Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KERJA SISTEM REFRIGERASI MEJA PENJAJA IKAN

PERFORMANCE ANALISYS OF REFRIGERATION SYSTEM FISH DISPLAY TABLE

Imam Taukhid, Donal Daniel dan B. Realino S.


Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan, Balitbang KP
E-mail: imam_t@kkp.go.id
Jl. Pasir Putih 1 Ancol Timur, Jakarta 14430

Diterima tanggal: 29 September 2014, diterima setelah perbaikan: 15 November 2014, disetujui tanggal: 28 November 2014

ABSTRAK

Penjual ikan di pasar-pasar tradisional masih mengalami kendala dalam menerapkan teknik pengesan. Salah satu solusi
untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan menerapkan teknologi refrigerasi. Teknologi refrigerasi yaitu suatu
teknologi yang dapat digunakan untuk menyerap panas dari ikan dengan tujuan untuk menurunkan temperatur sesuai
dengan yang diinginkan. Pada makalah ini dilakukan pengujian dengan menggunakan meja penjaja ikan yang telah
terintegrasi dengan sistem refrigerasi. Peralatan sistem refrigerasi yang digunakan yaitu kompresor, kondensor,
evaporator, pipa kapiler dan refrigerant R134a. Hasil analisis pengujian sistem refrigerasi menunjukkan nilai maksimal
Coefficient of Performance (COP) sebesar 5, efesiensi 99 % dan kebutuhan listrik rata-rata sebesar 350 Watt.

Kata kunci: pasar, tradisional, meja penjaja, refrigerasi, COP.

ABSTRACT

Fish sellers in the traditional markets are still have problems in apply the technique perceiver. One of the solutions to
overcome these obstacles is to apply the technology of refrigeration. The refrigeration technology is very useful to
absorb heat from fishs body with the aim to have a suitable temperature. This paper aim to the performance work
refrigerator technology by using fish display table that had been installed integrated refrigeration system. An integrated
compressor, condenser, caliper tube, evaporator and R134a refrigerant have been used. The result found that the
integrated refrigeration system, the value coefficient of performance (COP) is 5, with 99% efficiency and 350 watt of
electricity.

Keywords: market, traditional, display table, refrigeration, COP.

PENDAHULUAN Penggunaan wadah terbuka sangat mempengaruhi


kualitas ikan yang dijual. Indonesia merupakan
wilayah tropis, yang menyebabkan bakteri cepat
Ada tiga cara dalam mempertahankan kesegaran berkembang. Penanganan ikan di sebagian besar
ikan yaitu dengan es (pengesan), dengan udara Tempat Pelelangan Ikan (TPI) atau Pelabuhan
dingin (refrigerasi) dan dengan air dingin (chiller) Pendaratan Ikan (PPI) pasca turun dari kapal
(Ilyas, 1983). Cara umum yang digunakan oleh sangat tidak higienis. Pembeli dan penjual ikan
penjual ikan adalah dengan teknik pengesan, akan hanya menyimpan ikan di bak, jika bak sudah tidak
tetapi penjual ikan tidak menerapkan teknik muat, maka ikan-ikan tersebut hanya diletakkan di
pengesan yang sesuai prosedur sehingga mutu ikan lantai tanpa alas apapun, sehingga mutu ikan terus
terus mengalami kemunduran. Proses kemunduran mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukan
mutu ikan pada dasarnya dapat dilihat dari dua bahwa penanganan ikan setelah penangkapan
sudut pandang yaitu kesegaran dan kebusukan belum dilakukan dengan baik (Irianto dan Soesilo,
(Wibowo dan Yunizal,1998). 2007).

Analisis Kerja Sistem Refrigerasi Meja Penjaja Ikan - Imam Taukhid, Donal Daniel dan B. Realino S.

121
Masalah utama yang dihadapi dalam penanganan evaporator (Tampubolon dan Samosir, 2005).
ikan adalah penjual ikan menggunakan bak terbuka Kompresor merupakan komponen utama dalam
untuk menjajakan ikan jualannya, sehingga sistem refrigerasi yang berfungsi
mengakibatkan penurunan mutu ikan yang cepat mengkompresikan refrigerant. Refrigerant
akibat penanganan yang tidak tepat (Suherman dan merupakan zat cair (freon) terdapat pada sistem
Gunawan, 1999). refrigerasi yang berfungsi menyerap panas dari
benda atau udara yang akan didinginkan.
Penanganan ikan yang tidak baik juga terjadi di Coefficient of performance (COP) adalah suatu
pasar ikan tradisional, dimana kondisi pasar ikan indikator yang digunakan untuk menilai efisiensi
identik dengan becek dan tidak higienis. Hal ini energi sistem refrigerasi (Setyoko, Darmanto, dan
terjadi oleh karena pengetahuan nelayan tentang Rahmat, 2007).
tata cara penanganan ikan dari saat menangkap
sampai di pendaratan ikan pada umumnya masih Dalam penelitian skala laboratorium, untuk
rendah. Perbandingan antara jumlah ikan dan es mengetahui performa sistem refrigerasi dengan
dalam tempat penyimpanan yang tidak sesuai menggunakan refrigerant R134a, lampu sebagai
menyebabkan masih tingginya kerusakan produk beban, didapat nilai COP sebesar 2,64 dalam
perikanan tangkap (Sjarif, Suwardiyono dan waktu 30 menit (Anwar, 2010). Analisis kompresi
Syahasta, 2010). Padahal, sebagian besar produk uap sistem refrigerasi dengan mengunakan dua
ikan segar tujuan ekspor berasal dari nelayan jenis refrigerant R22 dan R134a didapat nilai COP
tradisional yang menggunakan kapal kayu dan es R22 3,25 dan COP R134a 3,35 (Chandrasekharan,
sebagai media pengawetan ikan (Daniel, 2011). 2014). Hasil penelitian Sattar, Saidur dan Masjuki
(2007) yang menggunakan sistem pendingin
Penjual ikan di pasar tradisional menggunakan air freezer 80 liter dengan refrigerant R134a
yang dicampur dengan es curah (pengesan) untuk menunjukkan performa yang baik terhadap
mempertahankan ikan jualannya. Penerapan teknik kondensor, evaporator dan COP, serta dapat
pengesan yang dilkakukan oleh penjual ikan juga mengurangi kebutuhan energi listrik sebesar 3%.
tidak sesuai dengan prosedur, terutama Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunianto
perbandingan antara banyaknya ikan dengan (2005) menyatakan bahwa peningkatan nilai COP
banyaknya es yang digunakan. Seharusnya dipengaruhi oleh naiknya nilai evaporator.
prosedur teknik pengesan dalam penanganan dan
penyimpanan ikan hasil tangkap dengan es yang Verma, Satsangi dan Chaturani (2013) menyatakan
ideal adalah 1:1 (Pusat Pengembangan dan bahwa dengan menggunakan refrigerant R134a
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai alternatif refrigerant untuk refrigerasi pada
Pertanian, 2010). Air conditioner (AC) mobil sangat aman
digunakan dan ramah lingkungan. Pada penelitian
Untuk mengatasi hal tersebut, dapat diterapkan eksperimental yang dilakukan oleh Tiwari dan
teknologi refrigerasi. Teknologi ini memudahkan Gupta (2011), penggunaan refrigerant lokal R404a
para penjual ikan di pasar tradisonal tanpa harus dan R134a menunjukkan bahwa refrigerant
memperhitungkan jumlah ikan dan jumlah es, tersebut sangat ramah lingkungan dan tidak
cukup mengatur temperatur ruang penyimpanan merusak lapisan ozone. Dari hasil pengujian sistem
ikan sesuai dengan yang diinginkan. Penggunaan refrigerasi yang dilakukan oleh Jain, Kachhwaha
teknologi refrigerasi sudah banyak digunakan dan Mishra (2011) dengan berbagai macam
seperti: cold storage, kulkas (refrigerator), freezer, refrigerant (R22, R134a, R410a, R407c dan M20)
dan lain lain (Dossat, 1961). untuk mengetahui performa sistem refrigerasi,
diperoleh hasil bahwa refrigerant R407c dapat
Teknik refrigerasi adalah suatu teknik untuk menggantikan refrigerant terdahulunya.
menyerap panas dari suatu benda untuk Selanjutnya, jika ingin mendapatkan biaya
menurunkan temperatur sesuai dengan yang operasional dan perawatan sistem refrigerasi yang
diinginkan. Tujuannya adalah untuk menghambat paling murah disarankan menggunakan refrigerant
laju pertumbuhan bakteri penyebab kemunduran R22.
mutu ikan, sehingga menjaga ikan tetap segar.
Umumnya, sistem refrigerasi terdiri dari Untuk meningkatkan COP dapat juga dilakukan
kompresor, kondensor, katup expansi dan dengan cara melilitkan pipa kapiler di line suction

JURNAL KELAUTAN NASIONAL, Vol. 9, No. 3, Desember 2014, Hal. 121-127

122
(Handoyo dan Lukito, 2002). Hasil pengujian Pada pengujian dilakukan pengukuran suhu, arus
Gulati dan Gupta (2011) dengan berbagai ukuran listrik dan tekanan dengan metode laboratorium,
pipa kapiler (1,2-2,4 mm) dan beberapa jenis dimana dilakukan pengukuran suhu pada
refrigerant (R22, R134a dan R404a), menunjukkan kondensor dan evaporator dengan menggunakan
bahwa tidak ada pengaruh energi kinetik terhadap thermometer manual dan thermometer digital,
konversi energi, dan faktor gesekan pipa kapiler pengukuran tekanan dengan menggunakan
semua jenis memberikan hasil yang optimal dalam manometer, sedangkan untuk mengukur arus listrik
semua kondisi. Akan tetapi, dengan memodifikasi digunakan ampere meter. Pengujian ini dilakukan
pipa kapiler, dapat memudahkan perbaikan pada di gedung Balitbang KP dengan waktu pengujian
saat pengisian refrigerant dan perbaikan sistem 30 menit tanpa beban (Gambar 2).
refrigerasi (Raut dan Wankhede, 2011).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui


performa sistem (COP) refrigerasi meja penjaja
ikan, sehingga dapat menjaga mutu ikan yang
dijual di Pasar Tradisional.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menguji sistem refrigerasi pada meja


penjaja ikan yang dirancang dan dibuat oleh
penulis (Gambar 1) dengan menggunakan fluida
refrigerant R134a. Bagian-bagian sistem refrigerasi
dari meja penjaja ikan tersebut terdiri dari:
kompresor, kondensor, pipa kalpiler, evaporator
dan R134a.

Gambar 2. Proses pengujian meja penjaja ikan


Figure 2. Testing of sale fish display table
Sumber: Dokumentasi pribadi

Untuk menganalisis data hasil pengamatan,


digunakan persamaanpersamaan sebagai berikut :
o Daya = V.I (Watt) (1)
o Laju aliran refrigerant :
Mref = Nc/ h2 h1 (2)
dimana :
Nc = daya kompressi
= compresor x daya kompresor
= dari data spesifikasi kompresor 0.7
h1 dan h2= nilai enthalphi refrigerant R134a
o Laju aliran kalor yang dilepas kondensor:
Qk = mref (h2 h3) kW (3)
Gambar 1. Sketsa meja penjaja ikan dengan sistem o Laju aliran kalor yang di serap evaporator
refrigerasi Qe = mref (h1 h4) kW (4)
Figure 1. Sketch of refrigerator system sale fish display o Coefisien Of Performance (COP)
table CopR = (5)
Sumber: Dokumentasi pribadi

Analisis Kerja Sistem Refrigerasi Meja Penjaja Ikan - Imam Taukhid, Donal Daniel dan B. Realino S.

123
CopHP = (6) Dari hasil pengujian sistem refrigerasi meja penjaja
ikan ini, dapat diketahui nilai kebutuhan daya, laju
o Efesiensi dengan menggunakan : aliran refrigerant, kalor yang dilepas kondensor,
= CopR /CopHP (7) kalor yang di serap evaporator, COP dan efesiensi.
o Jumlah kebutuhan es yang di perlukan untuk
mempertahankan ikan
Q = m (T1 T2) Cp (8)
800 35

Waktu (s)
Daya (Watt)
Dimana Q adalah jumlah panas yang harus 700 Daya 30
dihilangkan dari ikan (Wibowo et al.,1998). Waktu
m = berat ikan (kg) 600
25
T1 = suhu awal ikan (0C) 500
T2 = suhu akhir ikan (0C) 20
400
Cp = panas spesifik ikan (0,84 15
kkal/0C/kg). 300
10
200

100 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
0 0
Bardasarkan hasil pengujian, diperoleh bahwa 1 3 5 7 9 11 13 15
dalam waktu 0-2 menit tekanan masih sangat Jumlah Pengamatan
tinggi dan temperatur ruangan sama dengan Garfik 1. Daya kompresor terhadap waktu
temperatur udara luar, akan tetapi dalam waktu 26- Chart 1. Compressor power vs time
30 menit tekanan dan temperatur di peroleh nilai Sumber: Hasil pengolahan data
yang signifikan yaitu temperatur -15 0C sedangkan
tekanan 2 Psi. Data suhu, arus dan waktu, hasil
pengamatan disajikan pada Tabel 1. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa daya
mengalami penurunan berbanding terbalik dengan
Tabel 1. Data pengamatan waktu, dimana jika waktu semakin lama semakin
Table 1. Observations data naik maka daya semakin lama semakin menurun
PRESSURE (Grafik 1). Hal tersebut terjadi karena kompresor
TEMP (oC) Arus Waktu
No (Psi)
yang digunakan mempunyai kapasitas daya sebesar
Low High Kond Evap (Amp) (Menit) 1 horse power (HP) dimana 1 HP = 745 Watt.
1 80 160 36 27 3.3 0
2 20 145 34 20 2.2 2 35
88
waktu (s)

3 12 140 35 11 2.2 4 80
30
4 10 130 36 0 2.2 6 72
5 9 130 36 -3 2.2 8 64 25
Laju Aliran Refrigerant (watt)

6 9 130 35 -5 2.1 10 56
20
48
7 9 130 35 -7 2.1 12
40 15
8 9 130 35 -8 2.1 14
32
9 9 130 35 -9 2.1 16 10
24
10 9 130 35 -10 2.1 18 16
5
11 9 130 35 -11 2.1 20 8
12 4 116 34 -12 2 22 0 0
1 3 5 7 9 11 13 15
13 4 116 34 -13 2 24 Jumlah Pengamatan
14 2 116 34 -14 2 26
Garfik 2. Laju aliran refrigerant terhadap waktu
15 2 116 34 -15 2 30 Chart 2. Refrigerant flow rate vs time
Sumber: Hasil pengujian Sumber: Hasil pengolahan data

JURNAL KELAUTAN NASIONAL, Vol. 9, No. 3, Desember 2014, Hal. 121-127

124
Dari grafik 2 terlihat bahwa laju aliran refrigerant pengujian yang telah dilakukan, diketahui bahwa
berbanding terbalik terhadap waktu, dimana faktor nilai COP sistem refrigerasi meja penjaja ikan
utama yang mempengaruhi penurunan dari laju masih berada dalam standar COP yang disarankan
aliran refrigerant adalah daya kompresor. oleh Badan Standardisasi Nasional (SNI). Dimana
nilai COP sistem refrigerasi menurut SNI berkisar
antara 2,7 sampai dengan 6,5.
16 35

Waktu (s)
Kalor yang dilepas kondensor(kW)

14 30 14 35

Kalor yang diserap Evaporator (kW)

waktu (s)
12
25 12 30

10
20 10 25
8
8 20
15
6
6 15
10
4
4 10
2 5

2 5
0 0
1 3 5 7 9 11 13 15
0 0
Jumlah Pengamatan 1 3 5 7 9 11 13 15
Jumlah Pengamatan
Grafik 3. Laju aliran kalor yang dilepas kondensor
terhadap waktu
Grafik 4. Laju aliran kalor yang diserap evaporator
Chart 3. Flow rate condenser heat removed
terhadap waktu.
vs time
Sumber: Hasil pengolahan data
Chart 4. Flow rate evaporator heat absorbed
vs time
Sumber: Hasil pengolahan data
Grafik 3 memperlihatkan bahwa laju aliran kalor
yang di lepas kondensor berbanding terbalik
dengan waktu, akan tetapi berbanding lurus dengan
laju aliran refrigerant. Faktor utama yang 40 35 Waktu (s)
COP

mempengaruhi besarnya kalor yang dilepas COPR


35 30
kondensor adalah laju aliran refrigerant. Aktual
30
COPHP
Carnot 25
Grafik 4 memperlihatkan bahwa laju aliran kalor waktu
25
yang diserap evaporator berbanding terbalik 20
dengan waktu, akan tetapi berbanding lurus dengan 20
laju aliran kalor yang dilepas kondensor. Faktor 15
15
utama yang mempengaruhi besarnya kalor yang
10
diserap evaporator adalah laju aliran kalor yang 10
dilepas kondensor. 5
5

Grafik 5 memperlihatkan perbandingan nilai COPR 0 0


dan COPHP, dimana penurunan nilai COP 1 3 5 7 9 11 13 15
berbanding lurus tetapi berbanding terbalik Jumlah Pengamatan
terhadap waktu. Penurunan COP dipengaruhi oleh
laju aliran kalor yang diserap evaporator terhadap Grafik 5. Perbandingan nilai COPR, COPHP, terhadap
komsumsi daya yang dibutuhkan oleh kompresor, waktu.
dimana lama kerja kompresor mempengaruhi Chart 5. COPR, COPHP, vs time.
kebutuhan komsumsi dayanya. Berdasarkan hasil Sumber: Hasil pengolahan data

Analisis Kerja Sistem Refrigerasi Meja Penjaja Ikan - Imam Taukhid, Donal Daniel dan B. Realino S.

125
111 35 menyerap kalor ikan sebesar 1092 kkal selama 30
110 menit dengan temperatur maksimal sebesar -15 0C.
Efesiensi (%)

109 30

Waktu (s)
108
Efesie 25 UCAPAN TERIMA KASIH
107 nsi
106 Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
20
105 P3TKP atas terlaksananya kegiatan ini. Tidak lupa
104 kami ucapkan terima kasih pula untuk rekan-rekan
15
103 peneliti dan teknisi: Daud, Amin, Hadi, Agus,
102 Paino dan Wahyu atas bantuannya dalam instalasi
10
101
dan pengujian meja penjaja ikan dengan sistem
refrigerasi.
100 5
99
98 0 DAFTAR PUSTAKA
1 3 5 7 9 11 13 15
Jumlah Pengamatan
Anwar, K. (2010). Efek beban pendinginan terhadap
Grafik 6. NIlai efesiensi terhadap waktu. performa sistem pendingin. Jurnal SMARTEK,
Chart 6. Efficiency vs time. 8(3), 203-214.
Sumber: Hasil pengolahan data Chandrasekharan, M. (2014). Exergy analysis of vapor
compression refrigeration system using R22
Dari grafik 6 terlihat bahwa nilai efesiensi yang and R134a as refrigerants. International
cukup baik berkisar antara 110 dan 98. Nilai Journal of Students Research in Technology
efesiensi melebihi 100 % disebabkan karena siklus and Mangement, 2(4), 134- 139.
refrigerasi sistem meja penjaja ikan menganut Daniel, D. (2011). Laporan Akhir Penelitian Palkah
sistem tertutup. Sistem tertutup adalah fluida kerja Pendingin Tenaga Matahari. P3TKP.
Dossat, R. J. (1961). Principles of Refrigeration.
dalam satu siklus tidak ada yang terbuang ke udara
Toppan Company, Tokyo.
luar. Sedangkan siklus terbuka dimana fluida keja Gulati, R., & Gupta, C. R. (2011). Effect of various
dari sistem terbuang ke udara seperti pompa dan parameter on the performance of capillary tube.
motor bakar. International Journal of Engineering Science
and Technology, 3(8), 6202-6207.
Uji kelayakan meja penjaja ikan dengan sistem Handoyo, E. A., & Lukito, A. (2002). Analisis pengaruh
refrigerasi, dihitung dengan menggunakan pipa kapiler yang dililitkan pada line suction
persamaan 8 dalam waktu 30 menit, dimana 1 terhadap performansi mesin pendingin. Jurnal
kWh = 859,9 kkal. Diperoleh hasil perhitungan Teknik Mesin, 4(2), 94-98.
dari kinerja meja penjaja dalam waktu 30 menit, Ilyas. (1983). Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan
Jilid 1 Teknik Pendingin Ikan. Badan
mampu mendinginkan 50 kg ikan dari suhu ikan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
24 0C ke suhu - 2 0C. Dengan beda temperetur (T) Paripurna: Jakarta.
26 0C dan panas spesifik ikan (Cp) 0,84, sistem Irianto, H. E., & Soesilo, I. (2007). Dukungan Teknologi
mampu menyerap kalor ikan sebesar 1092 kkal. Penyediaan Produk Perikanan. Makalah
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia. Bogor.
Jain, V., Kachhwaha, S. S., & Mishra, R. S. (2011).
Comparative performance study vapour
KESIMPULAN DAN SARAN compression refrigeration system with R22,
R134a, R410a, R407c and MC20.
International Journal of Energy and
Dari hasil analisis pengujian sistem refrigerasi
Environment, 2(2), 297-310.
meja penjaja ikan, maka dapat disimpulkan bahwa Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
sistem refrigerasi meja penjaja ikan dapat bekerja Tenaga Kependidikan Pertanian. (2010). Mata
dengan baik, dimana nilai COP masuk dalam Diklat. Penanganan dan Penyimpanan Hasil
batasan COP SNI dengan nilai efesiensi 99 %. Tangkap.
Dengan jumlah ikan sebanyak 50 kg dan daya rata- Raut, A.S., & Wankhede, S.U. (2011). Selection of
rata sebesar 350 Watt, meja tersebut mampu capillary tubes for retrofitting in refrigeration

JURNAL KELAUTAN NASIONAL, Vol. 9, No. 3, Desember 2014, Hal. 121-127

126
appliances. International Journal of
Engineering Science and Technology, 3(1),
705-711.
Sattar, A. M., Saidur, R., & Masjuki, H. H. (2007).
Performance investigation of domestic
refrigerator using pure hydrocarbons and
blends of hydrocarbons as refrigerants.
International Journal of Mechanical Systems
Science and Engineering, 1(1), 50-55.
Setyoko, B., Darmanto, S., & Rahmat. (2007). Analisis
mesin pendingin pada kapal ikan. Jurnal
Teknik, 28(3), 245-250.
Sjarif, B., Suwardiyono, & Syahasta, D. G. (2010).
Penangkapan dan Penaganan Ikan Tuna Segar
di Kapal Rawai Tuna. Balai Besar
Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang.
Suherman, M., & Gunawan, B. (1999). Palka
Berinsulasi untuk Penaganan Ikan Segar pada
Perahu Motor Nelayan Kepulauan Seribu DKI
Jakarta. Lokakarya Fungsional Non Peneliti.
Tampubolon, D., & Samosir, R. (2005). Pemahaman
tentang refrigerasi. Jurnal Teknik SIMETRIKA,
4(1), 312-316.
Tiwari, A., & Gupta, R. C., (2011). Experimental study
of R404a and R134a in domestic refrigerator.
International Journal of Engineering Science
and Technology, 3(8), 6390- 6393.
Verma, J. K., Satsangi A., & Chaturani V. (2013). A
review of alternative to R134a (Ch3ch2f)
refrigeration. International Journal of
Emerging Technology and Advanced
Engineering, 3(1), 300-304.
Wibowo, S., & Yunizal. (1998). Penanganan Ikan
Segar. Instalasi Penelitian Laut Slipi. Jakarta.
Yunianto, B. (2005). Pengaruh perubahan temperatur
evaporator terhadap prestasi air cooled chiller
dengan refrigerant R134a pada temperature
kondensor tetap. Jurnal Rotasi, 7(3), 25-30.

Analisis Kerja Sistem Refrigerasi Meja Penjaja Ikan - Imam Taukhid, Donal Daniel dan B. Realino S.

127
JURNAL KELAUTAN NASIONAL, Vol. 9, No. 3, Desember 2014, Hal. 121-127

128

Anda mungkin juga menyukai