SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program studi
S-I Keperawatan di STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo
OLEH :
APRIANTO
SK.07.02.003
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tiga juta kematian per tahun di negara berkembang, dan diperkirakan kematian
countries terhadap TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India dan
untuk pemeriksaan dahak didapatkan basil tahan asam (BTA) positif adalah 115
minimal 85% penemuan kasus TB di Indonesia pada tahun 2006 adalah 76%.
Keberhasilan pengobatan TB dengan DOTS pada tahun 2004 adalah 83% dan
ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada
daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk,
10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan
terjadi penderita tuberkulosis, hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan
sebagai penyebab kematian (9,4% dari total kematian) setelah penyakit sistem
Tahan Asam (BTA) positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk (Depkes
RI, 2007).
TBC tahun 1997 sebanyak 39.458 kasus, tahun 1998 mengalami peningkatan
menjadi 47.023 kasus, tahun 1999 menurun menjadi 42.105 kasus dan
menurun lagi pada tahun 2000 menjadi 23.876 kasus. Walaupun terjadi
penurunan penderita tuberkulosis paru tetapi jumlah kasus di atas masih cukup
tinggi dan masih dapat terjadi peningkatan kembali jumlah kasus, jika
diketahui atau tidak terdaftar sebagai penderita TBC, akibatnya penderita TBC
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian,
sebagai berikut :
2. Apakah ada hubungan Jenis pekerjaan dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja
3. Apakah ada hubungan Kepadatan Hunian dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja
4. Apakah ada hubungan Kondisi Rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor yang Berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas wara utara.
2. Tujuan khusus
paru.
paru.
2. Manfaat ilmiah
3. Manfaat praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tertentu, kuman dihembuskan oleh angin sehingga terhirup oleh orang lain
Penyakit ini juga dapat menular kepada orang lain melalui orang yang
pernah kontak dengan penderita tuberkulosis paru tetapi orang ini belum
terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret
baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai
3. Patogenesis
kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
kuma TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai
besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi
inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin, karena kuman bersifat dormant artinya kuman dapat bangkit kembali
dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob,
4. Cara penularan
TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah
berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam
pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula
otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski
maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular
itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan
di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant
positif.
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing alat kelamin dan
lain-lain.
penyakitnya yaitu:
TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak
darah).
sesak.
3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
kejang.
Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada
anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC
pemeriksaan serologi/darah.
7. Penegakan Diagnosis pada TBC
f. Uji tuberkulin.
orang muda dan tua, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin dapat
memilih induk semangnya dan siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.
Daya tahan tubuh yang rendah tidak dapat melawan kuman sehingga
1. Pengertian
kerja, kesehatan sekolah dan olah raga, kesehatan gigi mulut, mata, dan
C. Struktur Puskesmas
c. Unsur Pelaksana
masing-masing
b) Unit II
c) Unit III
d) Unit IV
lainnya
e) Unit V
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan
f) Unit VI
g) Unit VII
Pemda tingkat II dan tanggung jawab langsung baik secara teknis medis
E. Stratifikasi Puskesmas
kerja, rasa tanggung jawab dan kreatifitas kerja yang dinamis melalui
yaitu :
masing kegiatan.
puskesmas.
dan telinga.
mengadopsi perilaku ,ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau
hidup sehat.
a. Tahu (Know)
kerja yang untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
b. Memahami (Comprehension)
secara benar.
c. Aplikasi (Application)
nyata.
d. Analisis (Analysis)
e. Sintesis (Synthesis)
f. Evaluasi (Evalution)
kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota
2004).
hal ini selain panjang dan lebar ruangan juga perlu diperhatikan tinggi
hari.
penghuninya.
tahun 2004.
sebagai berikut :
1. Lantai
2. Dinding
3. Atap Genteng
dengan kayu.
5. Ventilasi
penyakit.)
6. Cahaya
BAB III
KERANGKA KONSEP
Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronik jaringan paru yang
disebabkan oleh kuman berbentuk batang yang disebut Mycobacterium Tuberculosis.
Penularan penyakit ini dapat terjadi secara langsung dari semprotan
droplet pada waktu bersin, batuk, meludah, menyanyi atau berbicara (biasanya
pada jarak 1 meter), maupun secara tidak langsung melalui dahak penderita
dihembuskan oleh angin sehingga terhirup oleh orang lain yang tidak
paru. Dengan demikian maka sumber infeksi dapat dihilangkan. Akan tetapi
usaha tersebut tidak semudah kita mengatakannya, karena dalam proses
1. Pengetahuan
Puskesmas Wara Utara tahun 2010 yang dinilai dari kemampuan penderita
2. Jenis Pekerjaan
3. Kepadatan Hunian
jumlah luas ruangan atau Luas lantai bangunan rumah harus cukup untuk
konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit
4. Kondisi Rumah
Rumah yang tidak sehat. Oleh karena ada beberapa hal yang
mempengaruhi ditinjau dari segi Atap, dinding dan lantai dapat menjadi
Pekerjaan
Kepadatan hunian
Penyakit
Kondisi rumah Tuberkulosis Paru
Jenis Kelamin
Hygiene perorangan
Kebiasan merokok
Keterangan :
1. Tuberkulosis paru
Yang dimaksud dengan tuberkulosis paru dalam penelitian ini adalah pasien yang berdasarkan kartu status dinyatakan
menderita tuberkulosis paru.
Kriteria objektif :
a. Menderita : Bila pasien didiagnosa menurut kartu status menderita tuberkulosis
2. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman Pasien tentang penyakit TB paru yang mencakup
antara lain pengertian penyakit TB paru, penyebab, gejala utama, cara penularan, pencaharian pengobatan pencegahan komplikasi
TB paru di Wilayah kerja Puskesmas Wara Utara tahun 2011 yang dinilai dari kemampuan penderita menjawab pertanyaan dalam
kuesioner.
Kriteria Objektif
Kriteria pengetahuan mengacu pada skala Guttman, yang terdiri dari dua kategori yaitu cukup dan kurang, dimana setiap
jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi 0, sebagai berikut :
Kurang : Bila jawaban pasien < 50 % atas pertanyaan tentang
TB paru yang telah disusun dan diberi skoor.
Cukup : Bila Jawaban pasien 50 % atas pertanyaan tentang
TB paru yang telah disusun dan diberi skor.
3. Jenis pekerjaan
Kriteria Objektif
4. Kepadatan hunian
Yang dimaksud kepadatan hunian dalam penelitian ini adalah perbandingan volume seluruh ruangan dengan
penghuninya( tidak termasuk kamar mandi/AC ) pada rumah pasien di wilayah kerja puskesmas wara utara 2011
Kriteria objektif :
Observasi
Hunian tidak dapat : Bila volume ruangan pada rumah pasien lebih
Observasi
5. Kondisi rumah
Kriteria objektif :
Atap,dinding,ventilasi,pencahayaan yang
Memadai.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis alternative ( Ha )
a. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian TB paru
b. Ada hubungan Pekerjaan dengan kejadian TB paru
c. Ada hubungan tingkat Kepadatan hunian dengan kejadian TB paru
d. Ada hubungan Kondisi Rumah dengan kejadian TB paru
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi Penelitian
Tempat Penelitian ini dilaksanakan diwilaya kerja Puskesmas wara utara
kota palopo
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita TB paru yang berada di puskesmas wara utara yang berkunjung pada
tahun 2011.
2. Sampel
tuberkulosis paru di wilaya kerja Puskesmas wara utara kota palopo yang
berkunjung pada bulan April-juni tahun 2011 yang diambil melalui metode
porpossive sampling
menggunakan kuesioner
F. Analisa Data
Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (Ho) dengan derajat kemaknaan () 0,05. Uji
statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan koreksi Yates untuk tabel 2 x 2.
Tabel 1
Analisis statistik
Variabel Variabel Dependen
Independen Jumlah
Kategori 1 Kategori 2
Kategori 1 A B a+b
Kategori 2 c D c+d
a+c b+d a+b+c+d
Interpretasi
Jika X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diwilaya kerja puskesmas wara utara
olah dan dianalisis yang disesuaikan dengan tujuan penelitian hasil analisis
sebagai berikut:
1. Analisis univariat
a. Jenis kelamin
Table 5,1 distribus frekuensi jenis kelamin penderita TB paru di
wilaya Puskesmas Wara Utaara Kota Palopo
Tahun 2011
perempuan 7 38.9
jumlah 18 100
Sumber data primer 2011
Table 1 menunjukan bahwa penderita TB paru di wilaya kerja
b. Tingkat pengetahuan
Table 5,2 distribusi frekuensi tinkat pengetahuan penderita TB paru
diwllaya Puskesmas Wara Utara Kota Palopo
Tahun 2011
Cukup 16 88.9
Kurang 2 11.1
Jumlah 18 100
Sumber data primer 2011
Table 2 menunjukan bahwa pengetahuan TB paru di wilaya kerja
c. Pekerjaan
Table 5,3 distribusi frekuensi jenis pekerjaan penderita TB paru di
wilayah Puskesmas Wara Utara Kota Palopo
Tahun 2011
Jumlah 18 100
Sumber data primer 2011
d. Kepadatan hunian
Table 5.4 distribusi frekuensi kepadatan hunian penderita TB paru di
wilaya kerja Puskesmas Wara Utara Kota Palopo
Tahun 2011
utara kota palopo yang padat sebanyak 66.7%, dan tidak padat
33.3%
e. Kondisi rumah
Table 5.5 distribusi frekuensi kondisi rumah penderita TB paru di
wilaya kerja Puskesmas Wara Utara Kota Palopo
Tahun 2011
wra utara kota palopo tidak memenuhi syarat sebanyak 72.2%, dan
f. Kejadian TB paru
Table 5.6 distribusi frekuensi kejadian penderita TB paru di wilaya
kerja Puskesmas Wara Utara Kota Palopo
Tahun 2011
2. Analisii bivariat
a. Hubungan pengetahuan dengan kejadian TB paru
Table 5.7 hubungan pengetahuan dengan kejadian penderita TB
paru di Wilayah Kerja Puskesmas Wara Utara Kota Palopo Tahun
2011
Kejadian TB paru
Pengetahua
Bukan TB jumlah
n Tb paru (p)
paru
f % f %
Kurang 2 13,3 0 0
2
Cukup 13 86,7 3 100
16
0.502
Jumlah 15 100 3 100
18
Sumber data primer 2011
Table 7 menunjukan bahwa dari 16 pasein TB paru dengan
Paru terdapat 13.3 status bukan pasien 0. Hal ini berdasarkan hasil
analisa statistic menunjukan nilai p (0.502) > 0.05 yang berarti tidak
Kejadian TB paru
Jenis Jumla
pekerjaan Bukan TB
Tb paru h (p)
paru
f % f %
bekerja 14 93.3 0 0
14
tidak bekerja 1 6.7 3 100
4
0.000
Jumlah 15 100 3 100
18
Sumber data primer 2011
Table 8 menunjukan bahwa 14 penderita TB Paru dengan jenis
Kejadian TB paru
Kepadatan
hunian Bukan TB
Tb paru jumlah (p)
paru
f % f %
padat 10 66.7 2 66.7 12
tidak padat 5 33.3 1 33.3 6
1.000
Jumlah 15 100 3 100 18
Sumber data primer 2011
Table 9 menunjukan bahwa 12 penderita TB Paru dengan kepadatan
menunjukan nilai p (1.000) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan
Kejadian TB paru
Kondisi
rumah Bukan TB jumlah (p)
Tb paru
paru
f % f %
Tidak memenuhi
13 86.7 0 0 13
syrat
2 13.3 3 100 5 0.002
Memenuhi syarat
Jumlah 15 100 3 100 18
Sumber data primer 2011
Table 9 menunjukan bahwa 13 penderita TB Paru dengan kondisi
B. Pembahasan
1. Hubungan pengetahuan dengan kejadian penderita TB paru
Menurut Notoadmojo (2003:121) menyatakan bahwa,manusia
dan telinga.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 16 pasein TB paru
menunjukan nilai p (0.502) > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan
puskesmas wara utara kota palopo masih sangat kurang. Khusus bagi
terhadap TB Paru.
2. Hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian penderita TB paru
Hasil penelitian menunjukan bahwa 14 penderita TB Paru dengan
wirasuasta.
Hasil penelitian yang lain dilakukan Alprida. S Tahun 2009 juga
Paru.
4. Hubungan kondusi rumah dengan kejadian penderita TB paru
Menunjukan bahwa 13 penderita TB Paru dengan kondisi rumah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan TB Paru dengan hasil
penyakit TB Paru
2. Kepada penderita TB Paru agar mengurangi aktivitas untuk mengurangi
terjadinya TB Paru lebih para dan juga menghindari kontak lebih dekat
Paru, oleh karna itu disarankan agar setiap rumah mempunyai ventilasi
rumah. Selain dari itu, serkulasi udara dapat lebih lancar karna udara
5. DAFTAR PUSTAKA