Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang bergantung pada alam, karena alam
merupakan sumber kebutuhan yang mutlak. Salah satu bagian dari alam yang merupakan
penyedia kebutuhan manusia adalah tumbuhan. Tumbuhan dapat dimanfaatkan menjadi
berbagai bahan pangan ataupun barang. Pemanfaatan tumbuhan menjadi bahan pangan
salah satunya adalah sebagai pewarna alami dan sebagai obat untuk kesehatan manusia.
Banyak jenis tumbuhan yang menghasilkan zat warna maupun tanin untuk
kesehatan manusia. Namun, kebanyakan masyarakat sekarang lebih memilih
menggunakan pewarna kimia yang tentunya lebih berbahaya dibandingkan pewarna alami
yang dihasilkan oleh tumbuhan tersebut. Terlebih lagi saat ini masyarakat menggunakan
pewarna kimia yang bukan untuk makanan sebagai pewarna makanan. Hal inilah yang
memicu terganggunya kesehatan masyarakat akibat zat-zat kimia yang berbahaya
tersebut, bahkan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit yang lebih serius
lagi. Selain dapat menghasilkan zat warna, beberapa tumbuhan juga dapat menghasilkan
tanin yang berguna sebagai antioksidan. Antioksidan ini sangatlah penting untuk manusia
sebagai penangkal radikal bebas sehingga dapat mencegahkanker dan berbagai penyakit
lainnya.
Banyak tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil zat warna dan
tannin, namun masyarakat Indonesia masih jarang yang mengetahui hal tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, untuk menambah pengetahuan serta wawasan mengenai
tanaman penghasil tanin dan zat warna maka dilakukanlah penulisan makalah ini.
B Tujuan
1 Mengetahui pengertian tannin
2 Mengetahui macam-macam tanaman yang menghasilkan tannin
3 Mengetahui cara pengolahan tanaman penghasil tannin
4 Mengetahui pengertian zat warna
5 Mengetahui macam-macam tanaman yang menghasilkan zat warna
6 Mengetahui cara pengolahan tanaman penghasil zat warna
BAB II
PEMBAHASAN
A Pengertian Tanin
Tanin merupakan zat organic yang sangat kompleks dan terdiri dari senyawa
fenolik yang banyak terdapat pada bermacam-macam tumbuhan, antara lain adalah
pinang, akasia, gabus, bakau, pinus dan gambir. Umumnya tannin tersebar hamper
pada seluruh bagian tumbuhan seperti pada bagian kulit kayu, batang, daun, dan buah
(Sajaratud, 2013). Tanin merupakan senyawa yang dapat dilarutkan oleh gliserol, air,
hidroalkohol dan alkohol. Akan tetapi, tanin tidak dapat larut dalam petroleum,
benzen dan eter. Tanin dapat terdegradasi pada suhu 2100oC dan akan terurai menjadi
pirogallo, pirokatekol, serta floroglusinol (Song et. al., 2013).
a Hydrolysable tannin
b Condensed tannin
Condensed tannin merupakan polimer polyflavanoid. Berdasarkan analisis HPLC,
tanin bakau (Rhizophora spp.) sebagian besar terdiri dari empat flavanoid monomer,
yaitu catechin, epicatechin, epigallocatechin, dan epicathecin gallate. Struktur
monomer-monomer di atas dapat dilihat pada gambar 2. ( Rahim et.al., 2007).
Tumbuhan ini mempunyai kandungan kimia berupa chlorogenik acid, asam citrun,
fisalin, flavonoid, saponin, polifenol. Buah mengandung asam malat, alkaloid, tanin,
kriptoxantin, vitamin C dan gula. Biji mengandung elaidic acid. Sifat tumbuhan ini
analgetik (penghilang rasa sakit), peluruh air seni (diuretik), menetralkan racun,
meredakan batuk, mengaktifkan fungsi
kelenjar-kelenjar tubuh dan anti tumor.
Hidrolisa Tanin :
Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi yang sederhana.
Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang
terkondensasi.
1 Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins)
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan
oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat
atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan
senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin,
dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins.
Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP).
Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air. Asam elagat
merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin yang
sesungguhnya merupakan ester asam heksaoksidifenat.
2 Tanin terkondensasi (condensed tannins).
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi
meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid
yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan
dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif
terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin
terkondensasi merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia
tumbuhan tetapi terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah banyak
ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah
Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang
dihubungan dengan melalui C8dengan C4. Salah satu contohnya adalah Sorghum
procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan
catechin.
1 Pewarna Alami
Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari hewan dan tumbuh-
tumbuhan seperti: caramel, coklat, daun suji, daun pandan, dan kunyit. Jenis-jenis
pewarna alami tersebut antara lain :
a Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada daun, sehingga
sering disebut zat warna hijau daun.
b Mioglobulin dan hemoglobin, yaitu zat warna merah pada daging.
c Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah orange,
yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan maupun tanaman antara lain, tomat, cabe
merah, wortel.
d Anthosiamin dan anthoxanthim. Warna pigmen anthosianin merah, biru violet
biasanya terdapat pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran.
2 Pewarna Buatan
Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus
melalui suatu senyawa dulu yang kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal
dalam hal akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Namun sering
sekali terjadi penyalahgunaan pemakaian pewarna untuk sembarang bahan pangan,
misalnya zat pewarna tekstil dan kulit untuk mewarnai bahan pangan. Bahan
tambahan pangan yang ditemukan adalah pewarna yang berbahaya terhadap kesehatan
seperti Amaran, Auramin, Methanyl Yellow, dan Rhodamin B. Jenis-jenis makanan
jajanan yang ditemukan mengandung bahan-bahan berbahaya ini antara lain sirup,
saus, bakpau, kue basah, pisang goring, tahu, kerupuk, es cendol, mie dan manisan
(Azizahwati, 2007)
Setiap orang yang melihat makanan dengan warna yang menarik pasti ingin mencicipi
bagaimana rasa makanan tersebut. Menurut Winarno (1995), pewarna adalah bahan
tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.
Penggunaan bahan pewarna bertujuan untuk memperkuat warna asli dan memberikan
tampilan yang lebih menarik pada makanan. Warna makanan sangat berpengaruh untuk
menggugah selera. Zat warna yang berasal dari tumbuhan disebut sebagai zat pewarna
alami. Zat pewarna alami ini aman untuk dikonsumsi. Menurut Hidayat & Saati (2006),
zat warna yang dihasilkan oleh tumbuhan adalah sebagai berikut:
1 Warna Hijau
a Daun suji
b Daun pandan
c Bayam
2 Kuning
a Kunyit
b Labu kuning
c Mangga
3 Merah
a Bit
b Strawberry
c Buah naga
d Bunga sepatu
4 Warna biru
a Bunga telang
b Kubis
5 Warna jingga
a Wortel
6 Warna coklat
a Kayu manis
b Gula merah
7 Warna ungu
a Buah anggur
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1 Tanin merupakan zat organic yang sangat kompleks dan terdiri dari senyawa
fenolik yang banyak terdapat pada bermacam-macam tumbuhan. Tanin
dikelompokkan menjadi 2 kelompok polimer yaitu Hydrolysable tannin dan
Condensed tannin
2 Pada dasarnya setiap tanaman menghasilkan tanin sebagai metabolit sekunder,
hanya jumlahnya berbeda pada setiap tanaman, begitu pula pada setiap bagian
tanaman.
3 Cara mengolah tanaman penghasil tanin dapat dilakukan ekstraksi dengan pelarut
air dan ekstraksi dengan pelarut etanol.
4 Zat warna adalah zat yang dapat mengubah cahaya tampak sebagai akibat proses
absorpsi selektif terhadap panjang gelombang pada kisaran tertentu. Berdasarkan
sumbernya zat pewarna dibagi dalam dua kategori yaitu pewarna alami dan
pewarna buatan.
5 Penggunaan bahan pewarna bertujuan untuk memperkuat warna asli dan
memberikan tampilan yang lebih menarik pada makanan. Zat warna yang berasal
dari tumbuhan disebut sebagai zat pewarna alami. Zat pewarna alami ini aman
untuk dikonsumsi.
6 Cara mengolah tanaman sebagai zat warna yaitu dengan mengekstraksi bagian
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai zat warna.
Daftar Rujukan
Amelia, F. R. 2015. Penentuan Jenis Tanin dan Penetapan Jenis Tanin dari Buah Anggur
Muda Secara Spektofotometri dan Permanganometri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol.4
No.2. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
Azizahwati,. Maryati,. Heidi. 2007. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang Untuk Makanan
Yang Beredar Di Pasaran. [ Jurnal Ilmu Kefarmasian. Vol. IV, No. 1, 7 25 ]
Departemen Farmasi FMIPA. Universitas Indonesia. Depok.
Frutos, P.; G. Hervas; F.J. Giraldez & A.R. Mantecon (2004). Review. Tanins and ruminant
nutrition. Spanish Journal of Agricultural Research. 2: 191202.
Harbelubun, A.E., dkk. 2005. Tumbuhan Pewarna Alami dan Pemanfaatannya secara
Tradisional oleh Suku Marori Men-Gey di Taman Nasional Wasur Kabupaten
Merauke. Biodiversitas. 6 (4): 281-284.
Hidayat, N. & Saati, E.A. 2006. Pewarna Alami. Surabaya: Trubus Agrisana.
Hopkins W.G., Hunter N.P.A. 2004. Introduction to Plant Physiology. New York: 3rd Edition.
John Wiley and Sons Inc.
Islam, M.D.; N.A. Khatune; M.I.I. Waheed & M.D. Haque. 2003. Larvacidal activity of a
new glucocide, phenyl ethyl D-glucopiranoside from the stem of plant Sida
rhumbifolia Linn. Pakistan Journal of Biological Science. 6: 7375.
J. Song, X. Gao, JE. Galan. 2013. Structure and function of the Salmonella Typhi chimaeric
A2B5 typhoid toxin. Nature. 499: 350-354.
Kayani, S.A.; M. Ayeesha; K.H. Abdul; Achakzai & A. Shahla (2007).
Distribution of secondary metabolites in plants of Quetta-
Balochistan. Pakistan Journal Botany. 39: 11731179.
Kusuma, F.; K. Dewi & F. Enny (2009). Isolasi, Identifikasi, dan Uji Toksisitas
Minyak Atsiri Daun Sidaguri (Sida rhombifolia Linn). Semarang:
Jurusan Kimia FMIPA UNDIP.
Rahim, A.A, Rocca, E., Steinmetz, J., Kassim, M.J., Adnan, R., and Ibrahim, M.S. 2007.
Mangrove Tannins and Their Flavanoid Monomers as Alternative Steel Corrosion
Inhibitors in Acidic Medium. Corrosion Science. 49: 402 417.
Sajaratud, D. 2013. Pembuatan Tanin dari Buah Pisang. Sumatera Utara: Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Agama Islam Negeri.
SP. Faucher, Porwollik, Steffen, Dozois, Charles, McClelland, Michael, Daigle, France. 2006.
Transcriptome of Salmonella enterica serovar Typhi within macrophages revealed
through the selective capture of transcribed sequences. The National Academy of
Sciences of the USA. 103:1906-1911.
T. Humphrey. 2004. Salmonella, Stress Responses and Food Safety. Nature Reviews
Micriobiology. 2: 504- 509.
Tranggono, dkk. 1990. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Oleh :
Kelompok 3
Offering GP/HP 2014