Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Identifikasi Masalah


Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam menjadikan manusia
yang berilmu, berbudaya, bertakwa serta mampu menghadapi tantangan masa
datang. Dengan pendidikan tersebut juga akan melahirkan peserta didik yang
cerdas serta mempunyai kompetensi dan skill untuk dikembangankan
ditengah-tengah masyarakat.Untuk mewujudkan hal demikian tidak terlepas
dari faktor penentu dalam keberhasilan peserta didik dalam pendidikan. Salah
satu faktor utamanya adalah kemampuan guru mengunakan metode dalam
proses pembelajaran.
Kegiatan pendidikan menurut Freira (2000) merupakan kegiatan
memahami makna atas realitas yang dipelajari.Kegiatan ini menuntut sikap
kritis dari pelaku yaitu peserta didik dan tenaga pendidik.Dengan bantuan
bimbingan dan pendampingan oleh tenaga pendidik, peserta didik dituntut
secara aktif dan kreatif untuk perbaikan kehidupan. Faktor yang mendukung
keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran salah satunya
adalah kemampuannya dalam menguasai dan menerapkan metode
pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran seorang guru harus
mempertimbangkan dan memperhatikan teknik penyajian materi cocok atau
sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dengan metode pembelajaran
yang tepat maka siswa dapat menerima materi pelajaran dan mengikutinya
secara maksimal, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mengembangkan
inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar ke arah belajar seumur
hidup melalui komponen Belajar Aktif. Proses pembelajaran tidak akan terjadi
dengan baik jika salah satu dari 3 hal ini tidak ada yaitu : Guru (pemberi
pesan), pesan atau informasi dan peserta didik (penerima pesan). Winarno
2

Surahmad (1994) dalam buku M. Sobry Sutikno 2005: menjelaskan bahwa di


dalam proses pembelajaran selalu ditekankan pengertian interaksi yaitu
hubungan aktif multi arah antara pendidik dan peserta didik, peserta didik
dengan peserta didik yang lainnya, pendidik dan peserta didik dengan sumber
belajar.
Salah satu model pembelajaran yang dimungkinkan mampu
mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray(TSTS).Pembelajaran model ini lebih meningkatkan keaktifan siswa.
Setiap siswa membentuk kelompok dan bekerja sama dalam kelompok.
Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain, kemudian
dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka.Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok
mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.Kelompok
mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa siswa yang aktif terlibat dalam
kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas, hanya sebagian kecil
saja. Sedangkan sebagian besar siswa asyik sebagai pendengar setia atau
pengganggu konsentrasi belajar temannya. Hal ini menimbulkan keprihatinan
akan makna belajar sesungguhnya. Bila siswa belajar hanya melalui
pendengaran saja untuk mendapatkan pengetahuan, tanpa melakukan aktifitas
lain berupa keterlibatan secara fisik maupun mental, maka ranah yang dicapai
hanya kognitifnya saja. Sedangkan ranah psikomotorik dan afektifnya menjadi
kurang berkembang.
Dalam hal ini peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray (TSTS).Tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan
kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada
kelompok lain. Hal ini dilakukan karena pada mata pelajaran IPA banyak
dituntut untuk memiliki pemahaman materi yang baik dan keaktifan yang
3

tinggi untuk kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-


kegiatan belajar siswa.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas,
pertanyaan yang merupakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe


Two Stay Two Stray (TSTS) untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas II
Mi Miftahul Jannah Gondang pada mata pelajaran IPA semester 1?
2. Apakah metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat
meningkatkan keaktivan siswa ?

1.3 Tujuan PTK


Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukaan diatas, tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran model pembelajaran


kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk meningkatkan keaktifan
siswa kelas II MIMiftahul Jannah Gondang pada mata pelajaran IPA
semester 1?
2. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran Two Stay Two Stray
(TSTS) dapat meningkatkan keaktivan siswa ?

1.4 Manfaat Hasil Penelitian


1. Manfaat bagi Siswa
a. Menambah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
b. Menambah wawasan siswa
c. Mudah memahami materi
4

2. Manfaat bagi Guru


a. Nilai Siswa Meningkat, mencapai Kompetensi yang diharapkan.
b. Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di
kelasnya.
c. Mengaktifkan dalam mengembangkan pengetahuan ketrampilan
3. Manfaat bagi Sekolah
a. Keberhasilan sekolah untuk meningkatkan sumberdaya manusia dapat
ditingkatkan.
b. Dapat merangsang guru-guru yang lain untuk memperbaiki metode
pembelajaran yang mereka terapkan.
5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Koperatif


2.1.1 Pengertian Pembelajran Kooperatif
Adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
2.1.2 Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu
manusia saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan). Dengan pembelajaran
kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh
sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya
terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,
sebagai latihan hidup di masyarakat.
2.1.3 Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang
berkaitan. Menurut Anita Lie ( 2004 ) :

a. Saling ketergantungan positif


Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut
dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling
ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan
tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan
peran, saling ketergantungan hadiah.
b. Interaksi tatap muka
Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga
mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi
dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih
mudah belajarnya dengan teman sebaya.
c. Akuntabilitas individual
6

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.


Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan
oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan
bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai
kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota
kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang
dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang
didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan.
Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh
teguran dari guru juga siswa lainnya.
2.1.4 Unsur Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model
pembelajaran kooperatif, yaitu :

a. Positive interdependence ( saling ketergangtungan positif )


Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2
pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok
secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
b. Personal responsibility ( tanggung jawab perorangan )
Tanggung jawab perorangan merupakan kunci untuk menjamin semua
anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.
c. Face to face promotive interaction ( interaksi promotif )
Unsur ini penting untuk dapat menghasilkan saling ketergantungan
positif. Ciri ciri interaksi promotif adalah :

Saling membantu secara efektif dan efisien


Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
Memproses informasi bersama secara lebih effektif dan efisien
Saling mengingatkan
7

Saling percaya
Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama
d. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota / ketrampilan)
Dalam unsur ini berarti mengkoordinasikan kegiatan peserta didik
dalam pencapaian tujuan peserta didik, maka hal yang perlu dilakukan
yaitu :

a) Saling mengenal dan mempercayai


b) Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius
c) Saling menerima dan saling mendukung
d) Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
e. Group processing ( pemrosesan kelompok )
Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan
kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan
kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap
kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

2.1.5 Tujuan Pembelajaran Kooperatif


a. Meningkatkan hasil belajar akademik
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan
social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

b. Penerimaan terhadap keragaman


Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang
berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu
sama lain atas tugas tugas bersama.

c. Pengembangan ketrampilan sosial


Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi
untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.
8

2.2 Model Pembelajaran Type Two Stay Two Stray


Trianto, (2007: 5) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran didalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial
dan untuk menentukan perangkat-parangkat pembelajaran.
Menurut Anita (2004:61) teknik belajar dua tinggal dua tamu (two stay
two stray) adalah model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer kagan
pada tahun 1992, teknik ini bisa digunakan pada semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan anak didik. Struktur two stay two stray memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan
kelompok lain. Banyak kegiatan belajar yang diwarnai dengan kegiatan-
kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat
pekerjaan siswa lain. Padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah,
kehidupan dan kerja manusia bergantung satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray
menurut Anita (2004:62) bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe two
stay two stray ada enam langkah yaitu: (a) persiapan, (b) pembentukan
kelompok, (c) diskusi masalah, (d) bertamu ke kelompok lain, (e) berbagi
informasi dengan kelompok lain, (f) kembali ke kelompok asal dan
mencocokkan hasil kerja. Kelebihan tipe two stay two stray yaitu (1) Terdapat
pembagian kerja kelompok yang jelas, (2) Siswa dapat bekerjasama dengan
temannya, dan (3) Dapat mengatasi kondisi
1.2.1 Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan Metode Two Stay Two Stray
Metode pembelajaran Two stay two stray (Dua Tinggal Dua
Tamu) memiliki kelebihan antara lain:
1. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
2. Belajar siswa lebih bermakna.
3. Lebih berorientasi pada keaktifan berpikir siswa.
9

4. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.


5. Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan
konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah
6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan
kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman
sekelompoknya
7. Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman
8. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kelemahan Metode Two Stay Two Stray
Metode pembelajaran ini pun memiiki kelemahan, yaitu :
1. Membutuhkan waktu yang lama.
2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama
yang tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit
untuk bekerjasama.
3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan
tenaga)
4. Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya
diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai memiliki
kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya.
5. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
2.3 Keaktifan Belajar
Pada hakekatnya keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada semua
perbuatan belajar, tetapi kadarnya yang berbeda-beda tergantung pada jenis
kegiatannya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai (Hamalik,
2003).Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) mengemukakan
keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk
kegiatan fisik yang dapat diamati.Contoh kegiatan fisik tersebut telah
dikemukakan oleh Usman (2011) yaitu meliputi aktivitas visual yang meliputi
10

meliputi membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan


demonstrasi.Aktivitas lisan meliputi bercerita, membaca sajak, Tanya jawab,
diskusi dan menyanyi.Aktivitas mendengarkan meliputi mendengarkan
penjelasan guru, ceramah, pengarahan. Aktivitas gerak seperti senam, atletik,
menari, melukis dan aktivitas menulis seperti mengarang, membuat makalah,
membuat surat. Setiap jenis aktivitas tersebut memiliki bobot yang berbeda
tergantung pada tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar.
Selain itu, Usman (2011) juga mengemukakan bahwa keaktifan meliputi
interkasi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya. Interaksi tersebut
memiliki berbagai macam pola interaksi diantaranya
Pola guru-siswa
G
Komunikasi sebagai Aksi (Satu arah)

M M M
Pola guru-siswa-guru

G
Ada balikan (Feedback)bagi guru, tidak
ada interaksi antar siswa (komunikasi
M M M sebagai interaksi)

Pola guru-siswa-siswa

Ada balikan bagi guru siswa saling


belajar satu sama lain
M M M

Pola guru-siswa-,siswa-guru,
siswa,siswa
G
Interaksi optimal antara guru dengan siswa
dan antara siswa dengan siswa
M M (komunikasi sebagai transaksi, multiarah

M M
11

Pola melingkar
Setiap siswa mendapat giliran untuk
G
mengemukakan sambutan atau jawaban,
tidak diperkenankan berbicara dua kali
M M apabila setiap siswa belum mendapat
M M giliran
M

Keaktifan belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan siswa untuk


melaksanakan kegiatan belajar. Keaktifan dapat ditunjukkan dengan
keterlibatan siswa dalam mencari atau mendapatkan sebuah informasi dari
suatu sumber seperti buku, guru dan teman lainnya sehingga siswa diharapkan
akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan
potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan menggunakan potensi
sumber belajar yang terdapat disekitarnya.
Menurut Sudjana (2004) keaktifan belajar siswa dapat dilihat
berdasarkan indikator keaktifan siswa yaitu turut serta dalam melaksanakan
tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan permasalahan, bertanya kepada
siswa lain atau kepada guru apabila tidak, memahami persoalan yang
dihadapinya, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untukpemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan
petunjuk guru, menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya,
melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis, kesempatan
menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yangdihadapinya.
Melalui indikator keaktifan siswa, guru dapat melihat apakah siswa
telah melakukan aktivitas belajar yang diharapkan atau tidak.Keaktifan belajar
tidak semata-mata muncul karena siswa tetapi guru juga harus berusaha untuk
memunculkan suasana belajar yang aktif sehingga siswa dapat terpacu untuk
aktif dalam belajar.
12

2.4 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena


peneliti ingin memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar yang kurang
maksimal dengan cara mengubah metode dari yang biasanya dilakukan.
Penelitian ini dilakukan dengan caramengelompokan siswa.Penelitian ini
menggunakan dua siklus yang pada setiap siklusnya terdiri dari dua kali
pertemuan.Penelitian ini bertempat di MI Miftahul Jannah gondang.
13

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

3.1 Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini yang sebagai subjek adalah


semua kelas II MI Miftahul Jannah Gondang.Siswanya Berjumlah 10
orang yang terdiri 6 laki-laki dan 4 perempuan.

3.1.2 Tempat penelitian

Tempat penelitian yang digunakan adalah MI Miftahul Jannah Gondang


semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017

3.1.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakkan dalam 3 tahap yaitu: 1) Prasiklus tanggal 3


Oktober 2016, 2) Siklus 1 tanggal 14 Oktober 2016, 3) siklus 2 tanggal
24 Oktober 2016.

3.2 Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini menggunakan desain posttest only controldesign yakni


menempatkan subyek penelitian ke dalam dua kelasyang dibedakan menjadi
kategori kelas eksperimen dan kelaskontrol serta kedua kelas tersebut dipilih
secara random. Kelaseksperimen diberi perlakuan yaitu pembelajaran
denganmenggunakan model pembelajaran TSTS dan WS sedangkankelas
kontrol dengan pembelajaran konvensional (dengan metodeceramah).
Adapun desain pola eksperimen adalah sebagai berikut:

R1 X O1
R2 --- O2
14

Keterangan :

R1: Random (keadaan awal kelompok eksperimen)

R2 :Random(keadaan awal kelompok kontrol)

X :Treatment(perlakuan)

O1 : Pengaruh diberikannya treatment

O2 : Pengaruh tidak diberikannya treatment

Desain ini terdapat dua kelompok masing-masing dipilihsecara


random.Kelompok pertama diberi treatment atau perlakuan(X) dan kelompok
yang kedua tidak. Kelompok yang diberiperlakuan disebut kelas eksperimen
dan kelompok yang tidakdiberi perlakuan disebut kelompok atau kelas
kontrol.3

3.3 Teknik Analisis Data

3.3.1 Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik


bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.
Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang
lain.11 Metode ini dilakukan peneliti agar memperoleh data tentang situasi dan
proses pembelajaran di MI Miftahul Jannah Gondang.

3.3.2 Penyajian Data

Data yang telah direkduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola


dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk melihat
15

gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian ditulis dalam


gambar diagram gravik atau paparan data.

3.3.3 Penarikan kesimpulan, verifikasi dan refleksi

Adapun tess hasil belajar siswa diolah dan untuk mengukur ketuntasan
belajar dengan menggunakan rumus

Skor yang dicapai


Nilai : x 100
skor maksimal

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Penelitian Tindakan Tahap Pra Siklus

Pelaksanaaan pembelajaran pra siklus untuk kelas II yang dilaksanakan


pada hari Senin Tanggal 3 Oktober 2016, Tahap pra siklus ini bertujuan untuk
megetahui seberapa jauh semangat peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran IPA di kelas sebelum diterapkannya metode two stay two stray,
dengan melihat atau mengamati secara langsung pembelajaran yang ada
dikelas, kemudian dicatat yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan pra siklus guru dalam
proses pembelajarannya belum menggunakanmodel pembelajaran Two Stay
Two Straytetapi guru masih menggunakanceramah tanpa ada metode yang
mendukung sehingga pembelajaran terlihatmonoton dan siswa menjadi bosan
dan kurang semangat.
16

Observasi pada tahap pra siklus ini menggunakan instrument


observasiyang dipegang oleh peneliti dan lembar kerja soal yang dipegang
oleh guruuntuk dibagikan kepada peserta didik diakhir pembelajaran.Lembar
kerja iniadalah sebagai tes keaktifan untuk mengetahui kemampuan peserta
didikdalam memahami materi sebelum diterapkannya metode Two Stay Two
Stray.
Tabel 1
Skor Observasi Keaktifan Peserta Didik dalam Mengikuti Pembelajaran
IPA Pada Tahap Pra Siklus

Jumlah
Indikato Sklala Penilaian
Skor
r 1 2 3 4 5
1 - - 2
2 - - - - 3

3 - - - - 2

4 - - - - 3

5 - - - - 3

Jumlah - 4 9 - - 13
Skor
Keterangan :
Indikator : Keaktifan dalam pembelajaran
Skor :
5 (sangat baik) jika siswa yang aktif 80-100 %
4 (baik) jika siswa yang aktif 60-80 %
3 (cukup) jika siswa yang aktif 40-60 %
2 (rendah) jika siswa yang aktif 20-40 %
1 (kurang) jika siswa yang aktif 0-20 %

Untuk hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indicator


keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran IPA pada tahap pra siklus
17

dapat diprosentasekan bahwa keaktifan peserta didik dalam proses


pembelajaran sebelum deterapkan metode Two Stay Two Stray yaitu:
Skor yang dicapai
Nilai : x 100
skor maksimal

13
x 100
: 25

: 52 %

Dari hasil pengamatan pada tahap pra siklus tersebut dapat


disimpulkanbahwa peserta didik belum terlibat aktif secara penuh dalam
prosespembelajaran. Keaktifan siswa adalah sebagai indikator adanya
semangatbelajar dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang aktif dalam
kelasmenunjukkan adanya semangat atau keinginan untuk memperoleh hasil
yangbaik.Rendahnya keaktifan belajar peserta didik pada kelas II yang
menjadiobyek penelitian dapat ditunjukkan dari prosentase hasil penilaian
keaktifanpeserta didik dalam mengikuti pembelajaran yaitu sebesar 52 % yang
masihberada dibawah ketentuan yaitu 65 %.Selama proses belajar berlangsung
aspek yang menunjukkan adanyabelajar aktif belum secara maksimal.
Dari refleksi diatas didapatkan beberapa solusi terhadap
permasalahanproses belajar mengajar dikelas berkaitan dengan hasil belajar
peserta didik, pembelajaran yang akan diterapkan yaitu dengan metode Two
Stay Two Stray.Solusi ataupun hasil diskusi tersebut akan diterapkan menjadi
sebuah tindakanuntuk tahap berikutnya yaitu pada siklus 1 dan 2.
3.2 Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1
Penelitian Tindakan Kelas siklus I dilaksanakan oleh peneliti, pada
siklus 1 ini observasi dilakukan di kelas II pada mata pembelajaran IPA bab
bagian tubuh hewan dan tumbuhan. Penelitian ini dilaksanakan padatanggal
14 Oktober 2016. Dalam siklus I ini, solusi yang diperoleh daritahap refleksi
pada tahap pra siklus sebagai tindakan untuk mengatasipermasalahan dalam
18

pelaksanaan pembelajaran IPA di kelaskaitannya dengan meningkatkan


keaktifan siswa, sebelum melaksanakan tindakan pada tahap siklus 1
melakukan diskusi terlebih dahulu tentang tindakan yang akan diambil untuk
menyelesaikan permasalahan yang didapat pada tahap pra siklus terutama
bagaimana menciptakan suasana belajar yang tidak menjenuhkan yang akan
membawa dampak semangat belajar peserta didik dan berkurangnya hasil
belajar siswa. Tindakan tersebut kemudian didiskusikan dengan kolaborator
untuk menjadi alternatif pemecahan masalah. Tindakan tersebut adalah :
1. Melaksanakan pembelajaran yang ada di kelas dengan metode Two Stay
Two Stray
2. Meninjau kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada tahap
prasiklus.
3. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
4. Menciptakan ruangan kondusif karena metode Two Stay Two Stray
pastimenciptakan keramaian dalam kelas.

Tabel 2
Skor Observasi Keaktifan Peserta Didik dalam Mengikuti
PembelajaranIPAPada Siklus 1

Jumlah
Sklala Penilaian
Indikator Skor
1 2 3 4 5
1 - - - - 4
2 - - - - 3

3 - - - - 1

4 - - - - 5

5 - - - - 4

Jumlah 1 - 3 8 5 17
Skor
Keterangan :
19

Indikator : Keaktifan dalam pembelajaran


Skor :
5 (sangat baik) jika siswa yang aktif 80-100 %
4 (baik) jika siswa yang aktif 60-80 %
3 (cukup) jika siswa yang aktif 40-60 %
2 (rendah) jika siswa yang aktif 20-40 %
1 (kurang) jika siswa yang aktif 0-20 %

Hasil pengamatan yang dilihat dari indikator keaktifanpeserta didik dalam


proses pembelajaran IPA pada tahap siklus 1 dapat diprosentasekan bahwa
keaktifan peserta didik dalam prosespembelajaran setelah diterapkan metode
Two Stay Two Stray yaitu:

Skor yang dicapai


Nilai : x 100
skor maksimal

17
x 100
: 25

: 68%
Dari hasil pengamatan pada tahap siklus 1 tersebut dapat disimpulkan
bahwa peserta didik mulai ada peningkatan keaktifan dalam proses
pembelajaran. Keaktifan siswa adalah sebagai indikator adanya keinginan
belajar untuk mendapat hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran.
Peserta didik yang aktif dalam kelas menunjukkan adanya keinginan untuk
bisa.Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan dari prosentase hasil penilaian
keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yaitu sebesar 68 % dan
diatas ketentuan yang telah ditetapkan yaitu 65 %.Dalam pelaksanaan
tindakan pada tahap siklus 1 terjadi suatu peningkatan mengenai keaktifan
bertanya.Dengan model pembelajaran yang diterapkan yang berbeda pada
tahap pra siklus yaitu menggunakan metode Two Stay Two Stray terlihat
adanya peningkatan walaupun penerapannya belum secara optimal dan masih
20

banyak kendala-kendala yang harus diperbaiki untuk siklus berikutnya.


Peningkatan tersebut yaitu adanya respon siswa pada saat pelajaran akan
dimulai, perhatian peserta didik dalam mengikuti pelajaran sudah mulai
terfokus sedikit demi sedikit, banyak yang terlihat aktif bertanya,
mengungkapkan ide atau pengetahuan.
21

Tabel 3
Perbandingan Jumlah Skor dan Prosentase Keaktifan siswa pada Tahap
Pra Siklus dan Siklus 1
N Pelaksanan siklus Jumlah skor Presentase %
O
1 Pra Siklus 13 52
2 Siklus 1 17 68
Dilihat dari tabel diatas perbandingan keaktifan belajar pada tahap pra
siklus yang masih menggunakan metode ceramah dan penugasan pada Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan siklus 1 yang menggunakan metode Two Stay Two
Stray menunjukkan adanya sebuah peningkatan.
Pelaksanaan pembelajaran di siklus 1 ini adanya pembelajaran yang
sudah mulai aktif dan terjadinya komunikasi dua arah seperti halnya adanya
pembelajaran dengan diskusi antar kelompok, sehingga meteri yang mereka
dapat benar-benar dirasakan oleh peserta didik yang akhirnya berguna di
masyarakat. Dan Peningkatan pada siklus I yang lain adalah adanya
ketenangan kelas pada saat pelajaran akan dimulai, perhatian peserta didik
dalam mengikuti pelajaran sudah mulai terfokus sedikit demi sedikit, sudah
ada yang terlihat bertanya. Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada
siklus 1 ini guru bersama peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan
pembelajaran tersebut dengan mendiskusikan kendala atau masalah yang
dihadapi ketika berada dikelas. Dari hasil evaluasi siklus menghasilkan
beberapa catatan yang harus direfleksikan pada pelaksanaan pembelajaran
pada tahap siklus 2 yaitu sebagai berikut:
1. Adanya peserta didik yang masih belum paham dalam
melaksanakanpembelajaran IPA dengan metode Two Stay two Stray
2. Guru yang melaksanakan pembelajaran dikelas dengan panduan
RencanaPelaksanaan Pembelajaran yang telah telah disusun secara
bersama-samadengan peneliti belum sepenuhnya dikuasai.
3. Adanya peserta didik yang masih pasif.
22

4. Siswa menjadi pusat kegiatan dan bertanya antara siswa yang lain. Hal
inidikarenakan siswa baru pertama kalinya dikenalkan metode Two Stay
Two Stray
Dari hasil evaluasi pembelajaran tersebut dan hasil diskusi
antarapeneiliti dengan kolaborator ada beberapa hal tindakan yang akan
dilakukanpada tahap berikutnya yaitu siklus 2 yang akan meningkatkan
keaktifan dan keinginan besar dalam belajar terkait dengan pelaksanaan
metode Two Stay Two Stray yang membawa dampak pada hasil belajar.
Tindakan tersebut yaitu:
1. Memberikan motivasi kepada peserta didik dengan penyampaian materi
untuk mengetahui terlebih dahulu apa-apa saja yang disukai oleh peserta
didik. Setelah itu berikan apa yang mereka sukai agar mereka juga
menyukai apa yang diajarkan oleh guru, misal dengan cara menawarkan
nilai tambahan bagi siswa yang mau bertanya.
2. Pada saat pembelajaran berlangsung kontak pandang guru terhadap peserta
didik tidak hanya tertuju pada seorang saja.
3. Memberikan kesempatan siswa mengeluarkan ide tentang materi
berdasarkan kehidupan sehari-hari.
4. Memberikan waktu untuk praktek berkaitan topik materi pelajaran.
5. Memberikan tugas berupa pengamatan dalam kehidupan nyata dengan
cara memberikan tugas observasi terhadap suatu pokok pelajaran.
3.3 Analisi Penelitian Tindakan Siklus 2
Seperti pada tahap pra siklus dan siklus 1, observasi dilakukan oleh
peneliti dan guru pamong, untuk berupaya meningkatkan hasil belajar peserta
didik yang berdampak pada pembelajaran dan pemahaman terhadap materi
pelajaran yang menjadi pokok bahasan. Pada siklus 2 ini dilakukan di kelas II
dengan materi ajar bagian tubuh hewan dan tumbuhan, penelitian ini
dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2016.Tindakan yang telah dirumuskan
pada siklus 1 diatas akan diterapkan pada siklus 2. Dan hasil observasi
tersebut adalah:
23

Tabel 4

Skor Observasi Keaktifan Peserta Didik dalam Mengikuti Pembelajaran


IPA Pada Siklus 2

Jumlah
Sklala Penilaian
Indikator Skor
1 2 3 4 5
1 - - - - 4
2 - - - - 3

3 - - - - 5

4 - - - - 5

5 - - - - 3

Jumlah - - 3 8 10 20
Skor
Keterangan :
Indikator : Keaktifan dalam pembelajaran
Skor :
5 (sangat baik) jika siswa yang aktif 80-100 %
4 (baik) jika siswa yang aktif 60-80 %
3 (cukup) jika siswa yang aktif 40-60 %
2 (rendah) jika siswa yang aktif 20-40 %
1 (kurang) jika siswa yang aktif 0-20 %

Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indikator keaktifan


peserta didik dalam proses pembelajaran IPA pada tahap siklus 2 dapat
diprosentasekan bahwa kektifan peserta didik dalam proses pembelajaran
setelah diterapkan metode Two Stay Two Stray yang ke-2 yaitu:
Skor yang dicapai
Nilai : x 100
skor maksimal
24

20
x 100
: 25

: 80%

Dari hasil pengamatan pada tahap siklus 2 tersebut dapat disimpulkan


bahwa peserta didik hampir secara keseluruhan terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Peserta didik secara individu maupun kelompok hampir
keseluruhan terlibat aktif bertanya, menulis ketika ada keterangan atau
informasi baru yang diterima dari Bapak/ Ibu guru atau dari sumber lain,
menyelesaikan tugas sesuai dengan fungsinya baik secara individu maupun
kelompok dalam pembelajaran IPA dikelas. Sehingga dalam proses
pembelajaran tidak tergantung sepenuhnya pada guru dan mereka berusaha
mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk didiskusikan dalam kelas atau
permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi siap untuk ditanyakan
kepada guru. Hal ini juga ditunjukkan hasil observasi keaktifan dalam
pembelajaran pada siklus 2 Penelitian Tindakan Kelas pada kelas II MI
Miftahul Jannah Gondang dengan prosentase 80 % yang sudah berada diatas
ketentuan yang ditetapkan yaitu 65 %. Semangat belajar peserta didik jika
dibandingkan dengan tahap pra siklus dan siklus 1 telah mengalamai
peningkatan.
Tabel 5
Perbandingan Jumlah Skor dan Prosentase keaktifan Belajar pada
Siklus 1 dan Siklus 2
N Pelaksanan siklus Jumlah skor Presentase %
O
1 Siklus 1 17 68
2 Siklus 2 20 80

Dilihat dari tabel di atas perbandingan keaktifan belajar pada siklus 1 dan
siklus 2 menunjukkan adanya sebuah peningkatan dari tiap-tiap siklus.
25

3.4 Analisis Akhir


Dari tindakan yang telah dilakukan di atas mulai dari pra siklus, siklus
I sampai siklus II dapat disimpulkan bahwa ada perubahan positif dari tiap-
tiap siklus.Hal ini dapat dilihat dari skor observasi tentang keaktifan siswa
yang telah diperoleh pada tiap-tiap siklus.Pada pra siklus skor observasi
adalah 13 dengan prosentase 52%.Kemudian pada siklus I skor observasinya
meningkat menjadi 17 dengan prosentase 68%.Dan pada siklus II skor
observasi mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 20 dengan prosentase
80% termasuk dalam kategori sangat baik. Untuk lebih jelasnya, dapat kita
lihat.hasil tindakan dari tahap pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 yaitu terjadi
peningkatan keaktifan belajar peserta didik dari tahap pra siklus, siklus 1 dan
siklus 2 yang dapatr dilihat pada table sebagai berikut:
Tabel 6
Perbandingan Jumlah Skor dan Prosentase Keaktifan pada tahap Pra
Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
N Pelaksanan siklus Jumlah skor Presentase %
O
1 Pra Siklus 13 52
2 Siklus 1 17 68
3 Siklus 2 20 80
26

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengmatan tindakan yang telah dilakukan mulai dari pra
siklus, siklus I sampai siklus II dapat disimpulkan bahwa ada perubahan
positif dari tiap-tiap siklus.Hal ini dapat dilihat dari skor observasi tentang
keaktifan siswa yang telah diperoleh pada tiap-tiap siklus.Pada pra siklus skor
observasi adalah 13 dengan prosentase 52%.Kemudian pada siklus I skor
observasinya meningkat menjadi 17 dengan prosentase 68%.Dan pada siklus
II skor observasi mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 20 dengan
prosentase 80% termasuk dalam kategori sangat baik.

4.2 Saran
1. Kepada siswa
a. Siswa hendaknya mengembangkan kekompakan dan kemandirian
untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sehingga iklim
kelas mampu lebih kondusif
b. Siswa hendaknya mengembangkan rasa ingin tahu dan kerjasamanya
sehingga mampu meningkatkan sikap ilmiah siswa menjadi lebih
kondusif.
c. Siswa hendaknya mengembangkan kemampuan dalam
menyampaikan pendapat atau menanggapi pendapat dari siswa lain
sehingga pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan
2. Kepada peneliti lain
a. Perlu diadakan penelitian sejenis dengan cakupan materi lain yang
lebih luas sehingga dapat diketahui sejauh mana penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Straymampu meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA.
27

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:


PT. Pustaka Pelajar, 2009).

Anita Lie, 2004. Cooperative Learning.Jakarta: PT Gramedia

Dimyati dan Mudjiono, 2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System,


Jakarta : Bumi Aksara, 2003.

Sudjana.dalam Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka


Cipta

Trianto, 2007.Model-ModePembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik.Jakarta: Prestasi Pustaka

Trinandita.(2010). Keaktifan Siswa. (online). (http://ipotes.wordprees.com di


akses 3 Oktober 2016).

Rohaeni. (2013). Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray. (online).


http://rohaeni11.blogspot.comdi akses 20 oktober 2016

Hindy. (2011). Langkah-Langkah Model Two Stay Two Stray. (online).


http://hindyanugerah.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai