Anda di halaman 1dari 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses

perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air

oleh benih adalah : sifat dari benih terutama kulit pelindungnya dan jumlah air

yang tersedia pada medium sekitarnya. Banyaknya air yang diperlukan bervariasi

tergantung pada jenis benih. Tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh

temperatur, temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan

air (Sutopo, 2002).

Proses perkecambahan biji diawali dengan penyerapan air dari lingkungan

sekitarnya, baik dari tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang dapat

dilihat adalah membesarnya ukuran biji. Tahap ini disebut imbibisi, yaitu

membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji melunak.

Terjadinya proses perkecambahan pada tahap imbibisi dikarenakan adanya

aktivitas enzim -amilase. Amilase merupakan enzim kunci yang memainkan

peran penting dalam menghidrolisis cadangan pati dalam biji untuk memasok gula

pada embrio yang sedang berkembang (Sumartini et al., 2014).

Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat

(solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda itu mempunyai zat

penyusun dari bahan yang berupa koloid. Banyak benda-benda kering atau benda

setengah padat dapat menyerap air (absorpsi) karena benda-benda tersebut

mengandung materi koloid yang hidrofil. Hidrofil artinya menarik air. Contoh

pada tumbuhan misalnya biji yang kering (Suradinata, 1993).


2

Peristiwa imbibisi ini, juga termasuk peristiwa absorsi. Pemasukan

molekul-molekul air di dalam biji adalah suatu peristiwa absorsi atau penyerapan.

Maka yang kita sebut imbibisi ialah menyerapnya molekul-molekul air di dalam

imbiban disebut juga peristiwa peresapan (Diah, 2008).

Kadar air biji merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik

untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan biji. Penyerapan air oleh biji akan

mempengaruhi proses perkecambahan, mula-mula air masuk ke dalam biji secara

imbibisi dan osmosis, kemudian terjadi pelunakan kulit biji, pengembangan

embrio dan endosperm, dan pada akhirnya kulit biji pecah dan terjadi pengeluaran

radikula (Machrodania, 2013).

Perlakuan benih dengan metode perendaman dilakukan sebagai upaya

untuk meningkatkan kecepatan perkecambahan melalui proses imbibisi. Proses

perkecambahan ini dapat terjadi jika kulit biji permeabel terhadap air dan tersedia

cukup air dengan tekanan osmosis tertentu. Akibat terjadinya proses imbibisi,

maka kulit biji akan menjadi lunak dan retak-retak. Bersamaan dengan proses

imbibisi akan terjadi peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan enzim-

enzim yang terdapat di dalamnya. Dalam aktivitas metabolisme, giberelin yang

dihasilkan oleh embrio ditranslokasikan ke lapisan aleuron sehingga

menghasilkan enzim amilase (Pancaningtyas et al., 2014).

Setelah air diserap oleh biji, enzim yang terdapat pada biji akan aktif.

Kemudian enzim mengaktifkan metabolisme sel, salah satunya untuk mengambil

oksigen. Oksigen diperlukan untuk proses oksidasi makanan cadangan yang

terdapat dalam biji. Dengan demikian hasil oksidasi dapat digunakan dalam

pertumbuhan biji (Oman, 2008).


3

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan daya hisap biji

terhadap air dan membandingkan daya hisap air beberapa biji tanaman.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan jurnal ini ialah sebagai salah satu syarat untuk

dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Serta sebagai sarana informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Mekanisme proses penyerapan air dapat berlangsung karena adanya

proses, difusi, osmosis, transport aktif, dan imbibisi. Imbibisi merupakan salah

satu proses difusi yang terjadi pada tanaman. Imbibisi merupakan masuknya air

pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pada

peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman

tersebut. Proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-

beda untuk setiap jenis biji tanaman (Wachid, 2005).

Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat

ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal

ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan

melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal

spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang

terdiri dari xylem dan phloem. Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan

untuk hidup berupa O2, CO2, air dan unsur hara. Kecuali gas O2 dan CO2 zat

diserap dalam bentuk larutan ion. Mekanisme proses penyerapan dapat

berlangsung karena adanya proses imbibisi, difusi, osmosis dan transpor aktif

(Machrodania, 2013).

Imbibisi adalah peristiwa masuknya air ke dalam suatu zat melalui pori-

pori. Air yang masuk ke dalam biji membuat biji mengalami perubahan, baik

bentuk, warna, tekstur, maupun berat biji. Proses imbibisi berguna untuk

mematahkan dormansi dan memicu perkecambahan biji. Masuknya air ke dalam

biji dapat melalui transport pasif simplas maupun apoplas, air masuk ke dalam

kulit biji kemudian menembus dinding sel biji dan air masuk ke dalam sel-sel biji.
5

Air yang masuk membuat kulit biji robek dan mengelupas, sehingga air masuk

dan membuat biji membesar karena sel-selnya berisi air. Warna dari biji yang

telah direndam air selama 24 jam menjadi lebih pucat dikarenakan air menembus

plastida yang semula pekat menjadi lebih pudar karena telah bercampur air. Air

yang masuk ke dalam sel-sel biji mengaktifkan enzim-enzim yang digunakan

untuk merombak bahan-bahan dari endosperm maupun kotiledon dan

memindahkan nutrien-nutrien ke bagian embrio yang digunakan untuk

pertumbuhan embrio tersebut (Nurmalasari et al., 2012).

Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tidak lain dan tidak bukan merupakan

suatu proses difusi belaka, sebab bukankah sel-sel biji kacang kering itu

mempunyai nilai osmosis tinggidan oleh karena itu mempunyai defisit tekanan

osmosis yang besar pula jika molekul-molekul airberdifusi dari konsentrasi yang

rendah ke konsentrasi yang tinggi.Peristiwa imbibisi sebenarnya juga peristiwa

osmosis, sebab dinding sel-sel kulit maupun protoplas biji kacang itu permeabel

untuk molekul-molekul air (Purba, 2001).

Penambahan volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari pada

penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang diimbibisikan apabila dalam

keadaan bebas. Perbedaan ini diduga karena zat atau molekul yang diimbibisikan

harus menempati ruang diantara molekul-molekul zat yang mengimbibisi

sehingga volume zat yang diimbibisikan tertakan lebih kecil dari pada bila dalam

keadaan bebas (Heddy, 1990).

Melalui contoh biji kacang merah dan kacang tanah,kita dapat mengetahui

adanya pengembangan bertambahnya volume dari imbiban sebagai akibat dari

imbibisi, karena molekul-molekul air yang masuk kemudian menetap di dalam


6

imbiban itu tersusun secara berjejal-jejal mengelilingi sel-selimbiban (akibat

absorbsi) (Soerodikoesoemo, 1993).

Banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya kecil, cepat

dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji. Kemudian pertumbuhan

biji tampak terhadap pertumbuhan akar dan sistem yang cepat, lebih luas dan

banyak menampung sumber air yang diterima. (Siregar, 2010).

Proses imbibisi air mula-mula diabsorpsi oleh biji kering menyebabkan

kandungan air biji-biji meningkat secara cepat dan merata. Dalam kondisi

absorpsi (penyerapan) permulaan melibatkan imbibisi air oleh koloid dalam biji

kering, melunakkan kulit biji dan menyebabkan hidrasi dalam protoplasma, biji

membengkak dan kulit biji pecah. Imbibisi merupakan proses fisika dan dapat

terjadi juga dalam biji mati, dalam memacu perkecambahan absorpsi air terjadi

dalam 3 (tiga) tahap yaitu: 1) Untuk kenaikan awal kadar air biji dari 40% sampai

dengan 60% ekuivalen dengan 80% hingga 120% bobot keringnya. 2) Tahap

perlambatan setelah radikel muncul. 3) Kenaikan selanjutnya sampai 170% -

180% dari bobot keringnya, pada saat bibit tumbuh (Naemah, 2012).

Pergerakkan neto dari suatu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik

acak atau gerak termal dari molekul atau ion disebut difusi. Dengan kata lain,

difusi merupakan perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi

yang rendah akibat energi kinetik. Makin besar perbedan konsentrasi anatara dua

daerah, maka makin tajam pula gradasi konsentrasinya sehingga makin besar pula

kecepatan difusinya (Mugnisjah et al., 1994).

Peristiwa osmosis dapat juga dikatakan sebagai proses difusi dari bahan

pelarut molekul melalui selaput semipermeable. Untuk mengetahui tekanan


7

osmosis suatu cairan sel dapat digunakan metode plasmolisis. Metode plasmolisis

merupakan menyusutnya volume dan lepasnya protoplas sel dari dinding sel

karena kehilangan air, adanya perbedaan tekanan dengan lingkungan luarnya

(Nurmalasari et al., 2012)


8

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada hari

jumat, 1 April 2016 pukul 15.00 selesai. Pada ketinggian 25 mdpl.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kacang merah

(Vigna angularis Willd. ) dan Padi (Oryza sativa L.) masing-masing 10 gr sebagai

objek yang akan diamati daya serap air nya, Air sebagai pelarut yang akan diserap

oleh biji, label sebagai penanda pada plastic klip dan botol kocok, kertas sebagai

alas pada saat menimbang biji.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah plastik klip dan

botol kocok sebagai wadah untuk merendam biji, timbangan analitik sebagai alat

untuk mengukur berat biji, tabung ukur untuk mengukur jumlah air yang

digunakan sebesar 20ml, dan alat tulis sebagai alat untuk mencatat hasil

praktikum.

Prosedur Percobaan :

1. Disiapkan 16 botol kocok


2. Ditimbang biji kacang merah dan padi masing-masing 10 gr
3. Di ukur banyaknya air pada tabung ukur 20ml dan dimasukan kedalam

botol kocok dan plastic klip.


4. Dimasukkan masing-masing biji kedalam botol dan plastic klip.
5. Direndam biji dengan ( 20 ml ) air selama 1,3,5,6,8,12,24,48 jam.
6. Ditimbang kembali berat air dan berat biji setelah direndam dengan waktu

yang berbeda-beda.
7. Dihitung persentase kadar air dengan rumus :
Berat akhirBerat awal
100
= Berat akhir
9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

DATA IMBIBISI BIJI


Komoditi : Padi (Oryza sativa L.)
Selisih Air
Berat Berat Berat Yang
Lama Air Yang
Awal Akhir Pertambahan Kadar Air Diabsorbsi
Perendaman Diabsorpsi
Biji Biji Berat Biji (g) Air (%) Sisa Dgn
(Jam) (ml)
(g) (g) (ml) Pertambahan
Berat Biji
1 10 16,0 6 37,5% 14 6 0
3 10 13,0 3 23,07% 15 5 2
5 10 12,0 2 16,7% 13 7 5
6 10 12,5 2,5 20% 11 9 6,5
8 10 13,5 3,5 25,92% 14 6 2,5
12 10 14,5 4,5 31,03% 14 6 1,5
24 10 13,5 3,5 25,92% 12 8 4,5
48 10 16,5 6,5 39,93% 10 10 3,5

Komoditi : Kacang Merah ( Vigna angularis Willd.)


10

Selisih Air
Berat Berat Berat Yang
Lama Air Yang
Awal Akhir Pertambahan Kadar Air Diabsorbsi
Perendaman Diabsorpsi
Biji Biji Berat Biji (g) Air (%) Sisa Dgn
(Jam) (ml)
(g) (g) (ml) Pertambahan
Berat Biji
1 10 18 8 44,4 % 12 8 0
3 10 18,5 8,5 45,94% 12 8 0,5
5 10 20 10 50% 8 12 2
6 10 20,5 10,5 51,21% 9 11 0,5
8 10 21,0 11 52,38% 8 12 1
12 10 20,5 10,5 51,21% 9 11 0,5
24 10 20 10 50% 8 12 2
48 10 20 10 50% 9 11 1

Pembahasan

Dari hasil praktikum yang dilakukan terlihat benih yang telah direndam

pada air dengan waktu (jam) berbeda-beda tampak struktur morfologi biji berubah

menjadi lebih besar (membengkak), kulit biji retak-retak, dan biji berubah warna

menjadi lebih pucat serta ada biji yang hampir terlihat radikula nya. Hal ini sesuai

literature Nurmalasari dkk .(2012) yang menyatakan bahwa imbibisi adalah

peristiwa masuknya air ke dalam suatu zat melalui pori-pori. Air yang masuk

membuat kulit biji robek dan mengelupas, sehingga air masuk dan membuat biji

membesar karena sel-selnya berisi air. Warna dari biji yang telah direndam air

selama 24 jam menjadi lebih pucat dikarenakan air menembus plastida yang

semula pekat menjadi lebih pudar karena telah bercampur air.

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data bahwa biji

Kacang Merah ( Vigna angularis Willd.) yang direndam selama 10 jam

merupakan biji yang pertambahan bijinya, daya serap air dan kadar ainya paling

besar. Pertambahan biji yang direndam selama 12 jam yaitu 11 g, daya serap

airnya sebesar 12ml dengan kadar air sebesar 52,3 % dan pertumbuhan biji yang
11

pertambahan bijinya, daya serap air dan kadar airya paling kecil ialah yang

direndam selama 1 jam, dengan pertambahan berat biji sebesar 3g, daya serap air

nya 7ml dan kadar air nya sebesar 23,07%. Dan pada Padi (Oryza sativa L.) yang

pertambahan bijinya, daya serap air dan kadar ainya paling besar ialah yang

direndam selama 48 jam dengan pertambahan biji sebesar 8g, daya serap airnya

13ml dan kadar airnya 44,4% sedangkan biji yang pertumbuhan biji yang

pertambahan bijinya, daya serap air dan kadar ainya paling kecil ialah yang

direndam selama 1 jam, yaitu berat pertambahan bijinya sebesar 2,5g , daya serap

airnya sebesar 4ml dan kadar airnya sebesar 20%. Daya serap air pada setiap biji

berbeda tergantung dari lama nya perendaman yang dilakukan dan dari jenis biji

itu sendiri dan banyaknya air pada sekitar biji. Hal ini sesuai literature Sutopo

(2002) yang menyatakan bahwa dua faktor penting yang mempengaruhi

penyerapan air oleh benih adalah : sifat dari benih terutama kulit pelindungnya

dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Banyaknya air yang

diperlukan bervariasi tergantung pada jenis benih.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan melalui contoh biji kacang

merah dan padi, diketahui bahwa saat proses imbibisi terajadi pertambahan

volume oleh biji yang disebabkan oleh absorbsi air saat imbibisi hal ini sesuai

dengan literatur Soerodikoesoemo (1993) yang menyatakan bahwa melalui contoh

biji kacang merah dan kacang tanah,kita dapat mengetahui adanya pengembangan

bertambahnya volume dari imbiban sebagai akibat dari imbibisi.

ada proses imbibisi biji terjadi perpindahan zat yang menyebabkan biji

membesar, karena volume atau kadar air didalam biji lebih kecil daripada kadar

air yang ada di luar biji, sehingga air masuk ke dalam melalui pori-pori biji.
12

Proses tersebut dinamakan difusi. Hal ini sesuai literature Mugnisjah et al. (1994)

yang menyatakan bahwa difusi merupakan perpindahan molekul dari konsentrasi

tinggi ke konsentrasi yang rendah akibat energi kinetik. Makin besar perbedan

konsentrasi anatara dua daerah, maka makin tajam pula gradasi konsentrasinya

sehingga makin besar pula kecepatan difusinya. Dan pada biji jugak terjadi proses

osmosis, hal ini sesuai literature Nurmalasari et al. (2012) yang menyatakan

bahwa peristiwa osmosis dapat juga dikatakan sebagai proses difusi dari bahan

pelarut molekul melalui selaput semipermeable.

Proses imbibisi pada biji untuk mencapai pertumbuhan perkecambahan

terjadi dengan 3 tahap. Tahap-tahap imbibisi pada biji mula-mula penyerapan air

besar, namun ketika radikula muncul penyerapan melambat dan penyerapan air

besar kembali ketika proses pertumbuhan biji menjadi bibit dimulai. Hal ini sesuai

literature Naemah (2012) yang menyatakan bahwa imbibisi merupakan proses

fisika dan dapat terjadi juga dalam biji mati, dalam memacu perkecambahan

absorpsi air terjadi dalam 3 (tiga) tahap yaitu: 1) Untuk kenaikan awal kadar air

biji dari 40% sampai dengan 60% ekuivalen dengan 80% hingga 120% bobot

keringnya. 2) Tahap perlambatan setelah radikel muncul. 3) Kenaikan selanjutnya

sampai 170% - 180% dari bobot keringnya, pada saat bibit tumbuh
13

KESIMPULAN

1. Kadar air yang diserap biji kacang merah (Vigna angularis Willd.)

sebesar 52,38 %, Pertambahan biji yaitu 11 g, daya serap airnya

sebesar 12ml yang direndam selama 8 jam. Kadar air paling kecil ialah

yang direndam selama 1 jam, dengan pertambahan berat biji 8g, daya

serap air nya 8ml dan kadar air nya sebesar 44,4%.
2. Pada Padi (Oryza sativa L.) yang pertambahan bijinya, daya serap air

dan kadar ainya paling besar ialah yang direndam selama 48 jam

dengan pertambahan biji sebesar 6,5g, daya serap airnya 10ml dan

kadar airnya 39,93%. Biji yang pertumbuhan biji yang pertambahan

bijinya, daya serap air dan kadar ainya paling kecil ialah yang

direndam selama 1 jam, yaitu berat pertambahan bijinya sebesar 6g ,

daya serap airnya sebesar 4ml dan kadar airnya sebesar 37,5%.
14

3. Ciri morfologi biji yang telah direndam pada air ialah, biji mengalami

pembekakkan, warna biji pucat, kulit biji retak-retak ada biji yang

hampir terlihat radikula nya.


4. Pada proses imbibisi terjadi 2 proses yaitu difusi dan osmosis.

5. Terdapat 3 tahap biji yang melalui proses imbibisi untuk mencapai

pertumbuhan hingga ke bibit yaitu, 1) Untuk kenaikan awal kadar air

biji dari 40% sampai dengan 60% ekuivalen dengan 80% hingga 120%

bobot keringnya. 2) Tahap perlambatan setelah radikel muncul. 3)

Kenaikan selanjutnya sampai 170% - 180% dari bobot keringnya, pada

saat bibit tumbuh

DAFTAR PUSTAKA

Campbell N.A. Mitchell L.G. dan Reece J.B. 2002. Biologi. Edisi Kelima- Jilid
2. Penerbit: Erlangga. Jakarta.

Diah, S. 2008. Biologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.

Heddy, S. 1990. Hormon Tumbuhan. Penerbit: Rajawali. Jakarta.

Machrodania.2013. Pengaruh Garam Terhadap Imbibisi Biji Padi Dan Biji


Kacang Tanah. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Mugnisjah, W.Q. Asep. S. Suwarto, S. Dan Cecep. S. 1994. Panduan Praktikum


Dan Penelitian Bidang Ilmu Dan Teknologi Benih. Penerbit: Raja
Grafindo Persada. Jakarta.

Naemah, D. 2012. Teknik Lama Perendaman Terhadap Daya Kecambah Benih


Jelutung (Dyera Polyphylla Miq. Steenis). Laporan Penelitian (Mandiri).
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Nurmalasari, R. Farida, A.P. Narulita, A. Ike, N. Alvin, O.P. Dan Rozy, A.S. 2012.
Difusi, Osmosis, Dan Imbibisi. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Departemen Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi. Universitas
Airlangga. Surabaya.
15

Oman, K . 2008. Cerdas Belajar Biologi Untuk Kelas XII. Penerbit:


Grafindo Media Pratama. Bandung.

Purba, Michael. 2001. Morfologi dan Sistematika Tumbuhan, Universitas


Indonesia: Jakarta

Pancaningtyas, S. Teguh, I.S. Dan Sudarsianto. 2014. Studi Perkecambahan Benih


Kakao Melalui Metode Perendaman. Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao
Indonesia. Jember.

Siregar, K. 2010. Pengaruh Volume Air Perendaman Dan Lama Perendaman


Terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.).
Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Sumartini, S. Sri, M. dan Fathkur, R. 2014. Pengaruh Perendaman Terhadap


Viabilitas Benih Tembakau (Nicotiana Tabacum L.). Malang.

Suradinata, Tatang. 1993. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.


Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Penerbit: Raja Grafindo Persada. Jakarta

Soerodikoesoemo, 1993. Pusat pembukuan departemen pendidikan nasional.


Indonesia: Jakarta..
Wachid. M. 2005. Optimalisasi Zat Gizi Pada Proses Perkecambahan Pembuatan
Taoge Kajian Suhu dan Lama Perendaman.
Http://Ejournal.Umm.Ac.Id/Index.Php/Gamma/Article/Viewfile/67/68_U
mm_Scientific_Journal.Doc. Malang.

Anda mungkin juga menyukai