Dalam pada itu kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu kompetensi absolute dan kompetensi relative. Kompetensi absolut pengadilan
adalah kewenangan badan pengadilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu dan secara mutlak
tidak dapat diperiksa badan pengadilan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Sebagai contoh adalah Kompetensi absolut Pengadilan Pajak.
Pengadilan Pajak merupakan badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi
Wajib Pajak atau penanggung Pajak yang mencari keadilan terhadap Sengketa Pajak. Meskipun
Pengadilan Pajak masuk dalam lingkungan Peradilan TUN, akan tetapi kompetensi absolutnya
berbeda dengan kompetensi Pengadilan TUN. Kompetensi absolut Peradilan TUN berbeda
dengan lingkungan peradilan lainnya, misalnya dengan Peradilan Umum yang memiliki
kompetensi untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara perdata dan pidana. Dalam
pada itu, kompetensi absolut Pengadilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara atau Sengketa Tata Usaha Negara. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 4 UU PTUN, yaitu: Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaksana
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap Sengketa Tata Usaha Negara.
Sebagaimana dikemukakan diatas, bahwa Sengketa TUN memiliki ruang lingkup yang lebih
sempit dan lebih khusus bila dibandingkan dengan sengketa yang timbul dalam lapangan hukum
publik, karena Sengketa TUN itu sendiri hanya dapat timbul manakala terdapat Keputusan Tata
Usaha Negara. Sementara itu, masih pula terdapat pembatasan-pembatasan tertentu yang dibuat
oleh UU PTUN mengenai KTUN manakah yang dapat digugat di PTUN.