Anda di halaman 1dari 3

VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BIODIESEL DARI

DEDAK PADI DENGAN METODE IN-SITU DUA TAHAP


Nama / NRP: Nufi Dini M. (2306 100 055); Ajeng Nina Rizqi (2306 1000 148)
Pembimbing: Siti Zullaikah, ST, MT, Ph.D
Laboratorium Biomassa dan Konversi Energi

PENDAHULUAN
Krisis energi yang terjadi di dunia, khususnya dari bahan bakar fosil yang bersifat tak
terbaharukan (non renewable) disebabkan karena menipisnya cadangan minyak bumi. Maka
perlu dicari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang bersifat terbaharukan (renewable) dan
ramah lingkungan., yaitu biodiesel. Akan tetapi, biaya produksi biodiesel masih menjadi kendala
yitu dikarenakan biaya bahan baku (minyak dan lemak) sebesar 60-75% dari total biaya produksi
(Zullaikah et al., 2005). Oleh karena itu Ju and Vali (2005) menyarankan penggunaan dedak padi
sebagai bahan baku biodiesel. Pemanfaatan minyak dedak padi sebagai bahan baku biodiesel
terbukti bisa menghasilkan yield yang tinggi (> 90%) baik itu menggunakan katalis basa (Sinha
et al., 2008, Lin et al., 2009), katalis asam (Zullaikah et al., 2005), enzim (Lai et al., 2005),
maupun metanol superkritis (Kasim et al., 2009).
Penggunaan metode in-situ untuk produksi biodiesel diharapkan dapat menurunkan biaya
produksi (Haas et al., 2004, Yustianingsih et al., 2009). Hal ini dikarenakan ektraksi dan reaksi
terjadi secara simultan, sehingga bisa menurunkan biaya produksi. Akan tetapi penggunakan
proses in-situ memungkinkan adanya karbohidrat yang hilang dikarenakan terekstrak ataupun
terdegradasi (Shiu et al., 2009). Dimana karbohidrat (pati) yang ada dalam dedak padi
merupakan komponen utama (34-52%) yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal seperti
bahan makanan yang anti alergi, maupun untuk BBN (bioetanol).
Pada penelitian ini digunakan proses in situ dua tahap yaitu in situ esterifikasi dilanjutkan
in-situ transesterifikasi. Dimana ektraksi dan reaksi esterifikasi maupun transesterifikasi terjadi
secara simultan. Alkohol yang digunakan pada proses ini adalah metanol dan berfungsi sebagai
solvent pengekstrak komponen-komponen minyak sekaligus sebagai reaktan. In-situ esterifikasi
digunakan terlebih dahulu sebab dedak padi mengandung FFA tinggi yaitu sekitar 5-80% (Adi,
2003). Sedangkan in-situ transesterifikasi digunakan untuk mereaksikan komponen selain FFA
yaitu acylgliserin (TG, DG, dan MG) dan dapat dilakukan jika kandungan FFA dalam bahan
baku kurang dari 5%. Tujuan dari penelitian ini adalah memproduksi biodiesel dari dedak padi
menggunakan proses in situ dua tahap ( esterifikasi dan transesterifikasi) dan mempelajari
kandungan karbohidrat (pati) yang hilang selama proses in situ esterifikasi dan transesterifikasi.

METODOLOGI PENELITIAN
Bahan baku yang digunakan adalah dedak padi diperoleh dari Sidoarjo, Jawa Timur.
Dedak padi diayak terlebih dahulu agar bebas dari sekam disimpan didalam lemari pendingin
pada suhu <20oC untuk mencegah pembentukan Free Fatty Acid (FFA). Sebelum digunakan,
dedak padi dikurangi kadar airnya dengan cara dioven selama 3 jam pada suhu 60C. Untuk
mengetahui kandungan patinya, dalam dedak dianalisa menggunakan metode Luff Schrool.
1. Ekstraksi Dedak Padi
Proses ekstraksi dedak padi dilakukan dengan tujuan untuk mengrtahui kandungan
minyak dalam dedak padi. Sebanyak 10 g dedak padi diekstraksi dengan 350 mL heksan didalam
tabung bervolume 500 mL, kemudian dipanaskan selama 4 jam suhu 69 C (titik didih pelarut).
Hasil ekstraksi didestilasi untuk memperoleh minyak sehingga dapat diperoleh pelarut kembali.
2. Mengkonversi Minyak menjadi Biodiesel (Biodiesel Teoritis).
1 g minyak ditambah larutan kalium hidroksida (10 mL, 2N). Kemudian dipanaskan
pada suhu 60 oC dengan magnetik strirer sampai reaksi saponifikasi sempurna (24 jam).
Menambahakan heksan ke dalam campuran hasil saponifikasi untuk mengekstrak bahan yang
tidak tersaponifikasi dan menganalisa dengan TLC. Heksan diambil dari campuran, lapisan
bawah yang berisi bahan yang tersaponifikasi diasamkan sampai pH=2 dengan menggunakan
asam sulfat 1 M, dan reaksi sempurna sekitar 24 jam menghasilkan asam lemak (Fatty Acid) dan
garam sulfat (K2SO4). Semua asam lemak diekstrak dari campuran tersebut dengan
menggunakan pelarut heksan berulang kali. Hasilnya dianalisa dengan TLC. Heksan kemudian
diuapkan sehingga hanya tertinggal ekstrak yang berisi asam lemak. Kemudian asam lemak
dikonversi menjadi Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dengan memanaskannya dalam 5%-v asam
sulfat (H2SO4 95-97%) dalam metanol pada suhu 60 oC selama 24 jam. Air digunakan untuk
menghilangkan residu H2SO4 dan FAME dipisahkan dengan ekstraksi menggunakan heksan-air.
Heksan diambil dan diuapkan, sehingga tersisa produk berupa FAME (Shiu, 2009).
3. Proses In-situ Dua Tahap (Esterifikasi-Transesterifikasi)
10 g dedak padi dimasukkan dalam labu leher dua dan dicampur dengan larutan methanol
dan H2SO4 dan direaksikan pada suhu 60oC, tekanan 1 atm, dengan pengadukan menggunakan
magnetic stirer selama 15 menit, seperti tampak pada Gambar 1. Kemudian proses dilanjutkan
dengan in situ transesterifikasi dengan katalis basa (NaOH). Setelah 15 menit, menambahkan 5
N NaOH (dalam methanol) ke dalam labu dan reaksi kembali dilanjutkan. Setelah 15 menit,
campuran hasil reaksi didinginkan selama 10 menit untuk menghentikan reaksi. Kemudian hasil
reaksi dipisahkan menggunakan pompa vakum untuk memisahkan antara fase liquid dan fase
solid. Fase solid dicuci dengan 100 mL methanol dan dikeringkan pada suhu ruangan selama
semalam. Fase liquid kemudian diekstraksi menggunakan heksan sebanyak tiga kali. Setiap
ekstraksi menggunakan 50 mL n-hexane. Kemudian akan terbentuk fase gliserol (lapisan bawah)
dan fase organik (lapisan atas). Fase organik ini dicuci dengan air (T=50 C) sebanyak 3x50 mL.
Mengambil fase FAME (lapisan atas) sebagai hasil, lalu mendestilasi fase tersebut untuk
memisahkan FAME dari solvent (heksan) sehingga solvent dapat dipergunakan kembali.
Memasukkan dalam oven pada suhu 80C untuk menghilangkan sisa solvent dan air. Lalu,
melakukan analisa kandungan biodieselnya dengan GC. Dan yield biodiesel dihitung dengan
rumus sebagai berikut:

Air keluar

Kondensor Refluks
Air masuk
Termometer
Labu Leher

Magnetic Stirer Water Bath


Hot Plate

Gambar 1. Skema Peralatan In Situ Esterifikasi-Transesterifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Ekstraksi Minyak Dedak Padi
Pada proses pengeringan dedak padi, kadar air yang dapat dihilangkan sebesar 2.62%.
Dari analisa kandungan pati diketahui kandungan pati awal sebesar 37.62%. Dan minyak yang
diperoleh dari hasil ekstraksi sebesar 17.63% dengan kandungan asam lemak bebas (FFA)
sebesar 19.07%. Dan FAME yang dapat dikonversi sebesar 1.34 g.
2. Pengaruh penambahan metanol pada proses in-situ esterifikasi
Pada penelitian ini variabel metanol yang digunakan adalah 50 mL; 150 mL dan 300 mL,
dengan kondisi operasi dedak padi (10 g), suhu reaksi 60C (tekanan 1 atm). Diperoleh hasil
yield biodiesel terbesar pada kondisi optimum sebesar 76.02%. Selain yield produk reaksi yang
diperoleh, dianalisa juga sisa kadar asam lemak bebas (FFA) dalam produk bahwa kandungan
FFA menurun seiring dengan penambahan metanol yaitu sebesar 3.51%. Untuk deffated dedak
padi juga dianalisa dan mengalami penurunan dibandingkan kandungan awal dengan %
kehilangan sebesar 23.05%.
3. Pengaruh penambahan katalis asam pada proses in-situ esterifikasi
Katalis yang dipakai adalah katalis homogen yaitu asam sulfat (H2SO4) dengan jumlah
0.5; 1; dan 1.5 mL. Yield biodiesel yang diperoleh sebesar 48.57; 76.02; 86.12% berturut-turut.
Penambahan katalis dalam suatu reaksi akan mempercepat jalannya reaksi sehingga semakin
banyak produk yang terbentuk (Harold, 2003). Penggunaan katalis asam juga menurunkan
kandungan FFA, yaitu dari 19.07% menjadi kurang dari 5% . Menurunnya kandungan FFA ini
karena pada proses in-situ esterifikasi berkatalis asam sulfat mengesterifikasi sebagian besar
FFA terlarut dalam metanol (MeOH), sedangkan semua trigliserida (TG) dan wax ester
tertinggal dalam dedak padi (Ozgul, 1993). Sedangkan penrunan kandungan pati dari deffated
dedak padi sebesar 35.88; 35.9; 36.7%.
4. Pengaruh waktu reaksi asam pada proses in-situ esterifikasi
Waktu reaksi berlangsung selama 5; 15; dan 30 menit. Kondisi optimum untuk
memperoleh yield tertinggi dicapai saat waktu reaksi 15 menit sebesar 76.02%, dengan
kandungan FFA yang menurun menjadi 3.09%. Dan kandungan pati berturut-turut sebesar 36.5;
36.3; dan 36.34%.
5. Pengaruh penambahan katalis basa pada proses in-situ transesterifikasi
Penambahan katalis basa dilakukan setelah proses esterifikasi selesai. Katalis basa yang
digunakan adalah natrium hidroksida (NaOH) dengan konsentrasi 5 N dalam methanol. Variabel
NaOH yang diberikan adalah 6;8;10 mL. Yield biodiesel yang diperoleh berturut-turut sebesar
84.32; 94.77; dan 96.27%. Dan setelah proses ini, kandungan FFA sudah tidak terdeteksi.
Sedangkan kandungan pati mengalami penurunan dengan hasil berturut-turut sebesar 34.78;
33.04; dan 31.02% dengan % kehilangan sebesar 15.45; 16.29; 17.44% berturut-turut.
6. Pengaruh waktu reaksi basa pada proses in-situ transesterifikasi
Waktu yang digunakan pada proses transesterifikasi adalah 15; 30; 60 menit. Dengan yield
yang diperoleh sebesar 94.77; 95.52; dan 96.26%. Kondisi optimum dicapai saat reaksi selama
15 menit. Dengan kandungan pati 34.04; 33.25; 32.05% berturut-turut.

KESIMPULAN
1. Yield biodiesel yang diperoleh sebesar 94.77% dengan proses in-situ dua tahap (esterifikasi-
transesterifikasi) pada kondisi optimum untuk variabel metanol 150 mL, katalis asam (H2SO4)
1 mL, waktu reaksi asam 15 menit, katalis basa 8 mL dan waktu reaksi basa 15 menit.
2. Kandungan karbohidrat (pati) dalam dedak padi mengalami penurunan selama proses in-situ
dua tahap dengan % kehilangan sebesar 16.29%.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ju, Y.H., Vali, S.R., 2005. Rice bran oil as a potential resource for biodiesel: a review. J. Sci.
Ind. Res. 64, 868882.
2. Lai, C.C., Zullaikah, S., Vali, S.R., Ju, Y.H., 2005. Lipase-catalyzed production of biodiesel
from rice bran oil. J. Chem. Technol. Biotechnol. 80, 331337.
3. zgl-Ycel, S., Trkay, S., 1993. In situ esterification of rice bran oil with methanol and
ethanol. J. Am. Oil Chem. Soc. 70, 145-147.
4. Shiu, P. J., Gunawan, S., Hsieh, W.H., Kasim, N.S., 2009. Biodiesel production from rice
bran by a two-step in-situ process. Bioresour. Technol. 101, 984 - 989.

Anda mungkin juga menyukai