Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEBIDANAN PADA GANGG UAN SISTEM

REPRODUKSI DENGAN MENOMETRO RAGIA


DI RUANG POLI KEBIDANAN
RSUD dr SLAMET GARUT

LAPORAN TUGAS A KHIR


Diajukan Guna Me lengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar A hli Madya Ke bidana n

Oleh:
MILA HAMIDAH LAELI
NIM. 13DB277118

PROGRAM STUD I D III KEBID ANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATA N M UHAM MADIYA H C IAM IS
2016
Judul Asuhan Kebidanan Pada Gangguan Sistem Reproduksi
dengan Menometroragia di Poli Kebidanan RSUD
dr.Slamet Garut
Penyusun Mila Hamidah Laeli
NIM 13DB277118

PERSETUJUAN
Laporan Tugan Akhir ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui
Untuk Mengikuti Ujian Seminar LTA
Pada Program Stud i D III Kebidanan
STIKes Muhammadiyah Ciamis

Oleh:
Pembimbing l

Sri W ulan RD, SST., M.H.Kes Ciamis, 25 Juni 2016


NIK. 043277850 7043

Pembimbing ll

Dewi Nurmala, SST Ciamis, 25 Juni 2016


NIK.0432779115099

Mengetahui,
Ketua Program Studi D -lll Kebidanan

Heni Heryani, SST., M .KM.


NIK. 0432778104030

ii
Judul : Asuhan kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
dengan Menometroragia di Poli Kebidanan RSUD
dr.Slamet Garut
Penyusun : Mila Hamidah Laeli
NIM : 13DB277118

PENGESAHAN
Laporan Tugan Akhir ini telah dipertahankan dan diperbaiki
sesuai dengan masukan dewan p enguji
Pada tanggal 25 Juni 2016

Mengesahkan,

Penguji I Penguji II

Neli Sunarni, M.Keb Sri W ulan RD, SST., M.H.Kes


NIK. 0432777699015 NIK. 0432778507043

Mengetahui,
Ketua Ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis, Program Studi D III Kebidanan

H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes Heni Heryani, SST., M .KM.
NIK.0432777295008 NIK. 0432778104030

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa LTA yang berjudul Asuhan Kebidanana Pada


Gangguan Sistem Reproduksi dengan Menometroragia di Ruang Poli
Kebidanan sesungguhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya
yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
pengutipan dengan cara -cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam penulisan karya ilmiah.

Atas Pernyataan ini saya siap menaggung sanksi yan g telah ditentukan
institusi prodi D III kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila ditemukan
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Ciamis Juli 2016


Yang membuat Pernyataan

Mila Hamidah L

iv
KATA PENGANTAR

Bism illahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat illahi Robbi, Taufik, Rahmat dan
Hidayah-Nya. Sehigga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini
dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Gangguan Sistem Repoduksi dengan
Menometroragia di RSU dr. Slamet Garut .
Laporan Tugas Akhir diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Ciamis, saya menyadari bahwa penyusun dan
penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekura ngan dan belum
sempurna.
Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat :
1. DR.H.Zulkarnaen, S.H., M.H se laku ketua BPH (Badan Pembina Harian)
STIKes Muhamadiyah Ciamis dan Pembimbing AIK.
2. H Dedi Supriadi, S.Sos, S.Kep., Ners, M.MKes., selaku Ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
3. Heni Heryani, SST.,M.KM, Selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan.
4. Sri W ulan RD, SST,.M.H .Kes selaku Pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5. Dewi Nurmala, SST, selaku pembimbing II yang telah membimbing dan
memberikan saran serta moril dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
6. Direktur RSU dr. Slamet Garut yang telah memberikan ijin untuk
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
7. Bidan-bidan di Ruang poli kebidanan yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Seluruh Staf Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis yang telah
membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
9. Kedua orang tua Ibunda Cucu dan Ayahanda Dede yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

v
10. Nn. A beserta keluarga yang telah membantu dan berpartisipasi dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
11. Sahabat-sahabat terbaik Asrama Putri 9 yang telah memberikan motivasi
selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terimakasih atas
kerjasamanya.
12. Rekan-rekan satu angka tan yang telah memberikan motivasi selama
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terimakasih atas kerjasamanya.
Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat menjadika n inisiatif dan merangsang kreatifitas
dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu
kebidanan.
Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar -
besarnya apabila ada kekurangan dan tidak bias menyebutkan satu -per
satu. Terimakasih banyak semoga apa yang dicita -citakan kita bersama di
kabulkan Allah SW T amin.

Ciamis, Juni 2016

Penyusun

vi
DAFTA R IS I

Halaman

HALAM AN JU DUL ................................................................................. i


HALAM AN PERSETUJU AN ................................................................. ii
HALAM AN PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAM AN PERNYA TAAN ................................................................... iv
KATA PENGA NTAR .............................................................................. v
DARTA R IS I ............................................................................................ vii
INTISA RI ................................................................................................. ix
DAFTA R GAM BAR ................................................................................ x
DAFTA R LAMPIR AN ............................................................................. xi
BAB 1 PEN DAHU LUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 6
1. Tujuan Umum .......................................................................... 6
2. Tujuan Khusus ......................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 7
1. Bagi Penulis ............................................................................. 7
2. Bagi Tenaga Kesehatan ........................................................... 7
3. Bagi Rumah Sakit .................................................................... 7
4. Bagi Pasien .............................................................................. 7

BAB II TINJA UAN PUSTAK A


A. Konsep Kesehatan Reproduksi ...................................................... 8
1. Pengertian Reproduksi ............................................................. 8
2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi..................................... 8
3. Hak-hak Reproduksi ................................................................. 8
4. Pengetahuan Dasar ................................................................ 10
5. Remaja .................................................................................... 10
6. Gangguan Sistem Reproduksi .................................................. 12
7. Mentruasi ................................................................................. 15
8. Menometroragia ....................................................................... 17

vii
B. Teori Manejemen Kebidanan ......................................................... 24
1. Pengertian Manejemen Kebidanan........................................... 24
2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) ....................... 26
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidan Gangguas Sistem Reproduksi ...... 26
1. Identifikasi Data Dasar ............................................................. 26
2. Identifikasi atau Masalah Aktual ............................................... 29
3. Antisipasi Diagnosis atau Masalah Potensial ............................ 30
4. Tindakan Segerea dan Kolaborasi............................................ 30
5. Rencana Tindakan Asuhan ...................................................... 31
6. Implementasi Tindakan ............................................................ 31
7. Evaluasi yang Diharapkan ........................................................ 31
D. Kewenangan bidan berdasarkan kewenagan hukum...................... 32
1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 ......................................... 32
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Metode Pengkajian ........................................................................ 34
B. Tempat dan W akti Pengkajian ........................................................ 34
C. Subjektif yang Dikaji ....................................................................... 34
D. Jenis Data Yang Digunakan ........................................................... 34
E. Instrumen Pengkajian..................................................................... 35
F. Tinjauan Kasus .............................................................................. 36
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Data ............................................................................. 39
B. Interperetasi Data ........................................................................... 40
C. Diagnosa Potensial ........................................................................ 40
D. Antisipasi atau Tindakan Segera .................................................... 41
E. Rencana Tindakan ......................................................................... 42
F. Pelaksanaan .................................................................................. 43
G. Evaluasi ........................................................................................ 43
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN .................................................................................... 45
B. SARAN ......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 47
LAMPIRAN

viii
ASUHAN KEBID ANA N PAD A GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
DENGAN MENOMETRORAGIA DI RIANG POLI KEBIDAN AN
RSUD dr. S LAMET GARUT

Mila hamidah Laeli 2 , Sri Wulan Ratna De wi 3 , De wi Nurmala 4

INTISARI

W HO m em perkirakan bahw a ham pir 60% wanita m engalam i m enom etroragia.


walaupun tidak terlalu signfikan m em pengaruhi kehidupan wanita nam un
m enom etroragia cukup m engaggu wanita dalam kehidupan sehari-hari. M enom etroragia
banyak sekali terjadi pada w anita m asa pubertas dan m asa m enjelang m enopouse. data
yang diperoleh dari rekam m edik RSUD dr.Slam et G arut terhitung angka kejadian
m enom etroragia tahun 2014 sebanyak 132 orang, tahun 2015 m engalam i peningkatan
m enjadi 145 orang, dan pada bulan Januari sam pai April tahun ini m encapai 14 orang
yakni 1 kasus dari 9 kasus gangguan reproduksi. W alaupun angka tersebut tidak
terbilang cukup besar, nam un perlu m endapatkan perhatian dan penatalaksanaan yang
efektif untuk m em inim alkan dam pak buruk pada w anita yakni anem ia akut.

Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk m em peroleh pengalam an nyata
dalam m elakukan asuhuhan kebidanan pada gangguan sistem reproduksi dengan
m enom etroragia pendekatan proses m anajem en kebi danan.

Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini m endapatkan ganm aran dan
pengalam an nyata dan pem buatan asuhan kebidanan pada gangguan sistem
reproduksidengan m enom etroragia. Kesim pulan dan hasil pelaksanaan asuhan
kebidanan pada gangguan sistem rep roduksi dengan m enom etroragia keadaan
m em baik.

Kata Kunci : Gangguan Sistem Reproduksi, Menometroragia


Kepustakaan : 18 buku (2007 -2015) 1 Jurnal, 4 website
Halaman : i-xi, 49 halaman,

1 Judul Penulisan Ilmia, 2 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah ciamis, 3 Dosen


STIKes Muhammadiyah ciamis, 4 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis

ix
DAFTA R GAM BAR

Gambar 2.1 Bagian Patofisiologi ......................................................... 20

x
DAFTA R LAMPIR AN

Lampiran 1 Jadwal Kegiata n Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Lampriran 2 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Pra Peneltian

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 5 Kartu Bimbingan

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah ke sejahteraan fisik dan mental dan sosial
yang utuh bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal
yang berhubungan dengan sistem rep roduksi dan fungsi-fungsinya. Kesehatan
repoduksi juga berarti bahwa orang dapat mempunya i kehidupan sex yang
memuaskan dan aman. Sejalan dengan itu pemeliharaan kesehatan repoduksi
merupakan suatu kumpulan metode teknik dan pelayanan yang mendukung
kesehatan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi (Nugroho dan
Setiawan, 2010).
Permasalahan kesehatan rep roduksi merupakan tanggung jawab
bersama baik itu tenaga kesehatan maupun masyarakat kare na dampaknya kuat
menyangkut berbagai aspek kehidupan. Sala satu gangguan sistem rep roduksi
yang berhubungan dengan menstruasi adalah menometroragia. Menometroragia
saat berupa pendarahan yang belebihan dan lama dengan interval yang irregular
dan sering (Gandt, 201 0).
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempert inggi derajat
kesehatan masyarakat demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka
wanita sebagai penerima ke sehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan
kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai
dewasa sebagai generasi yang muda yang sehat jas mani maupun rohani oleh
sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang terbaik
menurut dirinya sesuai dengan kebutuhanya dimana ia sendiri yang memutuskan
atas tubuhnya sendiri. Seorang wanita normal akan mengalami peristiwa
reproduksi, yaitu haid (Depkes, 2008).
Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah keyakinan
terhadap Allah S.W .T bahwa setiap penyakit yakin ada obatnya, hal ini harus
diketahui oleh setiap muslim adalah tidaklah Allah menciptakan suatu penyakit
kecuali dia juga menciptakan penawarnya sebagaimana tercantum dalam Al -
Quran dan Hadist

1
2

Mereka bertanya kepadamu tentang (darah) haid. Katakanlah, Dia itu


adalah suatu kotoran (najis). Oleh sebab itu hendaklah kalian menjauhkan diri
dari wanita di tempat haidnya (kemaluan). Dan janganlah kalian mendekati
mereka, sebelum mereka suci (dari haid). Apabila mereka telah bersuci (mandi
bersih), maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepada
kalian. (QS. Al-Baqarah: 222).
Hadits yang diriw ayatkan dalam Shahihain, dari Aisyah radhiyallahu
anha, ia berkata: Fatimah binti Abi Hubaisy datang kepada Nabi Muhammad
Shalallahu alaihi wa sallam seraya berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya aku
adalah wanita yang selalu haid, maka aku tidak pernah suci, apakah aku harus
meninggalkan shalat? Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidak,
sesungguhnya itu adalah urat (pembuluh darah), bukan haid. Oleh karena itu bila
tiba masa haidmu maka tinggalkanlah shalat, dan apabila berlalu (masa haid mu)
maka bersihkanlah darah darinya, kemudian berwudhu untuk setiap shalat
sampai datang waktu itu (tiba masa kebiasaan haid) (HR. al-Bukhari 320, 325,
331 dan Muslim 333).
Menometrorargia banyak di alami oleh para wanita. W HO memperkirakan
bahwa hampir 6 0% wanita mengalami menometroragia. W alaupun tidak terlalu
signifikan mempengaruhi kehidupa n wanita namun menometroragia tersebut
cukup memepengaruhi wanita dalam kehidupan sehari-hari (Artadiredja, 2012).
Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidakseimbangan hormon -
hormon yang mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh kondisi medis
lainnya. Banyaknya perdarahan d itentukan oleh lebarnya pembekuan darah,
banyaknya pembuluh darah yang terbuka, dan tekanan intravaskular. Lamanya
pedarahan ditentukan oleh daya penyembuhan luka atau daya regenerasi. Daya
regenerasi berkurang pada infeksi, mioma, polip dan pa da karsinoma (FK-
UNPAD, 2011).
3

Di Indonesia, kejadian menometroragia bisa menimpa wanita mulai


remaja (sudah menstruasi) hingga pre -menopause (menjelang berakhirnya masa
menstruasi). Sekitar 20% bisa dialami oleh wanita remaja dan wanita muda,
sedangkan 40% pada wanita paruh baya (usia lebih 40 tahun). Di Yogyakarta
kasus menometroragia sebesar 11,7% dari kelainan menstruasi yang menimpa
wanita ( Depkes, 2010).
Menometroragia banyak dialami oleh para wanita. W HO memperkirakan
bahwa hampir 60% wanita mengalami menometrorargia. W alaup un tidak terlalu
signifikan mem pengaruhi kehidupan wanita namun menometroragia tersebut
cukup mengganggu wanita dalam kehidupan sehari-hari (Artadiredja, 2012).
Menometroragia merupakan perdarahan uterus yang berlebihan yang
terjadi pada dan diantara siklus haid. Ini disebut juga dengan perdarahan
disfungsional. Menometroragia banyak sekali terjadi pada wanita dalam masa
pubertas dan masa menjelang menopause. Beberapa penyebab pada
perdarahan ini antara lain karena kelainan anatomis rahim (seperti adanya polip
rahim, mioma uteri), adanya siklus anovulatoir (ditandai dengan siklus haid yang
memanjang), dan karena ketidakseimbangan hormon yang mempengaruhi siklus
haid. (Safitri, 2009).
Menometroragia adalah suatu penyakit yang sering ditemukan pada
wanita-wanita usia subur dan menjelang menopouse. Menometora gia ini bisa
disebabkan oleh penyebab organik yaitu adanya kelainan p ada organ reproduksi.
Selain itu juga di sebabkan oleh pendarahan disfungsional mengingat akibat
pendarahan ini sangat bisa membahayakan bagi nyawa pasien. Maka diperlukan
penanganan dan pengobatan yang cepat dan tepat agar tidak lebih
membahayakan bagi p asien (irwanto, 2010).
Perdarahan rahim disfungsional merupakan perdarahan rahim abnormal
tanpa penyebab organik (gangguan organ saat menstruasi). Seorang wanita
dapat mengalami perdarahan rahim yang abnormal. Perdarahan rahim
disfungsional terjadi pada 5% wanita dengan siklus menstruasi, dimana 80%
kasusnya merupakan meno metrogia yang paling banyak menyebabkan anemia
karena kekurangan zat besi (Susantha, 2009).
Angka kejadian menometroragia juga cukup besar di negara berkembang
terutama di negara-negara yang ada di kawasan ASIA Tenggara. Angka kejadian
menometrorargia di asia tenggara hampir di alami oleh 55% wanita.
4

Menometrorargia yang terjadi di ASIA Tenggara lebih banyak dialami wanita dari
40 tahun. Angka kejadian menometrorargia di indonesia sebesar 64.25 % yang
terdiri dari 54,89 % pada wanita usia 45 tahun dan 9,36 % terjadi pada wanita 55
tahun. Sedangkan angka kejadian di Jawa Barat adalah sebesar 53%
(Artadiredja, 2012).
Dari beberapa kasus yang ada di ruang ginekologi menometroragia
merupakan kasus yang jarang terjadi. Meskipun demikian, bukan berarti
menometrorargia tidak berpegaruh terhadap meningkatnya angka mortalitas dan
morbiditas karena menometrorargia berhubungan dengan sala satu penyebab
gangguan organ repoduksi wanita (Soekiman, 2009).
Penanganan pada menometrora gia antara lain dengan memberikan
estrogen dalam dosis tinggi atau progesteron jika terjadi pada masa pra
pubertas. Sebagai tindakan pada wanita dengan perdarahan disfungsional tersa
menerus ialah histerektomi (Dilda, 2011).
Bedasarkan KepMenkes No. 369/ Menkes / SK / III / 2007 tentang
standar propesi bidan dalam penanganan kasus menometroragia yang
disebutkan ko mpetensi bidan ke -9, yaitu melaksanaan asuhan kebidanan pada
wanita atau ibu dengan gangguguan sistem reproduksi. Salasatunya bidan
memiliki pengetahuan dasar tentang tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada
kelainan ginekologi meliputi keputihan, pendarahan tidak tertur dan penundaan
mentruasi
Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Trusthaning Tyas, Asri Hidayat
tahun 2015 di RS dr.Soetarjo Yogyakarta tentang Perbedaan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Menometroragia yan g Diberikan KIE dan yang tidak
diberikan KIE . Hasil penelitian ini menunjukan bahwa yang diberi KIE berumur
antara 20-30 tahun dan 31-40 tahun yaitu masing -masing 16 orang (50% )
sebagian besar berkerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu 19 orang (54,4% )
dan mempunyai penghasilan keluarga antara 1-2,5 juta yaitu 13 orang (40,6% )
yang tidak diberikan KIE sebagian besar beumur 3 1-40 tahun yaitu 29 orang
(90,6% ) pekerja ibu rumah tangga (IRT) yaitu 2 orang (65,6% ) dan mempunyai
penghasilan keluarga (62,5% ). Menometroragia merupakan kelainan haid yang
dapat dialami setiap wanita yang sudah mengalami menstruasi. Kelainan haid
sering menimbulkan kecemasan pada wanita karena ke khawatiran akan
5

pengaruh kelainan haid terhadap kesuburan dan kesehatan wanita pada


umumnya.
Pendarahn Uterus Abnormal (PUA) dapat terjadi pada semua usia dan
sebagian besar kasus yang dirujuk ke RSU dr.Slame t Garut dengan diagnosis
klinis (sebenarnya gejala klinis) me nometrohagia 37% dan m enoragia 33%
termasuk didalamnya remaja. Di RSU dr. Slamet Garut sebagian besar pada
perimenopouse 20% dan pada remaja 6% . Kebanyakan yang memeriksa ke
RSUD dr.Slamet Garut mengabaikan perdarahan ini dan menganggapnya
sebagai hal biasa selayaknya menstruasi penyakit (istihadoh) (Rekam medic
RSU dr Slamet Garut).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Slamet Garut, angka kejadian menometroragia tahun 2014 sebanyak 132 orang,
tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 145 orang, dan pada bulan Januari
sampai April tahun ini mencapai 14 orang .
Dampak dari menometroragia yang berlarut -larut akan terjadi infeksi dan
terserang anemia. Hal ini karena penderita men ometroragia mengalami
pengeluaran darah melebihi normal dan lebih lama .
Berdasarkan latar belakang tersebu t, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus tentang asuhan kebidanan gangguan rep roduksi pada
Nn. A dengan menometroragia di Ruang Poli Kebidanan Rumah Sa kit Umum
Daerah dr.Slamet Garut.

B. Rum usan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatka n suatu rumusan
masalah yaitu Bagaimana Asuhan Kebidanan Gangguan Repoduksi p ada Nn. A
usia 17 tahun dengan Menometroragia di Ruang Poli Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah dr.Slamet Garut 2016 dengan menggunakan pendekatan
menejemen 7 langkah varney dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan pada kasus gangguan rep roduksi
pada Nn. A dengan menometroragia di Ruang Poli Kebidanan Rumah
Sakit Umum Daerah dr.Slamet Garut 2016 dengan menggunakan
6

pendekatan menejemen kebidanan 7 Langkah varney dan di


dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
Penulis dapat mempelajari dan memahami penerapan asuhan
kebidanan menggunakan pendekatan menejemen kebidanan menur ut 7
langkah varney pada kasus Gangguan R eproduksi dengan
Menometroragia di Ruang Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Slamet Garut meiputi:
a. Mampu melakukan pengkajian pada Nn. A 17 tahun dengan
menometroragia.
b. Mampu menginterpretasikan data dan masalah diagnosa yang
spesifik pada Nn. A 17 tahun dengan menometroragia.
c. Mampu mengantisipasi kemungkinan timbulnya diagnosa/masalah
potensial pada Nn. A 17 tahun dengan menometroragia.
d. Mampu melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Nn. A
17 tahun dengan menometroragia.
e. Mampu menginterventasikan rencana tindakan asuhan yang akan
dilakukan sesuai dengan pengkajian pada Nn. A 17 tahun dengan
menometroragia .
f. Mampu melakukan perencanaan tindakan asuhan kebidan pada
Nn. A 17 tahun dengan menometroragia.
g. Melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada
Nn. A 17 tahun dengan menometroragi.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan penulis dalam melaksanakan asuhan k ebidanan
pada kasus menometroragia.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat dimanfaatkan untuk penyempurnaan layanan bagi tenaga kesehatan
khususnya profesi bidan dalam asuhan kebidanan pada kasus gangguan
sistem repoduksi dengan menometroragia.
7

3. Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan informasi dalam memberikan pelayanan pada kasus
gangguan sistem repoduksi dengan menometroragia .
4. Bagi Pasien
Membantu dalam hal memberikan pengertian secara jelas perawatan pada
kasus menometroragia, sehingga klien dapat mengerti dan melaksanakanya
di rumah.
BAB II
TINJAU AN PUSTAKA

A. Konsep Kesehatan Repoduksi


1. Pengertian Repoduksi
Kesehatan reproduksi menurut W ord Health Organiz ation (W HO)
adalah suatu kecacatan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya
bebas dari penyakit kecatatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan system repoduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan
dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses repod uksinya secara sehat dan aman
(Suryati dan Anna, 2011).
Kesehatan repoduksi menurut Depkes RI adalah suatu keadaan
sehat, secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial
yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksinya, dan
pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang hanya bebas
dari penyakit malainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki
seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah
(Nugroho, 2010).
2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Secara luas, ru ang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
a. Kesehatan bayi dan anak.
b. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi,
termasuk PMS-HIV/AIDS.
c. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi.
d. Kesehatan reproduksi remaja.
e. Pencegahan dan penanganan infertilitas.
f. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis.
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks,
mutilasi genital, fistula dan lain -lain.
3. Hak-hak Repoduksi
Hak-hak meliputi hal-hal berikut ini:
a. Hak mendapat informasi dan pendidikan Reproduksi.
b. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.

8
9

c. Hak untuk perlindungan dari kematian karena kehamiln.


d. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
e. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan
kehidupan reproduksinya.
f. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari pemerkosaan kekerasan, penyiksaan, dan
pelecehan seksual.
g. Hak mendapatkan manfaaat kemajuan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksinya .
h. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
i. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskrim inasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksinya.
j. Hak-hak kebebasan untuk berkumpul dan berpartisipasi dalam
politik yang berkaitan dengan kesehatan re produksi.
k. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan.
4. Pengetahuan Dasar
Pengetahuan dasar yang perlu di berikan kepada remaja agar
mereka mempunyai kesehatan repoduksi yang baik, antara lain:
a. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat repoduksi
(aspek tumbuh kembang remaja).
b. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai keinginanya dan pasangan
c. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap
kondisi kesehatan reprodu ksi
d. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
e. Pengaruh sosial dan media terhadap periaku sosial
f. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya.
g. Mengembangkan kemampuan komunikasi termasuk memperkuat
kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat
negatif.
h. Hak-hak repoduksi (missheathy, 2013).
10

5. Remaja
a. Pengertian
Masa remaja merupakan masa yang penting dalam
rentangkehidupan dimana remaja mengalami suatu priode
peralihan, suatu masa perubahan, usia bermasalah dan saat
dimana individu mencari idetitas (jati diri) menuju masa dewasa
(Pudiastuti, 2012).
Ditinjau dari kesehatan W HO menetapkan batas usia 10 -20
tahun sebagai batasan usia remaja. Selanjutnya W HO menyatakan
walaupun definisi diatas di dasarkan pada usia kesuburan wanita,
batasan tersebut berlaku juga untuk remaja pria dan W HO membagi
kurun usia tersebut dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10 -14 dan
remaja akhir 15 -20 tahun (Anindita, 2010).
b. Ciri-cicri Kejiwaan dan Psikososial Remaja
Menurut kusmiran (2 012) ciri-ciri kejiwaan dan psikososial
remaja adalah sebagai berikut :
1) Usia remaja muda (12 -15 tahun)
a) Sikap protes terhadap orang tua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai
hidup orang tuanya, sehingga sering menunjukan sikap
protes terhadap orangtua. Dalam upaya pencarian identitas
diri, remaja cenderung melihat kepada tokoh -tokoh di luar
lingkungan keluarganya, yaitu guru, figur, ideal yang
terdapat di film, atau tokoh idola.
b) Preekupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan
yang cepat sekali. Pertumbuhan -pertumbuhan ini menjadi
perhatian khusus bagi diri remaja.
c) Kesetiakawanan dengan kelompok sesuai
Para remaja ini merasakan ketertarikan dan kebersamaan
dengan kelompok sesuai dalam upaya mencari kelompok
senasib. Hal ini tercermin dalam berprilaku sosial.
d) Kemampuan berfikir secara abstrak
11

Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai


berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi
untuk mempertajam kepercayaan diri.
e) Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-
ubah. Pada suatu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi
dalam waktu lain tampak masa bodo dan bertanggung
jawab. Remaja merasa cemas akan perubahan dalam
dirinya. Perilaku demikaian menunjukan ba hwa dalam diri
remaja terdapat konflik yang memerlukan pengertian dan
penanganan yang bijaksana.
2) Usia remaja penuh (16 -19 tahun)
a) Kebebasan dari orang tua
Dorongan untuk menjauhkan diri dari orangtua menjadi
realitas. Remaja mulai merasakan kebebasan, tetapi juga
merasa kurang menyenangkan. Pada diri remaja timbul
kebutuhan utuk terkait dengan orang lain memulai ikatan
cinta yang stabil.
b) Ikatan terhadap pekerjaan dan tugas
Sering kali remaja menunjukan minat pada suatu tugas
tertentu yang ditekuni seca ra mendalam. Terjadi
pengembangan akan cita -cita masa depan yaitu mulai
memikirkan melanjutkan sekolah atau langsung bekerja
untuk mencari nafkah.
c) Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
Remaja mulai menyusun nilai-nila moral dan etis sesuai
dengan cita-cita.
d) Pengembangan hubungan pribadi yang labil
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil
menyebabkan terbentuknya kestabilan diri remaja.
e) Penghargaan kembali pada orangtua dalam kedudukan
yang sejajar.
12

6. Gangguan Sistem Repoduksi


a. Pengertian
Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen
kesehatan reproduksi. Permasalahan dalam bidang kesehatan
reproduksi salah satunya adalah masalah reproduksi yang
berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi. Hal ini
mencangkup infeksi, ganggu an menstruasi, masalah struktur,
keganasan pada alat reproduksi wanita, infertilitas, dan lain -lain
(Essawibawa, 2011).
b. Sebab-sebab gangguan Repoduksi
Gangguan repoduksi disebabkan oleh ketidakseimbangan
kehormon, kecacatan atomi saluran reproduksi (defek kongenital),
gangguan fungsional, kesalahan manajemen atau infeksi organ
reproduksi. Gangguan repoduksi yang biasanya terjadi, misal kista
endrometriosis yang banyak dialami oleh wanita yang memiliki
kadar follicle stimullating hormone (FDH) dan hormin luteinizing
(LH) tinggi (Nugroho, 2012).
1) Macam-Macam Ganguan Reproduksi
a) Gangguan Mentruasi
Menurut W iknjosastro (2008), Gangguan Haid dan siklusnya
dapat digolongkan dalam :
Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya
perdarahan pada haid
o Hipermenorea atau menoragia.
o Hipomenorea.
Kelainan siklus
o Polimenorea.
o Oligomenorea.
o Amenorea.
Perdarahan di luar haid
o Metroragia.
Gangguan haid yang ada hubungannya dengan haid
o Premenstrual tension (ketegangan prahaid).
o Mastodinia.
13

o Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi).


o Dismenorea.
Menurut Berek (2002) ada 6 jenis gangguan mentruasi
yang termasuk keadaan siklus mentruasi yang tidak teratur
oligomenorea, polimenorea, menoragia, metroragia,
menometroragia, hepimenorea.
Polimenorea
Polimnorea adala h siklus haid yang lebih pendek dari
biasanya. (Kurang dari 21 hari). Pendarahan kurang
lebih sama atau banyak dari haid yang biasanya.
Polimenorea diebabkan oleh gangguan hormonal yang
mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi
pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti
ovarium karena peradangan, endromentiosis dan
sebagainya (W iknjosastro, 2008).
Menoragia
Menoragia adalah pendarahan haid yang lebih banyak
dari normal, atau lebih dari normal ( lebih dari 8 hari),
menoragia di sebabkan oleh kondisi didalam uterus,
misalnya adanya mioma uteri, polip endromentium,
gangguan pelepasan endromentrium pada waktu haid
(W iknjosastro, 2008).
Oligomenorea adalah dimana siklus haid lebih
panjang, lebih dari 35 hari. Dimana kesehatan wanita
tidak terganggu dan fasilitas cukup baik. Hal ini
disebakan karena masa poliferasi lebih panjang dari
biasa (W knjosastro, 2008).
Metroragia
Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan diantara
dua kejadian menstruasi. Perdarahan pada metroragi
lebih tidak teratur karena pen garuh hormon yang tidak
seimbang dan lebih sering muncul dengan konsistensi
bercak-bercak (Schorge, 2008).
14

Menometroragia
Menometroragia adalah perdarahan rahim yang
berlebihan dalam jumlah dan lamanya perdarahan,
dapat terjadi dalam periode menstruasi maupun di
antara periode menstruasi (Rika, 2009).
Hipemenorea
Hipomenorea adalah pendarahan haid yang lebih
pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Hai ini
disebabkan oleh gangguan endokrin dan sesudah
miomektomi (W iknjosastro, 2008).
Amenorea
Amenorea dibagi menjadi 2 yaitu, amenorea primer
dan amenorea sekunder. Amenorea primer apabila
seorang perempuan berumur 18 tahun ke atas tetapi
belum pernah mendapatkan haid, sedangkan
amenorea sekunder pernah mendapat haid tetapi
kemudian sedikitnya 3 bulan berturut-turut tidak
mendapatkannya lagi. Amenorea primer umumnya
penyebabnya lebih sulit untuk diketahui, seperti
kelainan kongenital dan kelainan -kelainan genetik.
Amenorea sekunder biasanya disebabkan karena
kehidupan wanita, pada keadaan patologis seperti
gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor
dan penyakit infeksi, sedangkan pada keadaan
fisiologis pada saat menarche, hamil, menyusui dan
menopause (W iknjosastro, 2008).
Dismenorhea
Dismenorhea merupakan rasa sakit dibagian bawah
abdomen pada saat menstruasi yang mengganggu
aktivitas wanita. Selama dismenorhea terjadi kontraksi
otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga
menyebabkan vasospasme dari arteriol urin yang
menyebabkan terjadinya iskemia dan krampada
15

abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasa


nyeri disaat menstruasi (Lewellyn, 2001).
b) Nyeri Abnomen dan Panggul
Nyeri akut
Kemampuan untuk mengenali dan menangani nyeri
abnomen akut secara akurat merupakan keahlian
penting dalam perawatan kesehatan wanita.
Nyeri Kronis
W anita yang mengalami nyeri panggul kronis orang
yang sering kali mengunjungi pemberi layanan
kesehatandalam jangka waktu yang lama.
c) Kista Ovarium
Suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur
atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh
semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari
ovarium (Agusfarly, 2008).
d) Tumor/ Kanker Endrometrium
W anita yang berdiagnosis mengalami kanker endromentrium
setiap tahunya3 kali lipat lebuh banyak di bandingkan
dengan kanker serviks. Kemunginan terjadipada wanita
berusia lebih dari 50 tahun.
e) Kista Vagina
Kista vagina adalah suatu kantong tertutup pada dinding
atau bagian bawah dinding vagina yang berisi cairan atau
bahan semi padat. Kista terjadi akibat tersumbatnya kelenjar
atau salurannya sehingga caira n terkumpul di dalamnya
(Nugroho, 2012).
7. Mentruasi
a. Pengertian
Mentruasi adalah situasi pelepasan endrometrium dalam
bentuk serpihan dan perdarahan akibat pengeluaran hormone
estrogen dan progesteron yang turun dan berhenti sehingga terjadi
vasokontriksi p embuluh darah yang segera diikuti vasodilatasi
(Manuba, 2009).
16

b. Siklus Mentuasi
Siklus mentruasi yaitu merupakan sala satu siklus menstruasi
yang berlangsung selama 28 hari. Siklus normal berlangsung dalam
rentang waktu 21 -35 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada sutu
wanita selama tergantung pada berbagai hal termasuk kesehehatan
fisik, emosi, dan nutrisi, estrogen dan progesteron (Saryono, 2009).
Siklus mentruasi wanita berbeda -beda, nmun rata -rata berkisar 28
hari. Hari pertama mentruasi dinyatakan sebgai hari pertama siklis
mentruasi. Siklus ini terdiri dari 4 fase, yaitu :
1) Fase Mentruasi
Terjadi bila ovu tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum
menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron.
Turunya hormon estrogen dan progesteron me nyebabkan
lepasnya ovum dari endromentium, sehingga terjadi
perdarahan. Fase mentruasi berlangsung kurang lebih 5 hari.
Darah yang keluar berkisar antara 50 -150 milim iter.
2) Fase Praovuasi atau Fase Poliferasi
Hormon membebas gonadotropin yang disekresikan
hipotalamus akan memacu hipofise untuk mengsekresikan
FSH. FSH memacu pematangan folikel dan merangsang folikel
untuk mengsekresikan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (poliferasi) dinding
endrometrium. Peningkatan endrometriu m juga menyebabkan
serviks (leher rahim) untuk mengsekresikan lendir yang bersifat
basa. Lendir ini berfungsi untuk menetralkan suasana asam
pada vagina sehingga mendukung kehidupan sperma.
3) Fase Ovulasi
Jika siklus mentruasi perempuan 28 hari, mak ovulasi terjadi
pada hari ke 14. Peningkatan kadar estrogen menghambat
sekresi FSH, kemudian hipofise mengsekresikan LH.
Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder
dan folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.
17

4) Fase sekresi
Berlangsung selama 14 hari sebelum mentruasi berikutnya.
W alaupun panjang siklus mentruasi berbeda -beda, fase pasca
ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum mentruasi
berikutnya. Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah
melepaskan oosit sekunder akn berkerut dan menjadi korpus
luteum. Korpus luteum mengsekreikan hormon progesteron dan
masih mengsekresikan hormon estrogen namun tidak
sebanyak ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung
kerja estrogen untuk mempertebal dan membunumbuhkan
pembuluh-pembuluh darah pada endrometrium serta
mempersiapkan endrometrium untuk menerima implantasi
embrio jika terjadi pembuhan. Jika tidak terjadi pembuahan
korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang
hanya sedikit mengsekresikan hormon, sehingga kadar
progesteron dan estrog en menjadi rendah. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya mentruasi demikian seterusnya.
Menurut Anwar, Baziad dan Prabowo (2011) gangguan haid
atau disebut juga pendarahan uterus abnormal merupakan keluhan
yang sering menyebabkan seorang perempuan datang bero bat ke
dokter atau tempat pertolongan pertama. Berikut pembagian
gangguan haid pada masa repoduksi antara lain:
a. Kelainan banyaknya darah dan lamaya haid (Hipermenore atau
Menoragia, Hipomenore).
b. Kelainan siklus haid (Polimenore, Oligomenore, Amenore).
c. Pendarahan di luar haid (Menometroragia).
d. Gangguan haid yang ada hubungan dengan haid (ketegangan
prahaid, Dismenore).
8. Menometroragia
a. Pengertian
Menometroragia adalah perdarahan rahim yang berlebihan
dalam jumlah dan lamanya perdarahan, dapat terjadi dalam periode
menstruasi maupun di antara periode menstruasi (Rika, 2009).
18

Pendarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.


Pendarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari
haid,natau 2 jenis pendarahan ini menjadi satu, yang pertama
dinamakan metroragia yang ke dua menometroragia.
Menometroragia adalah suatu kondisi dimana terjadi perdarahan
diluar siklus haid. Penyebabnya bisa oleh karena luka yang tidak
kunjung sembuh (kanker ganas, organ genetalia), peradangan atau
bakan oleh gangguan hormonal.
Menometroragia adalah perdarahan saat menstruasi yang
berlangsung terus panjang dan dengan jumlah darah yang lebih
banyak (Manuaba, 2010).
Menometroragia adalah perdarahan yang banyak, di
luar siklus haid dan biasanya terjadi dalam masa antara 2 haid,
perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid atau
2 jenis perdarahan ini menjadi 1 yang pertama dinamakan
metroragia yang kedua menometroragia (W idjarnako, 2009).
Menurut Bensol dan Pernoll (2009) menometroragia adalah
pendarahan yang terjadi pada interval yang tidak teratur. Biasanya
jumlah dan lama perdarahan bervariasi.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa menometroragia merupakan perdarahan haid yang diluar
siklus menstruasi dengan durasi yang lama serta jumlah
perdarahanya banyak.
b. Etiologi
Penyebab menometroragia adalah berasal dari luar uterus
(gangguan pembekuan darah, terjadi akibat infeksi pada uterus)
atau berasal dari uterus sendiri yaitu gangguan hormonal, artinya
semata-mata akibat ketidakseimbangan hormonal dalam siklus
menstruasi yang mengaturnya (Manuaba, 2008).
Menurut wiknjosastro (2009) menometroragia dapat disebabkan
oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan
fungsional.
1) Sebab-sebab organik Perdarahan dari uterus, tuba, dan
ovarium disebabkan oleh kelainan pada:
19

a) Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosi, ulkus


pada porsio uteri, karsinoma servisis uteri.
b) Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens,
abortus sedang berlangsung, abortus inkompletus, mola
hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma
korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
c) Tuba falopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang
tuba, tumor tuba.
d) Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
2) Sebab-sebab Fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan
sebab organik dinamakan perdarahan disfungsional Penelitian
menunjukkan bahwa perdarahan disfungsional dapat
ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium
diantaranya endometrium jenis sekresi dan nonsekresi yang
keduanya memiliki arti penting dalam membedakan perdarahan
yang anovulatoar dari yang ovulatoar.
3) Perdarahan Ovulator
Untuk menegakkan diagnosa perdarahan ovulatoar, perlu
dilakukan kerokan pada masa mendekati menstru asi. Jika 19
karena perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus
menstruasi tidak dikenali lagi, maka kadang -kadang bentuk
kurve suhu basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan
bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa
adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai
etiologinya:
a) Korpus luteum persistens; dijumpai perdarahan yang
kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar.
b) Insufisiensi korpus luteum karena kurangnya produksi
progesteron disebablan gangguan LH releasing factor.
c) Apopleksia uteri; wanita dengan hipertensi dapat terjadi
pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
d) Kelainan darah; anemia, purpura trombositopenik, dan
gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.
20

c. Patofisiologi
Pada perdarahan anovulatoar, saat fase luteal tidak terjadi
pembuahan maka korpus luteum akan mngalami enurunan fungsi
sehingga sekresi estrogen mengalami penurunan.penurunan
sekresi estrogen tersebut menyebabkan endrometrium tidak mampu
mempertahankan stratum kompakta dan stratum spongiosa
sehingga terjadilah pendarahan yang disertai pembekuan trombosit
di ujung pembuluh dara dan pembentukan prostagladin yang
berfungsi mengatur vakso kontriksiart spiralis. Oleh sebab itu,
perdarahan terjadi terus menerus dalam jumlah banyak.

Fase Luctal

Tidak terjadi ovulasi

Fungsi korpus luteum


m enurun

Penurunan sekresi estrogen

Stratum kom akta dan stratum


spongisa terlepas

Pem bentukan trombosit dan


prostaglandin tidak terjadi

Menom etroragi
a

Gambar 2.1 Bagan Patofisiologis


21

Sumber: W iknjosastro (2007) dan Manu aba (2010)


d. Faktor Risiko
Menurut Wiknjosastro (2007) menometroragia karena sebab
fungsional paling sering dialami pada masa pubertas dan pada
masa pra menopause. Selain itu, stress yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari, baik di dalam maupun di luar pekerjaan,
kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional
seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat
penenang terlalu lama dan lain -lain, dapat menyebabkan
menometroragi.
e. Keluhan subjektif
Keluhan gangguaan menstruasi bervariasi dari ringan sampai
berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi bagi penderita
(Anwar, Baziad dan Prabowo, 2011). Pada kasus menometroragia,
pasien datang dengan keluhan perdarahan saat menstruasi y ang
berlangsung terus panjang dan berdarah banyak (Manuaba, 2008).
f. Tanda Klinis / Laboratoris
Menometroragia menggambarkan pola perdarahan uterus
abnormal yang dapat terjadi setiap saat dan tidak terduga (Anwar,
Baziad dan Prabowo, 2011). Pada wanita perim enopause yaitu usia
antara masa pramenopause dan pascamenopause sekitar usia 40 -
50 tahun dilakukan analisis hormonal, yaitu pemeriksaan hormon
FSH, LH, dan estradiol. Kadar FSH > 35mIU/ml menunjukkan
pasien telah memasuki usia perimenopause, sedangkan kada r
estradiol yang tinggi menyebabkan terjadinya penebalan
endometrium (Baziad, 2008).
g. Diagnosis
Sebagai langkah awal dalam menegakkan diagnosis, perlu
dilakukan anamnesa yang cermat meliputi :
a. Riwayat menstruasi : bagaimana mulainya perdarahan, apakah
didahului oleh siklus memanjang, oligomenorea / amenorea,
sifat perdarahan (banyak atau sedikit), lama perdarahan, ciri
khas darah yang hilang (misalnya warna, konsistensi,
gumpalan), periode menstruasi terakhir, periode menstruasi
22

normal terakhir, menarke (An war, Baziad, dan Prabowo, 2011;


Benson, 2009).
b. Riwayat kesehatan: perlu diperhatikan adanya penyakit
metabolik, penyakit endokrin, dan penyakit menahun yang
dicurigai sebagai penyebab dari perdarahan (W iknjosastro,
2007).
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, perhatikan
kesehatan sistemik dan lakukan pemeriksaan panggul untuk
menyingkirkan kausa perdarahan yang jelas, seperti abortus
inkomplet, polip endometrium, leiomioma, kanker uterus atau
serviks, benda asing, atau vaginitis (Gant, Cunningham, 2010 ;
Benson, 2009).
Pemeriksaan laoratorium yang perlu dilakukan meliputi uji
kehamilan yang sensitif jika diindikasikan, hitung darah lengkap
untuk mengevaluasi anemia, dan biopsi endometrium untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma atau hyperplasia
endometrium. Untuk mengetahui ada tidaknya ovulasi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan suhu basal badan (SBB), sitologi
22.vagina, atau analisa hormonal (FSH, LH, Estradiol, prolaktin, dan
progesteron). Cara pasti untuk menegakkan diagnosis tergantung
pada usia, paritas, dan anatomi pasien (Gant, Cunningham, 2010;
Baziad, 2008; Benson, 2009).
h. Prognosis
Pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali
dan ada harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan
siklus menstruasi menjadi ovulatoar. Namun pada w anita dewasa
terutama dalam masa pramenopause dengan menometroragia,
mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor
ganas (W iknjosastro, 2007).
1) Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)
NSAID dapat memperbaiki hemostasis endometrium dan
mampu menurunkan jumlah darah menstruasi 20% hingga 50%
Efek samping secara umumnya dapat menimbulkan keluhan
gastrointestinal dan merupakan kontraindikasi pada perempuan
23

dengan ulkus peptikum. Terdapat 5 kelompok NSAID


berdasarkan susunan kimianya, yakni:
Salisilat (aspirin.)
Analog asam indoleasetik (indometasin).
Derivat asam proponik (ibuprofen) yang diberikan dengan
dosis 600-200 mg sehari.
Fenamat (asam mefenamat) yang diberikan dengan dosis
250-500 mg, 2 hingga 4 kali sehari.
Coxibs (celecoxib).
2) Antifibrinolisis
Endometrium memiliki sistem fibrinolitik. Pada
perempuan dengan keluhan perdarahan uterus abnormal
ditemukan kadar aktivator plasminogen pada endometrium
lebih tinggi dari normal. Penghamba t aktivator plasminogen
atau obat antifibrinolisis dapat digunakan untuk pengobatan
perdarahan uterus abnormal. Asam traneksamat merupakan
penghambat plasminogen yang bekerja secara reversibel dan
bila diberikan ketika perdarahan terjadi, mampu menurunkan
jumlah perdarahan 40 -50% . Efek sampingnya yakni keluhan
gastrointestinal dan tromboemboli yang ternyata kejadiannya
tidak berbeda bermakna dibandingkan kejadian pada populasi
normal.
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pertama menometroragia ditentukan pada
keadaan umum. Jika keadaannya tidak stabil maka klien perlu
dirawat di rumah sakit untuk perbaikan keadaan umum. Pada
keadaan akut, dimana Hb sampai < 8 gr % maka klien harus dirawat
dan diberikan tranfusi darah. Jika telah stabil, segera dilakukan
penanganan untuk menghentikan perdarahan (Anwar, Baziad dan
Prabowo, 2011; Baziad, 2008).
Penatalaksanaan penghentian perdarahan dapat dengan
terapi hormon ataupun nonhormon. Medikamentosa nonhormon
yang dapat digunakan untuk perdarahan uterus abnormal adalah
sebagai berikut (Anwar, Baziad dan Prabowo, 2011).
24

B. Teori Manajem en Kebidanan


1. Pengertian Manejemen Kebidanan
Menejemen kebidanan menurut Hellen Varney adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorgaisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
keterampilan dalam rangkaian tahap yang logis untuk mengambil suatu
keputusan yang terpokus klien (Asrina, 2010).
Manejemen Kebidanan 7 Langkah Varney
Menurut Purwoastuti dan W alyani (2015) ketujuh langkah
kebidanan menurut varney adalah sebagai berikut :
a. Langka I : Identifikasi Data Dasar
1) Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital.
3) Pemeriksaan penunjang (laboratorium).
b. Langkah II : Identifikasi Diagnosis atau Masalah Akurat
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
dagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interprestasi yang benar atas yang benar atas data -data yang
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang
spesifik.
c. Langkah III : Antisipasi diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosis atau
maalah potensial dan mengantisipasi penangananya. Pada langkah
ini kita mengidentifikasi rangkaia masalah dan diagnosa yang
sudah yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan
antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap -siap bila
diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah
ini sangat penting didalam melakukan asuhan yang aman.
25

d. Langkah IV: Tindakan Segera dan Kolaborasi


Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manejemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuha terhadap
tindakan segera, melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain bedasarkan kondisi klien pada langkah ini
bidan juga harus merumu skan tindakan emergency untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, yang mampu dilakukan secara
mandiri dan berifat rujukan.
e. Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan
Kebidanan pada langkah ini direncanakan asuhan yang
meneluruh ditentukan oleh langkah -langkah sebelumnya dan
merupakan lanjutan manejemen terhadap diagnosis atau
masalahyang telah diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana
tindakan konprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi klien, serta penyuluhan,
konseling dan apakah perlu merujuk kien bila ada masalah -masalah
yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, agama, kultur atau
masalah psikologi. Stiap rencana asuhan harus disertai oleh klien
dan bidan agar dapat dilaksanakan dengan efektif. Sebab itu harus
berdasarkan rasionalyang relavan dankebenaranya serta situasi
dan kondisi tindakan harus secra teoritis.
f. Langkah VI: Implementasi Tindakan.
Asuhan kebidanan melaksanakan rencana tindakan serta
efisiensi dan menjamin rasa aman klien implementasi dapat
dikerjakan ke seluruhan oleh bidan ataupun bekerjama dengan
kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien
dan akan mengurangi waktu perawatan serta akan meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan.
g. Langkah VII: Evaluasi
Tindakan asuhan kebidanan mengetahui sejauh mana
tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien. Pada
tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan
observasi terhadap masalah yang dihadapi klien apakah masalah
26

diatasi seluruhnya, sebagian, telah dipecahkan atau mungkin t imbul


masalah baru. Pada prinsipnya terhadap evaluasi adalah
pengkajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan
seberapa jauh tercapainya rencana yang dilakukan.
2. Pedokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
Menurut Herney Varney, alur berfikir bidan s aat menhadap klie
meliputi. Tujuh langkah, agar diketehui orang lain apa yang telah
dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematk, maka
dilakukan pendokumentasian dalam bentu SOAP yaitu:
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien, dan keluarga dan keluarga melalui anamnese sebagai
langkah satu varney.
b. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien. Hasil laboratorium dan diasnotik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung sebagai langkah I varney.
c. Analisa Data
Menggambarkan pendokumentasin hasil analisa dah hasil
iterprestasi pasa subjektifdan objektif dlam suatu identifikasi
diagnosa masalah potensial, perlunya tidakan segera oleh bidan
atau dokter, konsultan atau kolaborasi atau rujukan sebagai langkah
2,3 dan 4 varney.
d. Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,
tindakan implementasi (I) dan Evaluasi (E) berdasarkan assesment
sebagai langkah 5, 6, 7 varney.

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Gangguan Siste m Repoduksi


1. Identifikasi Data Dasar
a. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi atau kejadian. Data tersebut
27

tidak dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi


melalui suatu inte raksi atau komunikasi (Nursalam, 2009).
Identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga
sesuai dengan sasaran (Nursalam, 2009). Adapun data subjektif
menurut Retna (2008), meliputi:
1) Identitas
Nama : jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.

Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya


resiko seperti kurang dari20 tahun, alat -alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap.

Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut


untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.

Suku bangsa : Berpengaruh pada adat-istiadat atau


kebiasaan sehari-hari.

Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan


untuk mengetahui sejauh mana ting kat
intelektualnya, sehingga konseling bidan
sesuai dengan pendidikannya.

Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial


ekonominya
2) Keluhan Utama
Pada kasus menometroragia. Pasien datang dengan keluahan
perdarahan saat mentruasi yang berlangsung terus/panjang
dan berdarah banyak (Manuba, 2008)
3) Riwayat Mentruasi
Bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus
memanjang, oligomenorea / amenorea, sifat perdarahan
(banyak atau sedikit), lama perdarahan, ciri khas darah yang
hilang (misalnya warna, konsistensi, gumpalan), periode
28

menstruasi terakhir, periode menstruasi normal terakhir,


menarke (Anwar, Baziad, dan Prabowo, 2011; Benson, 2009).
4) Riwayat Obstetri
kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu perlu untuk
ditanyakan guna mengetahui apakah pasien seksual aktif atau
masih virgin sehingga dapat dibedakan dalam
penatalaksanaannya (Manuaba, 2010).
5) Riwayat Kesehatan
Perlu diperhatikan adanya penyakit metabolik, penyakit
endrokrin, dan penyakitmenaun yang dicurigai sebagai
penyebab dari pe rdarahan (W iknjosastro, 2007).
6) Riwayat Sosial
Stress yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik di
dalam maupun di luar pekerjaan, kejadian -kejadian yang
mengganggu keseimbangan emosional seperti kecelakaan,
kematian dalam keluarga, pemberian obat pe nenang terlalu
lama, dan lain -lain, dapat menyebabkan menometroragia
(W iknjosastro, 2007).
7) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Pada menometroragia memerlukan nutrisi yang cukup
terutama bahan makanan yang banyak mengandung zat
besi untuk meningkatkan kada r hemoglobin dalam darah.
b) Pola Istirahat
Pada menometroragia dianjurkan untung tirah baring atau
besrest untuk menghindari keruanya darah yang banyak.
c) Pola Kebersihan
Pada menometroragia darah yang banyak keluar sehingga
pasien harus menjaga kebersihanya alat genetalia dan
sering ganti pembaluuntuk mencegah terjadinya infeksi.
d) Pola Elim inasi
Untuk mengetahui adakahgangguan pada BAB dan BAK.
e) Pola Aktivitas
29

Pada menometroragia nona tidak boleh banyak aktvitas


karena akan memperbanyak pengeluaran darah.
b. Data Objektif
Data yang dikaji pada klien dengan menometroragia yakni:
1) Keadaan Umum
Pengkajian pada menometroragia ini terdiri dari pemeriksaan
umum seperti pemeriksaan status kesadaran dan keadaan
umum klin untuk mengetahui apakah klien dalam keadaan
stabil atau tidak (Anwar, dkk., 2011).
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus menometroragia, data yang
menjadi kasus utama yakni:
a) Inspeksi : dilakukan pemeriksaan pada mata untuk melihat
apakah konjungtiva terlihat pucat atau tidak.
b) Pemeriksaan dalam (vag ina toucher): untuk mengetahui
bagaimana paginanya, serviksnya, uterusnya ada atau
tidaknya kelainan.
c) Pemeriksaan inspekulo: mencari sumber perdarahanya
dan menetapkan terdapatnya atau tdak kelainan pada
serviks (Manuba, 2010).
3) Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus menometroragia pemeriksaan menunjang
yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan laboratprium
(pemeriksaan darah lengkap) dan USG. Selain itu untuk
mengaji masalah stuktur dan keganasan, dapat dilaksanakan
pap smear-biopsi, pemeriksaan patologi-anatomi, histeroskopi
serta pemeriksaan hormonal. Pada wanita usia produksi juga
dan diperlukan pemeriksaan suhu basal badan (SSB) untuk
mengetahui ada tidaknya ovulasi (W iknjosastro, 2007).
2. Indentifikasi atau Masalah Aktual
a. Diagnosis Kebidanan
Diagnosis kebidana n yang dapat di tegakan pada kasus pasien
dengan gangguan repoduksi menometroragia adalah Nn. ..../ Ny.
30

...umur... dengan menometroragia dengan dasar data subjektif dan


data objektif.
1) Data subjektif berasal dari keluhan subjektif klien pada kasus
menometroragia yakni perdaraham diluar siklus menstruasi
yang belangsung terusatau panjang dan berdarah banyak
(Anwar, dkk, 2011).
2) Data objektif berasal dari hasil pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang klien pada kasus menometroragia
tanda-tandanya.
Muka : Biasanya muka pucat karena perdarahan.
Mata : Konjungviva pucat karena perdarahan.
Genetalia : Terdapat pengeluaran darah banyak dan
menggumpal.
b. Masalah
Masalah yang muncul pada pasien dengan menometroragia
berkaitan dengan kekhawatiran pasien terhadap keadaan yang
dialami. Hal ini muncul karena kurangnya pengetahuan asien tentan
menometroraga (Manuba, 2008).
c. Kebutuhan
Kebutuhan pasien dengan menometroragia adalah dukungan moral
serta KIE tentang kasus serta penatalaksanaan menometroragia
(Manuba, 2008).
3. Antisipasi Diagnosis atau Masalah Potensial.
Antisipasi yang dapat dilakukan bidan menghadapi kasus
menometroragia apabila setelah dilakukan pemeriksaan keadaan umum
menunjukan klien dalam keadaan tidak stabil maka bidan dapat segera
mneganjurkan klien untuk di rawat di rumah sakit dan memberikan
tambahan nutrisi suportif (Anwar, d kk.; 2011).
4. Tindakan Segera dan Kolaborasi.
Tindakan segera yang dilakukan oleh bidan dalam penangana kasus
menometroragia adalah melakukan kolaborasi dengan dokter spe sialis
obstetridan ginekilogi untuk pemberian terapi untuk tindakan serta
kolaborasi dengan bagian laboratorium (Manuba, 2008).
31

5. Rencana Tindakan Asuhan


Rencana tindakan asuhan kebidanan secara umum yang dilakukan
pada kasus menometroragia menurut Varney (2010) adalah :
a. Informasikan pada klien dan keluarga tentang keadaan yang dialami
klien (Varney, 2010).
b. Konsultasi atau kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri
(ginekologi atau haematologi) meliputi (Manuaba, 2010) :
1) Pemeriksaan USG untuk mengetahui perubahan pada
endrometrium.
2) Pemberian terap dan tindakan dengan pertimbangan aktivitas
seksual dan penyebabnya.
3) Kolaborasi dengan pihaak labiratorium untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium.
c. Memberikan motivasi dan suport mental kepada klien.
d. Informasikan pada klien dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan kepada klien.
e. Anjurkan pasien untuk tirah baring atau bedrest.
6. Implementasi Tindakan
Inplementasi pada kasus menometroragia mengacu pada renacana
tindakan yang sudah disetujui oleh pasien.
7. Evaluasi yang Diharapkan
Evaluasi yang diharapkan dari asuhan pada pasien gangguan sistem
repoduksi dengan menometroragia adalah :
a. Paien mendapatkan asuhan yang menyeluruh sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Persarahan yang dialami pasien dapat berhenti dan tidak te rjadi
perdarahan berulang atau pada pasien pubertas siklus mentruasi
dapat kembali normal (Manuba, 2008).
c. Pasien mendapatkan terapi dan tindakan untuk mengatasi
menometroragianya.
32

D. Kewenangan Bidan Berdasarkan Kewenangan Hukum


1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 pasal 71 menjelaskan tentang
kesehatan reproduksi.
a) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik,
mental,dan sosial secara utuh,tidak semata -mata bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi,dan
proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan Kesehatan
reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh.
b) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:

Saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah


melahirkan;

Pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan


seksual; dan

Kesehatan sistem reproduksi


c) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Kewenangan bidan dalam melakukan tindakan diatur
dalampemeriksaan nomor 1464/MENKES/Per/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan. Bidan memiliki kewenangan memberikan
pelayanan sesuai dengan pasal 9 yang isinya
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu.
2. Pelayanan kesehatan anak.
3. Pelayanan kesehatan repoduksi permpuan dan keluarga berencana.
Kewenangan bidan dalam pengelolaan kasus gangguan repoduksi
dengan menometroragia bidan memiliki kemandirian untuk melakukan
asuhanya sesuai dengan pasal 12 yang isinya :
33

Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatanperempuan dan
keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9 huruf c,
berwenang untuk :
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan repoduksi
perempuan dan keluarga berencana.
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan repoduksi
perempuan dan keluarga berencana berwenang untuk memberikan
penyuluhan dan konseling kesehatan repoduksi khususnya pada kasus
menometroragia. Sehngga bidan harus memiliki pengetahuan dasar tentang
tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologimeliputi
keputihan, perdarahan tidak teratur, (menometroragia dan penundaan haid ).
DAFTA R PUSTA KA

QS. Al-Baqoroh : 222

QS. Yusuf : 57

Agusfarly, (2008). Askep dengan klien ovarium. Tersedia dalam


http://augusfarly.wordpress.com/2008/09/14/asuhan -keperawatan-
dengan-klien-ovarium/. Diakses tanggal 02 Juni 2009.

Anindita, 2010. Kesehatan Reproduksi pada Remaja. Jakarta. Graha Ilmu

Anwar, M., Baziad, A & Prabowo, R, P., (2011). Ilmu Kandungan . Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Artadiredja, (2012) wanita dan Menometroragia . Tersedia dalam

http://www.salingberbagiinformasidanilmu.blogspot.com [ diakes 20 April


2015].

Asrinah, Shinta Siswoyo Putri, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha
ilmu

RSUD dr.Slamet kota Garut. 2016. Laporan Menometroragia 2014 -2016.

Baradero, M dan Dayrit, M.( 2007). Seri Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Repoduksi dan seksualitas. Jakarta : EGC .

Baziad, M.Ali. 2008. Endrokin Ginekologi. Jakarta : Media Aesculapius.

Benson, R .C. dkk 2009 . Buku Saku obsterti dan Ginekologi, Edisi 9 . Jakarta :
EGC .

Depkes, 2008. Progam Kesehatan Repoduksidan pelayanan Intergratif di Tingkat


Pelayanan Dasar. Direktoral Bina kesehatan masyakat Departemen
Kesehatan RI.

Depkes, 2010. Penyebab Mentruasi Berkepanjangan, Jakarta: Depkes

Dilda, 2008. Kesehatan Reproduksi W anita. Yogyakarta. Nuha Medika

47
48

Essawibawa, 2011. Asuhan kebidanan gangguan reproduksi pe rdarahan uterus


disfungsional pada usia perimenopause .
http://essawibawa.blogspot.com/2011/08/pud -efek-imsomnia.html
diakses tanggal Mei 20 th , 2014

FK-UNPAD, 2011. Kelainan Haid dalam Ginekologi, Bagian Obtertri dan


Ginekologi FK-UNPAD, Bandung. Elstar Offset

Gandt Norman F.(2010). Dasar-dasar Ginekologi dan Obtetri. Jakarta:ECG.

Irwanto, (2010).Asuhan Kebidanan Menometroragia tersedia dalam


http://irwanfarmasi.blogspot.com . [diakes 22 April 2015 ]

Kusmawardani, Endah. 2010 . W aspada Penyakit Darah Mengenai Anda.


Yogyakarata : Hanggar Kreator.

Kusmiran, Eny 2011 . Kesehatan Reproduksi W anita. Jakarta : selemba Medika.

Manuaba, IBG. 2010 . Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC .

Manuaba, IBG.(2008) Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan . Jakarta:ECG

Mulastin. 2012. Hubungan Stres dengan siklus menstruasi pada wanita pekerjadi
Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara . Magelang
www.academia.edu/8191448/Jurnal_siklus_men
Nugroho, Setiawan 2012. obsgyn : obstetri da n Gynekologi. Yogyakarta: Nuha
Medika

Nugroho, Taufan 2012 . obsgyn : obstetri dan Gynekologi. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Nur, Alifa (2015). Pelaksanaan Pembelajarn ASKEB pada Mahasiswa


Kebidanan Fakulitas Kedokteran . Laporan Tugas akhir. Universitas
Sebelas Maret
49

Peraturan Mentri Kesehatan tentang Standar Profesi Bidan. Permenkes No


369/MENSKES/SK/III/2007

Prawiroharjo. 2007 . Ilmu Kandungan . Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo..

Purwaastuti, E dan W alyani E . 2015. Panduan Ahuhan Rep oduksi dan Keluarga
Berencana.Yogyakarta : EGC

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Hamil dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika

Safitri, Yunia (2009) Majemen Asuhan Kebidanan pada Ny W dengan


Menometroragia suspect Hiperplasia Endrometrium + Anemia di Ruangan
Ginekologi Irna Akebidanan RSUP dr. M Djamil Padang tanggal 22 -23
September 2008. Tersedia dalam:
www.misslutha.blogspot.co.id/2009/02 /menometrorrhagia_05.html?m=1

Sari, Emy (20 13) Pelaksanaan Pembelajaran Fakultas Kedokteran. Laporan


Tugan akhir. Universitas Islam Sultan Agung.

Schorge, J. 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi.Jakarta: Nuha Medika

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D , Bandung :


Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kantitatif Kualitatif dan RND . Bandung :


Alfbeta.

Tyas, D dan Hidayat A. (2015) Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada P asien


Menometroragia yang diberi KIE dan tidak diberika n KIE. 7(61) Juli ,pp.
28-61

Varney, H (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (edisi 4, vol 2). Jakarta: ECG

Wiknjosastro, (2007) Ilmu Kebidanan . Jakarta: YBP-SP

Wiknjosastro, Hanifa. (2008). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo . Jakarta:


PT Bina Pustaka
50

Anda mungkin juga menyukai