Anda di halaman 1dari 27

Macam-macam model pembelajaran - Matematrick.

com
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan
siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru,
siswa, dan sumber belajar. Istilah model pembelajaran,
pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, dan teknik pembelajarankadang
dicampuradukkan pada saat guru menyusun rencana
pembelajaran (RPP). Pada postingan kali ini kita tidak akan
membahas semua istilah-istilah di atas, tetapi hanya
menfokuskan pada pembahasan contoh-contoh model
pembelajaran.

Model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode,


dan prinsip pembelajaran.Model pembelajaran mempunyai
makna yang lebih luas dari pada strategi, metode , dan prinsip
pembelajaran. Model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Dalam pengertian lain, model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang
memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.
Model pembelajaran dapat juga diartikan sebagai suatu cara,
atau strategi atau rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh
seorang guru dalam suatu pembelajarannya dari awal sampai
akhir, dalam mengantar peserta didik mencapai kompetensi
tertentu.
Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam setting tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lainlain.

Joyce (1994) mengemukakan lima unsur penting yang harus


ada dari suatu model pembelajaran, yaitu:
(1) sintaks, yakni suatu urutan kegiatan,
(2) sistem sosial, yakni peranan guru dan siswa serta jenis
aturan yang diperlukan,
(3) prinsip reaksi, yakni reaksi guru tentang cara memandang
atau merespons pertanyaan pertanyaan siswa,
(4) sistem pendukung, yakni kondisi yang diperlukan oleh
model tersebut, dan
(5) dampak instruksional dan dampak pengiring, yakni hasil
yang akan dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang


ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat dibedakan dari
segi metodologis dan dari segi materi yang akan dipelajari
siswa.

Pendekatan yang bersifat metodologis berkenaan dengan


bagaimana cara menyusun/mengemas bahan pelajaran yang
akan disajikan. Pendekatan yang bersifat metodologis di
ataranya adalah pendekatan kontekstual, analitis, sintetis,
tematis, realistik, dan heuristik.

Sedangkan pendekatan yang bersifat material berkenaan


dengan cara menyajikan konsep matematika melalui konsep
matematika yang lain. Misalnya memahami suatu konsep seni
dengan pendekatan induktif atau deduktif. Contoh yang lain
misalnya menyajikan konsep penjumlahan bilangan asli dengan
pendekatan garis bilangan dan menyajikan konsep perkalian
bilangan asli menggunakan pendekatan penjumlahan berulang.

Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan


yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar
kompetensi dasar dapat tercapai. Strategi pembelajaran yang
diterapkan dalam kerangka model pembelajaran yang dipilih
oleh para guru sangat beragam. Hal ini bertujuan agar
kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat
dapat di capai dengan lebih efektif dan efisien. Contoh strategi
pembelajaran misalnya strategi pembelajaran aktif.

Metode pembelajaran adalah cara menyampaikan materi


pelajaran kepada siswa yang dapat digunakan pada setiap
mata pelajaran. Dengan perkataan lain, metode mengajar
adalah cara penyampaian materi pelajaran yang berlaku secara
umum. Setiap guru dapat memahaminya tanpa memiliki
keahlian khusus. Misalnya, penyampaian materi pelajaran
melalui ceramah, demonstrasi, diskusi, ekspositori merupakan
cara penyampaian materi pelajaran yang berlaku secara
umum. Oleh karena itu, ceramah, , demonstrasi, diskusi,
ekspositori disebut metode mengajar.

Dari uraian tentang metode mengajar, tersirat bahwa guru-


guru yang mengajar dalam mata pelajaran berbeda dapat
memiliki pemahaman yang sama terhadap satu metode
mengajar. Misalnya, seorang guru matematika dan seorang
guru biologi dapat sama-sama memahami pengertian metode
pemecahan masalah. Namun ketika metode ini akan diterapkan
untuk menyampaikan suatu topik matematika, maka guru
biologi itu tidak dapat menggunkannya untuk menyampaikan
topik tersebut. Hal ini dikarenakan, meskipun guru biologi
tersebut memami pengertian pemecahan masalah, tetapi tidak
memiliki keahlian dalam matematika. Dalam kondisi seperti ini,
nama metode pembelajaran itu berubah menjadi nama suatu
teknik pembelajaran.

Jadi, suatu metode pembelajaran, ketika diterapkan untuk


menyampaikan topik tertentu dalam suatu mata pelajaran,
maka ia disebut dengan teknik pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam praktiknya istilah metode pembelajaran
sering dimaknai sebagai sinonim dari istilah teknik
pembelajaran.

Namun demikian perlu direnungkan pendapat dari Nisbet


(1985) bahwa tidak ada cara belajar (tunggal) yang paling
benar, dan cara mengajar yang paling baik. Sehingga dari
uraian dalam bahan ajar ini dan diskusi di dalam kegiatan ini
diharapkan para peserta dapat mendesain pembelajaran
dengan tepat baik ditinjau dari bahan pelajaran yang akan
dipelajari kondisi warga belajar maupun kondisi lain yang
terkait dengan kegiatan pembelajaran.

Model Model Pembelajaran


1. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung tidak sama dengan metode


ceramah. Model pembelajaran langsung merupakan salah satu
model pembelajaran yang dapat membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah. Model pembelajaran
langsung adalah suatu model pembelajaran yang dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.

Model pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan


pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas.
Meskipun model pembelajaran langsung berpusat pada guru,
tetapi harus tetap menjamin keterlibatan siswa. Lingkungan
belajar harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas
yang harus diselesaikan warga belajar.

Beberapa kelebihan model pembelajaran langsung seperti


seperti antara lain berikut.
a. Materi yang disajikan relatif lebih banyak untuk waktu yang
singkat.
b. Untuk materi yang sifatnya prosedural, model pembelajaran
langsung mudah diikuti.

Sedangkan kelemahan model pengajaran langsung antara


lain bila pembelajaran tidak dirancang dengan baik, maka
model ini akan dipenuhi dengan metode ceramah yang tidak
melatih siswa untuk mandiri, dan mengkonstruksi pengetahuan
sendiri, dan dapat membuat siswa akan cepat bosan.

Ciri-ciri Model Pembelajaran Langsung


Dalam impementasinya model pembelajaran langsung dapat
diketahui dari tahap-tahap pembelajaran yang jelas. Tahap
tersebut misalnya pada awal pembelajaran guru menjelaskan
tujuan, latar belakang pembelajaran, dan juga menyiapkan
siswa untuk memasuki materi baru dengan mengingatkan
kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang
relevan dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap awal
juga terdapat apersepsi, introduksi dan motivasi.
Tahap selanjutnya adalah guru memulai mendemonstrasikan/
mempresentasikan materi ajar mengenai ketrampilan tertentu.
Pada saat mendemonstrasikan pengetahuan, guru memberikan
informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, sehingga akan
memberikan dampak yang positif terhadap proses belajar
siswa. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk melakukan latihan dan memberi umpan balik terhadap
keberhasilan siswa.

Tahapan model pembelajaran langsung


Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang disajikan dengan tahap-tahap:
(1) penyampaian tujuan pembelajaran prosedur penilaian hasil
belajar,
(2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan,
(3) pemberian latihan terbimbing,
(4) mengecek pemahaman dan pemberian umpan balik, dan
(5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu.

Tujuan Model Pembelajaran Langsung


Pembelajaran dengan model pembelajaran langsung lebih
menekankan pada aktivitas guru, artinya guru lebih banyak
demonstrasi dari guru sehingga salah satu di antaranya
metode yang digunakan adalah metode demonstrasi. Namun
demikian tetap harus memperhatikan keaktifan siswa. Dalam
praktiknya guru dituntut keaktifan, ketrampilan, kreatifitas dan
kemahiran dalam berdemonstrasi.

Secara singkat tujuan dari model pembelajaran langsung


adalah:
(a) mengajarkan materi pelajaran beroreintasi pada teknik
penilaian unjuk kerja, dan
(b) membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan prosedural/tersetruktur, yaitu pengetahuan atau
ketrampilan tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Sintaks Model Pembelajaran Langsung


Dalam membelajarkan matematika dengan model
pembelajaran langsung, diperlukan serangkaian metode
pembelajaran seperti, metode ekspositori, ceramah, tanya
jawab, diskusi dan lain-lain.

Pembelajaran langsung dengan urutan (sintaks) sebagai berikut


ini:
a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
c. Membimbing pelatihan
d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
e. Memberikan latihan dan penerapan konsep
2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model


pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan.
Tujuan pembelajaran kelompok adalah untuk membangkitkan
interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui
diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran
berpusat pada pesrta didik, yakni mempelajari materi
pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dengan
interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok
dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar.

Aktivitas dalam model pembelajaran kooperatif dimulai dengan


membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil 3 5 siswa
per kelompok. Setiap siswa ditempatkan di dalam kelas
sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok dapat
belajar dan berdiskusi dengan baik tanpa mengganggu
kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran, baik
berupa lembar kerja siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya
guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan
memberikan pengarahan tentang materi yang harus dipelajari
dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan.
siswa secara sindiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan
jika ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-
temannya dalam kelompok.
Untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan, setiap siswa dalam kelompok ikut
bertanggungjawab secara bersama, yakni dengan cara
berdiskusi, saling tukar ide/gagasan, pengetahuan dan
pengalaman, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara
bersama-bersama.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif, paling tidak ada tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu
:
1) Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat
bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dlam membantu
siswa yang sulit.
2) Pengakuan Adanya Keragaman
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam
perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain
perbedaan ras, suku, agama, kemampuan akademik, dan
tingkat sosial.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan
sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara
lain adalah : berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif


Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah
utama, yang dimulai dengan langkah guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar,
hingga diakhiri dengan langkah memberikan penghargaan
terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Model
pembelajaran kooperatif mempunyai strategi yang dijabarkan
dalam langkah-langkah (sintak) pembelajaran sebagai berikut.
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi
3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5 Evaluasi
6 Memberi penghargaan

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah


satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Kekhasan dari model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pada pembagian
kelompok. Pembagian kelompok dilakukan melalui beberapa
tahapan. Tahapan yang pertama membagai kelompok secara
heterogen yang dikenal dengan kelompok asal, dan pembagian
kelompok tahap kedua adalah pembagian kelompok keahian
(expertise) yang berasal dari kelompok asal. Kelompok keahlian
ini merupakan peminatan dari masing-masing individu di
kelompok asal.

Ciri-Ciri Model Kooperatif Tipe Jigsaw


Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini siswa
bekerja dalam suatu kelompok (ada kelompok asal dan
kelompok ahli) yang terdiri dari beberapa siswa yang
heterogen. Setiap murid dalam kelompok (kelompok asal)
nantinya akan diberi tugas untuk menjadi tim ahli pada suatu
topik tertentu. Setelah mempelajari/berdiskusi dalam kelompok
ahli, masing-masing murid akan kembali lagi ke dalam
kelompok asal untuk melaporkan apa yang mereka pelajari
dalam kelompok ahli.

Tujuan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw


Tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai
berikut.
- siswa memperoleh kesempatan untuk memilih tugas sesuai
dengan peminatannya.
- siswa memperoleh kesempatan untuk memilih lebih
mendalami tugas-tugas yang sesuai dengan peminatannya
bersama dengan teman yang memiliki pemanatan yanga sama.
- siswa memperoleh kesempatan untuk menjelaskan pada
teman lain pada kelompok asal sehingga secara otomatis siswa
dapat mengelaborasi pengalaman yang diperolehnya dari
kelompo ahli (expertice group).

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Secara ringkas, langkah-langkah pembelajaran menggunakan
model pembelajaran tipe Jigsaw adalah sebagai berikut.
a) Orientasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
diberikan. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, dan
kerjasama. siswa diminta belajar konsep secara keseluruhan
untuk memperoleh gambaran keseluran dari konsep.

b) Pengelompokan (kelompok asal)


Tahap pembentukan kelompok pertama: Kelompok dibentuk
dari peseta didik yang heterogen, misalnya 4 kelompok (A D).
Misalkan Kelompok A berisi himpunan siswa {A1, A2, A3, A4},
indeks merupakan peserta yang saling heterogen, demikian
kelompok B {B1, B2, B3, B4}, kelompok C {C1, C2, C3, C4},
dan kelompok D {D1, D2, D3, D4}.

c) Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli


Tahap pembentukan kelompok kedua: dari kelompok hiterogen
itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi
yang kita berikan dan dibina supaya jadi ahli, berdasarkan
indeknya. Misal pada kelompok di atas akan dikelompokkan lagi
menjadi kelompok ahli. Misalnya seperti berikut Kelompok 1
{A1, B1, C1, D1}, Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2 }, Kelompok 3
{A3, B3, C3, D3 }, Kelompok 4 dan {A4, B4, C4, D4 }.
Pembentukan kelompok ahli ini ditentukan oleh ketua kelompok
bentukan pertama.

d) Diskusi (Pemaparan) kelompok ahli dalam kelompok


Expert (siswa ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing
kembali dalam kelompok semula. Pada fase ini ke-lima
kelompok (1-4) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu
(Workksheet 1-4). Selanjutnya eserta didik dipersilah untuk
mempresentasikan keahliannya kepada kelompoknya masing-
masing, satu persatu. Proses ini diharapkan akan terjadi
shearing pengetahuan antara mereka.
Aturan dalam fase ini adalah:
(1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa
setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan,
(2) memperolah pengetahuan baru adalah tanggung jawab
bersama, jadi tidak ada yang selsai belajar sampai setiap
anggota menguasai konsep,
(3) tanyakan pada anggota kelompok sebelum tanya pada
guru,
(4) pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak menggangu
kelompok lain,
(5) akhiri diskusi dengan merayakannya agar memperoleh
kepuasan.

e) Test (Penilaian).
Pada fase ini guru memberikan test tulis untuk dikerjakan oleh
siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada
test ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerjasama. Jika
mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.

f) Pengakuan Kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor
peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang
diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu
melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat
memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya
dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk
kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui
skor dasar mereka. Perhitungan skor peningkatan, dan kriteria
penghargaan kelompok menggunakan kriteria berikut.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-


Achievement Divisions )

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, merupakan salah


satu tipe dari pembelajaran kooparatif. Perbedaan yang
menonjol dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
JIGSAW adalah pada tahapan pengelompokkan.

Ciri Model Kooperatif Tipe STAD


Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembentukan
kelompok dilakukan secara heterogen tanpa harus mengikuti
aturan tertentu (tidak seperti model Jigsaw). Anggota kelompok
yang memahami tugas-tugas atau dapat menyelesaikan tugas
diberi tugas untuk menjelaskan pada anggota lain dalam
kelompoknya.

Tujuan
Tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan
tujuan pembelajaran kooperatif pada umumnya. Pembelajaran
kooperatif STAD bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik, siswa yang memiliki kemampuan
daisiswa yang lain dapat membantu siswa yang mengalami
kesulitan. Tujuan pembelajaran kooperatif tipe STAD juga
bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang,
menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan
sebagainya.

Sintaks
Sintaks dari pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut.
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang
mengetahui menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua
anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada
saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5) Memberi evaluasi
6) Kesimpulan

5. Model Pembelajaran Cooperative Script


Skrip kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa
bekerja berpasangan dan bergantian, secara lisan
mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Ciri Model Pembelajaran Cooperative Script


Ciri Pembelajaran Cooperative Script adalah masing-masing
siswa berpasangan, dimana salah satu menjadi pembicara dan
yang satunya menjadi pendengar.

Tujuan
Tujuan dai model pembelajaran kooperatif tipe script adalah
siswa dapat belajar mandiri dari suatu tugas, dan dapat
mengajarkannya pada peserta lain (pasangannya).

Sintaks
Langkah-langkah model pembelajaran cooperative script
sebagai berikut.
1) Guru membagi siswa untuk berpasangan
2) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca
dan membuat ringkasan.
3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan
sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai
pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,
dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya,
sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu
mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya.
6. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan Guru
7. Penutup
6. Model pembelajaran Make - A Match
Model pembelajaran Make - A Match merupakan bagian dari
model pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa mencari
pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu
yang dipegangnya (kartu soal jawaban). Setiap siswa yang
dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
untuk penghargaan/penilaian.

Ciri-ciri
Ciri model pembelajaran Make - A Match adalah disiapkannya
beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu jawaban. Ciri yang lain siswa memilih
pasangan secara tertentu tidak asal-asalan, karena tergantung
dari jawaban pada kartu.

Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran tipe Make-A Match
antara lain sebagai berikut.
1) Melatih siswa dalam berkompetisi untuk memperolah
kesempatan bekerja sama secara cepat dengan siswa yang lain
dalam memcari pasangan (jawaban).
2) Berlatih berfikir cepat melalui kegiatan membaca soal dalam
kartu.
3) Berlatih berfikir cepat melalu kegiatan membaca jawaban
dari soal yang dipegang pada siswa yang lain.
4) Melatih bekerja sama antar siswa melalui pasangannya.
Sintaks
Langkah-langkah model pembelajaran Make - A Match sebagai
berikut.
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya
satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang
dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya (soal jawaban).
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin.
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7) Demikian seterusnya
8) Kesimpulan/penutup

7. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC

Cooperative Integrated Reading and Composition disingkat


CIRC. CIRC merupakan salah satu tipe model pembelajaran
Cooperative Learning. Model CIRC banyak digunakan dalam
pembelajaran bahasa, tetapi model ini juga dapat diterapkan
dapam pembelajaran matematika khususnya terkait dengan
soal cerita (word problem) atau soal pemecaham masalah.
Dalam pembelajaran, guru memberikan wacana/kliping atau
soal cerita matematika yang sesuai dengan topik
pembelajaran, siswa bekerja sama saling membacakan dan
menemukan ide pokok dan memberi tanggapan. Slavin
((1995:98) menyatakan bahwa in addition to solving the
problems of management and motivation in individualized
programmed instruction, CIRC was created to take advantage
of the considerable socialization potential of cooperative
learning.

Ciri Model pembelajaran CIRC


Kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita
meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni:
(1) Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa
anggota saling membaca,
(2) membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita,
termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan,
dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel
tertentu,
(3) saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal
cerita, dan
(4) menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut
(menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya), dan
(5) saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika
ada yang perlu direvisi).

Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran CIRC antara lain
sebagai berikut.
1) Melatih peserta didk untuk mampu menganalisis
permasalahan melalui kegiatan pembagian clipping/soal/tugas.
2) siswa belajar menemukan ide-ide dari kerja kelompok.
3) siswa belajar mempresentasikan hasil pemecahan tugas-
tugas yang diberikan.
4) Perserta didik dilatih untuk membuat kesimpulan dari suatu
konsep.

Sintaks
Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning
tipe CIRC untuk melatih siswa meningkatkan keterampilannya
dalam menyelesaikan soal cerita, maka langkah yang ditempuh
seorang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut.
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara
heterogen
2) Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik
pembelajaran.
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan
ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping
dan ditulis pada lembar kertas.
4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5) Guru membuat kesimpulan bersama
6) Penutup

8. Model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE

Model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE atau


diterjemahkan sebagai model pembelajaran Lingkaran Kecil-
Lingkaran Besar adalah model pembelajaran koopertaif dimana
dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar
berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh
semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

Model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE antara lain


memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan
menghadap keluar
2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran
pertama, menghadap ke dalam
3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar
berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh
semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat,
sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu
atau dua langkah searah jarum jam.
5) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang
membagi informasi. Demikian seterusnya

Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-
CIRCLE antara lain sebagai berikut.
1) Melatih siswa untuk mampu memberikan informasi secara
cepat dan tepat pada siswa yang lain.
2) Melatih siswa belajar menemukan ide-ide dari kerja
kelompok.
Sintaks
Sintak dari model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE antara
lain sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi,
motivasi, dan introduksi.
2) Guru menyajikan konsep dengan cara membagikan
lembaran tugas berisi topik-topik kepada siswa untuk dipelajari.
3) Setelah siswa mendapatkan mempelajari topic-topik tahap
selanjutnya adalah membuat lingkaran.
4) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan
menghadap keluar.
5) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran
pertama, menghadap ke dalam.
6) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar
berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh
semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
7) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat,
sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu
atau dua langkah searah jarum jam.
8) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang
membagi informasi. Demikian seterusnya..
9) Guru melakukan konfirmasi.
10) Penutup.

9. Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS

Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS juga merupakan


salah satu tipe dari belajar kelompok. Model pembelajaran
SNOWBALL THROWINGS dilakukan dengan cara membentuk
kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi yang
dipelajari. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu
lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa
saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain untuk dijawab.

Ciri-ciri dari Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS


antara lain sebagi berikut.
1) siswa yang diberikan lembar untuk diberikan kesempatan
membuat soal dari materi yang dipelajarai.
2) siswa yang lain memperoleh kesempatan untuk menajwab
soal dari teman yang dibuat sendiri.

Tujuan
Tujuan dari model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS
antara lain sebagai berikut.
1) Melatih siswa untuk membuat soal dari materi yang
dipelajari.
2) Melatih siswa untuk bertanggung jawab dengan menjawab
soal yang dibuat teman sebayanya.

Sintaks
Sintaks model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS antara
lain sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan
tentang materi
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang
disampaikan oleh guru kepada temannya
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas
kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar
dari satu siswa ke siswa yang lain selama 15 menit
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7) Evaluasi
8) Penutup.

10. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah


model pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa
untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui
bagan/peta konsep maupun yang lainnya setelah guru
menyampikan materi pembelajaran. Setelah siswa
menyampaikan materi pembelajaran pada peserta lainnya
guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa tersebut yang
berupa konfirmasi.
Ciri dari model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
antara lain sebagai berikut.
1) siswa untuk menjelaskan kepada peserta lainnya.
2) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa yang berupa
konfirmasi.

Tujuan
Tujuan dari model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining antara lain sebagai berikut.
1) Membangkitkan keberana siswa untuk mengungkapkan
pendapatnya.
2) Mengjarkan siswa untuk berbagai pengetahuan.

Sintaks
Sintaks dari model pembelajaran model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
3) Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan
kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep
maupun yang lainnya
4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6) Penutup .

Demikianlah sepuluh model pembelajaran yang mungkin


dapat diterapkan pada model pembelajaran pada kelas anda.
Para guru diharapkan dapat terus mengembangkan model
pembelajaran sesuai dengan kondisi dan keadaan. Sekali lagi
dengan memperhatikan pendapat dari Nisbet (1985) bahwa
tidak ada cara belajar (tunggal) yang paling benar, dan cara
mengajar yang paling baik. Namun demikian usaha agar proses
pembelajaran membawa hasil yang maksimal perlu selalu
diupayakan.

DAFTAR PUSTAKA
Joyce, Bruce and Marshal Weil. 1994. Model of Teaching. Second
Edition, London Prentice/Hal International, Inc.
Joyce, Bruce.1992. Models of Teaching. Fourth Edition. Boston:
Allyn & Bacon.

Anda mungkin juga menyukai