Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring perkembangan era yang semakin maju dimana perkembangan tersebut


mencakup seluruh aspek manusia, secara otomatis terjadi pergeseran pola
kependudukan terutama pola penyakit di masyarakat. Semula penyakit terbanyak
yang ditemukan adalah penyakit infeksi baik infeksi saluran nafas maupun gastro
intestinal kepada penyakit penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan
pembuluh darah, penyakit kanker dan lain sebagainya

Penyakit limpoma non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong dalam
kasus intern/kasus penyakit dalam pada penyakit ini terjadi proliferasi abnormal
sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya terutama menyerang kelenjar
getah bening. LNH belum diketahui secara pasti penyebabnya oleh karena itu
penelitian terus dilakukan untukmengembangkan kasus ini.

Berbagai permasalahan dapat timbul karena kasus ini yang mana permsalahan
tersebut dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia baik secara fisik,
psikis, sosial maupun spiritual, secara fisik dapat menimbulkan tergangguanya pola
nafas karena ada penekanan atau kesulitan dalam menelan makana sehingga
mengakibatkan kurangbnya asupan nutrisi. Secara psikis penyakit ini dapat
menimbulkan gangguan konsep diri terutama mengenai body image, ataupun
bahkan bisa mengakibatkan perilaku menarik diri, secara sosial bisa mengakibatkan
kerusakan interaksi sosial karena perilaku menarik diri atau kurang percaya diri dan
secara spiritual bisa menyalahkan Tuhan atas penyakit yang diberikan atau
mungkin sebaliknya justru lebih tekun beribadah karena ingin cepat sembuh.Melihat
hal dan permasaklahan diatas penulis mencoba mengangkat permasalahan
tersebut dalam bentuk asuhan keperawatan dengan harapan paling tidak penulis
bisa meringankan beban yang dialami penderita.

B. TUJUAN

1 Tujuan Umum

Menjelaskan tentang Limfoma non-Hodgkin dan bagaimana asuhan


keperawatannya

2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi Limpa.

2. Menjelaskan pengertian Limfoma non-Hodgkin


3. Menjelaskan etiologi dari Limfoma non-Hodgkin

4. Menjelaskan klasifikasi dari Limfoma non-Hodgkin

5. Menjelaskan patofisiologi dan WOC dari Limfoma non-Hodgkin

6. Menjelaskan gejala klinis pada pasien yang mengalami Limfoma non-Hodgkin

7. Menjelaskan tahapan penyakit dari Limfoma non-Hodgkin

8. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada Limfoma non-Hodgkin

9. Menjelaskan penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien yg mengalamiLimfoma


no Hodgkin

10. Menjelaskan asuhan keperawataan pada pasien yang mengalami Limfoma non-
Hodgkin.

B. MANFAAT

Mengetahui dan menjelaskan apa itu limpoma non hodgkin, cara


menanganinya dan bagaimana asuhan keperawatannya.
BAB

PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI.

Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang memainkan
peran kunci dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Cairan
limfatik adalah cairan putih mirip susu yang mengandung protein, lemak dan
limfosit (sel darah putih) yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh melalui
pembuluh limfatik.

Yang membentuk sistem limfatik dan cairan yang mengisis pembuluh ini disebut
limfe. Komponen Sistem Limfatik antara lain :

a. Pembuluh Limfe.

b. Kelenjar Limfe (nodus limfe).

c. Limpa.

d. Tymus.

e. Sumsum Tulang

1. Anatomi fisiologi sistem limfatik.

a. Pembuluh limfe.

Pembuluh limfe merupakan jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai
rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ dalam vili usus terdapat pembuluh
limfe khusus yang disebut lakteal yang dijumpai dalam vili usus.

Fisiologi kelenjar limfe hampir sama dengan komposisi kimia plasma darah dan

mengandung sejumlah besar limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe


untuk

masuk ke dalam pembuluh darah. Pembuluh limfe yang mengaliri usus disebut
lacteal
karena bila lemak diabsorpsi dari usus sebagian besar lemak melewati pembuluh
limfe.

Sepanjang pergerakan limfe sebagian mengalami tarikan oleh tekanan negatif di


dalam

dada, sebagian lagi didorong oleh kontraksi otot.

Fungsi pembuluh limfe mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam
sirkulasi darah, mengankut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah, membawa
lemak yang sudah dibuat emulasi dari usus ke sirkulasi darah.Susunan limfe yang
melaksanakan ini ialah saluran lakteal, menyaring dan menghancurkan
mikroorganisme, menghasilkan zat antibodi untuk melindungi terhadap kelanjutan
infeksi.

b. Kelenjar limfe (nodus limfe)

Kelenjar ini berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-kira 10 25 mm. Limfe
disebut juga getah bening, merupakan cairan yang susunan isinya hampir sama
dengan plasma darah dan cairan jaringan. Bedanya ialah dalam cairan limfe banyak
mengandung sel darah limfosit, tidak terdapat karbon dioksida, dan mengandung
sedikit oksigen.Cairan limfe yang berasal dari usus banyak mengandung zat lemak.
Cairan limfe ini dibentuk atau berasal dari cairan jaringan melalui difusi atau filtrasi
ke dalam kapiler kapler limfe dan seterusnya akan masuk ke dalam peredaran
darah melalui vena.

Fungsinya yaitu menyaring cairan limfe dari benda asing, pembentukan limfosit

membentuk antibodi, pembuangan bakteri, membantu reasoprbsi lemak.

c. Limpa.

Limpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah kiri abdomen di daerah
hipogastrium kiri bawah iga ke-9,-10,-11.Limpa berdekatan pada fundus dan
permukaan luarnya menyentuh diafragma.Jalinan struktur jaringan ikat di antara
jalinan itu membentuk isi limpa/ pulpa yang terdiri dari jaringan limpa dan sejumlah
besar sel sel darah.

Fungsi limpa sebagai gudang darah seperti hati, limpa banyak mengandung kapiler
kapiler darah, dengan demikian banyak arah yang mengalir dalam limpa, sebagai
pabrik sel darah, limfa dapat memproduksi leukosit dan eritrosit terutama limfosit,
sebagai tempat pengahancur eritrosit, karena di dala limpa terdapat jaringan
retikulum endotel maka limpa tersebut dapat mengancurkan eritrosit sehingga
hemoglobin dapat dipisahkan dari zat besinya, mengasilkan zat antibodi.

Limpa menerima darah dari arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis pada
vena porta.Darah dari limpa tidak langsung menuju jantung tetapi terlebih dahulu
ke hati.Pembuluh darah masuk ke dan keluar melalui hilus yang berbeda di
permukaan dalam.Pembuluh darah itu memperdarhi pulpa sehingga dan bercampur
dengan unsur limpa.

d. Thymus.

Kelejar timus terletak di dalam torax, kira kira pada ketinggian bifurkasi
trakea.Warnanya kemerah merahan dan terdiri dari 2 lobus.Pada bayi baru lahir
sangat kecil dan beratnya kira kira 10 gram atau lebih sedikit; ukurannya
bertambah pada masa remaja beratnya dari 30 40 gram dan kemudian mengkerut
lagi.Fungsinya diperkirakan ada sangkutnya dengan produksi antibody dan sebagai
tempat berkembangnya sel darah putih.

e. Bone marrow / sumsum tulang.

Sumsum tulang (Bahasa Inggris: bone marrow atau medulla ossea)


adalah jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang
merupakan tempat produksi sebagian besarsel darah baru. Ada dua jenis sumsum
tulang: sumsum merah(dikenal juga sebagai jaringan myeloid) dan sumsum
kuning. Sel darah merah, keping darah, dan sebagian besar sel darah
putihdihasilkan dari sumsum merah.Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih
dan warnanya ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya.Kedua tipe
sumsum tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah.Sewaktu
lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah.Seiring dengan pertumbuhan,
semakin banyak yang berubah menjadi sumsum kuning. Orang dewasa memiliki
rata-rata 2,6 kg sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah sumsum merah.
Sumsum merah ditemukan terutama pada tulang pipih seperti tulang
pinggul, tulang dada, tengkorak, tulang rusuk, tulang punggung,tulang belikat, dan
pada bagian lunak di ujung tulang panjangfemur dan humerus.

Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang panjang.Pada
keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak, sumsum kuning
dapat diubah kembali menjadi sumsum merah untuk meningkatkan produksi sel
darah.

2. Lokasi-lokasi nodus limfe.

Daerah khusus, tempat terdapat banyak jaringan limfatik adalah palatin (langit
mulut) dan tosil faringeal, kelenjar timus, agregat folikel limfatik di usus halus,
apendiks dan limfa.

3. Fisiologi sistem limfatik

Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut :


a. Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari
jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi dalam
jaringan tubuh.

b. Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein didalam


cairan jaringan ke dalam aliran darah.

c. Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan berbahaya.

d. Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi.

e. Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang telah
dicerna, terutama lemak.

4. Mekanisme Sirkulasi Limfatik

Pembuluh limfatik bermuara kedalam vena-vena besar yang mendekati jantung dan
disini terdapat tekanan negatif akibat gaya isap ketika jantung mengembang dan
juga gaya isap torak pada gerakan inspirasi.

Tekanan timbul pada pembuluh limfatik, seperti halnya pada vena, akibat kontraksi
otot

otot, dan tekanan luar ini akan mendorong cairan limfe ke depan karena adanya
katup

yang mencegah aliran balik ke belakang. Juga terdapat tekanan ringan dari cairan

jaringan akibat ada rembesan konstan cairan segar dari kapiler-kapiler darah.
Apabila

terdapat hambatan pada aliran cairan limfe yang melalui sistem limfatik, terjadilah

edema, yaitu pembengkakan jaringan akibat adanya kelebihan caiaran yang


terkumpul

didalamnya. Edema juga bisa terjadi akibat obstruksi vena, karena vena juga
berfungsi

mengalirkan sebagian cairan jaringan.

B.DEFINISI

Limfoma non-Hodgkin adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat


didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin.
Manifestasinya sama dengan penyakit Hodgkin, namun penyakit ini biasanya sudah
menyebar keseluruh system limfatik sebelum pertama kali terdiagnosis. Apabila
penyakitnya masih terlokalisasi, radiasi merupakan penanganan pilihan.Jika
terdapat keterlibatan umum, digunakan kombinasi kemoterapi.Pemberian dosis
rendah pada penderita HIV-positif dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi
berat yang potensial mematikan.Seperti pada penyakit Hodgkin, infeksi merupakan
masalah utama.Keterlibatan system saraf pusat juga sering terjadi.

Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari


sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh.Beberapa
dari limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan
yang lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan).Penyakit ini lebih
sering terjadi dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.

Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu


keganasan kelenjar limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal
sebagai suatu limfadenopati lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar
sepertiga dari kasus yang berasal dari tempat lain yang mengandung jaringan
limfoid ( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum tulang, dan kulit. Meskipun
bervariasi semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk menyebar dari
asalnya sebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lain yang akhirnya
menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.

Limfoma Non Hodgkin adalah keganasan primer berupa gangguan proliferatif tidak
terkendali dari jaringan limfoid (limfosit B dan sistem sel limfosit T).

Limfoma atau Kanker Getah Bening adalah tipe kanker yang menyerang sel darah
putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening.Sel tersebut cepat menggandakan
diri dan tumbuh secara tidak terkontrol.Limfoma Non Hodgkin sering disingkat jadi
LNH.

Karena limfosit bersirkulasi ke seluruh tubuh, maka selain di kelenjar getah bening
tempat yang paling sering terkena Limfoma adalah limpa dan sumsum tulang.Selain
itu bisa terbentuk di perut, hati atau yang jarang sekali di otak.Seringkali lebih dari
satu bagian tubuh terserang oleh penyakit ini.Limfoma pada otak atau urat saraf
tulang belakang disebut limfoma susunan saraf pusat (SSP).

Penyakit Limfoma dapat menyerang disegala usia, namun lebih sering menyerang
usia tua 65 tahun.

C. ETIOLOGI

Belum ditemukan penyebap yang pasti, namun terdapat beberapa faktor risiko yang
mempengaruhi tejadinya penyakit ini yaitu

1. Umur : sebagian besar Limfoma Non-Hodkin ditemukan pada orang dengan


usia 60 tahun atau lebih. Namun pada beberapa tipe ditemukan juga meyerang
orang yang berusia muda.
2. Gender: sebagian besar risiko terjadinya Limfoma Non-Hodkin umumnya terjadi
pada laki-laki daripada perempuan. Namun pada beberapa tipe lebih banyak terjadi
pada wanita dan tidak diketahui penyebapnya.

3. Ras : di AS orang Amerika kulit putih lebih rentan terkena Limfoma Non-Hodkin
dari pada orang amerika kulit hitam, maupun orang Amerika keturunan Asia.

Paparan Zat Kimia : beberapa penelitian mengatakan bahwa bahan kimia seperti
benzena dan insektisida berhubungan dalam meningkatkan risiko terkena Limfoma
Non-Hodkin. Beberapa juga mengatakan obat-obatan yang digunakan untuk terapi
kanker juga dapat meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin beberapa
tahun kemudian.

Paparan Radiasi : Orang yang dapat bertahan hidup pada daerah yang pernah
mengalami ledakan bom nuklir memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker,
salah satunya Limfoma Non-Hodkin. Orang yang menjalani pengobatan
menggunakan radiasi, juga dapat meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin
di kemudian hari.

Sistem imun yang lemah : Seseorang dengan sistem imun yang lemah dapat
meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin. Selain itu seseorang yang
terinfeksi virus HIV juga berisiko terkena Limfoma Non-Hodkin.

Penyakit Autoimun : penyakit auto imun adalah suatu penyakit dimana sistem imun
menyerang jaringan/sel tubuh maupun sel asing yang masuk. Contoh penyakit
Autoimun adalah Rheumatoid Arthritis dan Systemic Lupus Erythematosus dapat
meningkatkan risiko terkena Limfoma Non-Hodkin.

Infeksi virus : infeksi virus yang menyerang DNA maupun Limfosit dapat mengubah
DNA dan Limfosit menjadi sel-sel kanker. Virus tersebut diantaranya Epstein-Barr
Virus (EBV) dan HTLV-1 virus.

D. PATOFISIOLOGI

Usia, gender, ras, paparan zat kimia dan radiasi, infeksi virus, penyakit autoimun
dan sistem imun yang lemah dapat menyebapkan terjadinya pembesaran kelenjar
getah bening. Poliferasi jaringan limfoid yang tidak terkendali karena faktor-faktor
risiko diatas menyebapkan terjadinya perubahan rangsangan imunologik yang
nantinya akan menimbulkan masalah yaitu adanya ancaman status kesehatan,
proses penyakit yang akan mengakibatkan destruksi gangguan saraf serta
menimbulkan gangguan metabolisme tubuh.

Masalah ancaman perubahan status kesehatan akan mengakibatkan fungsi peran


pasien berkurang sehingga pola interaksi juga menurun. Penurunan pola interaksi
menyebapkan terjadinya perolehan informasi yang kurang mengenai penyakitnya
sehingga biasanya pasien akan cemas.
Proses penyakit yaitu pembesaran kelenjar limfoid akan menyebapkan terjadi
gangguan pada saraf yaitu adanya tekanan pada saraf oleh kelenjar yang
membesar/tumor sehingga akan memunculkan rasa nyeri.

Perubahan rangsangan imunologik secara tidak langsung akan mempengaruhi


metabolisme tubuh, sehingga ketika rangsangan imunologik berubah menjadi tidak
baik, maka akan terjadi gangguan pada metabolisme tubuh. Gangguan
metabolisme ini akan menimbulkan perasaan mual, kurang nafsu makan, maupun
iritasi lambung karena proses metabolisme yang terganggu. Semua hal tersebut
mengakibatkan pemasukan nutrisi untuk tubuh menjadi terganggu yang akan
mengakibatkan penurunan berat badan, sehingga memunculkan masalah gangguan
nutrisi.

E. KLASIFIKASI LIMFOMA NON-HODGKIN.

Ada 2klasifikasi besar penyakit ini yaitu:

1. Limfoma non Hodgkin agresif.

Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh cepat atau level tinggi. Karena sesuai dengan namanya, limfoma non
Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama agresif kedengarannya
sangat menakutkan, limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap
pengobatan.Meskipun pasien yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap
standar pengobatan lini pertama,sering berhasil baik
dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada kenyataannya, limfoma
nonHodgkin agresif lebih mungkin mengalami kesembuhan total daripada limfoma
non Hodgkin indolen.

2. Limfoma non Hodgkin indolen.

Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh lambat atau level rendah.Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin
indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak
menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat.
Tentunya, mereka sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien
mengunjungi dokter untuk sebab lainnya.Dalam hal ini, dokter mungkin
menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin.
Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X,
dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih
lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling sering
adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan,
biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin
mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin
indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak
diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.

F. MANIFESTASI KLINIS.

Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :

a. Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit.

b. Demam.

c. Keringat malam.

d. Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.

e. Gangguan pencernaan dan nyeri perut.

f. Hilangnya nafsu makan.

g. Nyeri tulang.

h. Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.

Gejala Penyebab Kemungkinan


timbulnya gejala

Gangguan pernafasan Pembesaran 20-30%


Pembengkakan wajah kelenjar getah
bening di dada

Hilang nafsu makan Pembesaran 30-40%


Sembelit berat kelenjar getah
Nyeri perut atau perut bening di perut
kembung

Pembengkakan tungkai Penyumbatan 10%


pembuluh getah
bening di
selangkangan atau
perut
Penurunan berat badan Penyebaran limfoma 10%>
Diare ke usus halus
Malabsorbsi

Pengumpulan cairan di Penyumbatan 20-30%


sekitar paru-paru pembuluh getah
(efusi pleura) bening di dalam
dada

Daerah kehitaman dan Penyebaran limfoma 10-20%


menebal di kulit yang ke kulit
terasa gatal

Penurunan berat badan Penyebaran limfoma 50-60%


Demam ke seluruh tubuh
Keringat di malam hari

Anemia Perdarahan ke 30%, pada akhirnya


(berkurangnya jumlah sel dalam saluran bisa mencapai
darah merah) pencernaan 100%
Penghancuran sel
darah merah oleh
limpa yang
membesar & terlalu
aktif
Penghancuran sel
darah merah oleh
antibodi abnormal
(anemia hemolitik)
Penghancuran
sumsum tulang
karena penyebaran
limfoma
Ketidakmampuan
sumsum tulang
untuk menghasilkan
sejumlah sel darah
merah karena obat
atau terapi
penyinaran

Mudah terinfeksi oleh Penyebaran ke 20-30%


bakteri sumsum tulang dan
kelenjar getah
bening,
menyebabkan
berkurangnya
pembentukan
antibody

G. TAHAPAN PENYAKIT

Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II sering


dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III dan
IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.

a. Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu


kelenjar getah bening.

b. Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar


getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau
perut.

c. Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar
getah bening, serta pada dada dan perut.

d. Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya


pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak.

Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam manajemen LNH
yang bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih pengobatan yang
relevan serta memudahkan evaluasi hasil terapi. Klasifikasi yang populer digunakan
adalah klasifikasi menurut Arnn Arborr (1971) sebagai berikut:

STADIUM INTERPRETASI

Stadium I Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau


ekstra limfatik

Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas


Stadium II diafragma dengan atau tanpa ekstra limfatik

Terserang kelenjar limfe diatas dan di bawah


Stadium III diafragma atau disertai limfoma ekstra limfatik, limpa atau
keduanya.

Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik dengan


Stadium IV atau tanpa melibatkan kelenjar limfe.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC.
1. Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui subtype LNH,
bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang dicurigai.

2. Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar


getah bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa tumor abdomen, dan
metastase kebagian intraabdominal.

3. Pencitraan toraks (PA dan lateral) untuk mengetahui pembesaran kelenjar


media stinum, bila perlu CT scan toraks.

4. Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat dilanjutkan


dengan tindakan gastroskopi

5. Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk melihat
keterlibatan tulang.

I. PENATALAKSANAAN

Terapi ditentukan berdasarkan tipe dan stadium penyakit, usia, dan status
kesehatan secara umum. Pilhan terapinya yaitu.

1. Kemoterapi terutama diberikan untuk limfoma jenis derajat keganasan sedang-


tinggi dan pada stadium lanjut.

2. Radiasi. Radiasi dosis tingi bertujuan untuk membunuh sel kanker dan
mengecilkan ukuran tumor. Terapi radiasi umumnya diberikan untuk limfoma derajat
rendah dengan stadium awal. Namun kadang-kadang dikombinasikan dengan
kemoterapi pada limfoma dengan derajat keganasan sedang atau untuk terapi
tempat tertentu, seperti di otak

3. Transplantasi sel induk. Terutama jika akan diberikan kemoterapi dosis tinggi,
yaitu pada kasus kambuh. Terapi ini umumnya digunakan untuk limfoma derajat
sedang-tinggi yang kambuh setelah terapi awal pernah berhasil

4. Observasi. Jika limfoma bersifat lambat dalam pertumbuhan, maka dokter


mungkin akan memutuskan untuk observasi saja. Limfoma yang tumbuh lambat
dengan gejala yang ringan mungkin tidak memerlukan terapi selama satu tahun
atau lebih.

5. Radioimunoterapi. Merupakan terapi terkini untuk limfoma non-Hodgkin. Obat


yang telah mendapat pengakuan dari FDA untuk radioimunoterapi adalah
ibritumomab dan tositumomab. Terapi ini menggunakan antibody monoclonal
bersamaan dengan isotop radioaktif. Antibodi tersebut akan menempel pada sel
kanker dan radiasi akan mengahancurkan sel kanker.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam asuhan keperawatan ini penulis akan membahas dari pengkajian, diagnosa
dan rencana tindakan/ implementasi yang dapat timbul dari penyakit Hodgkin itu
sendiri (Doengos, 1993: 605).

1. Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat

1. Gejala

a. Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum

b. Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan

c. Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak

2. Tanda:

Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda yang lain yang
menunjukkan kelelahan

b. Sirkulasi

1. Gejala:

Palpitasi, angina/ nyeri dada

2. Tanda:

a. Takikardia, disritmia
b. Sianosis wajah dan leher

c. Iterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan
obstruksi duktus empedu oleh pembesaran nodus limfe

d. Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

e. Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan

f. Edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obstruksi vena kava inferior dari
pembesaran nodus limfa intraabdomial (non-hodgkin).

c. Integritas ego

1. Gejala:

a. Faktor stress, misalnya: sekolah, pekerjaan, keluarga.

b. Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati

c. Ansietas/takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan


(kemoterapi dan terapi radiasi)

d. Masalah finansial: biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan


pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja

e. Status hubungan: takut dan ansietas sehubungan dengan menjadi orang yang
tergantung pada keluarga.

2. Tanda:

Berbagai perilaku, misalnya: marah, menarik diri, pasif

d. Eleminasi

1. Gejala:

a. Perubahan karakteristik urine dan/atau feses

b. Riwayat obtruksi usus, contoh intususpensi atau sindrom malabsorpsi (infiltrasi


dan nodus limfa retroperitoneal)

2. Tanda:

a. Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi
(hepatomegali)

b. Nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
c. Penurunan keluaran urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral/gagal
ginjal)

d. Disfungsi usus dan kandung kemih

e. Makanan/cairan

1. Gejala:

a. Anoreksia/kehilangan nafsu makan

b. Disfagia (tekanan pada esofagus)

c. Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10%
atau lebih dari berat badan 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.

2. Tanda:

a. Membran mukosa dan konjungtiva pucat

b. Kelemahan otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan

2 Diagnose keperawatan

1. Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan


secret pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat pembesaran
kelenjar limfe servikal, mediastinum.

2. Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar
limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat produksi asam laktat
jaringan local.

3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolic (proses keganasan) dan perubahan kimiawi tubuh sebagai efek
kemoterapi.

3. Intervensi keperawatan

Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan


peningkatan secret pada jalan napas sekunder dan obstruksi
trakeobronkhial akibat pembesaran kelenjar limfe servikal,
mediastinum.

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam jalan napas klien kembali efektif

Criteria : secara subjektif pernyataan sesak berkurang , RR 26-


24 kali/menit, tidak ada penggunaan ototaksesori, tidak
terdengar bunyi napas tambahan.

Intervensi Rasional

Kaji/awasi frekuensi Perubahan seperti takipnea,


pernapasan, kedalaman, irama, dipsnea, penggunaan otot
adanya dispnea, penggunaan aksesori dapat
otot bantu pernapasan dan mengindikasikan berlanjutnya
gangguan ekspansi dada. keterlibatan kelenjar limfe
mediastinal yang
membutuhkan intervensi lebih
lanjut.

Bantu perubahan posisi secara Meningkatkan aerasi semua


periodic segmen paru dan membantu
mobilisasi sekresi.

Ajarkan teknik napas dalam Meningkatkan aerasi semua


(bibir, diafragma, abdomen) segmen paru dan membantu
mobilisasi sekresi.

Kaji/awasi warna kulit, Proliferasi sel darah putih


perhatikan adanya tanda dapat menurunkan kapasitas
pucat/sianosis pembawa oksigen darah dan
menimbulkan hipoksemia.

Kaji respon pernapasan Penurunan oksigenasi seluler


terhadap aktivitas menurunkan toleransi aktivitas,
istirahat menurunkan
kebutuhan oksigen serta
mencegah kelelahan dan
dispnea.

Observasi distensi vena leher, Klien LNH dengan sindrom


nyeri kepala, pusing, edema vena cava superior dan
preorbital, dispnea, stridor obstruksi jalan napas
menunjukkan kedaruratan
onkologis.

Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer,


pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian agen
antileukimia, peningkat produksi asam laktat jaringan local.

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam terdapat penurunan respon nyeri


Criteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa
nyeri, secara objektif didapatkan tanda-tanda vital dalam batas
normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer.

Intervensi Rasional

Catat karakteristik nyeri, Variasi penampilan dan


lokasi, intensitas, serta lama perilaku klien karena nyeri
dan penyebarannya terjadi sebagai temuan
pengkajian

Lakukan manejemen nyeri Posisi fisiologis akan


keperawatan: meningkatkan asupan O2 ke
jaringan yang mengalami nyeri
f) Atur posisi fisiologis sekunder dari iskemia

g) Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan


kebutuhan O2 jaringan perifer,
sehingga akan menurunkan
kebutuhan oksigen jaringan

h) Manajemen lingkungan: Lingkungan tenang akan


lingkungan tenang dan batasi menurunkan stimulus nyeri
pengunjung eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi
O2ruangan yang akan
berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada
diruangan

i) Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan asupan


pernapasan dalam O2sehingga akan menurunkan
nyeri sekunder dari iskemia
jaringan

j) Ajarkan teknik distraksi Distraksi (pengalihan


pada saat nyeri perhatian) dapat menurunkan
stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan
produksi endorvin dan
enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan kekorteks serebri
sehingga menurunkan persepsi
nyeri
k) Lakukan manajemen Manajemen sentuhan pada
sentuhan saat nyeri berupa sentuhan
dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri.
Masase ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis membantu
suplai darah dan oksigen
kearea nyeri dan menurunkan
sensasi nyeri

Kolaborasi pemberian terapi.

a) Analgetik Digunakan untuk mengurangi


nyeri sehubungan dengan
hematoma otot yang besar dan
perdarahan sendi

Analgetika oral non oploid


diberikan menghindari
ketergantungan terhadap
narkotika pada nyeri kronis.

b) Kemoterapi Pemberian disesuaikan dengan


derajat penyakit

c) Radiasi Terapi terpilih untuk penderita


dengan penyakit ekstranodal
yang terbatas adalah radiasi,
radioterapi local, atau
radioterapi dengan lapangan
yang luas, terutama pada
kasus limfoma histiositik difus.

Penderita

Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan


ketidakadekuatan system imunitas tubuh dan terapi
imunosupresif (supresi tulang belakang).

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi infeksi

Criteria: kien dan keluarga mampu mengidentifikasi factor risiko


yang dapat dikurangi serta menyebutkan tanda dan gejaladini
infeksi

Intervensi Rasional

Monitor TTV Adanya infeksi akan


bermanifestasi pada
perubahan TTV.

Demam atau hipotermia


mungkin mengindikasikan
munculnya infeksi pada klien
granulositopenik.

Kaji dan catat factor yang Menjadi data dasar dan


meningkatkan risiko infeksi meminimalkan risiko infeksi

Lakukan tindakan untuk Kewaspadaan meminimalkan


mencegah pemajanan pada pemajanan klien terhadap
sumber yang diketahui atau bakteri, virus, dan pathogen
potensial terhadap infeksi. jamur, baik eksogen ,aupun
endogen
a) Pertahankan isolasi
protektif sesuai kebijakan
institusional

b) Pertahankan teknik
mencuci tangan dengan
cermat

c) Beri hygiene yang baik

d) Batasi pengunjung yang


sedang demam, flu, atau
infeksi

e) Berikan hygiene parianal


2 kali sehari setiap BAB

f) Batasi bunga segar dan


sayur segar

g) Gunakan protocol
perawatan mulut

Laporkan bila ada perubahan Perubahan tanda-tanda vital


tanda vital merupakan tanda terjadinya
sepsis, terutama bila terjadi
peningkatan suhu tubuh

Jelaskan alasan kewaspadaan Pengertian klien dapat


dan pantangan memperbaiki kepatuhan dan
mengurangi factor risiko

Yakinkan klien dan keluarganya Granulositopenia dapat


bahwa peningkatan kerentanan menetap 6-12 minggu.
pada infeksi hanya sementara Pengertian tentang sifat
sementaragranulositopenia
dapat membantu mencegah
kecemasan klien dan
keluarganya

Minimalkan prosedur invasive Prosedur tertentu dapat


menyebabkan trauma jaringan,
meningkatkan kerentanan
infeksi

Kolaborasi pemberian Menurunkan kehadiran


antibiotika organism endogen

Pantau laboratorium sel darah Mengonfirmasikan keterlibatan


putih sel darah putih terhadap
infeksi

BAB V

PENUTUP
1. Kesimpulan

Limfomanon-Hodgkin adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang dapat


didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodgkin.
Manifestasinya sama dengan penyakit Hodgkin, namun penyakit ini biasanya sudah
menyebar keseluruh system limfatik sebelum pertama kali terdiagnosis. Apabila
penyakitnya masih terlokalisasi, radiasi merupakan penanganan pilihan.Jika
terdapat keterlibatan umum, digunakan kombinasi kemoterapi.Pemberian dosis
rendahpada penderita HIV-positif dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi
berat yang potensial mematikan.Seperti pada penyakit Hodgkin, infeksi merupakan
masalah utama.Keterlibatan system saraf pusat juga sering terjadi.

2. Saran

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi
referensi bagi para mahasiswa keperawatan maupun pembacanya dalam
pembuatan Asuhan Keperawatan tentang penyakit Limphoma Non Hodgkin.

Kami sebagai penyusun menyadari adanya kekurangan yang terdapat dalam


makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembacanya bagi kami sebagai penyusun makalah ini.

DAFTAR PUSAKA
Setiawan, Lyana. 2002. Kapita Selekta Hematologi. EGC. Jakarta

Sudoyo,Aru W,dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Departemen Ilmu


Penyakit dalam FKUI.

Long,Barbara C.1996.Perawatan Medikal Bedah Suatu pendekatan


Proses keperawatan.Bandung:IAPK

Anda mungkin juga menyukai