection
i) Headache associated with metabolic abnormality
j) Headache or facial pain from cranium, neck, eyes, ear,
nose, sinuses, teeth, mouth or other facial or cranial
stuktures.
k) Cranial neuralgias, nerve trunk pain and deafferentiation
pain
l) Other types of headache or facial pain
m) Psychogenic headache
n) Headache not classifiable
Pembagian klinis nyeri kepala (Anthony, 1988)
A. Sakit kepala akut
Intrakranial
Meningitis / ensefaliti
Perdarahan subaraknoid
Hematoma subdural
Tumor intrakranial
Ekstrakranial
Migren
Sakit kepala tandan (cluster)
Sakit kepala post trauma
Glaucoma
Neuritis optika
insufisiensi serebro-vaskuler

Dark chocolate (cokelat hitam) mengandung zat kimia alami, yaitu tyramine yang dianggap sebagai pemicu
migren, meskipun belum terbukti kebenarannya. Tidak semua individu penderita migraine sensitive terhadap
tyramine. Makanan lain yang mengandung tyramine adalah keju tua dan fermentasi.

DS : Migraine

Migraine
Definisi

A migraine is a common type of headache that may occur with


symptoms such as nausea, vomiting, or sensitivity to light. In many
people, a throbbing pain is felt only on one side of the head.

Some people who get migraines have warning symptoms, called an


aura, before the actual headache begins. An aura is a group of
symptoms, including vision disturbances, that are a warning sign that a
bad headache is coming.
Etiologi

One theory of the cause of migraine is a central nervous system (CNS)


disorder. The CNS consists of the brain and spinal cord. In migraine, various
stimuli may cause a series of neurologic and biochemical events which affect
the brain's vascular system.

Klasifikasi
BENTUK MIGREN YANG KHUSUS
- Migren basiler
Disebut juga migren arteri basiler atau migren Bickerstaff; mula-mula
disangka hanya diderita oleh remaja putri, tetapi ternyata kemudian
didapatkan pada semua usia dengan predominasi di kalangan wanita.
Didahului dengan aura yang umumnya kurang dari 1 jam dan biasanya
disusul dengan serangan nyeri kepala; aura visual berupa hemianopsia
(kehilangan separuh lapangan pandangan) yang dengan cepat meluas ke
seluruh lapangan pandangan kedua mata sehingga mengakibatkan kebutaan
sementara.
Aura visual ini biasanya disertai ataksia, disartri, vertigo,tinitus, parestesi
bilateral, mual, muntah dan perubahan kesadaran. Bila perubahan
kesadarannya menonjol, dapat berubah menjadi confusional migraine.

- Confusional migraine
Jenis ini lebih sering ditemukan di kalangan anak laki-laki dengan angka
kejadian 5%, dimulai dengan aura yang khas, nyeri kepala yang mungkin
ringan dan kebingungan (confusion) yang mungkin mendahului, atau muncul
segera setelah serangan nyeri kepala. Kebingungan tersebut bisa
bermanifestasi sebagai kurangnyaperhatian, mudah teralih dan kesulitan
mempertahankan pembicaraan atau gerakan; EEGnya bisa abnormal selama
serangan. Selain itu dapat dijumpai keadaan agitasi, gangguan ingatan,
kekacauan berbicara dan tingkah laku yang agresif.
Umumnya berupa serangan tunggal, dapat dicetuskan oleh trauma kepala
yang ringan. Bila berlangsung lama, disebut migraine stupor, yang dapat
berlangsung beberapa hari lamanya. Gangguan ini harus dibedakan dari
keadaan keracunan obat, ensefalopati metabolik, ensefalitis virus, keadaan
pasca kejang atau psikosis akut.

- Migren oftalmoplegik
Pada jenis ini, serangan migren disertai dengan kelumpuhan, okulomotorius
yang menyebabkan gangguan gerak bola mata dan dilatasi pupil; kadang-
kadang melibatkan n. trokhlearis dan n. abdusens. Kelumpuhan gerak ini
bisa berlangsung lebih lama daripada nyeri kepalanya, bervariasi antara
beberapa jam sampai beberapa bulan.
Kelainan ini perlu dibedakan dari aneurisma, atau sinusitis khronik dengan
mucocele.

- Migren hemiplegik
Serangan hemiplegi dapat merupakan bagian dari aura dan berlangsung
singkat (kurang dari 1 jam), sedangkan nyeri kepalanya dapat berlangsung
sebelumnya, atau bahkan absen.Serangan hemiplegi tersebut dapat
mendadak, berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu; selain itu
juga disertai dengan parestesi, aura visual dan gangguan berbicara;
perubahan kesadaran terutama ditemui pada anak-anak. Nyeri kepalanya
dapat bersifat umum (29%), kontralateral (47%) atau ipsilateral (22%)
terhadap hemiparesisnya.

FaktorResiko

Migraine headaches tend to first appear between the ages of 10 and 45.
Sometimes they may begin later in life.

Migraines occur more often in women than men,

Migraines may run in families.

Some women, but not all, may have fewer migraines when they are
pregnant.

A migraine is caused by abnormal brain activity, which is triggered by stress,


certain foods, environmental factors, or something else. However, the exact
chain of events remains unclear. Today, most medical experts believe the
attack begins in the brain, and involves various nerve pathways and
chemicals. The changes affect blood flow in the brain and surrounding
tissues.

Migraine attacks may be triggered by:

Alcohol

Allergic reactions

Bright lights
Certain odors or perfumes

Changes in hormone levels (which can occur during a woman's


menstrual cycle or with the use of birth control pills)

Changes in sleep patterns

Exercise

Loud noises

Missed meals

Physical or emotional stress

Smoking or exposure to smoke

Certain foods and preservatives in foods may trigger migraines in some


people. Food-related triggers may include:

Any processed, fermented, pickled, or marinated foods

Baked goods

Chocolate

Dairy products

Foods containing monosodium glutamate (MSG)

Foods containing tyramine, which includes red wine, aged cheese,


smoked fish, chicken livers, figs, and certain beans

Fruits (avocado, banana, citrus fruit)

Meats containing nitrates (bacon, hot dogs, salami, cured meats)


Nuts

Onions

Peanut butter

Patofisiologi
Perubahan patofisiologik :
Decade of the brain :migren di definisikan sebagai suatu penyakit
vascular, yang mungkin dipicu oleh proses-proses yang menyebabkan
vasokonstriksi , diikuti oleh vasodilatasi dan nyeri kepala .(cady, farmer
cady, 2000)
Pemahaman sekarang yang berlaku tentang migren adalah bahwa
proses yang terjadi saat serangan nyeri adalah fenomena sekunder
yang mencerminkan gangguan neurokimia SSP.(cady,farmer-cady,
2000)
Perubahan-perubahan neurokimia(terutama dopamine dan
serotonin)menyebabkan hilangnya pengendalian neural terganggu dan
pembuluh-pembuluh tersebut melebar sehingga plasma keluar menuju
ruang perivaskular.Aferen trigeminus yang mempersarafi pembuluh-
pembuluh ini secara reaktif membebaskan berbagai neuropeptida yang
memicu respon peradangan steril disekitar dinding pembuluh darah.
(cady,1999)
Permulaan serangan migren terutama melibatkan disfungsi SSP yang
kemudian disertai oleh pengaktifan system trigeminovaskular, dan
pembebasan peptide, terutama neuropeptida terkait gen kalsitonin,
mungkin dari serat C(Edvinson,2001)
Patofisiologi vol 2 edisi 6 sylvia A price
Banyak fungsi fisiologi yang terganggu :
1. Gangguan pemrosesan sensoris yang menyebabkan disfungsi
penglihatan dan pendengaran.
2. Gangguan motilitas GI dapat menyebabkan mual dan muntah
serta kesulitan mengkonsumsi obat antimigran oral.
3. Gangguan autonom dapat menimbulkan berbagai gejala seperti
diare
4. Dan gangguan serebrum dapat menyebabkn perubahan kognitif
dan suasana hati.

1. Teori meningo-vaskuler
Modulasi melalui kimia-biokimiawi, mekanik, ionic atau sinaptik dan
neurovaskuler akan merangsang serat saraf C serta aktivasi akson trigemino-
vaskuler.
Semua ini mengakibatkan pelepasan bahan P (P substance ), neurokinin A
(NKA), calsitonin generelated peptide (CGRP) dan glutamat.
Bahan P, NKA dan CGRP mengakibatkan ekstravasasi protein plasma,
sedangkan bahan P dan NKA menimbulkan vasodilatasi. Semua ini
mengakibatkan inflamasi steril dan sakit kepala.
2. Teori biokimia
Serotonin dan reseptor serotonin
Magnesium
Pada serangan migren, magnesium dalam otak dan cairan
serebrospinal menurun. Pada migren dengan stress, dikeluarkan
magnesium yang banyak dalam air seni. Minuman yang
mengandung estrogen, alkohol dan fosfat dengan kadar tinggi, dpat
menurunkan kadar magnesium dan mengakibatkan serangan
migren. Magnesium
mempengaruhi tonus pembuluh darah.
Bahan-bahan lain yang mempengaruhi fungsi trombosit
Misalnya glukosa, asam lemak bebas, tiramin, feniletilamin,
fenolsulfotransferase, hormon kelamin, komplemen imunoglobulin.
3. Teori neural
Penyebaran depresi kortikal (Leao) Terjadi bangkitan hebat dari aksi
potensial yang diikuti
depolarisasi neuron dan sel glia, serta perubahan elektrolit dan
keseimbangan kalium dan natrium yang melintasi membran sel. Fenomena
ini meluas secara pelan melalui
korteks, dengan kecepatan 3 5 mm/detik.
Neuron dan glia
Migren adalah disfungsi neuronal. Terdapat aktifitas neuronal yang
berlebihan, dengan pelepasan kalium yang tidak dapat diatasi dengan
neuroglia.

Patogenesis
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migraine. Dari
penyelidikan yang sudah ada, diduga sebagai ganguan neurologis, perubahan
sensitivitas system saraf dan aktivasi system trigeminal vaskular 1.

1. Gangguan neurologis
Setiap orang mempunyai ambang migraine yang berbeda-beda, sesuai dengan reaksi
neurovaskular terhadap perubahan mendadak dalam lingkungan. Dengan tingkat
kerentanan yang berbeda-beda maka akan ada sebuah ketergantungan keseimbangan
antara eksitasi dan inhibisi pada berbagai tingkat saraf.
2. Perubahan sensitivitas sistem saraf
Proyeksi difus locus ceruleus ke korteks sereri dapat mengalami terjadinya oligmia
kortikal dan mungkin pula terjadinya spreading depresision.
3. Aktivasi trigeminal vaskular
Mekanisme migraine berwujud sebagai refeks trigeminal vaskular yang tidak stabil
dengan cacat segmental pada jalur nyeri. Cacat segmental ini yang memasukkan aferen
secara berlebihan yang kemudian akan terjadi dorongan pada kortibular yang berlebihan.
Dengan adanya rangsangan aferen pada pembuluh darah, maka menimbulkan nyeri
berdenyut.

ManifestasiKlinis
Symptoms of a migraine attack may include heightened sensitivity to
light and sound, nausea, auras (loss of vision in one eye or tunnel
vision), difficulty of speech and intense pain predominating on one side

of the head.

Vision disturbances, or aura, are considered a "warning sign" that a migraine


is coming. The aura occurs in both eyes and may involve any or all of the
following:

A temporary blind spot

Blurred vision

Eye pain

Seeing stars or zigzag lines

Tunnel vision
Not every person with migraines has an aura. Those who do usually develop
one about 10 - 15 minutes before the headache. However, it may occur just
a few minutes to 24 hours beforehand. A headache may not always follow an
aura.

Migraine headaches can be dull or severe. The pain may be felt behind the
eye or in the back of the head and neck. For many patients, the headaches
start on the same side each time. The headaches usually:

Feel throbbing, pounding, or pulsating

Are worse on one side of the head

Start as a dull ache and get worse within minutes to hours

Last 6 to 48 hours

Other symptoms that may occur with the headache include:

Chills

Increased urination

Fatigue

Loss of appetite

Nausea and vomiting

Numbness, tingling, or weakness

Problems concentrating, trouble finding words

Sensitivity to light or sound

Sweating
Symptoms may linger even after the migraine has gone away. Patients with
migraine sometimes call this a migraine "hangover." Symptoms can include:

Feeling mentally dull, like your thinking is not clear or sharp

Increased need for sleep

Neck pain
Migren merupakan suatu penyakit kronis, bukan sekedar sakit kepala. Secara
umum terdapat 4 fase gejala, meskipun tak semua penderita migren
mengalami keempat fase ini. Keempat fase tersebut adalah : fase prodromal,
aura, serangan, dan postdromal.

A. Fase Prodromal
Fase ini terdiri dari kumpulan gejala samar / tidak jelas, yang dapat
mendahului serangan migren. Fase ini dapat berlangsung selama
beberapa jam, bahkan dapat 1-2 hari sebelum serangan. Gejalanya
antara lain:
o Psikologis : depresi, hiperaktivitas, euforia (rasa gembira yang
berlebihan), banyak bicara (talkativeness), sensitif / iritabel,
gelisah, rasa mengantuk atau malas.
o Neurologis : sensitif terhadap cahaya dan/atau bunyi (fotofobia &
fonofobia), sulit berkonsentrasi, menguap berlebihan, sensitif
terhadap bau (hiperosmia)
o Umum : kaku leher, mual, diare atau konstipasi, mengidam atau
nafsu makan meningkat, merasa dingin, haus, merasa lamban,
sering buang air kecil.
B. Aura
Umumnya gejala aura dirasakan mendahului serangan migren. Secara
visual, aura dinyatakan dalam bentuk positif atau negatif. Penderita
migren dapat mengalami kedua jenis aura secara bersamaan.
Aura positif tampak seperti cahaya berkilauan, seperti suatu bentuk
berpendar yang menutupi tepi lapangan pengelihatan. Fenomena ini
disebut juga sebagai scintillating scotoma (scotoma = defek lapang
pandang). Skotoma ini dapat membesar dan akhirnya menutupi
seluruh lapang pandang. Aura positif dapat pula berbentuk seperti
garis-garis zig-zag, atau bintang-bintang.
Aura negatif tampak seperti lubang gelap/hitam atau bintik-
bintik hitam yang menutupi lapangan pengelihatannya. Dapat pula
berbentuk seperti tunnel vision; dimana lapang pandang daerah kedua
sisi menjadi gelap atau tertutup, sehingga lapang pandang terfokus
hanya pada bagian tengah (seolah-seolah melihat melalui lorong).

Gambar 01. Contoh aura positif berupa bentuk berpendar pada salah
satu bagian lapang pandang (= scintillating scotoma)

Gambar 02. Contoh aura negatif berupa bayangan gelap yang


menutupi kedua sisi lapang pandang (dilihat dari 1 mata), fenomena
ini disebut juga tunnel vision

Beberapa gejala neurologis dapat muncul bersamaan dengan


timbulnya aura. Gejala-gejala ini umumnya: gangguan bicara;
kesemutan; rasa baal; rasa lemah pada lengan dan tungkai bawah;
gangguan persepsi pengelihatan seperti distorsi terhadap ruang; dan
kebingungan (confusion).
C. Fase Serangan
Tanpa pengobatan, serangan migren umumnya berlangsung antara 4-
72 jam. Migren yang disertai aura disebut sebagai migren klasik.
Sedangkan migren tanpa disertai aura merupakan migren umum
(common migraine). Gejala-gejala yang umum adalah:
o Nyeri kepala satu sisi yang terasa seperti berdenyut-denyut atau
ditusuk-tusuk. Nyeri kadang-kadang dapat menyebar sampai
terasa di seluruh bagian kepala
o Nyeri kepala bertambah berat bila melakukan aktivitas
o Mual, kadang disertai muntah
o Gejala gangguan pengelihatan dapat terjadi
o Wajah dapat terasa seperti baal / kebal, atau semutan
o Sangat sensitif terhadap cahaya dan bunyi (fotofobia dan
fonofobia)
o Wajah umumnya terlihat pucat, dan badan terasa dingin
o Terdapat paling tidak 1 gejala aura (pada migren klasik), yang
berkembang secara bertahap selama lebih dari 4 menit. Nyeri
kepala dapat terjadi sebelum gejala aura atau pada saat yang
bersamaan.
Fase Postdromal
Setelah serangan migren, umumnya terjadi masa prodromal, dimana
pasien dapat merasa kelelahan (exhausted) dan perasaan seperti
berkabut.

Diagnosis
KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN TANPA AURA
A. Sekurang-kurangnya 10 kali serangan termasukB-D
B. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak
diobati atau
pengobatan tidak adekuat) dan diantara serangan tidak ada
nyeri kepala
C. Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya dua dari
karakteristik
sebagai berikut:
Lokasi unilateral
Sifatnya berdenyut
Intensitas sedang sampai berat
Diperberat dengan kegiatan fisik
D. Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut
di bawah ini:
Mual atau dengan muntah
Fotofobia atau dengan fonofobia
E. Sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut di bawah ini:
o Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan
adanya kelainan organik
o Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya
kelainan
organik, tetapi pemeriksaan neuro imaging dan pemeriksaan
tambahan
lainnya tidak menunjukkan kelainan.
KRITERIA DIAGNOSIS DENGAN AURA
A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalamB
B. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari 4 karakteristik tersebut
dibawah ini:
Satu atau lebih gejala aura yang reversible yang menunjukkan
disfungsi hemisfer dan/atau batang otak
Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih dari 4
menit,
atau 2 atau lebih gejala aura terjadi bersama-sama
Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit;
bila lebih
Dari satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama
Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas
nyeri kurang
Dari 60 menit, tetapai kadang-kadang dapat terjadi sebelum
aura
C. Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini:
Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak
menunjukkan
adanya kelainan organik
Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya
kelainan
organik, tetapi pemeriksaan neuro imaging dan pemeriksaan
tambahan
lainnya tidak menunjukkan kelainan

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu


mendiagnosa nyeri kepala seperti :
1. Foto Rongten kepela
2. EEG
3. CT-SCAN
4. Arteriografi, Brain Scan Nuklir
5. Pemeriksaan laboratorium(Tidak rutin atas indikasi)
6. Pemeriksaaan psikologi (jarang dilakukan).

DD
- Nyeri kepala tegang (tension headache)
- Nyeri kepala Kluster (cluster headache)
- Gangguan peredaran darah sepintas (Transient Ischemic Attack/TIA)

Penatalaksanaan

When you do get migraine symptoms, try to treat them right away. The
headache may be less severe. When migraine symptoms begin:

Drink water to avoid dehydration, especially if you have vomited


Rest in a quiet, darkened room

Place a cool cloth on your head

Many different medications are available for people with migraines.


Medicines are used to:

Reduce the number of attacks

Stop the migraine once early symptoms occur

Treat the pain and other symptoms

REDUCING ATTACKS

If you have frequent migraines, your doctor may prescribe medicine to


reduce the number of attacks. Such medicine needs to be taken every day in
order to be effective. Such medications may include:

Antidepressants such as amitriptyline

Blood pressure medicines such as beta blockers (propanolol) or


calcium channel blockers (verapamil)

Seizure medication such as valproic acid, gabapentin,


and topiramate

Serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) such as venlafaxine

Selective norepinephrine uptake inhibitor (SNRIs) such as duloxetine

Botulinum toxin (Botox) injections may also help reduce migraine attacks.

STOPPING AN ATTACK
Other medicines are taken at the first sign of a migraine attack. Over-the-
counter pain medications such asacetaminophen, ibuprofen, or aspirin are
often helpful, especially when your migraine is mild. If these don't help, ask
your doctor about prescription medications. (Be aware, however, that
overuse or misuse of such pain medications may result in rebound
headaches.Chronic rebound headaches typically occur in people who take
pain medications more than 3 days a week on an ongoing basis.)

Your doctor can select from several different types of medications, including:

Triptans -- the most frequently prescribed medicines for stopping


migraine attacks -- such
as almotriptan(Axert), frovatriptan (Frova), rizatriptan (Maxalt),
sumatriptan (Imitrex), and zolmitriptan (Zomig)

Ergots such as dihydroergotamine or ergotamine with caffeine


(Cafergot)

Isometheptene (Midrin)

These medications come in different forms. Patients who have nausea and
vomiting with their migraines may be prescribed a nasal spray, suppository,
or injection instead of pills.

Some migraine medicines narrow your blood vessels and should not be used
if you are at risk for heart attacks or have heart disease, unless otherwise
instructed by your health care provider. Ergots should not be taken if you are
pregnant or planning to become pregnant, because they can cause serious
side effects to an unborn baby.

TREATING SYMPTOMS
Other medications are primarily given to treat the symptoms of migraine.
Used alone or in combinations, these drugs can reduce your pain, nausea, or
emotional distress. Medications in this group include:

Nausea medicines such as prochlorperazine

Over-the-counter pain relievers such as acetaminophen (Tylenol)

Sedatives such as butalbital

Narcotic pain relievers such as meperidine

Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) such as ibuprofen

If you wish to consider an alternative, feverfew is a popular herb for


migraines. Several studies, but not all, support using feverfew for treating
migraines. If you are interested in trying feverfew, make sure your doctor
approves. Also, know that herbal remedies sold in drugstores and health food
stores are not regulated. Work with a trained herbalist when selecting herbs.

Terapi Non Farmakologi :


edukasi kepada penderita mengenai penyakit yang dialaminya
mekanisme penyakit
pendekatan terapeutik, dan
mengubah pola hidup dalam upaya menghindari pemicu serangan
migraine.
Tidur yang teratur
Makan yang teratur
Olahraga
Mencegah puncak stres melalui relaksasi, serta mencegah
makanan
pemicu.
Terapi Farmakologi :
Secara umum, terapi medikamentosa migren dibagi ke dalam 2
strategi :
1. terapi abortif, yang dilakukan untuk menghentikan serangan.
Obat-obatan yang digunakan untuk terapi abortif meliputi :
analgesik (paracetamol, aspirin) atau anti-inflamasi non steroid
(ibuprofen, naproxen); agonis serotonin (sumatriptan), alkaloid
ergot (ergotamine, methysergide); neuroleptik
(chlorpromazine,prochlorperazine); dan steroid (deksametason,
hidrokortison).
2. terapi profilaksis, yang dilakukan untuk mencegah serangan
yang akan datang. Obat-obatan untuk terapi profilaksis meliputi :
anti-depressant (amitriptyline, fluoxetine, imipramine); beta-
blocker (propanolol, atenolol, metoprolol); calcium channel
blocker (diltiazem, nifedipine, verapamil); OAINS; antagonis
serotonin (methysergide, cyproheptadine); dan anti-konvulsan.

Komplikasi
1. Status Migren
Serangan migren dengan nyeri kepala lebih dari 72 jam walaupun telah
diobati sebagaimana mestinya. Telah diupayakan memberi obat yang
berlebihan namaun demikian nyeri kepala tidak kunjung berhenti.
Contoh pemberian obat yang berlebihan misalnya minum ergotamin
setiap hari lebih dari 30 mg tiap bulan, aspirin lebih dari 45 gr, morfin
lebih dari 2 kali per bulan, dan telah mengkonsumsi lebih dari 300 mg
diazepam atau sejenisnya setiap bulannya.

2. Infark Migren
Penderita termasuk dalam kriteria migren dengan aura. Serangan yang
terjadi
sama tetapi defisit neurologik tetap ada setelah 3 minggu dan
pemeriksaan CT scan menunjukkan hipodensitas yang nyata.
Sementara itu penyebab lain terjadinya infark dapat disingkirkan
dengan pemeriksaan angiografi, pemeriksaan jantung dan darah.
Prognosis
Bagi banyak penderita migren,masa penyembuhan sangat penting,
terutama menghindari faktor pencetus. Migren pada akhirnya dapat
sembuh sempurna. Terutama pada wanita yang sedah memasuki masa
menopause, akan lebih aman mengalami serangan, berhubungan
dengan produksi serotonin.

Anda mungkin juga menyukai

  • Leaflet Asma
    Leaflet Asma
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Asma
    acmilan09
    94% (17)
  • Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut
    Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut
    Dokumen1 halaman
    Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • LBM 2
    LBM 2
    Dokumen14 halaman
    LBM 2
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • CBD Kejang Demam Dr. Azizah
    CBD Kejang Demam Dr. Azizah
    Dokumen19 halaman
    CBD Kejang Demam Dr. Azizah
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Cmom Anak
    Cmom Anak
    Dokumen10 halaman
    Cmom Anak
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • LBM 1
    LBM 1
    Dokumen22 halaman
    LBM 1
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • THT LBM 1 Ave
    THT LBM 1 Ave
    Dokumen8 halaman
    THT LBM 1 Ave
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • LAPkas Gilut Rini
    LAPkas Gilut Rini
    Dokumen6 halaman
    LAPkas Gilut Rini
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Cara Mengatasi Bau Mulut yang Tidak Sedap
    Cara Mengatasi Bau Mulut yang Tidak Sedap
    Dokumen3 halaman
    Cara Mengatasi Bau Mulut yang Tidak Sedap
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Gilut
    Penyuluhan Gilut
    Dokumen12 halaman
    Penyuluhan Gilut
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Gina - LBM 3
    Gina - LBM 3
    Dokumen14 halaman
    Gina - LBM 3
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 - THT - SGD 5
    LBM 3 - THT - SGD 5
    Dokumen4 halaman
    LBM 3 - THT - SGD 5
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 Hepatitis C
    LBM 3 Hepatitis C
    Dokumen7 halaman
    LBM 3 Hepatitis C
    dia_ii
    Belum ada peringkat
  • LBM 3 THT AVE
    LBM 3 THT AVE
    Dokumen138 halaman
    LBM 3 THT AVE
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Ave THT LBM 2
    Ave THT LBM 2
    Dokumen14 halaman
    Ave THT LBM 2
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Ave Jiwaaaaaa
    Ave Jiwaaaaaa
    Dokumen13 halaman
    Ave Jiwaaaaaa
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Dede-Lbm 3 Mata SGD 5
    Dede-Lbm 3 Mata SGD 5
    Dokumen36 halaman
    Dede-Lbm 3 Mata SGD 5
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT
    INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT
    Dokumen3 halaman
    INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT
    Reval'lee Kawulusan
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Asma Dea Fika Kanzi
    Penyuluhan Asma Dea Fika Kanzi
    Dokumen2 halaman
    Penyuluhan Asma Dea Fika Kanzi
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Pre Eklampsia
    Penyuluhan Pre Eklampsia
    Dokumen1 halaman
    Penyuluhan Pre Eklampsia
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • ISPA
    ISPA
    Dokumen2 halaman
    ISPA
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Dede - PPT.SGD lbm1.
    Dede - PPT.SGD lbm1.
    Dokumen33 halaman
    Dede - PPT.SGD lbm1.
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Vike LBM 2 Modul Saraf
    Vike LBM 2 Modul Saraf
    Dokumen28 halaman
    Vike LBM 2 Modul Saraf
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Zahra NYERI KEPALA LBM 2
    Zahra NYERI KEPALA LBM 2
    Dokumen32 halaman
    Zahra NYERI KEPALA LBM 2
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Hasan Lbm2 Saraf
    Hasan Lbm2 Saraf
    Dokumen9 halaman
    Hasan Lbm2 Saraf
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Nekrosis Pulpa - Dede
    Lapkas Nekrosis Pulpa - Dede
    Dokumen37 halaman
    Lapkas Nekrosis Pulpa - Dede
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Translate Jurnal
    Translate Jurnal
    Dokumen6 halaman
    Translate Jurnal
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • MIGRAIN
    MIGRAIN
    Dokumen32 halaman
    MIGRAIN
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat
  • Lena Saraf Sgd9 Lbm2
    Lena Saraf Sgd9 Lbm2
    Dokumen15 halaman
    Lena Saraf Sgd9 Lbm2
    Ndok Ima SitiromawatiDija
    Belum ada peringkat