A. DEFENISI DISTOSIA
Distosia ialah kemajuan persalinan yang tidak normal. Persalinan
yang berlangsung lebih lama, Lebih nyeri, atau tidak normal karena
adanya masalah pada mekanisme persalinan, tenaga atau ekuatan,
jalan lahir, janin yang akan dilahirkan, atau masalah psikis.
Distosia merupakan indikasi paling umum dilakukannya
persalinan seksio sesarea yang di perkirakan terjadi sekitar 50 %
kelahiran dengan pembedahan.
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan, distosia karena
adanya kelainan tenaga (HIS) adalah his yang tidak normal baik
kekuatan ataupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran
persalinan.
Macam-macam his normal :
1. Tonus otot rahim di luar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkat
pada waktu his. Pada kala pembukaan serviks ada 2 fase : fase
laten dan fase aktif yang digambarkan pada servikogram.
2. Kontraksi rahim di mulai pada saat satu tanduk rahim, sebelah
kanan atau kiri, lalu menjalar ke seluruh otot rahim
3. Fundus uteri berkontraksi lebih dahulu (fundal dominan) lebih lama
dari bagian-bagian lain. Bagian tengah agak berkontraksi lebih
lambat, lebih singkat dan tidak sekuat kontraksi fundus uteri.
Bagian bawah (segmen bawah rahim) dan serviks tetap pasif ataua
hanya berkontraksi sangat lemah.
4. Sifat-sifat his : lamanya, kuatnya, teraturnya, seringnya dan
relaksasinya, serta sakitnya.
B. ETIOLOGI
Persalinan yang tidak normal dapat dihubungkan dengan masalah
yang terjadi pada aspek apapun yaitu :
1. Kelainan tenaga (power)
Kontraksi uterus mungkin tidak cukup kuat atau tidak terkoordinasi
secara tepat selama kala 1 persalinan untuk menyebabkan
pembukaan dan penipisan serviks. Kelainan HIS sering dijumpai
pada primigravida tua, sedangkan inersia uteri serng dijumpai pada
multigravida dan grandemulti.
2. Kelainan Jalan lahir (Passageway)
variasi bentuk dan ukuran tulang panggaul, seperti pemendekan
diameter panggul, atau abnormalitas lainnya pada saluran
reproduksi, seperti ukuran panggul yang tidak sempurna atau
deformitas, dapat mengganggu masuknya bagian terendah janin ke
jalan lahir, atau ekspulsi janin.
3. Kelainan letak janin (Passeger)
Malpresentasi atau malposisi, ukuran yang tidak lazim, atau
perkembangan yang abnormal pada janin dapat menghalangi
masuknya janin ke jalan lahir.
4. Psikis (psyche)
Faktor maternal, seperti kecemasan, kurangnya persiapan, dan rasa
takut, dapat berinteraksi dengan faktor lainnya, atau kadang-
kadang terjadi secara tunggal, untuk memperpanjang persalinan.
C. KLASIFIKASI
1. Kelainan His
His yang tidak normal baik kekuatan atau sifatnya sehingga
menghambat kelancaran persalinan Faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain kehamilan primi gravida tua atau multi
gravida, herediter, emosi dan kekuatan, kelainan uterus, kesalahan
pemberian obat, kesalahan pimpinan persalinan, kehamilan kembar
dan post matur, dan letak lintang Kelainan his dapat berupa inersia
uteri hipotonik dan hipertonik.
a. Inersia Uteri Hipotonik
Inersia uteri hipotonik adalah kelainan his dengan
kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Disini
kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai
pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti
anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat
hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grandemultipara atau primipara, serta pada penderita
dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala
pembukaan serviks (fase laten atau fase aktif) maupun pada
kala pengeluaran.Inersia uteri hipotonik terbagi dua,yaitu :
Inersia uteri primer, terjadi pada permulaan fase laten.
Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan
persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan
apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau
belum.
Inersia uteri sekunder, terjadi pada fase aktif kala I atau
kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan
selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
b. Inersia Uteri Hipertonik (hypertonic uterin contraction)
Inersia uteri hipertonik adalah kelainan his dengan
kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal)
namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas,
tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk
membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga
sebagai incoordinate uterine action. misalnya "tetania uteri"
karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa
kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir
terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena
gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat
menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan
pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan,
ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.
2. Jenis kelainan jalan lahir
a. Kelainan bentuk panggul
Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intra
uterin diantaranya : panggul naegele, panggul robert, split
pelvis, dan panggul asimilasi
Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul/
sendi panggul diantaranya : rakhitis, osteomalasia,
neoplasma, atrofi, karies, nekrosis, dan penyakit pada
sendi sakroiliaca dan sendi sakrokoksigea
Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang
diantaranya : kiposis, skoliosis, spondilolitesis
Perubahan bentuk karena penyakit kaki
b. Kalainan traktus genitalia
Pada vulva terdapat edema, stenosis dan tumor yang
dipengaruhi oleh ganggua gizi, radang atau perlukaan dan
infeksi.
Pada vagina yang mengalami sektrum dan dapat
memisahkan vagina atau beberapa tumor.
Pada ovarium terdapat beberapa tumor
Pada serviks karena disfungsi uterin action atau karena
parut/ karsinoma.
Pada uterus terdapatnya mioma atau adanya kelainan
bawaan seperti letak uterus abnormal
3. Jenis Kelainan Janin
a. Kelainan letak kepala/ mal presentasi/ mal posisi
diantaranya :
Letak sunsang
Letak lintang
Prolaps tali pusat
b. Kelainan bentuk dan ukuran janin diklasifikasikan :
Distosia kepala pada hidrocepalus, kepala besar,
higronoma koli (tumor di leher)
Distosia bahu pada janin dengan bahu besar
Distosia perut pada hidropsfetalis, asites
Distosia bokong pada spina bifida dan tumor pada bokong
janin
Kembar siam
D. MANIFESTASI KLINIK
E. PATOFISIOLOGI
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri
yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri
dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan
otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara
merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke
asalnya +10 mmhg
Incoordinate uterin action yaitu sifat his yang berubah. Tonus otot
uterus meningkat juga di luar his dan kontraksinya tidak berlangsung
seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya
tidak adanya koordinasi antara kontraksi atas, tengah dan bawah
menyebabkan tidak efisien dalam mengadakan pembukaan
Disamping itu tonus otot yang menaik menyebabkan rasa nyeri
yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan
hipoksia pada janin. His ini juga disebut sebagai incoordinate
hipertonic uterin contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama
dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan
spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum
uterin pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau
lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-
mana, tapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan
segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui degan
pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap sehingga
tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
F. WOC
Kontraksi Pelvic
Nyeri
Kurang
Pendarahan
pengetahuan
perawatan
prognosis
Resiko cidera
maternal
Abnormalitas pelvis ibu
Persalinan Lama
G. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Umum
a. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
c. Kolaborasi dalam pemberian :
Infus RL dan larutan NaCL isotonik (IV)
Berikan analgesik berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM)
atau morvin 10 mg (IM)
d. Perbaiki keadaan umum
Berikan dukungan emosional dan perubahan posisi
Berikan cairan
2. Penanganan Khusus
a. Kelainan His
TD diukur tiap 4 jam
DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
Pemeriksaan dalam
Kolaborasi : Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV),
berikan analgetik seperti petidin, morfin dan pemberian
oksitosin untuk memperbaiki his
b. Kelainan janin
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan luar
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan
seksiosesaria baik primer pada awal persalinan maupun
sekunder pada akhir persalinan
H. DATA PENUNJANG
1. Foto rontgen
2. MRI
3. USG
4. X-ray
I. KOMPLIKASI
1. Komplikasi maternal
a. Perdarahan pasca persalinan
b. Fistula Rectovaginal
c. Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa transient
femoral neuropathy
d. Robekan perineum derajat III atau IV
e. Rupture Uteri
2. Komplikasi fetal
a. Brachial plexus palsy
b. Fraktura Clavicle
c. Kematian janin
d. Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis
permanen
e. Fraktura humerus
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti
kelainan letak janin (lintang, sunsang) apa yang menjadi
presentasi dll
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala, rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada
ketombe
b. Mata, biasanya konjungtiva anemis
c. Thorak, Inpeksi pernafasan : frekuensi, kedalam, jenis
pernafasan, biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat
pernafasan
d. Abdomen, kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his
kurang semenjak awal persalinan atau menurun saat
persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak
normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya
anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya
blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan
kandung kemih.
e. Vulva dan Vagina, lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah
atau belum, edema pada vulva/ servik, biasanya teraba
promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya
teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya
plasenta previa
f. Panggul, lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada
kelainan bentuk panggul dan kelainan tulang belakang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi
tidak efektif
2. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul,
partus lama, CPD
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme,
muntah, pembatasan masukan cairan
4. Resiko tinggi cedera maternal b/d kerusakan jaringan lunak
karena persalinan lama, intervensi penanganan lama
5. Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive
SC atau VT
6. Kecemasan b/d persalinan lama
A. INTERVENSI
lama maternal
5 Resiko tinggi Tujuan : Cuci tangan dengan
. infeksi b/d Infeksi tidak terjadi sabun anti mikroba
Gunakan universal
rupture Kriteria Hasil :
membrane, Tidak precaution dan