Anda di halaman 1dari 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGANPENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS


(PPOK)

A. DEFINISI
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULLMONARY DISEASE) merupakan
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama
dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson : 2005)
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu
kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah : Bronkitis kronis, emfisema paru-paru dan
Asma bronchiale (S Meltzer, 2001).

B. KLASIFIKASI
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai
berikut:
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan
mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk
kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2
tahun berturut turut (Bruner & Suddarth, 2002).

b. Etilogi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influenzae.
2) Alergi
3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll

c. Manfestasi Klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang
mana akan meningkatkan produksi mukus.
2) Mukus lebih kental
3) Dinding bronchial meradang dan menebal.
4) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas,
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.
5) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PaO 2. Kerusakan ventilasi dapat
juga meningkatkan nilai PaCO2.
6) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia.

2. Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus,
duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Smeltzer, 2002).
Kondisi di mana kantung udara di paru-paru secara bertahap hancur, dan membuat
napas lebih pendek.

b. Etiologi
1) Faktor tidak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara

c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan

3. Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea
dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari
saluran nafas (Smeltzer, 2002).
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat),
3) wheezing,
4) batuk non produktif
5) takikardi
6) takipnea

C. ETILOGI
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel gas yang
dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
1. Asap rokok
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
2. Polusi udara
a. Polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor
b. Polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu jalanan
3. Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
a. Infeksi saluran nafas bawah berulang

D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a) Tindakan Keperawatan
1. Tujuan Tindakan :
Klien mampu untuk membersihkan secret atau sumbatan dari sistem
pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas
Kriteria Hasil:
a. Kepatenan jalan nafas
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
RR= 16-24x/m
c. Pertukaran gas normal
1. pHCO3): 22-28 miliekuivalen per liter
2. pO2: 75 - 100 mmHg
3. pCO2: 38-42 mmHg
4. Saturasi O2: 94 - 100 %.
2. Tindakan Keperawatan
a. Auskultasi suara nafas
b. Berikan posisi nyaman untuk meringankan dyspnea
c. Hilangkan sekret dorong dengan batuk atau suction
d. Lakukan fisioterapy dada sesuai kebutuhan
e. Ajarkan nafas dalam yg pelan dan batuk efektif
f. Lakukan suction secara bertahap bila diperlukan
g. Monitor pernapasan dan status oksigenasi bila diperlukan
h. Sarankan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
i. Sarankan pemberian terapi nebulizer sesuai kebutuhan.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


1. Tujuan Tindakan :
Intake nutrisi klien sesuai untuk kebutuhan metabolisme klien
Kriteria Hasil:
a. Makan per oral adekuat
b. Makanan per NGT adekuat
c. Status nutrisi normal
d. Berat badan sesuai IMT normal
e. Mual berkurang
f. Nafsu makan baik

2. Tindakan Keperawatan
a. Tentukan status nutrisi klien dan kemampuan intake klien
b. Identifikasi makanan yang membuat alergi atau makanan yang tidak disukai
klien.
c. Monitor makanan/cairan yang masuk dan hitung kalori yang masuk sesuai
kebutuhan
d. Tentukan kebutuhan klien dan kolaborasikan dengan ahli diet untuk jumlah
kalori harian yang dibutuhkan. (Makanan tinggi kalori, tinggi protein)
e. Tentukan kebutuhan dan sarankan pemberian nutrisi enteral bila per oral tidak
tercukupi.
f. Hentikan pemberian melalui selang makan apabila intake oral dapat
ditoleransi.
g. Atur lingkungan untuk memberikan kesan nyaman dan rileks.
h. Lakukan oral care sebelum makan sesuai dengan kebutuhan.
i. Dorong keluarga untuk memberikan makanan favorit klien sesuai kebutuhan.

3. Resiko Aspirasi
1. Tujuan Tindakan :
Tidak terjadi resiko masuknya sekret-sekret gastrointestinal, oropharingeal,
benda-benda padat, atau cairan kedalam tracheobronkhial
Kriteria Hasil:
a. Klien dapat bernafas dengan mudah, irama, frekuensi pernafasan normal
b. Pasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan mampu
melakukan oral hygiene
c. Jalan nafas paten, mudah bernafas, tidak merasa tercekik dan tidak ada suara
nafas abnormal

2. Tindakan Keperawatan
a. Monitor tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks muntah dan kemampuan
menelan.
b. Pertahankan kepatenan jalanm nafas.
c. Minimalkan penggunaan obat-obat yg mengandung efek sedasi
d. Suap makan dalam jumlah yang sedikit-dikit.
e. Gerus obat saat pemberian medikasi.
f. Posisikan kepala sejajar 30 derajat atau 90 derajat sesuai kemampuan saat
pemberian makan melalui NGT.
g. Pertahankan posisi bed elevasi selama 30 45 menit setelah pemberian
makan.
h. Cek ketepatan penempatan NGT sebelum memasukkan diit.
i. Cek residu pada selang NGT sebelum memasukkan diit.
Batalkan pemberian makan apabila jumlah residu tinggi (Lebih dari 250cc
untuk NGT, dan lebih dari 100cc untuk PEG tubes).
j. Lakukan oral care.

Anda mungkin juga menyukai