A. Pendahuluan
Hal ini merupakan konsekuensi logis dari petunjuk dan rahmat yang dibawa
oleh ajaran Islam itu sendiri, yaitu menyeluruh untuk manusia dalam artian
mencakup segala segi kehidupan.
1
dirasakan tertinggal, walaupun kebutuhan terhadap suatu sistem ekonomi baru
yang lebih menjanjikan kesejahteraan dan kemaslahatan sudah sangat mendesak.
Dengan demikian pengembangan ilmu ekonomi Islam menjadi sesuatu yang
bersifat dharuriyah.
Dalam makalah ini Penulis akan mengurai dan menjelaskan bahwa Islam
bukanlah agama yang parsial melainkan agama yang komprehensif, sebuah agama
yang mencakup dan melingkupi semua bidang dan lini kehidupan, termasuk
bidang ekonomi. Selain itu, Penulis juga akan menjelaskan bagaima sistem
perekonomian dalam kacamata Islam.
()
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Qs. Al-Maidah [5]:3)
2
Ayat di atas tidak hanya menjelaskan kesempurnaan ajaran Islam, tetapi juga
menjelaskan bahwa satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah hanyalah Islam.
Hal ini menjadi konsekuensi logis bagi umat Islam bahwa seluruh aspek
kehidupannya mesti bercermin dan bepedoman kepada al-Quran dan as-Sunnah.
Rasulullah bersabda:
:
2
( )
Dari Ibn Abbas RA, bahwa Rasulullah berkhutbah di depan
manusia pada saat haji Wadha, dia bersabda Wahai umat
manusia, sungguh telah kutinggalkan bagimu suatu
pegangan yang tidak akan pernah tersesat jika kamu selalu
berpegang padanya yaitu kitab Allah dan Sunnah NabiNya
(HR. Baihaqi)
1. Islam adalah Agama Universal
Ajaran Islam tidak pernah memisahkan antara urusan dunia dan urusan
akhirat. Semuanya adalah urusan agama yang ada nilaiannya di akhirat nanti.
Manusia mesti melakukan urusan keduniaan menepati dasar-dasar Islam. Ibadah
kepada Allah tidak boleh dikhususkan kepada ibadah khusus berkaitan hubungan
dengan Allah saja seperti sembahyang zikir dan lain-lain, tetapi ia merangkum
semua ibadah umum seperti bekerja, melaksanakan amanah dan tanggungjawab,
dakwah dan jihad, ekonomi dan kenegaraan.
Keseimbangan kehidupan ini dilansir secara tegas oleh Allah SWT dalam
Qs. Al-Baqarah [2]: 143
()
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi
2 Ahmad ibn Husain ibn Ali ibn Musa Abu Bakr al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi al-
Kubra Jilid 10, (Makkah : Maktabah Dar al-Baz, 1994),
3
atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (Qs. Al-Baqarah [2]:
143)
Sesungguhnya keseimbangan Islam berkaitan dunia dan akhirat tidak boleh
dilihat dengan nombor dan bilangan tetapi melihat keseimbangan yang telah
ditetapkan oleh Allah swt. Dalam Islam tidak ada pemisahan antara dunia dan
akhirat bahkan kedua-duanya saling berkait antara satu sama lain.
:
)
3
Daripada Anas Bin Malik, Tiga orang lelaki datang berjumpa isteri-isteri
nabi dan mempertanyakan tentang ibadah Nabi saw, ketika diceritakan,
mereka berkata sesama mereka Bagaimana kita dibandingkan dengan
Nabi saw?, Allah swt telah mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan
akan datang Lalu salah seorang daripada mereka berkata Aku akan
3 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah al-Bukhari al-Jafiy, al-Jami al-Shahih al-
Mukhtashar Jilid 6, (al-Yamamah (Beirut): Dar Ibn Katsir, 1987)., h. 1949
4
shalat malam selama-lamanya dan yang kedua berkata Aku akan
berpuasa sepanjang tahun tanpa berbuka dan yang ketiga berkata Aku
akan tinggalkan perempuan dan tidak akan menikah selama Lalu
Rasulullah saw datang dan bertanya adakah kamu yang berkata demikian?
Ingatlah demi Allah Aku adalah yang paling takut di kalanganmu kepada
Allah dan paling bertaqwa kepadaNya, tetapi aku berpuasa dan berbuka,
aku sembahyang dan aku tidur, dan aku mengawini perempuan..!! Maka
siapa yang membenci sunnahku maka ia bukan daripada umat ku. (HR.
Bukhariy)
Semua kegiatan dan apapun yang dilakukan di muka bumi ini, kesemuannya
merupakan perwujudan ibadah kepada Allah SWT. Islam sebagai landasan
berpijak dalam kehidupan mengajarkan keadilan dan selalu menuntun ke arah
terwujudnya tatanan sosial yang adil dan makmur. Bahkan Islam sangat
mengecam setiap aksi dan perilaku yang selalu membawa kepada tindak
kesewenang-wenangan dan permusuhan. Sebagaimana Allah telah mencela
bangsa Yahudi karena suka bermusuh- musuhan. Firman Allah dalam Qs. Al-
Baqarah [2]: 185
)
(
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar
terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat
demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan
pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.
Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. (Qs. Al-Baqarah [2]: 185)
Uraian di atas menegaskan bahwa dalam Islam, tidak dibenarkan manusia
bersifat sekuler yaitu, memisahkan kegiatan ibadah/ukhrowi dan kegiatan
duniawi. Islam menginginkan kehidupan manusia dijalani dengan damai, tidak
terkecuali juga mengenai bagaimana manusia harus berbuat dan berusaha dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari- harinya.
5
Islam menegakkan peraturan-peraturan dalam kemasyarakatan atas keadilan
yang merata, begitu juga dalam masalah ekonomi, dimana unsur kezaliman dan
ketidakadilan tidak akan mendapat tempat dalam kehidupan. Oleh sebab itu dalam
memenuhi kebutuhan manusia yang tidak berkecukupan dan berkesudahan itu
tidak akan terjadi pertentangan dan permusuhan seperti yang terjadi di dunia
barat, disebabkan mereka memakai sistem ekonomi yang didasarkan atas materil
semata yaitu sistem ekonomi kapitalis dan sosialis. Akibatnya terjadi persaingan
yang menghancurkan, antara blok-blok berbagai negara dengan maksud untuk
menguasai perekonomian, dan memonopoli pasar-pasar dan sumber-sumber bahan
baku.
Allah sangat mengecam kondisi ini, sebagaimana yang diabadikan dalam
Qs. Huud [11]: 84-86
( )
( )
()
84. dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara mereka, Syu'aib.
ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu
selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan,
Sesungguhnya aku melihat kamu dalam Keadaan yang baik (mampu) dan
Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang
membinasakan (kiamat)." 85. dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku,
cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu
merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu
membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. 86. sisa
(keuntungan) dari Allah[734] adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-
orang yang beriman. dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu" (Qs.
Huud [11]: 84-86)
6
Perbedaan itu dalam suasana sistem ekonomi pertama, kalau cita-citanya
adalah memperoleh keuntungan material, maka yang ada hanya egoism, monopoli
dan usaha mengumpulkan harta kekayaan dunia dan mencegahnya dari orang lain,
seperti yang terjadi dalam sistem ekonomi yang mengutamakan pertarungan.
Inilah yang menyebabkan terjadinya macam-macam peperangan dan kehancuran.
()
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung. (Qs. Al-Jumuah [62]:10)
7
()
Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata. (Qs. At-Taubah: 105).
Dalam ayat lain Allah berfirman
( )
()
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang
baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui
batas sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepadanya. (QS. Al-Maidah [5]: 87-88)
()
8
berbuat kerusakan (di muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (Qs. Al-Qashash [28]: 77)
Keseimbangan aspek dunia dan akhirat tersebut merupakan karakteristik
unik sistem ekonomi Islam. Perpaduan unsure material dan spiritual ini tidak
dijumpai dalam sistem perekonomian lain seperti kapitalis maupun sosialis.
Secara tegas Rasul melalui sabda kamulah yang lebih mengetahui tentang
urusan duniamu, memberikan simbol kebebasan untuk meniti kehidupan di
dunia. Kebebasan dalam beraktivitas haruslah disesuaikan dengan landasan-
landasan aqidah, moral, dan yuridik.
9
Landasan moral tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:4
a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan haruslah berhubungan dengan hal-hal yang
halal dan bukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah.
b. Kegiatan-kegiatan yang halal dilakukan dengan cara yang tidak menimbulkan
kerugian ataupun kemudharatan dalam kehidupan masyarakat.
c. Nilai-nilai keadilan haruslah senantiasa dipelihara agar tidak merugikan orang
lain. Apabila bertentangan dengan nilai-nilai keadilan maka itu tidak dapat
dibenarkan.
Landasan yuridik sebagai alat untuk melegalisasi usaha dalam kegiatan
ekonomi sangatlah mendesak. Landasan tersebut adalah Al-Quran, Hadits, Rayu
atau ijtihad.
Islam mengakui hak milik perorangan dan diberi kekuasaan penuh bertindak
atas haknya itu untuk kepentingan sendiri, selagi tidak mengganggu kepentingan
orang lain. Namun di dalam pemberian kebebasan tersebut Islam juga mengekang
kebebasan itu dengan menentukan beberapa kewajiban yang harus dipatuhi, di
antaranya adalah kewajiban membayar zakat apabila harta seseorang telah
mencapai nisab. Kewajiban ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap jiwa
seseorang, karena ia harus rela mengorbankan kepentingan dirinya sendiri demi
kebahagiaan saudara-saudaranya yang kekurangan. Di sini jelaslah bahwa dasar
ekonomi dalam Islam itu disamping mengakui hak perorangan juga harus
memelihara kepentingan umum.5
Dengan kata lain Islam mengakui kepentingan individu dan kepentingan
orang banyak selama tidak ada pertentangan antara keduanya atau selama masih
mungkin mempertemukan keduanya, buktinya dalam soal hak milik, Islam masih
mengakui hak milik individu dan pada saat yang sama, masih mengakui hak milik
4 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta:
Rabbani Press, 1995), h. 87
5 M.A. Mannan, The Behaviour of The Firm and Its Objective in an Islamic
Framework, Readings in Microeconomics: An Islamic Perspektif, (Malaysia:
Longman, 1992)., h. 120-130
10
orang banyak. Satu di antara keduanya tidak diabaikan. Apabila terjadi
pertentangan antara keduanya dan tak mungkin diselenggarakan keseimbangan
atau pertemuan maka Islam akan mengutamakan kepentingan orang banyak
daripada kepentingan individu. Hal ini sangat berbeda dengan sistem kapitalis
yang sifatnya individual semata dan sosialis yang mementingkan masyarakat saja
serta mengabaikan individu.
Islam juga membolehkan kita untuk berlomba dalam mencari harta dan
mengumpulkannya, tetapi harus dihindari cara-cara yang merugikan orang lain
seperti melakukan perbuatan penipuan, melakukan kecurangan dan sebagainya.
Islam membenarkan seseorang memiliki kekayaan lebih dari yang lain
sepanjang kekayaan tersebut diperoleh secara benar dan yang bersangkutan
menjalankan kewajibannya demi kesejahteraan masyarakat baik dalam bentuk
zakat maupun amal kebajikan lainnya.
()
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan
Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu. (Qs. At-Thalaq [65]:3)
6 Muchlis Bahar, Jual Beli MLM Menurut Hukum Islam dalam Jurnal al-Ahkam,
Vol. 1 No. 2 th. 2010, (Padang: Prodi Syariah PPs IAIN Imam Bonjol, 2010)., h.
263
11
Maksud kaidah ini adalah bahwa dalam setiap muamalah dan transaksi,
pada dasarnya boleh, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, kerja sama
(mudharabah dan musyarakah), perwakilan, dll. Kecuali yang tegas- tegas
diharamkan, seperti yang mengakibatkan kemudaratan, tipuan, judi, dan riba. 7
12
)
(
Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke
medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!
(Qs. An-Nisaa[4]:71)
Kemiskinan sungguh merupakan bencana, yakni dapat membuat kepala
tegak menjadi tunduk, merendah jiwa manusia yang mulanya luhur, memudarkan
pancaran hati, mengacaukan pikiran, menghamburkan cita harapan, menyeret
manusia ke dalam penderitaan dan kesengsaraan dan banyak meninggalkan akhlak
dan budi pekerti serta nilai-nilai mulia, kemudian terjerumus ke dalam perbuatan
dan tindakan tercela serta bergelimang dalam dosa.9
Islam membuat seseorang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, yaitu
bertanggung jawab atas kewajiban membebaskannya dari perangai rendah,
mencegah diri dari perbuatan khianat, dan mengarahkannya kepada kegiatan
bekerja untuk soal-soal keduniaan, serta mengarahkannya kepada ketekunan
beribadah. Islam bukan hanya agama kerohanian semata-mata yang
mengantarkan manusia dari kehidupan dunia kepada kehidupan akhirat, tetapi
juga merupakan tuntutan hidup yang sempurna bagi manusia, termasuk segala
dasar dan landasannya. Islam adalah agama akhirat dan juga agama dunia, agama
yang mengandung kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat menuntut
adanya kekuatan jasmani,akal pikiran, rajin melakukan pekerjaan yang baik dan
gemar berbuat kebajikan.
Tugas manusia adalah berusaha dan bertanggungjawab. Persoalan rezki
adalah hak Allah untuk memberikan:
()
8 Shalah Abdul Qadir al-Bakriy, Al-Quran Wabina al-Insan, diterjemahkan ole
Abu Laila dan Muhammad Tohir dengan judul Al-Quran dan Pembinaan Insan
(Bandung: Al-Maarif, 1993), h. 128.
13
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata
(Lauh Mahfuzh).
Islam membuat seseorang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, yaitu
bertanggung jawab atas kewajiban membebaskannya dari perangai rendah,
mencegah diri dari perbuatan khianat, dan mengarahkannya kepada kegiatan
bekerja untuk soal-soal keduniaan, serta mengarahkannya kepada ketekunan
beribadah. Islam bukan hanya agama kerohanian semata-mata yang
mengantarkan manusia dari kehidupan dunia kepada kehidupan akhirat, tetapi
juga merupakan tuntutan hidup yang sempurna bagi manusia, termasuk segala
dasar dan landasannya. Islam adalah agama akhirat dan juga agama dunia, agama
yang mengandung kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat menuntut
adanya kekuatan jasmani,akal pikiran, rajin melakukan pekerjaan yang baik dan
gemar berbuat kebajikan.10 Kemiskinan dapat berakibat, yakni:
10 Ibid.
11 Ibid., h. 27
12 Ibid
14
Kemiskinan merupakan salah satu rintangan besar bagi para pemuda
untuk melangsungkan perkawinan seperti terpenuhinya berbagai syarat
dan sebagainya.
15
Islam menjamin kemerdekaan setiap individu dan mengakui hak milik atas
harta kekayaan, hak untuk mengatur dirinya sendiri dan keluarganya, dan
kebebasan untuk melakukan kegiatan yang baik untuk kebajikan, menuntun orang
yang sesat ke jalan yang lurus, bahkan wajib berjuang dan berperang untuk
menangkal agresi. Islam menuntut supaya setiap orang memberikan
sumbangannya sedapat mungkin dalam segala bidang kehidupan, dan menetapkan
kewajiban agar setiap orang menginfakkan sebagian dari harta kekayaan di jalan
yang benar, menolong kaum fakir miskin, dan untuk melawan kezaliman serta
membasmi kedurhakaan.
Harta menurut pengertian Islam ialah amanat yang harus disalurkan sesuai
dengan petunjuk Allah swt. karena itu, harta dalam Islam berfungsi sosial dan
tidak boleh bermewah-mewah berlebihan yang dimilikinya.
16
dugaan-dugaan dan perasan yang tidak enak antara satu sama lainnya hingga sulit
melakukan komunikasi.
Tidak semua orang miskin berkeinginan agar harta orang kaya itu dibagi
rata, tetapi yang ditekankan adalah menjalin perasaan sesama makhluk Allah. Jadi
bukan besar kecilnya harta, akan tetapi nilai kasih sayang.
17
Dalam Islam tahapan pemenuhan keperluan hidup boleh jadi seperti yang
Maslow gambarkan, namun pemuasan keperluan hidup setelah tahapan pertama
(kebutuhan dasar) akan dilakukan ketika secara kolektif yaitu kebutuhan dasar
masyarkat sudah pada posisi yang aman. Ketika masyarakat sudah terpenuhi
kebutuhan dasarnya, maka tidak akan ada implikasi negatif yang muncul. Dengan
demikian diperlukan peran negara dalam memastikan hal ini. Di akui ada
beberapa mekanisme dalam system ekonomi Islam yang tidak akan berjalan
efektif jika tidak ada campur tangan negara.
18
Dari pembahasan keperluan hidup manusia, penting untuk di bahas
perbedaan kebutuhan dan keinginan. Islam memiliki nilai moral yang ketat dalam
memasukkan keinginan (wants) dalam motif aktifitas ekonomi. Mengapa?
Dalam banyak ketentuan perilaku ekonomi Islam, motif kebutuhan (needs)
lebih mendominasi dan menjadi nafas dalam roda perekonomian dan bukan
keinginan.
Namun perlu diingat bahwa konsep keperluan dasar dalam Islam sifatnya
tidak statis, artinya keperluan dasar pelaku ekonomi bersifat dinamis merujuk
pada tingkat ekonomi yang ada pada masyarakat. Pada tingkat ekonomi tertentu
sebuah barang yang dulu dikonsumsi akibat motifasi keinginan, pada tingkat
ekonomi yang lebih baik barang tersebut telah menjadi kebutuhan. Dengan
demikian parameter yang membedakan definisi kebutuhan dan keinginan tidak
bersifat statis, ia bergantung pada kondisi perekonomian serta ukuran
kemashlahatan. Dengan standar kamashlahatan, konsumsi barang tertentu dapat
saja dinilai kurang berkenan ketika sebagian besar ummat atau masyarakat dalam
keadaan susah.
Dengan demikian sangat jelas terlihat bahwa perilaku ekonomi Islam tidak
didominasi oleh nilai alamiah yang dimiliki oleh setiap individu. Terdapat nilai
diluar diri manusia yang kemudian membentuk perilaku ekonomi. Nilai ini
diyakini sebagai tuntunan utama dalam hidup dan kehidupan manusia.
15 Meskipun kata kamauan ini juga kurang tepat untuk menggambarkan desire.
19
3. Kepemilikan dalam Islam
-
16
.
-
Abdullah ibn Umar berkata tidakkah engkau ketahui
Rasulullah pernah bersabda Orang yang mati
20
mempertahankan harta (miliknya) merupakan syahid (HR.
Muslim).
Dalam mendefinisikan kemilikan (harta) dapat dipahami dari
definisi berikut:
Pertama, segala yang dimintai dan dapat dihadirkan ketika diperlukan, atau
segala yang dapat dimiliki, disimpan dan dapat dimanfaatkan.17
Definisi ini dikemukakan oleh ulama Hanafiyah, dalam definisi ini tersirat
bahwa manfaat tidak termasuk harta, karena manfaat termasuk milik.
Kedua, segala sesuatu yang mempunyai nilai, dan dikenakan ganti rugi
bagi orang yang merusak dan melenyapkannya. 18
Dalam kandungan dua definisi di atas, terdapat perbedaan esensi harta yang
dikemukakan jumhur ulama dengan ulama Hanafiyah, menurut jumhur ulama,
harta itu tidak saja bersifat materi, melainkan juga termasuk manfaat dari suatu
benda. Akan tetapi, ulama Hanafiyah berpendirian bahwa yang dimaksud harta itu
hanya yang bersifat materi, sedangkan manfaat termasuk ke dalam pengertian
milik.
Seseorang berkuasa penuh terhadap hartanya, ia dapat berbuat semaunya,
ia memberikan kepada orang lain ataukah harta tersebut tetap ditangannya.
Harta atau barang yang dimiliki seseorang dapat disebabkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Harta itu umum, yaitu harta yang memang menurut kebiasaannya dapat
dimiliki bagi yang mendapatkannya. Contoh : Ikan di laut, hewan buruan,
harta Nkaz, pepohonan dihutan belantara, dan lain-lain. Benda-benda
tersebut boleh dimiliki siapa saja yang mendapatkannya.
b. Barang atau harta yang dimiliki dengan melaksanakan akad, yaitu barang-
barang atau harta yang kepemilikannya harus didahului oleh adanya akad,
21
seperti harta diperoleh lewat akad jual beli, hibah pinjam meminjam,
hutang piutang dan lain sebagainya.
c. Barang atau harta yang diperoleh lewat pewarisan, yaitu harta-harta atau
barang yang dapat menjadi milik karena ia bagian harta pusaka yang
ditinggalkan oleh ahli waris, atau mendapat wasiat untuk memiliki harta
dari seseorang pemberi wasiat kepadanya.
d. Harta atau barang yang dapat menjadi milik karena hasil pembiakan dari
harta yang dimiliki sebelumnya. Contoh anak kambing yang dipelihara,
pepohonan dari menebarnya biji pohon induk yang semula dimiliki kebun
miliknya.
D. Penutup
Ajaran Islam tidak pernah memisahkan antara urusan dunia dan urusan
akhirat. Semuanya adalah urusan agama yang ada nilaiannya di akhirat nanti.
Manusia mesti melakukan urusan keduniaan menepati dasar-dasar Islam. Islam
menegakkan peraturan-peraturan dalam kemasyarakatan atas keadilan yang
merata, begitu juga dalam masalah ekonomi. Unsur kezaliman dan ketidakadilan
tidak akan mendapat tempat dalam kehidupan. Oleh sebab itu dalam memenuhi
kebutuhan manusia yang tidak berkecukupan dan berkesudahan itu tidak akan
terjadi pertentangan dan permusuhan seperti yang terjadi di dunia Barat,
disebabkan mereka memakai sistem ekonomi yang didasarkan atas materil semata
yaitu sistem ekonomi kapitalis dan sosialis.
Prinsip-prinsip ajaran al-Quran tentang ekonomi, pada
intinya adalah membawa keadilan, kerja sama, serta
keseimbangan dan lain-lain. Semua itu tercakup dalam
larangan melakukan transaksi apa pun yang berbentuk batil,
eksploitasi atau segala bentuk penganiayaan.
22