Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

ANALISA PENGARUH PROGRAM K3 CONTROL OF WORK


TERHADAP KEBERHASILAN KINERJA K3 PT PHE WMO, GRESIK
Gilang Tilottama Satriya1) dan I Putu Artama Wiguna2)
1) Manajemen Proyek, MMT-ITS
Kampus ITS Cokroaminoto, Surabaya, 60111, Indonesia
e-mail: gilang_tilot@yahoo.com
2) Manajemen Proyek, MMT-ITS

ABSTRAK

Program K3 Control of Work dijalankan sebagai sebuah media yang menyangkut integritas
seluruh siklus operasi PT. PHE WMO dimana implementasinya membutuhkan sebuah
konsistensi untuk merubah budaya kerja lama yang sudah mengakar menjadi budaya baru
untuk bekerja secara aman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
prosedur tertulis, penetapan peran tanggung jawab, kompetensi, training, dan komunikasi
tertulis sebagai elemen-elemen standar dalam program Control of Work terhadap
keberhasilan kinerja K3 perusahaan di wilayah operasi perusahaan. Penelitian ini dilakukan
melalui survey terhadap populasi pekerja sebagai anggota dalam organisasi Control of Work
yang mengukur persepsi responden dengan skala likert. Dengan metode yang digunakan
adalah regresi berganda melalui stepwise regression maka hasil yang diperoleh dari penelitian
ini menyatakan elemen dalam program Control of Work yaitu: Prosedur tertulis, komunikasi
tertulis, dan penetapan peran tanggung jawab adalah elemen yang berpengaruh dengan
kontribusi 68,6 % terhadap keberhasilan kinerja K3 PT PHE WMO di kabupaten Gresik.
Kata kunci: Control of Work, Kinerja K3, Program K3.

PENDAHULUAN
Dalam perjalanannya PT PHE WMO memiliki target RIR (Recordable Incident Rate)
di tahun 2013 pada angka 0,64 (Kalkulasi berdasarkan perhitungan ANSI.Z.16) dan
kenyataannya angka tersebut jauh dari target yang diharapkan oleh perusahaan yaitu sebesar
1,50 dengan rincian sebagai berikut, unsafe observation sebanyak 29.566 laporan, near miss
sebanyak 13 kejadian, property damage/fire/production loss/environmental sebanyak 19
kejadian, non recordable incident sebanyak 7 kejadian, medical treatment sebanyak 4
kejadian, dan LTI (cedera hilang waktu sementara) sebanyak 4 kejadian. Hal ini setelah
diselidiki dan dianalisa oleh perusahaan kemudian diambil kesimpulan bahwa beberapa faktor
yang mendasari kejadian kecelakaan tersebut antara lain kurang lengkapnya prosedur dan
implementasi pekerjaan tertulis di site operasional, tidak ada kejelasan dalam penentuan peran
dan tanggung jawab dari manajemen terhadap tugas masing- masing pekerja di lapangan,
kurangnya pengetahuan dan kompetensi dari pekerja pada pekerjaan yang dilakukan,
perencanaan dan penjadwalan pekerjaan yang kurang matang, kemampuan untuk mengkaji
resiko pekerjaan yang rendah, tidak ada izin kerja maupun komunikasi yang tertulis,
lemahnya pengawasan terhadap proses pekerjaan yang sedang berlangsung, kurangnya
kesadaran pekerja untuk meninggalkan pekerjaan dalam kondisi aman saat istirahat, selesai
pekerjaan ataupun dalam keadaan darurat, audit yang dilakukan oleh pihak manajemen tidak
dilakukan secara berkala, tidak ada pembelajaran dari kejadian-kejadian sebelumnya baik itu

ISBN: 978-602-70604-3-2
B-13-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

yang pernah terjadi di perusahaan sendiri maupun perusahaan lain, dan kurangnya intervensi
untuk menghentikan segala pekerjaan yang berpotensi tidak aman.
Salah satu implementasi program K3 yang dibuat perusahaan disebut dengan istilah
CoW atau Control of Work yang resmi mulai dijalankan sebagai sebuah media yang
menyangkut integritas seluruh siklus operasi perusahaan pada akhir tahun 2013. Penerapan
CoW mencakup aktivitas-aktivitas eksplorasi, eksploitasi, produksi, konstruksi, dan
pemeliharaan yang dilaksanakan oleh pekerja di lokasi operasional. Control of Work atau
disingkat dengan istilah CoW meliputi pendefinisian yang jelas mengenai peran, tanggung
jawab untuk perencanaan, penilaian resiko, pemberi kuasa (otorisasi), pelaksanaan pekerjaan,
juga termasuk pemastian kinerja (performance assurance) dan tindak lanjut perbaikan. CoW
memiliki standar sebagai kunci penentu keberhasilan berjalannya program tersebut yang
terdiri dari beberapa elemen Control of Work yaitu meliputi pendefinisian yang jelas
mengenai prosedur tertulis, penetapan peran tanggung jawab, training dan kompetensi serta
komunikasi yang dilakukan secara tertulis.
Peraturan dan prosedur K3 dan pelaksanaannya oleh pengawas dan manajer dapat
meningkatkan perilaku K3 pekerja baik (Vinodkumar, 2010). Cheyne (2000) memasukkan
peraturan dan prosedur K3 sebagai suatu faktor dalam studi K3 lepas pantai mereka dan
menunjukkan bahwa dia memiliki hubungan signifikan dengan tingkat kecelakaan
Keterlibatan karyawan adalah teknik berorientasi perilaku yang melibatkan individu
atau kelompok dalam aliran komunikasi ke atas dalam proses pengambilan keputusan dalam
organisasi (Vinodkumar, 2010). Jumlah partisipasi tersebut dapat berkisar dari kondisi tidak
ada partisipasi, dimana pengawas membuat sebuah keputusan, sampai dengan partisipasi
penuh, dimana setiap orang terlibat terhubung dengan atau terpengaruh keputusan tersebut.
Karena karyawan yang dekat dengan pekerjaan adalah orang yang mempunyai keahlian
terbaik untuk membuat saran untuk perbaikan, mereka dapat berkonsultasi sebelum membuat
keputusan akhir, terutama keputusan yang mempengaruhi karyawan sendiri (Vredenburgh,
2002). Pemberdayaan pekerja ini memberikan mereka wewenang, tanggung jawab, dan
akuntabilitas untuk keputusan yang diperlukan dan memastikan bahwa kedua pihak karyawan
dan manajemen terlibat dalam menetapkan tujuan dan sasaran. Hal ini menginduksi karyawan
untuk melakukan pekerjaan terbaik mereka sebagai individu dan sebagai sebagai sebuah tim
ketika menggantikan manajer dalam merencanakan, memimpin dan membimbing (Cohen &
Cleveland, 1983).
Elemen kunci dalam setiap organisasi yang sukses dalam program pencegahan
kecelakaan dan dalam K3 adalah pelaksanaan program pelatihan K3 yang efektif
(Vinodkumar, 2010). Hal ini akan meningkatkan keterampilan, perilaku, pengetahuan, dan
sikap dalam menjalankan program K3. Pelatihan keselamatan juga menyediakan sarana untuk
membuat kecelakaan lebih dapat diprediksi.
Kompetensi pekerja, ialah kemampuan yang di miliki pekerja. Sehingga diharapkan
meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan kerja dan dapat membantu meningkatkan
kompetensi pekerja yang lain terhadap K3 (Davies, 2001).
Segala jenis komunikasi adalah digunakan untuk meningkatkan efektifitas umum dari
setiap upaya motivasi (Vinodkumar, 2010). Cakupan dan dampak komunikasi akan lebih
tinggi dalam komunikasi dua arah dan dapat menyebabkan perubahan perilaku. Komunikasi
rutin tentang isu-isu keamanan antara manajemen, supervisor, dan tenaga kerja merupakan
praktek manajemen yang efektif untuk meningkatkan keselamatan di tempat kerja. Cohen
(1977), Vredenburgh (2002), Cox & Cheyne (2000), dan Mearns (2003) memasukkan
komunikasi dan umpan balik sebagai faktor dalam survey mereka menggunakan kuisioner
antara berbagai kategori pekerja dan menunjukkan bahwa kinerja K3 dipengaruhi oleh tingkat
komunikasi dalam suatu organisasi.

ISBN: 978-602-70604-3-2
B-13-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

Menurut Top (1991) dan Michaud (1995) sebuah program K3 yang sukses dapat
diukur dalam hal tidak ada orang cedera, tidak ada kerusakan pada perlatan, mesin dan alat,
tidak ada kerusakan pada image perusahaan atau merk nama, dan produktifitas meningkat.

METODE
Untuk mengukur pengaruh variabel bebas/independent (X) terhadap variabel
terikat/dependent (Y) digunakan metode regresi melalui stepwise regression. Target
responden adalah orang- orang yang terlibat langsung dalam organisasi CoW antara lain, Line
Manager, Site Controller/SC, Area Authority/AA, dan Performing Authority/PA. Pertanyaan
menggunakan 5 poin skala likert, nilai 1 mempresentasikan responden Sangat tidak setuju
hingga nilai 5 yang berarti responden Sangat setuju. Variabel bebas yang diambil dalam
standar program Control of Work yaitu prosedur tertulis, penetapan peran tanggung jawab,
kompetensi, training, komunikasi tertulis, dan keberhasilan kinerja K3 PT. PHE WMO
sebagai variabel terikat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1. Model Penelitian

Berdasarkan pada kerangka pemikiran Gambar 1 yang telah dibuat, maka dapat
dibuatkan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 = Prosedur tertulis berpengaruh terhadap kinerja K3 PT PHE WMO
H2 = Penetapan peran tanggung jawab berpengaruh terhadap kinerja K3 PT PHE WMO
H3 = Kompetensi berpengaruh terhadap kinerja K3 PT PHE WMO
H4 = Training berpengaruh terhadap kinerja K3 PT PHE WMO
H5 = Komunikasi tertulis berpengaruh terhadap kinerja K3 PT PHE WMO

ISBN: 978-602-70604-3-2
B-13-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian main survey didapatkan populasi sebanyak 50 responden pekerja
sebagai anggota dalam organisasi Control of Work dengan karakteristik sebagai berikut:

9
4

25 12

Gambar 2. Grafik Pengalaman Kerja Anggota CoW

Berdasarkan Gambar 2 hasil yang diperoleh diketahui adanya hubungan karakteristik


responden terhadap hasil yang diperoleh, sebagian besar responden telah memilki pengalaman
yang cukup baik, dimana secara hasil diketahui sebesar 50 % responden memilki pengalaman
di bidang industri oil & gas lebih dari 10 tahun. Pengalaman yang baik dari responden
menggambarkan keadaan responden yang mengetahui karakteristik bahaya yang ada di dalam
pekerjaannya. Responden yang mengisi kuisioner adalah orang- orang yang terlibat langsung
dalam struktur organisasi Control of Work. Penjelasan mengenai kaitannya dengan kinerja K3
dimana keberhasilan kinerja K3 juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman kerja dari
responden.
Variabel yang paling dominan berdasarkan nilai mean rata- rata indikator variabel
adalah variabel dengan nilai mean terbesar. Nilai mean yang besar menunjukkan banyak
responden yang memberikan skor tinggi pada sebuah variabel. Variabel dominan berdasarkan
nilai standar deviasi rata-rata indikator variabel adalah variabel dengan standar deviasi
terkecil. Nilai standar deviasi kecil berarti banyak responden yang sepakat dalam menilai
sebuah variabel yang menandakan semakin sedikitnya variasi persepsi responden. Variabel
dominan berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Variabel Dominan Berdasarkan Mean dan Standar Deviasi
VARIABEL Indikator Mean Std. Dev
Prosedur Tertulis (X1) Dokumen panduan program (X1.1) 4,66 0,519

Prosedur K3 disahkan pimpinan (X1.2) 4,40 0,606


Memiliki strategi implemntasi tertulis (X1.3) 4,58 0,673
Prosedur K3 mudah dimengerti(X1.4) 4,56 0,675
Penetapan peran Perwakilan pekerja dalam organisasi K3 (X2.1) 4,44 0,710
tanggung jawab (X2) Pekerja melaporkan jika terjadi kecelakaan (X2.2) 4,50 0,735
Pekerja mengingatkan perkeja lain tentang bahaya 4,36 0,898
dan K3 (X2.3)

ISBN: 978-602-70604-3-2
B-13-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

VARIABEL Indikator Mean Std. Dev


Pekerja dilibatkan dalam penyampaian informasi 4,46 0,788
tentang K3 (X2.4)
Kompetensi (X3) Pekerja mengerti sepenuhnya resiko dari 4,48 0,677
pekerjaannya. (X3.1)
Pekerja mampu melakukan pekerjaannya dengan 4,52 0,646
cara aman. (X3.2)
Pekerja tidak melakukan pekerjaan di luar tanggung 4,48 0,789
jawabnya. (X3.3)
Pekerja mampu memenuhi seluruh peraturan dan 4,34 0,848
prosedur K3. (X3.4)
Training (X4) Pelatihan tanggap darurat (X4.1) 4,35 0,837
Kompetensi trainer program K3 (X4.2) 4,72 0,536
Pelatihan penilaian bahaya (X4.3) 4,44 0,733
Pembahasan isu- isu K3 dalam sesi latihan(X4.4) 4,24 0,87
Komunikasi tertulis Pekerja puas dengan penyampaian informasi 4,62 0,530
(X5) pekerjaan (X5.1)
Pekerja mendapat informasi mengenai kecelakaan 4,60 0,495
kerja yang terjadi (X5.2)
Komunikasi yang baik antar pekerja denganpihak 4,68 0,471
manajerial(X5.3)
Adanya komunikasi yang baik antara sesama 4,56 0,611
pekerja (X5.4)
Kinerja K3 (Y) Tidak ada orang cidera(Y1) 4,54 0,676
Tidak ada kerusakan pada peralatan kerja(Y2) 4,62 0,697
Tidak ada kerusakan pada fasilitas fisik 4,60 0,728
perusahaan(Y3)
Lingkungan kerja aman(Y4) 4,68 0,513

Dari Tabel 1 didapat indikator dominan dari masing-masing variabel yang


mempengaruhi kinerja K3 PT PHE WMO dilihat dari nilai mean, yaitu prosedur tertulis
dengan indikator dokumen panduan program nilai mean sebesar 4,66 pada urutan pertama.
Pada variabel penetepan peran tanggung jawab dengan indikator jumlah pekerja yang
melaporkan kecelakaan atau situasi bahaya nilai mean sebesar 4,50 pada urutan pertama. Pada
variabel kompetensi dengan indikator pekerja mampu melakukan pekerjaannya dengan cara
aman nilai mean sebesar 4,52 pada urutan pertama. Pada variabel training dengan indikator
kompetensi trainer program K3 nilai mean sebesar 4,72 pada urutan pertama. Pada variabel
komunikasi tertulis dengan indikator komunikasi yang baik antar pekerja dengan pihak
manajerial nilai mean sebesar 4,68 menempati urutan pertama. Nilai mean akan digunakan
untuk mengetahui rata-rata persepsi responden terhadap suatu variabel.
Dari Tabel 1 didapat indikator dominan dari masing-masing variabel berdasarkan nilai
standar deviasi indikator setiap variabel, yaitu variabel prosedur tertulis dengan indikator
dokumen panduan program dengan nilai standar deviasi sebesar 0,519 menempati urutan
pertama. Pada variabel penetapan peran tanggung jawab dengan indikator perwakilan pekerja
dalam organisasi K3 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,710 menempati urutan pertama.
Pada variabel kompetensi dengan indikator pekerja mampu melakukan pekerjaannya dengan
cara aman dengan nilai standar deviasi sebesar 0,646 menempati urutan pertama. Pada
variabel training dengan indikator kompetensi trainer program K3 dengan nilai standar
deviasi sebesar 0,536 menempati urutan pertama. Pada variabel komunikasi tertulis dengan
indikator komunikasi yang baik antar pekerja dengan pihak manajerial dengan nilai standar
deviasi sebesar 0,471 menempati urutan pertama. Dari perhitungan ini dapat dilihat bahwa
varian dari jawaban responden semakin kecil, yang artinya banyak responden yang sepakat
dalam menilai sebuah variabel.
Stepwise regression adalah salah satu metode yang digunakan untuk mendapatkan
model terbaik dari sebuah analisis regresi. Analisa dilakukan dengan menggabungkan antara
metode forward dan backward, variabel yang pertama kali masuk adalah variabel yang

ISBN: 978-602-70604-3-2
B-13-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

korelasinya tertinggi dan significant dengan variabel dependent, variabel yang masuk kedua
adalah variabel yang korelasinya parsialnya tertinggi dan masih signifikan, setelah variabel
tertentu masuk ke dalam model maka variabel lain yang ada di dalam model dievaluasi, jika
ada variabel yang tidak signifikan maka variabel tersebut dikeluarkan. Hasil uji stepwise
regression ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisa Regresi Stepwise
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) -2.940 2.203 -1.335 .189


Prosedur Tertulis .461 .138 .403 3.335 .002 .440 2.274
Komunikasi Tertulis .524 .166 .355 3.161 .003 .507 1.973
Penetapan peran .187 .081 .222 2.307 .026 .693 1.443
tanggung jawab
a. Dependent Variable: Kinerja K3

Berdasarkan hasil penghitungan regresi pada t Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa VIF
sudah memenuhi syarat (VIF<10) dengan tingkat signifikansi (sig.<0,05).
Maka diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut:
Y = -2.940 + 0,461X1 + 0,524X5+ 0,187X2
Dengan:
X1=Prosedur tertulis
X5=Komunikasi tertulis
X2=Penetapan peran tanggung jawab
Persamaan regresi di atas diinterpretasikan sebagai berikut:
- Variabel prosedur tertulis dengan unstandardized coefficients (B) sebesar 0,461; tanda
positif mengandung arti apabila nilai variabel lainnya tetap, maka perubahan variabel
prosedur tertulis akan memberikan pengaruh searah terhadap keberhasilan kinerja K3
perusahaan. Dapat digambarkan bahwa dengan meningkatnya konsistensi mentaati
peraturan K3 dan prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka peluang
perusahaan terhadap keberhasilan pencapaian kinerja K3 meningkat. Jika disimpulkan
konsistensi dari pekerja dalam menjalankan prosedur K3 mempengaruhi mereka dalam
bekerja karena pekerja memiliki acuan yang jelas dalam melaksanakan program Control
of Work pada tiap pekerjaan yang dilakukan dan meminimalisir angka kecelakaan kerja
yang mungkin terjadi dan mempengaruhi peningkatan keberhasilan kinerja K3 dari
perusahaan.Fakta di lapangan prosedur tertulis merupakan aspek utama dalam program
CoW karena di dalam prosedur tersebut strategi implementasi dan prosedur terkait CoW
dibuat dan dikelola sesuai dengan proses dokumen kontrol PT. PHE WMO, Gresik.
- Variabel komunikasi tertulis dengan unstandardized coefficients (B) sebesar 0,524;
tanda positif mengandung arti apabila nilai variabel lainnya tetap, maka perubahan
variabel komunikasi tertulis akan memberikan pengaruh searah terhadap keberhasilan
kinerja K3 perusahaan. Dapat digambarkan dengan semakin baik pemahaman pekerja
terhadap informasi pekerjaan ataupun sosialisasi tentang K3 yang diberikan di lapangan,
maka juga dapat mempengaruhi peningkatan keberhasilan kinerja K3 perusahaan.
Dalam komunikasi tertulis, teknologi media komunikasi seperti e-mail maupun media
komunikasi lainnya juga sangat mempengaruhi dalam proses komunikasi pekerja pada
saat handover pekerjaan, karena pekerja pada shift berikutnya dapat mengetahui dengan

ISBN: 978-602-70604-3-2
B-13-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

jelas status pekerjaan, infromasi, dan peristiwa yang telah terjadi sehingga dapat
menentukan tindakan selanjutnya dalam pekerjaan. Komunikasi tertulis yang
diimplementasikan di lapangan berupa penandatanganan ijin kerja secara formal
sehingga pekerja dianggap memahami dan menyetujui proses kerja yang sudah di
handover untuk dilanjutkan dengan aman, hal ini yang menjadi alasan kenapa
komunikasi tertulis merupakan faktor yang cukup penting dalam program CoW.
- Variabel jumlah penetapan peran tanggung jawab dengan unstandardized coefficients
(B) sebesar 0,187; tanda positif mengandung arti apabila nilai variabel lainnya tetap,
maka perubahan variabel penetapan peran tanggung jawab akan memberikan pengaruh
searah terhadap keberhasilan kinerja K3 perusahaan. Dapat digambarkan semakin
meningkatnya kesadaran pekerja untuk selalu aktif terlibat dalam kegiatan K3 di dalam
organiasi CoW dengan melakukan tindakan pencegahan kecelakaan dalam lingkungan
kerjanya maka akan mempengaruhi peluang meningkatnya keberhasilan kinerja K3
perusahaan. yang sudah ditunjuk langsung oleh perusahaan untuk mengisi posisi- posisi
dalam struktur organisasi CoW bertanggung jawab penuh dalam mengawasi dan
memantau pekerjaan secara intensif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Variabel penetapan peran tanggung jawab cukup signifikan pengaruhnya terhadap
kinerja K3 karena jika dilihat dengan kondisi di lapangan, perusahaan menunjuk orang-
orang yang berkompeten untuk mewakili top manajemen dalam memberi keputusan
terkait pekerjaan yang dilakukan di lapangan karena pekerja yang telah ditunjuk
tersebut dianggap lebih memahami karakteristik lingkungan tempat mereka bekerja.
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan atau
kontribusi dari keseluruhan variabel bebas pada persamaan regersi yang terdiri dari variabel
prosedur tertulis (X1), komunikasi tertulis (X5), penetapan peran tanggung jawab (X2) dan
pengaruhnya terhadap variabel terikat (Y) yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. R2 (Koefisien Determinasi)
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .840a .705 .686 1.122
a. Predictors: (Constant), Penetapan peran tanggung jawab,
Komunikasi tertulis, Prosedur tertulis
b. Dependent Variable: Kinerja K3

Nilai R2 adjusted = 0,686. Angka ini menunjukkan bahwa variasi nilai keterlambatan
yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang diperoleh adalah sebesar 68,6 %
sedangkan sisanya yaitu 31,4 % dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan model.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari analisa perhitungan stepwise regression dengan rumus persamaan Y = -2.940 +
0,461X1 + 0,524X5+ 0,187X2 diperoleh urutan faktor yang paling berpengaruh yaitu:
Prosedur tertulis (X1), Komunikasi tertulis (X5), dan Penetapan peran tanggung jawab (X2)
mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan dan parsial terhadap keberhasilan
kinerja K3 PT. PHE WMO di Kabupaten Gresik.
Ketiga variabel utama yang berkontribusi terhadap keberhasilan kinerja K3 PT. PHE
WMO dilihat dari nilai koefisien determinasi sebesar 68,6 % yang sisanya 31,4 %
dipengaruhi oleh faktor- faktor lainnya.

ISBN: 978-602-70604-3-2
B-13-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian- penelitian selanjutnya, adalah Perlu
dilakukan penelitian yang lebih lanjut terhadap faktor- faktor lainnya yang ada dalam standar
program Control of Work yang mungkin lebih berkontribusi besar terhadap pengaruh tingkat
keberhasilan kinerja K3 PT. PHE WMO, Gresik, karena pada penelitian ini penulis hanya
meneliti beberapa faktor dalam standar program Control of Work yang meliputi: Prosedur
tertulis, penetapan peran tanggung jawab, kompetensi, training, dan komunikasi tertulis.
Selain pengaruhnya program CoW terhadap kinerja K3 perusahaan untuk penelitian
selanjutnya mungkin dapat dilihat juga dari aspek kinerja proyek yang ada di dalam PT. PHE
WMO sehingga memiliki pandangan baru seberapa besar dampak program K3 CoW terhadap
kinerja proyek di perusahaan tersebut.
Dalam penelitian lebih lanjut perlu dikembangkan metode yang dapat meningkatkan
implementasi standar program K3 Control of Work yang diterapkan di PT. PHE WMO
sehingga memaksimalkan pencapaian kinerja K3 yang tidak meneutup kemungkinan program
ini dapat dijadikan contoh dalam sistem manajemen K3 di perusahaan minyak dan gas bumi
yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Aksorn, T., Hadikusumo, B., H, & W. (2008). Critical Success Factor Influencing Safety
Program Performance in Thai Construction Project. Safety Science, Vol. 46, hal.
909-727.
Cheyne, A. C., Sue, A., Oliver, J. M., & Tomas. (1989). Modeling Safety Climate in the
Prediction of Levels of Safety Activity. In Work & Stress (pp. 255-271).
Cohen, H. H., & Cleveland, R. J. (1983). Safety program practices in record-holding plants.
Professional Safety, 3 , 26-33.
Davies, F. R., Spencer, K., & Dooley. (2001). Summary Guide to Safety Climate Tool. HSE.
Kolluru, R. V. (1996). Risk Assessment And Management Handbook. New York: McGram
Hill Inc.
Mearns, K., Whitaker, S. M., & Flin, R. (2003). Safety climate, safety management practice
and safety performance in offshore environments. Safety Science, 41 , 641-680.
Michaud, P. A. (1995). Accident prevention and OSHA compliances. Florida: CRC Press.
Top, W. N. (1991). Safety and loss control management and the international safety rating
system. Safet Management and ISRS .
Vinodkumar. (2010). Safety Management Practices and Safety Behaviour: Assessing the
Mediating, Role of Safety Knowledge And Motivation. In Elsevier, Accident Analysis
And Prevention, Vol. 42 (pp. 2082-2093).
Vredenburgh, A. G. (2002). Organizational safety: Which management practices are most
effective in reducing employee injury rates? Journal of Safety Research , 33, 259-276.

ISBN: 978-602-70604-3-2
B-13-8

Anda mungkin juga menyukai