Anda di halaman 1dari 53

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas segala hidayah dan rahmat-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tutorial Nifas dan Bayi Baru Lahir, dengan baik sekaligus
penulis dapat menyusun makalah ini sebagai kewajiban mahasiswa untuk menyelesaikan
tugas dari dosen.
Dengan diberikannya tugas ini, kami dapat menambah wawasan dan pengalaman.Ini
merupakan bukti tertulis bahwa kami telah menyelesaikan tugas yang ibu dosen berikan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu, membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan tugas ini.
Dengan terselesaikannya tugas ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu dosen Fakhriah SSiT,.MKM selaku dosen pembimbing tutorial.
2. Keluaraga yang telah memberi dorongan material maupun spiritual.
Penulis berharap tugas proses penciptaan manusia ini akan memberi manfaat bagi pembaca
dan generasi baru yang nantinya akan diberi tugas oleh dosen, sehingga mereka tidak kaku
dalam menyelesaikannya.

Jakarta, Maret 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .. 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.. .Latar Belakang ................................................................................................... 7
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... .. 7
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Anatomi Masa Nifas....................................................................................................... 9
2.2. Perubahan Fisiologi Masa Nifas..................................................................................... 10
2.3. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas ........................................................................ 12
2.4. Pemeriksaan Fisik Masa Nifas........................................................................................18
2.5. Kebutuhan Masa Nifas .................................................................................................. 20
2.6. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.............................................................................. 23
2.7. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir 34
2.8Asuhan Untuk Bayi Baru Lahir .......42
2.9.Penyuluhan Kesehatan Untuk Bayi Baru Lahir ..44
2.10. Kemunngkinan Terjadi Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir 49
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan................................................................................................................. 24
3.2. Saran........................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 25

TUTORIAL I/SKENARIO I
Seorang perempuan umur 27 tahun, melahirkan anak pertama di puskesmas 2 jam yang lalu,
ibu mengeluh perut masih terasa mulas dan merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut.

2
Setelah dilakukan pemeriksaan TTV: TD 120/80 mmHg, N 24x/menit, pernafasan 21x/menit,
suhu 36,7C, TFU 2 jari dibawah pusat dan perdarahan dalam keadaan normal.

Mindmap

Bagaimana Bagaimana cara


3
perubahan pemeriksaan fisik ibu
psikologis ibu nifas?
nifas?
Apa perubahan dan NIFAS Bagaimana anatomi
proses adaptasi perubahan pada ibu
fisiologi ibu nifas nifas?

Apa saja kebutuhan Apa perubahan


masa nifas? fisiologi pada ibu
nifas?

SKENARIO II
Seorang bayi perempuan lahir 1 jam yang lalu, menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus
otot baik, setelah dilakukan pemeriksaan TTV: pernafasan 45x/menit, nadi 148x/menit, Bb
3000 gram, Pb 50 cm.

4
Kata sulit:
1. Tonus otot: kontraksi otot yaang ringan dan terus-menerus, yang pada otot-otot rangka
membantu dalam mempertahankan postur dan pengembalian darah ke jantung.

Mindmap

Bagaimana
Apa saja tanda
pemeriksaan fisik
bahaya yang
BBL?
memungkin terjadi
pada BBL? 5
BAYI BARU
LAHIR

Penyuluhan apa saja Apa saja asuhan


yang diberikan pada yang diberikan pada
BBL? BBL?

BAB I
PENDAHULUAN

6
1.1. LATAR BELAKANG
Pasca melahirkan (masa nifas) merupakan masa atau keadaan selama enam
minggu atau 40 hari. Pada masa ini, ibu mengalami perubahan fisik dan alat-alat
reproduksi yang telah kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa laktasi
(menyusui), maupun perubahan psikologis menghadapi keluarga baru. Pada masa
nifas perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk
merawat payudara terutama untuk memperlancarkan pengeluaran ASI. Perawatan
payudara sangat penting dilakukan selama hamil trimester ke 3 sampai masa
menyusui.Hal ini karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang
merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini
mungkin. Dimana tujuan perawatan payudara setelah melahirkan, salah satunya untuk
meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui
pemijatan.
Pada negara berkembang, khususnya di daerah yang penduduknya
berpendidikan rendah, pengetahuan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan
ibu mengenai perawatan payudara masih kurang. Umumnya pengetahuan tentang
perawatan payudara diperoleh dari keluarga ataupun teman. Untuk menghindari
kebiasaan yang salah, diperlukan bantuan dari petugas kesehatan yang dapat
memberikan pendidikan kesehatan yang benar tentang perawatan payudara
Bayi Baru Lahir memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman dan
bersih. Hal tersebut merupakan bagian esensial bayi baru lahir. Sebagian besar proses
persalinan terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan proses pengeluaran hasil
kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dikatakan berhasil jikalau ibu
dan bayinya dalam kondisi yang optimal, sehingga selain ibunya bayi yang
dilahirkanjuga harus dalam keadaan sehat. (Kosim M Sholeh.2003.hal:1)
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama
kehidupannya, 2/3nya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian
pada minggu pertama adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti : asfiksia,
sepsis neonatorum, dan komplikasi BBLR.

Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian
besar kematian dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang
tepat.Sebenarnya penggunaan peralatan canggih tidak diperlukan untuk menolong
sebagian besar bayi ini, melainkan pelayanan dan penanganan yang cepat, tepat, dan
aman.

7
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi perubahan pada ibu nifas?
2. Apa perubahan fisiologi pada ibu nifas?
3. Bagaimana perubahan psikologis pada ibu nifas?
4. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada ibu nifas?
5. Apa saja kebutuhan untuk ibu nifas?
6. Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas?
7. Bagaimana pemeriksaan fisik bayi baru lahir?
8. Apa saja asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir?
9. Penyuluhan kesehatan apa saja yang diberikan pada bayi baru lahir?
10. Apa saja tanda bahaya yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir?

1.3. TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui anatomi masa nifas.
2. Untuk mengetahui perubahan fisiologi pada masa nifas.
3. Untuk mengetahui perubahan psikologis pada masa nifas.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik pada masa nifas .
5. Untuk mengetahui kebutuhan pada masa nifas.
6. Agar mengetahui asuhan kebidanan pada masa nifas.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik bayi baru lahir.
8. Untuk mengetahui asuahan untuk bayi baru lahir.
9. Agar mengetahui penyuluhan kesehatan untuk bayi baru lahir.
10. Agar mengetahui kemungkinan terjadinya tanda bahaya pada bayi baru lahir.

BAB II
ISI

2.1. ANATOMI NIFAS


Masa nifas atau peurperium ialah masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan diakhiri ketika alat kandungan kembali seperti kekeadaan sebelum hamil,
dimana massa ini berlangsung selama 6 minggu.(Maryunani,2009)
Jadi, setelah persalinan selesai, plasenta sudah lahir maka akan kita sebut masa
nifas. Sesungguhnya berakhirnya masa nifas ialah jika perempuan itu sembuh sama
sekali sampai mencapai keadaan biasa seperti sebelum ia hamil. Hal ini jika tak ada
gangguan biasanya memakan waktu kira-kira 6 minggu lamanya, sungguhpun kita

8
mengetahui, bahwa luka yang sekecil-kecilnya di jalan lahir utau perineum begitu
pula regangnya dinding perut di waktu hamil senantiasa meninggalkan bekas. Oleh
sebab itu biasanya yang dimaksud dengan sebutan nifas itu ialah waktu 8-14 hari
sesudah bersalin, dalam waktu perempuan itu begitu kuat dan masih ebutuhkan
pertolongan. Sesuadah itu alat kandungan dan jalan lahir belum sembuh dama sekali,
perempuan itu dengan berangsur-angsur sudah dapat melakukan perkerjaannya sehari-
hari.
Selama waktu nifas ada 2 peristiwa yang penting

1. Surutnya alat kandungan menjadi biasa (involutio)

2. Pengeluaran air susu dari perempuan itu (lactatio)

1. Involuntio

Yang terjadi dengan alat-alat kandungan dalam waktu nifas, adapun rahim perempuan
yang baru bersalin itu masih membesar, jika diraba dari luar tingginya fundus uteri kira-
kira 1 jari dibawah pusat sedangkan beratnya lebih kurang 1 kilogram. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya darah dalam dinding rahim mengalir dalam pembuluh darah yang
membesar. Samapai hari kedua terus masih membesar dan setelah itu berangsur-angsur
menjadi kecil. Kalau diukur tinggi fundus uterk dalam waktu nifas pada hari:

a. Ke3: kira-kira 2-3 jari di bawah pusat

b. Ke5: pada pertengahan antara pusat dan sympisis

c. Ke7: kira-kira 2-3 jari di atas sympisis

d. Ke9: kira-kira 1 jari di atas sympisis

dan setelah hari ke10 biasanya uterus itu dari luar tidak teraba lagi. Semuanya itu
disebabkan karena pemberian darah di dalam dinding rahim jauh berkurang, sehingga
otot-otot menjadi kecil. Selain lendir rahim (endometrium). Sehabis nifas terjadi pula
perubahan diselaput lendir rahim(endometrium). Sehabis bersalin endometrium ini
merupakan suatu luka besar, terutama pada lapisan decidua, dibekas tempat placenta sisa-
sisa decidua ini menjadi mati ,sehingga terdapat suatu batas antara decidua yang sehat
dengan decidua yang nekrosis. Pembatas ini penting artinya untuk menahan masuknya

9
kuman-kuman penyakit yang naik dari vagina, sehingga dengan demikian mengurangkan
bahaya infeksi. Pada hari ke 7 atau ke 8 sehabis bersalin tampaklah selaput lendir baru dan
sel-sel epitel yang tumbuh dari decidua yang sehat, hanya pada bekas tempat placenta ini
berlaku lebih lama.

2. Lochia

Getah yang keluar dari cavum uteri bercampur getah dari vagina dinamakan lochia. Pada
hari pertama dan kedua lochia itu terdiri dari darah saja dan disebut lochia cruenta.
Setelah itu warnanya berubah tidak seperti darah lagi, akan tetapi sebagai cairan
bercampur dengan darah . mulai hari ke 7 lochia tak bercampur darah lagi, warnanya putih
sedikit kuning dan akhirnya merupakan sedikit cairan sampai hari ke 12-14.

Adapun baunya lochia ini tidak busuk, melainkan sedikit amis . tentang cervix uteri
sesudah persalinan berasa lembek dengan canalis cervicalis yang terbuka. Setelah kira-kira
4 hari portio dari uterus itu masih dapat dilalui oleh 2 jari kira-kira hari ke 12 pintu atas
rahim tertutup sama sekali, sedangkan pintu bawah rahim mungkin asih terbuka sedikit.
Demi kianlah jika tak ada ganguan di dalm waktu kurang lebih 2 minggu rahim itu
seluruhnya menjadi kecil kembali seperti sebelum hamil.

Bagaimana keadaan umum perempuan yang baru bersalin itu? Setelah anak dan uri lahir
dengan selamat maka tampaknya perempuan itu agak letih, sungguhpun dengan perasaan
puas dan gembira. Kelelahan yang di sebabkan oleh persalinan itu sebetulnya
menghendaki tidur sedikit, akan tetapi ini seringkali sukar, karena kadang-kadang
perempuan itu merasa mules di perutnya sebelah bawah disebabkan oleh HIS dari rahim
yang berkontraksi.

Sebetulnya hal ini biasa dan tidak berbahaya, jika sakit itu amat hebat, kadang perlu
memberi obat tidur pada perempuan itu.

Jika diperhatikan suhu perempuan itu dalam masa nifas, maka biasanya beberapa hari
sesudah bersalin tampaknya agak naik sedekit 37,22c-37,32c. Hal ini tidak menghawatirkan
karena terjadi pengisapan putih telur dalam darah selama waktu involusi dari uterus. Akan
tetapi jika sampai lebih 382c kita harus memperhatikannya karena bisa termasuk penyebab
patologis yaitu dikatakan tidak sehat.

10
Adapun nadi perempuan setelah persalinan tidak berubah cepatnya, namun jika terjadi
perdarahan nadi perempuan tersebut agak cepat frekuensinya. Malah biasanya perempuan
pada masa nifas itu nadinya agak sedikit lambat ini terjadi karena perkerjaan jantung pada
perempuan yang tinggal tidur berbaring ada kurang kencang dari pada biasanya.

Kandung kencing tanda perempuan dalam permulaan waktu nifas banyak mengeluarkan
air dari tubuhnya kelihatan dengan banyak keluarnya kencing atau keringat. Sungguhpun
kencing banyak dialirkan dari ginjal, akan tetapi tak jarang pula sukar keluarnya dari
kandung kencing, ini disebabkan oleh beberapa hal. Sehabis persalinan maka rahim
menjadi kecil dan tekanan pada alat di dalam rongga perut menjadi berkurang, terasa oleh
perempuan itu. Selain dari itu dasar kandung kencing begitu pula uretra, waktu persalinan
jika persalinan itu lama mendapat tekanan dari kepala anak hingga di tempat itu mungkin
terjadi perdarahan dan jadi membengkak. Hal ini bisa menghalangi keluarnya kencing.
Akhirnya ada pula perempuan karena kebiasaan kencing dengan duduk menjongkok,
dalam waktu nifas sebab tidur berbaring saja sukar mengeluarkan air kencig. Alat
pencernaan pun di dalam waktu nifas, kurang kencang perkerjaannya, kerap kali keluarnya
feces jauh lebih kurang dari biasanya.

3. Lactatio

Sedangkan selama masa nifas alat kandung perempuan itu berangsur-angsur surut.
Sebaliknya mamae perempuan terasa keras dan menjadi besar. Hal ini terjadi karna
bertambahnya lemak serta jaringan dan kelenjar kelenjar susu. Yang menjadi renggang dan
terkadang terasa sakit.

Pada permulaan peurperium air susu itu hanya sedikit, rupanya putih kuning yang bisa
disebut colostrum. Baru hari ke 3 atau 4 air susu tersebut menjadi banyak.

Tidak semua perempuan mengeluarkan air susu yang banyak, hal ini terjadi karna
tergantung pada resam tubuh perempuan. Selain itu cara menyusukan menjadi faktor
kurangnya produksi susu. Jika sehabis memberikan ASI pada bayinya tidak dikosongkan
sama sekali, pertumpukan sisa susu yang tertinggal di kelenjar susu dapat mempengaruhi
pembuatan air susu yang baru.

11
Oleh karena itu jika pengeluaran susu tidak sempurna baik bentuk puting yang berukuran
kecil atau tertaping kedalam hingga sukar diisap oleh bayi, maupun karena anak itu kurang
kuat menghisanya perlu dipakaikan pompa susu supaya jangan meninggalkan sisa air susu.

2.2. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS


1. Perubahan sistem endokrin
Keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat, hormon plasenta laktogen
tidak dapat terdeteksi dalam 24 jam post partum, hormone HCG menurun dengan
cepat, estrogen turun samapi 10%. Hormone pituitari menyebabkan prolaktin
meningkat dengan cepat selama kehamilan, wanita yang tidak laktasi prolaktin
menurun sampai keadaan sebalum hamil dapat dipengaruhi seberapa banyak ibu.
Hipolamik-pituitari-ovarium mempengaruhi untuk seluruh wanita, menstruasi
pertama sering menurut siklus anovulasi atau siklus yang diasosiasikan dengan
ketidak cukupan fungsi korpus luteum. Diantara wanita laktasi 15% memperoleh
menstruasi setelah 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.
Adanya perubahan hormone dari hormone plasenta yaitu ekstrogen dan
progesterone yang menurun, Hormone- hormon pituitari mengakibatakan
prolaktin meningkat, FSH menurun, dan LH menurun. Produksi ASI mulai pada
hari ke-3 postpartum yang mempengaruhi hormone prolaktin, oksitosin, reflek
letdown dan reflek sucking. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
prubahan pada system endokrin.
Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut antara lain :
a. Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh
palsenta. Hormone plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan
hormone plasenta menyebabkan kadar gula darah menurun dengan cepat pasca
persalinan. Penurunan hormone plasenta menyebabkan kadar gula darah menurun
pada masa nifas, human chorionic gonadptropin (HCG) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% salam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai
pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
b. Hormone pituitary
Hormone pituitary antara lain : hormone prolaktin, FSH dan LH. Hormone
prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun
dalam waktu 2 minggu. Hormone prolaktin berperan daalm pembesaran payudara

12
ntuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkatkan pada fase konsentrasi
follikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendaoatkan
menstruasi pada wanita yang menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita
menyusui mendapatkan menstruasi pada minggu 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui , akan mendapatkan menstrusi berkisar 40% setalah 6
minngu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
d. Hormone oksitosin
Hormone oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekaerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selam tahap ketiga persalinan,
hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi
ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat memebantu ovulasi uteri.
e. Hormone ostrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormone estrogen
yang tinggi memperbesar hormone antidiuretik yang dapat meningkatkan volume
darah. Sedangkan hormone progesterone mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, didnding vena, dasr panggul, perineum
dan vulva serta vagina.

2. Perubahan tandatanda vital


a. Suhu badan
Suhu tubuh pada wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca
melahirkan, sushu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan
normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan,
Kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 postpartum,
suhu badan akan naik lagi. Hal ini disebabkan ada pembentukan ASI,
kemungkinan payudara membengkak maupun kemungkinan infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan
suhu di atas 38 derajat celcius, waspasa terhadap infeksi post partum.
b. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari
keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu

13
melahirkan. Kehilangan ciran maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4
postpartum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan
ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi
pada endomentrium, mastitis, traktus genetalis ataupun system lain. Apabila
kenaikan suhu diatas 38 derajat Celcius, waspada terhadap infeksi postpartum.
c. Nadi dalam keadaan normal selam nifas kecuali karena pengaruh parts lama,
persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. setiap denyut nadi
diatas 100x/menit selam masa nifas adalah abnormal dan mengindikasikan
pada infeksi hemoragic postpartum. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah
melahirkan , denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.
d. Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan
diastole 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah.
e. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24x/menit.Pada
ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau normal.hal ini dikarenakan ibu
dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila pernafasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

3. Perubahan sistem kardiodivaskuler


Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume
darah kembali ke keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar
haemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa
nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah
tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi
meningkat.Pembekuan darah harus dicegah dengan penaganan yang cermat dan
penekanan pada ambulasi dini.
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin,
meningkat selama kehamilan.Diaresis terjadi akibat adanya penurunan hormone
estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali.
Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap
tinggi. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.Selama

14
masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin.Hilangnya progesterone
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma
selam persalinan.
Kehilangan darah dalam persalinan pervaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan
kehilangan darah dengan persalinan section caesaria menjadi dua lipat. Pada
persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik dan paad persalinan section
caesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.

4. Perubahan sistem hematologi


Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma
dari paad sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah paad waktu
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematoktir, dan haemoglobin pada
hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan.
Jumlah sel darah putih (leukosit) selama 10-12 setelah persalinan umumnya
berkisar anatara 20.000-25.000/mm, faktor pembekuan darah akan terjadi
ekstensif setelah persalinan yang bersama dengan pergerakan, trauma atau sepsis
bias menyebabkan trombo emboli. Keadaan prouksi tertinggi dan pemecahan
fibrin mungkin akibat penegluaran tempat pelepasan plasenta.
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Pada awal postpartum, jumlah haemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat
bervariasi.Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume
darah yang berubah ubah.Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan dehidrasi
dari wanita itu sendiri.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah paad kehamilan diasosiasikan
dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum dan
akan normal dalam 4-5 minggu postpartum. Jumlah kehilangan darah selama
masa persalinan 200-500 ml, minggu pertama postpartum 500-800 ml dan sisa
masa nifas berkisar 500 ml.

5. Perubahan system reproduksi


a. Perubahan kelenjar mammae

15
Analgen kelenjar mammae terdapat pada tali-tali ektodermal yang
membentuk permukaan ventral embrio dan memanjang dari tungkai depan ke
tungkai belakang disebelah lateral. Normalnya hilang dari embrio di tempat
lain tidak hilang sempurna tetapi ikut dalam pola pertumbuhan yang khas
untuk kedua kelenjar mammae normal dengan derajat yang menakjubkan.
Pada pertengahan masa kehamilan masing-masing dari kedua tunas
kelenjar mammae pada janin yang ditakdirkan membentuk payudara mulai
tumbuh dan memisah, dengan pembentukan 15 sampai 25 tunas sekunder
yang menjadi dasar bagi sistem duktus pada payudara dewasa. Masing-masing
tunas sekunder memanjang menjadi sebuah tali, bercabanag, dan
berdiferesiansi menjadi dua lapisan konsentrik dari sel-sel kuboit dan sebuah
limen sentral. Lapisan sel bagian dalam akhirnya memebentuk epitel
sekretorik, yang mensintesis air susu, sedangkan lapisan luar menjadi
mioepitel yang menyediakan mekanisme pengeluaran air susu.
Telarche adalah saat mulai membesarnya ukuran payudara dengan cepat
dari perangsangan estrogen, mulai sekitar masa pubertas ketika diproduksi
estrogen meningkat.Kelenjar mammae masa kanak-kanak sebelumnya
memeberi respon terhadap estrogen dengan menumbuhkan dan
mengembangkan duktus-duktus mammae dan penempatan lemak.Mulainya
progesterone dihasilkan yang merangsang berkembangnya alveoli kelenjar
mammae dan menyusun keadaan laktasi masa datang.
Pada hari kedua postpartum sejumlah kolostrum, cairan yang disekresi
oleh payudara selama 5 hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat diperas dari
putting susu. Kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang sebagian
besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula dan lemak agak
besar di dalam yang disebut korpuskel kolostrum, yang oleh beberapaa ahli
dianggap merupaan sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak dan
oleh ahli dianggap fagosit mononuklear yang mengandung cukup banyak
lemak. Sekresikolostrum bertahan selama 5 hari, dengan perubahan bertahap
menjadi susu matur. Antibody mudah ditemukan di dalam kolostrum.
Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada
neonatus melawan infeksi enteric. Factor-factor kekebalan hospes lainnya juga
immunoglobulin-immunoglobulin terdapat di dalam kolostrum manusia dan

16
air susu. Factor-factor ini meliputu komponen-komponen komplemen,
makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase, dan lisozim.
Komponenutama air susu adalah protein,laktosa, air, dan lemak. Air susu
isotonic dengan plasma, dengan laktosa.
Perubahan besar yang terjadi 30 samapai 40 jam postpartum antara lain:
peninggian mendadak konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa dari glukosa
didalam sel-sel sekretorik alveoli dikatalisis oleh lactose sintetase. Semua
vitamin kecualai vitamin K ada didlam susu manusia tetapi degan jumlah yang
berbeda ( committee on nutrition, 1981). Kadar masing-masing meninggi
dengan pemberian makanan tambahan pad ibu. Karena ibu tidak menyediakan
kebutuhan bayi akan vitamin K. pemberian vitamin K pada bayi segera setelah
lahir ada manfaatnya untuk mencegah penyakit perdarahan pada neonates.
Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi. Tetapi, besi
didalam air susu manusia absorbsinya lebih baik daripada besi didalam susu
sapi. Simpanan besi ibu tampaknya tidak mempengaruhi jumlah besi didalam
air susu. Kelenjar mammae, seperti kelenjar tiroid, menghimpun yodium,
didalam air susu.
Konsentrasi perkiraan komponen yang lebih penting didalam kolostrum,
air susu manusia matur. Konsentrasi ini daapt bervariasi tergantung saat
penelitian pada masa nifas.
b. Uterus
Dalam masa nifas, uterus akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil.perubahan uterus ini dalam keseluruhannya disebut
involusi. Involusi disebabkan oleh :
1) Pengurangan estrogen plasenta. Pengurangan estrogen menghilangkan
stimulus ke hipertropi dan hyperplasia uterus.

2) Iskemia miometrium. Miometrium terus berkontraksi dan berinteraksi


setelah kelahiran, mengkontriksi pembuluh darah dan mencapai
haemostasis pada sisi sisi plasenta. Iskemia menyebabkan atropi pada
serat-serat otot.

3) Otolis miometrium. Selam kehamilan, estrogen meningkatkan sel


miometrium dan kandungan protein ( aktin dan miosin), penurunan
estrogen setelah melahirkan menstimulasi enzim proteolitik dan makrofag

17
untuk menurunkan dan mencerna ( proses autolisis) kelebihan protein dan
sitoplasma intra sel, mengakibatkan pengurangan ukuran sel secra
menyeluruh. Jaringan ikat dan lemak biasanya ditelan, dihancurkan dan
dicerna oleh jaringan makrofag.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table berikut:
No WAKTU Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
1 Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram
2 Plasenta Lahir Dua Jari Di Bawah Pusat 750 gram
3 1 Minggu Pertengahan Pusat-Simfisis 500 gram
4 2 Minggu Tidak Teraba Di Atas Simfisis 350 gram
5 6 Minggu Bertambah Kecil 50 gram
6 8 Minggu Sebesar Normal 30 gram

c. Perubahandi serviks dan Segmen Bawah Uterus


Setelah selesainya kala tiga persalinan, serviks dan segmen bawah uteri
menjadi struktur yang tipis, kolaps, dan kendur. Mulut serviks mengecil
perlahan-lahan. Selama beberapa hari, segera setelah persalinan mulutnya
dengan mudah dimasuki dua jari, tetapi pada akhir minggu pertama telah
menjadi demikian sempit sehingga sulit memasukkan jari. Setelah minggu
pertama serviks mendapatkan kembali tonusnya pada saat saluran kembali
terbentuk dan tulang internal menutup.
Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat menipis
berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Dalam perjalanan
beberapa minggu, segmen bawah diubah dari struktur yang jelas-jelas cukup
besar untuk memuat kebanyakan kepala janin cukup bulan menjadi isthmus
uteri hamper tidak dapat dilihat yang terletak antara korpus diatas dan os
interna serviks bawah.
d. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur
vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk
lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan-lahan
mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran nullipara. Setelah minggu ketiga
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia jadi lebih menonjol. Hymen mengalami rupture pada saat melahirkan
bayi pervaginam, kemudian setelag melahirkan hymen muncul sebagai

18
beberapa potong jaringan kecil, yang selama proses sikatrisasi diubah menjadi
carunculae mirtiformis yang khas pada wanita yang pernah melahirkan.
Orifisium vagina biasanya tetap sedikit membuka setelah melahirkan anak.
e. Perubahan diperitoneum dan dinding abdomen
Ketika miometrium berkontraksi dan bertraksi setelah kelahiran, dan beberapa
hari sesudahnya, peritoneum yang membungkus sebagian besar uterus
dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan
rotundum jauh lebih kendur dari pada kondisi tidak hamil, dan memerlukan
waktu yang cukup lama untuk kembali dari peregangan dan penengendoran
yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.

6. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama
masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya
berlangsung kurang selama 2 minggu setelah bersalin, namun penelitian terbaru
mengidentifikasi bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau
berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea juga mengalami perubahan
karena proses involusi.
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi plasenta akan
menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama sisa cairan.
Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lochea.
Pengeluaran lochea dapat dibagi menjadi lochea rubra, sanginolenta, serosa
dan alba. Perbedaan masing-masing lochea dapat dilihat sebagai berikut :
a. Lochea rubra (cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca persalinan, berwarna merah
mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari desidua, verniks
caseosa, lanugo, dan mekoneum.

b. Lochea sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan, berwarna merah
kuning dan berisi darah lendir.

c. Lochea serosa, muncul pada hari ke 8-14 pasca persalinan, berwarna kecoklatan
mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah, juga terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta.

19
d. Lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna putih
kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang
mati.

e. Leochea purulenta, terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.

f. Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya, umumnya jumlah lochea lebih
sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring dari pada berdiri.

7. Perubahan sistem percernaan


Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika belum melahirkan diberikan enema.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada system pencernaan, antara
lain :
a. Nafsu makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk


mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari
sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar pogesterone menurun setelah
melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
b. Motilitas

Penurunan tonus otot dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia biasanya
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas kedalam keadaan semula.
c. Pengosongan usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot
usus menurun selama prosees persalinan dan awal masa postpartum, diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan kurang makan, dehidrasi, haemoroid
ataupun laserasi jalan lahir. System pencernaan pada masa nifas membutuhkan
waktu untuk kembali normal.
8. Perubahan sistem perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai
respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme spingter dan

20
edema setelah bagian ini mengalami kompresi antar kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik
di dalam uterus.
Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah dan relatif
tidak sensiive terhadap tekanan cairan intravesika. Urine dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Urine desidua dan
bakteriuria pada kandung kemih mengalami cedera, ditambah dengan dilatasi
pervis renalis dan ureter, membentuk kondisi yang optimal untuk timbulnya
infeksi saluran kencing. Peregangan dan dilatasi selama kehamilan tidak
menyebabkan perubahan permanen di pelvis renalis, dan ureter kecuali oleh
infeksi. Ibu postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu
proses involusi ureter dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca persalinan
ibu merasa sulit buang air kecil.
9. Perubahan sistem muscuskeletal
Sistem muscuskeletal pada ibu selama masa pemulihan postpartum termasuk
penyebab relaksasi dan kemudian hiperbilitas sendi serta perubahan pada pusat
gravitasi. Adaptasi sistem muscuskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang
dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke 6
sampai ke 8 setelah melahirkan.
Dinding abdominal lembek setelah proses persalinan karena peregangan
selama kehamilan. Semua wanita puerperal mempunyai beberapa derajat tingkat
diastasis recti, yang merupakan separasi dari otot rectus abdomen. Berapa parah
diastasis tergantung pada sejumlah faktor termasuk kondisi umum wanita dan
tonus otot.

2.3. PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU NIFAS DAN MENYUSUI


1. Adaptasi psikologis ibu masa nifas

Kesejahteraan emosional ibu selama periode pascanatal dipengaruhi oleh banyak


factor, seperti kelelahan, pemberian makanan, puas dengan perannya sebagai ibu,
cemas dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang
tersedia untuk ibu.

21
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu
yang berbeda dalam masa nifas menjadi snesitif terhadap factor-faktor dalam
keadaan normal mampu diatasinya.
Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering terkuras oleh tuntutan
kehamilan serta persalinan. Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam waktu
singkat, namun perasaan ini umumnya menghilang setelah kepercayaan pada diri
mereka dan bayinya tumbuh. Rubin melihat beberapa tahap fase aktivitas penting
sebelum menjadi seorang ibu.
1. Taking on: pada fase ini disebut meniru. Pada fase ini wanita tidak hanya
meniru tapi sudah membayangkan peran yang akan dilakukan pada tahap
sebelumnya.

2. Taking ini: periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya.
Peningkatan nutrisi ibu mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya
bertambah, kurangnya nafsu makan menandakan tidak berlangsung normal.

3. Taking hold: periode ini berlangsung 2-4 hari postpartum ibu menjadi
orangtua yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa ini
ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir melakukan hal-hal tersebut.
Cenderung menerima nasihat bidan.

4. Letting go: periode yang biasanya terjadi setiap ibu pulang ke rumah, pada ibu
yang bersalin di klinik dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian
yang diberikan oleh keluarganya. Dan depresi postpartum terjadi pada periode
ini.

2. Postpartum blues

a. Baby blue (Postpartum blues)

Merupakan suatu fenomenal psikologis yang dialami oleh ibu dan bayinya.
Biasanya terjadi padaa hari ke-3 sampai ke-5 postpartum. Angka kejadiannya 80%
dari ibu postpartum mengalaminya, dan berakhir beberapa jam/hari. Gejala-
gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Sedih

2. Cemas tanpa sebab


22
3. Menangis tanpa sebab

4. Tidak sabar

5. Tidak percaya diri

6. Sensitive

7. Mudah tersinggung

8. Merasa kurang menyayangi bayinya

Postpartum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang


ringan. Oleh sebab itu tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak
ditindak lanjuti sebagaimana seharusnya.

b. Depresi postpartum

Depresi postpartum dilami 20% ibu yang baru melahirkan, menurut Boback
& Jensen (1993).depresi dapat digambarkan sebagai perasaan sedih, galau, tak
bahagia atau kehilangan semangat hidup. Biasanya gejala akan tampak pada
satu bulan pertama setelah melahirkan, bisa hingga bayi berumur satu tahun.
Penyebab Depresibelum diketahui secara pasti. Banyak alas an yang dapat
dikemukakan sebagai penyebab perempuan menderita depresi. Perubahan
hormone atau kejadian di dalam kehidupan yang menimbulkan stress seperti
saat kematian keluarga, menyebabkan perubahan kimiawi di dalam otak yang
mengarah menuju depresi. Factor lain yang dapat menyebabkan depresi:
1. Kelelahan setelah melahirkan

2. Kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru

3. Perasaan stress dari perubahan dalam pekerjaan maupun kerutinan dalam


rumah tangga.

4. Perasaan kehilangan akan identitas diri

5. Kurangnya waktu untuk diri sendiri

Gejala Depresi
1. Perasaan sedih, tak berdaya dan galau

23
2. Serinng menangis

3. Tidak ada energy dan motivasi hidup

4. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit

5. Sulit untuk focus, mengingat atau mengambil keputusan

A. Kesedihan

Kesedihan adalah reaksi emosi, mental dan fisik dan social yang normal
dari kehilangan sesuatu yang dicintai dan diharapkan.
Tahap kesedihan (Kubler Ross, 1970)
1. Denial (penyangjalan)

Menyangkal apa yang sebenarnya terjadi dan terus berharap pada apa
yang mereka angan-anagankan.
2. Anger (kemarahan)

Marah pada apa yang sedang terjadi, emosi tidak stabil dan mungkin
menyalahkan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
3. Bargaining (tawar menawar)

Terkesan seperti menerima apa yang telah terjadi tapi tahap ini
merupakan tahap pendek dan tidak mungkin dinyatakan oleh pasien.
Pasien tetap berharap, itu tidak terjadi.
4. Depression (depresi)

Fase ini merupakan fase yang berlangsung cukup lama, bisa


berlangsung dalam beebrapa bulan atau mungkin beberapa tahun.
Gejala yang tampak: perasaan depresi, bersalah, kehilangan,
kesedihan, panik dan menangis tanpa sebeb.
5. Acceptance (menerima)

Kematian merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan atau


dihindari, kesedihan akibat kematian akan mulai berkurang seiring
dengan berjalannya waktu.

24
Tanda gejala berduka:
1. Efek fisik, ibu akan merasa kelelahan, sulit tidur, nafsu makan hilang,
gelisah dan lemah.

2. Efek emosional, ibu mrasa bersalah terhadap apa yang terjadi, marah,
sedih dan benci pada dirinya sendiri.

3. Efek social, ibu cenderung untuk menarik diri.

Tahap shock, merupakan respon awal individu terhadap kehilangan.


1. Manifestasi perilaku dan perasaan

Penolakan ketidak percayaan, keputus asaan, marah, takut, frustasi,


memberontak dan kehilangan konsentrasi.
2. Manifestasi fisik

Keluhan kehilangan berat, anoreksia, tidur gelisah, keletihan, mengomel


sakit dada dan sesak nafas.
3. Tahap penekanan/fase realitas

Tahap ini terjadi penerimaan fakta kehilangan dan penyesuaian terhadap


realita yang membebaninya. Contoh: orang yang mengalami duka cita
akan menyesuaikan dengan lingkungan tanpa kehadiran orang yang
dicintainya.

2.4. PEMERIKSAAN FISIK NIFAS

1) Pemeriksaan psikososial ibu

a. Menyambut ibu dan memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan


pemeriksaan

b. Menanyakan keluhan dan apa yang dirasakan ibu

c. Menanyakan keluhan keluhan ibu atau pertanyaan yang ingin diketahui

d. Menanyakan tentang riwayat persalinannya:

25
a. Siapa yang menolong ibu tersebut saat persalinan

b. Di mana ia melahirkan

c. Apakah ada komplikasi selama kehamilan, persalinan dan sesudah


bersalin

d. Jenis persalinan ( spontan, vacuum, section cesarean )

e. Robekan jalan lahir

f. Menanyakan tentang makan dan minum ibu

g. Menanyakan tentang istirahat ibu

h. Menanyakan tentang pemberian ASI yaitu frekuensi dam lamanya

2) Keadaan umum ibu

a. Observasi tingkat energy dan keadaan emosi ibu pada waktu kunjungan

b. Jelaskan kepada ibu tentang pemeriksaan yang akan di lakukan

c. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan lembut dan sempurna
kemudian keringkan dengan handuk yang bersih

3) Pemeriksaan tanda tanda vital

a. Tekanan darah

b. Nadi

c. Suhu

d. Pernapasan

4) Melakukan pemeriksaan payudara :

a. Ibu tidur terlentang dengan lengan kiri di atas kepala, secara sistematis
lakukan perabaaan / raba payudara sampai axial bagian kiri, perhatikan apakan
ada benjolan pembesaran kelenjar .

26
b. Kemudian ulangi prosedur yang sama pada payudara sampai axial bagian
kanan.

c. Inspeksi putting susu apakah menonjol, datar, terbenam atau ada nanah .

5) Melakukan pemeriksaan abdomen

a. Lihat apakah ada luka bekas operasi

b. Palpasi untuk menilai tinggi fundus uteri, kontaksi dan konsistensi uterus.

c. Palpasi untuk menentukan distasis rectie

6) Melakukan pemeriksaan kandung kemih

Pemeriksaan kandung kemih kita palpasi di suprapubis, kandung kemih harus


dikosongkan.Jika kandung kemih tidak dikosongkan maka tidak ada kontraksi
sehingga bisa menyebabakan terjadinya perdarahan.

7) Melakukan pemeriksaan pada kaki

a. Apakah ada varises

b. Ada warna kemerahan pada betis

c. Pada tulang kering kaki untuk melihat apakah ada odema

d. Lakukam pemeriksaan ( metode human ) kedua kaki diluruskan, lakukan


doringan pada telapak kaki untuk melihat adanya nyeri betis

e. Kemudian tekukan kaki secara bergantian kea rah perut untuk menilai adanya
nyeri pada pangkal paha

8) Melakukan pemeriksaan genetalia / perineum

a. Beritahu ibu tentang prosedur pemeriksaan

b. Membantu ibu mengatur posisi untuk pemeriksaan perineum

c. Mengenakan sarung tangan untuk pemeriksaan perineum

27
d. Memeriksa perineum, pemeriksaan perineum 6jam, yaitu ibu dalam posisi
dorsal recumbent, perhatikan warna, bau lokhea, konsistensi, hematom vulva
dan kebersihan

e. Lakukan vulva hygiene, perhatikan perdarahan dan sumber darah (menilai


luka laserasi atau jahitan perineum

9) Meletakkan sarung tangan pada tempat yang telah disediakan atau larutan chlorine
0,5%

10) Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan

11) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

2.5. KEBUTUHAN PADA MASA NIFAS


1) Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air suci. Diet yang di berikan harus bermutu, bergizi
tinggi cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral. Dan


vitamin yang cukup.

3. Minum sedikitnya 3 liter perhari.

4. Pil zat besi harus di mnum untuk menmbah zat gizi setidaknnya selama 40
hari pasca persalinan.

5. Minum kapsul vitamin A 200,000 unit agar dapat memberikan vitamin A


kepada bayinya melalui ASI

2) Ambulansi

28
Ambulasi dini ( early ambulation ) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin
bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing
ibu untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi membimbing ibu postpartum telentang di tempat
tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah
diperbolehkan bangun dan tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut.
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

3. Early ambulation memungkinkan kita mengajar ibu cara merawat anaknya


selama ibu masih di rumah sakit , misalnnya memandikan, mengganti pakaian,
dan memberi makanan.

4. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis) menurut penelitian-


penelitian yang saksama early ambulation tidak mempunya kebutuhan yang
buruk, tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi
penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak memperesar
kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.

Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit
misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan
sebagainya.Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-
angsur , jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci,
memasak dan sebagainya.

3) Eliminasi
Buang air kecil. Ibu diminta untuk buang air kecil (miski) 6 jam postpartum.
Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih
belummelebhi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Kan tetapi, kalau ternyata
kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (resiko urine) pada ibu
postpartum.
1. Berkurangnya tekanan intraabdominal.

2. Otot-otot perut masih lemah.

29
3. Edema dan uretra.

4. Dindng kandung kemih kurang sensitif.

4) Buang air besar


Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua
postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar
peroral atau per rektal. Jika setalah pemberian obat pencahar masih belum bsa
BAB, maka dilakukan klisma (huknah).

5) Personal higiene
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena
itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan
tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
postpartum adalah sebagai berikut :
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perinium.

2. Mengajarkan ibu bagaimana kebersihan daerah kelamin dengan sabun dan


air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkandaerah disektar
vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang kemuda membersihkan
daerah sekitar anus. Mashati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
selesai buang air kecil dan besar.

3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya


dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik
dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrikannya.

4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

5. Jika bu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu


untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.

6) Istirahat dan tidur


Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan
tidur adalah sebagai berikut :
30
1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

2. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara


perlahan-lahan , serta untuk tidur siang atau beristirahat sebagai bayi tidur.

3. Kurag istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

a. Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi.

b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan.

c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan


dirinya sendiri.

7) Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang yang dapat di lakukan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat berikut ini :
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah berhenti
dan ibu dapat memasukan satu-satu dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa
nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan
saja ibu siap.

2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri


sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 10 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersagkutan.

8) Latihan dan senam nifas


Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita.
Involus ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebaga akibat
kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas di sertai adanya strie
gravidarun yang membuat keindahan tubuh akan terganggu.oleh karena itu
mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengecangkan keadaan
dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk mengembalikan bentuk
tubuh menjadi indah dan langsing seperti semua adalah dengan melakukan latihan
dan senam nifas. Untuk itu beri penjelasan pada ibu tentang beberapa hal berikut
ini.

31
1. Diskusikanpentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali normal,
karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih kuat dan in juga menjadikan
otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.

2. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu.

a. Dengan tidur telentang dan lengan di samping, tarik otot perut selagi
menarik napas, tahan napas dalam, angkat dagu ke dada, tahan mulai
hitungan 1 sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.

b. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul lakukanlah
latihan Keagel.

3. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan pinggul,


tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

4. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu


naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

2.6. STANDAR ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS

Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira
enam mingggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum ada
kehamilan dalam waktu tiga bulan ( Hanifa, 2005 : 237 ).
Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2005 : 122 ).
Tujuan Masa Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.

32
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Asuhan masa nifas diperlukan pada peiode ini karena merupakan masa kritis baik
ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan tejadi
setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjasi 24 jam pertama.Masa
neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi
terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi
dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu
dan bayi masa nifas dapat mencegah kematian beberapa ini. (Saifuddin, 2006:122)

Tahapan Masa Nifas


Tahapan masa nifas dibagi menjadi tiga, yaitu :
(Ambarwati, E.R, dkk, 2009:3)
a. Early puerperium (masa jam pertama setelah melahirkan)
b. Intermediate puerperium (masa 1 sampai 7 hari setelah persalinan).
c. Late puerperium (masa 7 hari sampai 40 hari setelah persalinan).

Standar Pelayanan Kebidanan


Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai
diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan
yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam
sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam
rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).
Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu
layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang
terlibat dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien,
penyedia layanan kebidanan, penunjang layanan kebidanan , ataupun manajemen
organisasi layanan kebidanan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas
dan perannya masing-masing.
Sehingga, Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Syarat standar Pelayanan Kebidanan :
1. Dapat diobservasi dan diukur
2. Realistik
3. Mudah dilakukan dan dibutuhkan

Format Standar Pelayanan Kebidanan

33
a. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan
b. Melindungi masyarakat
c. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan
d. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek
sehari-hari.
e. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan
pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001:2)

Standar Pelayanan Kebidanan Nifas


Standar 13 : perawatan bayi baru lahir
Pernyataan standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan
mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau
merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani
hipotermia.
Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya
pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi.Dan hasil yang
diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan
tepat.Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai
pernafasan dengan baik.

Standar 14: penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan


Pernyataan standar:
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua
jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan.
Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman
selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi.Meningkatan
asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam
pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan
bayinya.
Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Pernyataan standar:
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari
ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu
proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan

34
dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan,
makanan bergizi, ;erawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.

2.7. PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR


Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar bersalin. Perlu
mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan
riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi dalam keadaan telanjang dan
dibawah lampu yang terang. Tangan serta alat yang digunakan harus bersih dan
hangat.
Tujuan pemeriksaan ini adalah :
1. Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar
uterus yang memerlukan resusitasi.
2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera.
3. Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung)
atau tempat perawatan khusus.

Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :


1. Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis
bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar
mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru
lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan
respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi keadaan
fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan
bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat
juga digunakan untuk menilai respon resusitasi.

Cara menentukan nilai APGAR :


Tanda 0 1 2
Warna kulit Biru , pucat Kemerahan Semua

35
ekstremitas biru kemerahan
Denyut jantung Tidak ada <100 >100
Upaya bernafas Tidak ada Tidak teratur Baik (menangis
kuat)
Tonus otot Lemah Fleksi pada Gerakan aktif
ekstremitas
Reflek Tidak beraksi Meringis Batuk , bersin
(kateter di lubang
hidung)

2. Mencari Kelainan Kongenital


Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital
pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu
ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau
infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan adakah kelainan bawaan
keluarga disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat
menggangu pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma broinkial dan
sebagainya.

3. Memeriksa cairan amnion


Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion (volume >
2000 ml) sering dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinal bagian atas, ibu
dengan diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml)
dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan adanya
konsekuensi oligohidramnion seperti kontraktur sendi dan hipoplasi paru.

4. Memeriksa tali pusat


Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya
simpul dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi baru
lahir hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 % dari pada mempunyai satu
atau lebih kelainan konginetal terutama pada sistem pencernaan, urogenital,
respiratorik atau kardiovaskuler.
5. Memeriksa plasenta

36
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah
ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah
terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga
perlu diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu
dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-feta

6. Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa gestasi.


Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak
dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan
kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar.

7. Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus
diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh
adanya atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara
memasukkan kateter ke dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung, masukkan
5 - 10 ml udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam
lambung. Dengan demikian akan tersingkir atresia esophagus, kemudian cairan
amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml pikirkan
kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan
pada setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan, ateri umbulikalis hanya satu,
polihidramnion atau hipersalivasi.
Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot depresor
aguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut
mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang
tampak pada daerah yang sehat (sebaliknya pada paresis N.fasiali). Pada 20 %
keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital berupa kelainan
kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.

8. Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan
thermometer ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat
dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.

37
9. Pemeriksaan garis tengah tubuh
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel dan
lain-lain.

10. Pemeriksaan jenis kelamin


Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila
terdapat keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat
hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin
ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom.

Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir.


Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada di ruang
perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan pada
pemeriksaan di kamar bersalin.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Aktifitas fisik
Inspeksi
Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan
simetris.
2. Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C 37 0C.
3. Kulit
Inspeksi
Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi
Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4. Kepala
Inspeksi
Distribusi rambut di puncak kepala.
Palpasi
Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital.

38
Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan
sagitalis.
5. Wajah
Inspeksi
Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan
simetris.
6. Mata
Inspeksi
Kelompak mata tanpa petosis atau udem.
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan
bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7. Telinga
Inspeksi
Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan
tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8. Hidung
Inspeksi
Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
9. Mulut
Inspeksi
Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna
merah muda dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda,
palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta
reflek rooting ada.
10. Leher
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek.
Palpasi
Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11. Dada
Inspeksi
Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris.
Frekuensi nafas 40 60 x permenit, pola nafas normal.
Palpasi

39
Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa kardiomegali.
Auskultasi
Suara nafas jernih sama kedua sisi.
frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa mumur.
Perkusi
Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12. Payudara
Inspeksi
Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
13. Abdomen
Inspeksi
Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena
berwarna putih kebiruan.
Palpasi
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di bawah
arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba
dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi
umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut.
Perkusi
Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
Auskultasi
Bising usus ada.
14. Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita)
Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus uretra ada di depan
orivisium vagina.
Inspeksi (laki-laki)
Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh.
15. Anus
Inspeksi
Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran
mekonium terjadi dalam 24 jam.
16. Tulang belakang

40
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang belakang
untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi
Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.
Palpasi
Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek genggam
ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama
karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan
kuku.
Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan
kuku merah muda sama kedua sisi.
Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama
bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang pergerakan
sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan
metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.
18. Pemeriksaan reflek
a. Berkedip
Cara: sorotkan cahaya ke mata bayi.
Normal: dijumpai pada tahun pertama.
b. Tonic neck
Cara: menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
Normal: bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi,
lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi
berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan
tampak kira-kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia 6 bulan.
c. Moro
Cara: ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
Normal: lengan ekstensi, jariari mengembang, kepala mendongak ke belakang,
tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan mengenggam
tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat
selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
d. Mengenggam

41
Cara: letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak
ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek.
Normal: jarijari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak
tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.
e. Rooting
Cara: gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir.
Normal: bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan pada
usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama selama tidur
f. Menghisap
Cara: beri bayi botol dan dot.
Normal: bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek
ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.
g. Menari / melangkah
Cara: pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang keras.
Normal: kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke
permukaan keras di jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.

19. Pengukuran Atropometrik


a. Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan
bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
BBL 2500 - 4000gram.
b. Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar
tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah
menuju bawah kita.
PB : 48/52cm.
c. Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita
mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.

d. Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah
depan dan garis putih.
LD: 32 35 cm.

Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu Pulang.

42
Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk menyakinkan bahwa tidak ada
kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewati perlu di perhatikan :
1) Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan, ubun-ubun.
2) Kulit: adanya ikterus, piodermia.
3) Jantung: adanya bising yang baru timbul kemudian.
4) Abdomen: adanya tumor yang tidak terdektesi sebelumnya.
5) Tali pusat: adanya infeksi.
Di samping itu perlu di perhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah
mengerti cara pemberian ASI yang benar.

2.8. ASUHAN UNTUK BAYI BARU LAHIR


ASI Eksklusif
a. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya
air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan
dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun.

b. Bayi yang diberikan ASI secara eksklusif cenderung lebih sering pemberian ASI-
nya daripada pemberian pada bayi yang minum susu formula. Bayi baru lahir
biasanya setiap 2 sampai 3 jam disusui oleh ibunya. Semakin bertambah usianya,
waktu atau jarak antara menyusui akan meningkat karena kapasitas perut mereka
menjadi lebih besar. Sebaliknya, bayi baru lahir yang hanya mengenal susu
formua akan memulai minum susu formula kira-kira setiap 3 sampai 4 jam selama
beberapa minggu pertama kelahiran.

c. Daripada menggunakan jam sebagai panduan untuk memberikan makan bayi,


lebih baik perhatikan isyarat bahwa dia sudah kenyang ketika memberinya ASI
atau susu formula. Ini lebih penting bahwa memperhatikan petunjuk atau sinyal
dari bayi yang menunjukkan dia lapar. Ini disebut isyarat kelaparan.

d. Pemberian ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si bayi,


memang tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya selama 6 bulan, masa
6 bulan inilah yang disebut ASI eksklusif.

Manfaat dan keunggulan ASI.

43
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu; aspek
gizi, aspke imunologik, aspek psikolog, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan
aspek penundaan kehamilan.
1. Aspek Gizi.

Manfaat kolostrum.
a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi terutama diare.

b. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada
hari-hari kelahiran pertama. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi.

c. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung


karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada
hari-hari pertama kelahiran.

d. Membantu mengelurkan mekonium yaitu, kotoran bayi yang pertama bewarna


hitam kehijauan.

Komposisi ASI
a. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI
tersebut.

b. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI


a. Taurin adalah sejenis asam ammino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi
sel otak.

b. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak
jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukup untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu,
DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya

44
(precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6
(asam linoleat).

2. Aspek Imunologik

a. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

b. Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.


Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli
dan berfungsi sebagai virus pada saluran pencernaan.

c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan


yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

d. Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.coli dan salmonella)
dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu
sapi.

e. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.
Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT)
antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi
saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tisuue ( MALT)
antibodi jaringan payudara ibu.

f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang


pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora
usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang
merugikan.

3. Aspek Psikologik

a. Rasa percaya diri ibu untuk menyusi: bahwa ibu mampu menyusi dengan
produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi
ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon
terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

b. Interaksi ibu dan bayi: pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi


terggantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

45
c. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi
karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi
akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangantan tubuh ibu
dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih di
dalam rahim.

4. Aspek Kecerdasan

a. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ


point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 pint lebih tinggi pada usia
3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan
bayi yang tidak diberikan ASI.

5. Aspek Neurologis

a. Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan


bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis

a. Dengan menyusi secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan
peralatannya.

2.9. PENYULUHAN KESEHATAN PADA BAYI BARU LAHIR


Jenis-jenis pelayanan kesehatan pada balita
1) Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah,
yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa
setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk

46
bidan dan dokter.
Manfaat KMS adalah :
a. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secaralengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi,penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
b. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
c. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
2) Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan
oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik )
dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel,
untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain Pemantauan
pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah,
yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh
Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-
anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari
seluruh balita. Dengan demikian diharapkan.
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
a. Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11
bulansatu kali dalam satu tahun
b. Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini
dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan
sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput
bening ( kornea mata ).
balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari
keluarga menengah kebawah.

3) Manajemen terpadu balita sakit(MTBS)


Suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan

47
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan
kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes,
Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan
balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif
(pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan
upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering
terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa
pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam
upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:


a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan
menangani pasien asalkan sudah dilatih).
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan)
4) Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah :
a. Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
b. Pemberian makanan bayi
c. Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
d. Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
e. Peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual
dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau
perempu.

5) Vaksinasi atau Imunisasi


Pada saat sekarang ini vaksin yang dapat digunakan dalam pencegahan penyakit
telah banyak beredar di Indonesia, dan hasil daya lindung yang ditimbulkannya
juga telah terbukti bermanfaat.imunisasi wajib diantaranya:

48
a. BCG: Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis. Pada anak
yang telah mendapat vaksinasi BCG diharapkan dianya kan terhindar dari
penyakit tuberkulosis, ataupun kalau terinfeksi bentukna adalah ringan, tidak
menimbulkan infeksi yang berat seperti tuberkulosis otak, tulang ataupun
melibatkan organ tubuh yang lain.
b. Polio Oral Vaksin: Mengandung tiga macam virus hidup yang telah
dilemahkan, yang dapat digunakan dalam memberikan daya lindung terbadap
kelumpuhan dan kematian.
c. Vaksin Hepatitis B : Pemberian vaksin ini sangat bermanfaat untuk
memberikan perlindungan agar tidak terjadi penyakit hati yang kronis, yang
rasa berlanjut dengan terjadi karsinoma hati.
d. Vaksin campak: memberi kekebalan terhadap penyakit campak
e. DPT: memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri pertusis dan tetanus.

6) Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
a. Penimbangan berat badan
b. Penentuan status pertumbuhan
c. Penyuluhan
d. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan,
segera ditunjuk ke Puskesmas.
7) Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik Pada Anak
Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian makanan
yang bergizi mutlak sangat diperlukan. Anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mempunyai beberapa fase yang sesuai dengan umur si anak,
yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase pertumbuhan lambat. Bila kebutuhan ini
tidak dapat dipenuhi, maka akan terjadi gangguan gizi pada anak tersebut yang
mempunyai dampak dibelakang hari baik bagi pertumbuhan dan perkembangan

49
fisik anak tersebut maupun gangguan intelegensia.
Untuk Tumbuh Kembang Anak Pesan Utamanya Adalah:
a. Asi saja (ASI ekslusif) adalah makanan terbaik bagi kehidupan bayi 4-6 bulan
pertama kehidupan.
b. Pasca umur 4-6 bulan, bayi memerlukan makanan lain disamping ASI.
c. Anak dibawah 3 tahun membutuhkan 5-6 kali sehari.
d. Anak dibawah 3 tahun membutuhkan sejumlah/sedikit lemak atau minyak
ditambahkan dalam makanannya sehari-hari.
e. Semua anak membutuhkan makanan kaya Vitamin A.
f. Sesudah sakit, anak membutuhkan extra meals untuk mengejar (catch up)
kehilangan pertumbuhan selama sakit.

2.10. TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR


Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak
spesifik.Tanda terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir,saat bayi baru lahir datang
atau saat perawatan di rumah sakit.Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini
adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk.Tanda ini mencakup:
a. Tidak bisa menyusui

b. Kejang

c. Mengantuk atau tidak sadar

d. Frekuensi napas <20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15 detik)

e. Frekuensi napas > 60 kali/menit

f. Merintih

g. Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat

h. Sianosis sentral

TATALAKSANA KEDARURATAN tanda bahaya :


a. Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda mengalami
sianosis atau distres pernapasan berat.

b. Beri VTP dengan balon dan sungkup ,dengan oksigen 100% (atau udara ruangan
jika oksigen tidak tersedia)jika frekuensi naps terlalu lambat (<20 kali/menit).

50
c. Jika terus mrngantuk,tidak sadar atau kejang,periksa glukosa darah.jika glukosa
<45 mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dektrosa 10% (2 ml/kg
BB) IV selama 5 menit,diulang sesuai keperluan dan infus tidak terputus
(continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus
dimulai.jika tidak mendapat akses IV,berikan ASI atau glukosa melalui pipa
lambung.

d. Beri fenobarbital jika terjadi kejang

INFEKSI BAKTERI YANG BERAT


a. Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri berat

b. Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit

c. Pantau bayi dengan ketat

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Masa nifas atau peurperium ialah masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan diakhiri ketika alat kandungan kembali seperti kekeadaan sebelum hamil,
dimana massa ini berlangsung selama 6 minggu.(Maryunani,2009)
Jadi, setelah persalinan selesai, plasenta sudah lahir maka akan kita sebut masa
nifas. Sesungguhnya berakhirnya masa nifas ialah jika perempuan itu sembuh sama
sekali sampai mencapai keadaan biasa seperti sebelum ia hamil. Hal ini jika tak ada
gangguan biasanya memakan waktu kira-kira 6 minggu lamanya, sungguhpun kita
mengetahui, bahwa luka yang sekecil-kecilnya di jalan lahir utau perineum begitu
pula regangnya dinding perut di waktu hamil senantiasa meninggalkan bekas. Oleh
sebab itu biasanya yang dimaksud dengan sebutan nifas itu ialah waktu 8-14 hari

51
sesudah bersalin, dalam waktu perempuan itu begitu kuat dan masih ebutuhkan
pertolongan. Sesuadah itu alat kandungan dan jalan lahir belum sembuh dama sekali,
perempuan itu dengan berangsur-angsur sudah dapat melakukan perkerjaannya sehari-
hari.
Selama waktu nifas ada 2 peristiwa yang penting

3. Surutnya alat kandungan menjadi biasa (involutio)

4. Pengeluaran air susu dari perempuan itu (lactatio)

ASUHAN UNTUK BAYI BARU LAHIR


ASI Eksklusif
e. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah
persalinan.

f. Bayi yang diberikan ASI secara eksklusif cenderung lebih sering pemberian ASI-
nya daripada pemberian pada bayi yang minum susu formula. Bayi baru lahir
biasanya setiap 2 sampai 3 jam disusui oleh ibunya.

g. Daripada menggunakan jam sebagai panduan untuk memberikan makan bayi,


lebih baik perhatikan isyarat bahwa dia sudah kenyang ketika memberinya ASI
atau susu formula.

h. Pemberian ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si bayi.

3.2. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini disarankan kepada mahasiswa khususnya
kebidanan untuk bisa menambah ilmu dari hasil pengumpulan materi yang sudah
kami buat dalam bentuk makalah . dan disarankan akan bisa menjalankan praktik
sesuai ilmu teori yang telah dikumpulkan lewat makalah ini.

52
DAFTAR PUSTAKA

Wildan, Moh dan Aziz, A. Alimul. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Christina, Lia Uprini. dkk. 2002. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Bihayatun, S.Pd, S.Si.T. 2008. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Buku Tutorial Blok 2.1

53

Anda mungkin juga menyukai