Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BATIK CELUP

NAMA : doni alenza


Kelas : 9 g
No absen : 13

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan bimbinganNya, sehingga kami mampu menyusun
makalah untuk SMA/MA.
Makalah ini kami susun berdasarkan informasi dari berbagai sumber. Dikemas
dengan rigkasan materi yang menarik untuk memudahkan siswa dalam proses
kegiatan belajar.
Kami mengharap makalah bermanfaat bagi siswa dan guru dalam proses
kegiatan belajar sehingga mampu menambahkan pengetahuan bagi guru dan
siswa sehingga dapat menambahkan kecerdasan siswa.
Karena itu, demi perbaikan makalah ini, segala saran, kritik, dan masukan yang
membangun akan senantiasa kami terima dengang lapang hati.semoga buku ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi peserta didik dan guru pengajarnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Penulis

Doni Alenza (9G)

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................
B. Tujuan Penulisan...............................................
C. Rumusan Masalah.......
D. Metode Penulisan....
BAB II PEMBAHASAN
A. Peta Konsep Batik Teknik Ikat Celup atau Jumputan.....................
B. Pengertian Batik Teknik Ikat Celup atau Jumputan.........................
C. Sejarah Batik Teknik Ikat Celup atau Jumputan...........................
D. Tahapan Membuat Batik Teknik Ikat Celup atau Jumputan.............
E. Teknik Batik Teknik Ikat Celup atau Jumputan..........................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...........................................................................
B. SARAN......................................................................................
C. Contoh Batik Celup....................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Peserta didik belum bersifat kreatif, inovatif, dan produktif. Dalam arti belum
memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bakatnya. Perkembangan
globalisasi pada masa remaja seharusnya memudahkan remaja dalam
melakukan hal-hal positif , kreatif, inovatif, dan produktif .Tetapi,
perkembangan globalisasi ini justru cenderung membuat peserta didik menjadi
malas, mudah menyerah dan tidak bertanggung jawab. Peserta didik diharapkan
mengetahui seluk beluk tentang batik khususnya Batik Jumputan atau Ikat
Celup yang cukup mudah dalam membuatnya. Oleh karena itu tim penyusun
ingin membuat makalah dengan judul Batik Jumputan atau Ikat Celup
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Batik Jumputan atau Ikat Celup
2. Untuk menambah wawasan siswa terhadap Batik Jumputan atau Ikat Celup
3. Untuk memenuhi tugas Prakarya & Kewirausahaan
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peta konsep Batik Jumputan atau Ikat Celup?
2. Apa pengertian Batik Jumputan atau Ikat Celup?
3. Bagaimana sejarah berkembangnya Batik Jumputan atau Ikat Celup?
4. Bagaimana tahapan membuat Batik Jumputan atau Ikat Celup?
5. Apa saja teknik dalam membuat Batik Jumputan atau Ikat Celup?
D. Metode Penulisan
1. Metode Pustaka
2. Metode Browsing
BAB II
Pembahasan
A.
Peta Konsep Batik Jumputan atau Ikat Celup
B. Pengertian Batik Jumputan atau Ikat Celup
Jumputan(tie-dye) merupakan salah satu jenis batik yang pembuatannya
dilakukan dengan cara mengikat kencang di beberapa bagian kain kemudian
dicelupkan pada pewarna. Oleh karena itu, sebagian orang juga menyebut
Jumputan sebagai batik ikat celup.Di beberapa daerah di Indonesia, teknik ini
dikenal dengan berbagai nama lain
seperti pelangi atau cinde(Palembang), tritik atau jumputan (Jawa),
serta sasarengan (Banjarmasin).
C. Sejarah Batik Jumputan atau Ikat Celup
Menurut sejarah, batik ikat celup berasal dari Tiongkok, batik ini
kemudian berkembang sampai ke India dan wilayah-wilayah nusantara.
Batik ikat celup diperkenalkan ke nusantara oleh orang-orang India
melalui misi perdagangan. Batik ini mendapat perhatian besar terutama
karena keindahan ragam hiasnya dalam rangkayan warna warni yang
menawan. Penggunaan batik ikat celup ini antara lain di sumatra,
khususnya palembang, di kalimantan selatan, jawa dan bali.
Dalam proses pewarnaan batik jumputan, jaman dahulu zat pewarna
yang digunakan berasal dari alam. Namun dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi zat pewarna alami mulai ditinggalkan. Hal ini
terjadi terutama karena pewarna sintesis memiliki jumlah warna yang
hampir tak terbatas. Disamping itu juga, proses pewarnaan alam juga
lebih rumit daripada pewarna sintesis. Meskipun demikian, keduanya
memiliki keunggulan masing-masing.
D. Tahapan Pembuatan Batik Jumputan atau Ikat
Celup
. Bahan-bahan yang dibutuhkan:

1. Kain
Kain yang digunakan digunakan untuk proses pembatikan jumputan adalah
kain mori, kain mori adalah bahan yang lazim digunakan dalam pembatikan.
kain mori dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki dari mulai
golongan mori yang paling halus sampai mori golongan rendah.
Kain mori dapat digolongkan sebagai berikut:
A. Mori Primissima adalah mori yang paling halus,
B. Mori Prima adalah mori yang tergolong halus kedua
C. Mori Biru (medium) adalah kualitas ke tiga setelah mori primissima dan prima.
D. Mori blaco (grey) termasuk golongan paling rendah kualitasnya dan banyak
mengandung kanji sehingga sangat kaku.
Selain mori dalam pembuatan batik jumputan juga bisa menggunakan
kain katun, sutra. Jenis kain ini lembut dan memiliki daya serap yang tinggi,
sehingga memudahkan proses pengikatan dan pencelupan. Ada juga beberapa
jenis kain yang sifatnya tidak cocok untuk proses ikat celup, diantaranya kain
dari benang rayon atau kain yang mempunyai permukaan yang terlalu licin, kain
yang terlalu kaku atau keras, atau tidak memiliki daya serap yang memadai.
2. Dua sendok Garam dan Cuka secukupnya;
3. Dua liter Air untuk satu kemasan warna;
4. Pewarna dan penguatnya dalam satu kemasan (Wenter atau Wantex).
Pewarnaan bertujuan untuk memberi warna pada kain batik sehingga
menghasilkan suatu gabungan warna yang baik. Proses pewarnaan dapat
dilakukan dengan cara celupan, coletan, dan kuasan.
Zat perwarna dibagi menjadi 2 :
A. Zat pewarna alam
Zat pewarna alam ini berasal dari tumbuh-tumbuhan yang dibuatmelalui sistem
ekstrasi. Ekstrasi adalah proses yang paling sederhana dilakukan dengan cara
konvensional yaitu dengan merebus tumbuh-tumbuhan tersebut, bahan yang
direbus adalah: bagian daun, batang, buah, kulit buah, kulit akar, dan bunga.
Bahan tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan zat pewarna alami diantaranya:
Daun Mangga (hijau), Daun alpokat, daun mahoni,Kunyit, kapur sirih, Daun jati
muda, Daun jarak kepyar dan Kulit bawang merah.
B. Zat pewarna Sintesis
Zat pewarna sintesis adalah zat pewarna buatan terdiri dari :
Cat warna naptol dan garam
Cat warna ini banyak dipakai dalam pembatikan, Penggunaan yang mudah
cepat dan praktis serta karena memiliki daya serap yang baik pada katun. Serta
daya tahannya yang cukup baik terhadap sinar matahari dan gesekan.dapat
dikombinasikan antara warna yang satu dengan warna yang lain. Warna naptol
juga dapat digunakan untuk pencelupan dalam keadaan dingin.
Warna naptol ini terdiri dari 2 bagian antara lain,
a. naptol yang selalu menggunaka kode AS, yang penggunaannya di campurkan
dengan soda api kemudian diseduh dengan air panas.
b. garam yang berfungsi untuk membangkitkan warna di seduh dengan air dingin.
zat warna naptol ini dapat dikombinasikan dari warna satu dengan warna
lainnya yang penting kita bisa mencampurkan antara warna yang satu dengan
warna yang lain, sebelumnya kita harus menganal duli pencampuran warna,
baik itu warna primer, sekunder dan tersier
1) Warna primer adalah warna pokok
Warna primer adalah Merah, Kuning, Biru
2) Warna Sekunder adalah pemcampuran dari warna primer
Misalnya :
Merah + kuning = 0ranya
Kuning + Biru = Hijau
Biru + Merah = Ungu
3) Warna tersier adalah pencampuran antara warna primer dan warna sekunder
Orange + Merah = Oranye kemerah-merahan
Orange + kuning = Oranye kekuning kuningan
Hijau + Kuning = Hijau kekuning kuningan
Hijau + Biru = Hijau kebirubiruan
Ungu + Biru = Ungu kebiru-biruan
Ungu + Merah = Ungu kemerah merahan.
Alat-alat yang digunakan:
1. Karet gelang;
2. Kelereng, Uang koin, Batu;
3. Kompor;
4. Bejana (Panci)
Digunakan untuk mendidihkan air dan untuk proses pewarnaan dengan
menggunakan pewarna wantek.
5. Sendok kayu sebagai alat pengaduk;
6. Ember.
Digunakan untuk proses pewarnaan
Cara membuatnya:
1. Pastikan kain dalam kondisi bersih;
2. Membuat bentuk/desain motif dengan mengikat Kelereng, Uang koin, atau
Batu pada beberapa bagian kain menggunakan karet secara kencang dan
bervariatif;
3. Rebus air menggunakan Bejana (Panci) hingga mendidih;
4. Setelah mendidih, campurkan pewarna dan penguat yang berada dalam satu
kemasan Wenter ataupun Wantex;
5. Tambahkan garam dua sendok makan dan cuka secukupnya disertai dengan
mengaduk larutan hingga merata;
6. Basahi kain yang telah diikati dan dibuat motif dengan air bersih;
7. Celupkan kain tersebut pada cairan warna. Bila menginginkan satu warna,
celupkan seluruh bagian kain dalam larutan pewarna yang mendidih.
8. Aduk dalam waktu 20-30 menit agar warna merata dan merekat kuat;
9. Bila menginginkan warna lain, langkah pada no. 6 (enam) hanya mencelupkan
sebagian pada cairan pewarna pertama dan mencelupkan kain yang belum
terkena warna pada cairan pewarna lainnya.
10. Celupkan berkali-kali sesuai jumlah warna yang dikehendaki;
11. Apabila proses pencelupan warna selesai, kain diangkat dan dibilas
menggunakan air dingin yang bersih;
12. Kemudian sumua ikatan dilepas, kain ditiris dan dikeringkan;
13. Setelah kering, rapikan dengan menyetrika kain tersebut.

Suasana praktek Jumputan menggunakan media yang minimalis

NB:
Karet bisa diganti dengan tali, yang penting ikatannya harus kencang.
Garam dan cuka digunakan sebagai tambahan penguat agar warna tidak mudah
luntur.
Gunakan satu wadah (bejana/panci) untuk satu warna saja.
Pada praktek ini, sebaiknya wadah yang digunakan khusus untuk pembuatan
Jumputan atau batik ikat celup. Namun jika wadah tersebut akan digunakan
untuk keperluan lain, selesai praktek, bersihkan dengan baik bejana/panci yang
telah digunakan sebagai wadah proses mewarnai hingga benar-benar bersih.
E. Teknik Pembuatan Batik Jumputan atau Ikat Celup
Ada dua teknik membuat batik jumputan :
1. Teknik Ikat
Teknik ikat adalah teknik dengan cara ikatan, artinya median yang diikat
akan menimbulkan motif. Cara mengikatnya harus kencang supaya pada saat
dicelup tidak terkena warna, sehingga setelah ikatannya dilepas akan terbentuk
gambarnya. Teknik ikat ini dilakukan dengan memegang permukaan kain
dengan ujung jari, lalu permukaan kain itu di ikat dengan jelas baik dengan
ikatan tunggal maupun jamak. Cara mengikatnya beragam, ada ikatan datar,
miring, dan kombinasi. Adapun teknik lipat dan gulung. Pada saat mengikat
jalinan kain
Langkah-langkan membuat batik jumputan dengan teknik ikatan
a. Sediakan alat dan bahan
b. Ikatlah kain dengan menggunakan tali plastik baik secara langsung
maupun kelereng dimasukan dalam kain kemudian di ikat dengan
kencang menggunakan tali plastik
c. Dalam proses pengikatan benang harus diperhatikan, pakailah tali
yang tidak tembus warna.
2. Teknik Jahit
Teknik jahitan adalah kain diberi pola terlebih dahulu lalu dijahit dengan
menggunakan tusuk jelujur pada garis warnanya dengan menggunakan banang,
lalu benang ditarik kuat sehingga kain berkerut serapat mungkin. Pada waktu
dicelup benang yang rapat akan menghalangi warna masuk ke kain, benang
yang dipakai sebaiknya benang yang tebal dan kuat seperti benang plastik /
sintesis, benang jins, atau benang sepatu. Hasil jumputan teknik jahitan ini
berupa titik-titik yang agak menyambung membentuk gambar.

Langkah-langkan membuat batik jumputan dengan teknik jahitan


a. Sediakan Alat Dan Bahan
b. Gambar lah pola pada kain dengan menggunakan pensil
c. Jahitlah garis pola dengan tusik jelujur, lebih baik jarak panjang jelujur
di atur antara 2 3 mm
d. Setelah selesai di jahit, sisakan benang untuk menarik. Tarik kedua
ujung kuat-kuat tapi jangan sampai putus, buatlah kain serapat mungkin
setelah itu ikatkan benang agar kain yang berkerut tidak lepas lagi.
e. Setelah di ikat kain siap untuk di warna., di sini warna yang akan
digunakan adalah warna naptol
F. Penerapan Batik Jumputan atau Ikat Celup
Batik jumputan atau ikat celup sudah banyak beredar di pasaran.
Diantaranya telah diterapkan pada mukena, jilbab, pakaian, dan lain-
lain. Batik ini juga mempunyai harga jual yang mahal, tetapi memiliki
kualitas yang cukup bagus.

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, Penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Batik jumputan atau ikat celup merupakan batik yang cukup mudah dalam
membuatnya
2. Batik jumputan atau ikat celup juga memiliki harga jual yang tinggi
3. Mempelajari batik jumputan atau ikat celup bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, Penulis menyarankan setiap calon peserta
didik dapat memahami konsep perkembangan sosial peserta didiknya.
C. Contoh Batik Celup
Bisa dilihat di halaman selanjutnya
Daftar Pustaka
http// : batik ikat celup/jumputan.blogspot.com/2013/03/batik-
ikat-celup-jumputan html

Anda mungkin juga menyukai