PENDAHULUAN
1
Oleh karena itu melalui makalah ini kami menyajikan informasi tentang hal di
atas. Jika dalam penyusunannya terdapat kesalahan mohon kritik dan saran yang
membangun sehingga kedepannya kami dapat menjadi lebih baik lagi
1. 2.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian tambang terbuka / open pit
2. Mengetahui macam-macam jenis tambang terbuka / Open pit
3. Mengetahui tahap kegiatan penambangan pada tambang terbuka / open pit
4. Mengetahui Alat berat yang umum digunakan pada tambang open pit
5. Menetahui penanganan reklamasi pada lahan bekas tambang open pit
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tambang open pit
2
1.4 Rumusan Masalah
Dalam dunia pertambangan sendiri sangat banyak metode yang digunakan,
antaranya metode open pit, metode yang digunakan sendiri tergantung dari jenis
endapan, karakteristik endapan dan letak endapan yang akan di tambang. Dewasa ini
banyak orang yang tidak mengetahui secara rinci tentang metode tersebut, oleh sebab
itu penulis akan membahas lebih jauh apa yang di maksud dengan metode tambang
open pit, jenis dalam tambang open pit, penanganan reklamsi tambang open pit, dan
dampak positif serta dampak negatif tambang open pit.
3
BAB II
DASAR TEORI
4
Secara garis besar, metode penambangan dapat digolongkan menjadi 3 (Hartman,
1987): , yaitu :
Tambang terbuka (surface mining)
Tambang dalam / bawah tanah (underground mining)
Tambang bawah air (underwater mining / marine mine)
5
merupakan faktor kunci dalam pemilihan peralatan pada tambang terbuka
(pada tambang bawah tanah hal ini berpengaruh pula pada kelas metoda yang
dipilih : unsupported, supported, atau caving)
4. Konsiderasi Ekonomi
Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa
pengembalian dan keuntungan
Cadangan (tonase dan kadar / kualitas)
Laju produksi (produksi per satuan waktu)
Umur tambang
Produktivitas (produksi per satuan pekerja dan waktu, missal
ton/karyawan-shift)
Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan
yang cocok
5. Faktor Teknologi
Perolehan tambang (mine recovery)
Dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan bijih / batubara)
Ke-fleksibelitas-an metode dengan perubahan kondisi
Selektivitas metode untuk batubara dan waste
Konsentrasi atau dispersi dari pekerjaan
Modal, pekerja, dan intensitas mekanisasi
6. Faktor Lingkungan
Kontrol bawah tanah
Penurunan permukaan tanah (subsidence)
Kontrol atmosfir (kontrol kualitas, kontrol panas dan kelembaban,
serta untuk tambang bawah tanah : ventilasi,)
Kekuatan pekerja (pelatihan, recruitment , kondisi kesehatan dan
keselamatan kerja, kehidupan dan pemukiman)
6
Tabel 2.1. Klasifikasi Metode Penambangan Hartman, 1987
KOMODITA
KELAS SUBKLAS METODE
AKSEPTANSI S
Metal,
*Open Pit Mining
Mekanis Nonmetal
(Mechanical Quarry Nonmetal
Coal,
) *Open Cast Mining
Nonmetal
Tambang Terbuka
Auger Mining Coal
(Surface Mining) Metal,
Hydraulicking
Nonmetal
Placer
Metal,
Aqueous Dredging
Nonmetal
TR Borehole Mining Nonmetal
Solution
AD Leaching Metal
*Room & Pillar Coal,
ISI
Mining Nonmetal
ON
*Stope & Pillar Metal,
AL
Mining Nonmetal
Unsupported
Tambang Bawah Metal,
Shrinkage Stoping
Tanah Nonmetal
Metal,
(Underground *Sublevel Stoping
Nonmetal
Mining) Cut and Fill Stoping Metal
Supported Stull Stoping Metal
Square Set Stoping Metal
*Longwall Mining Coal
Caving Sublevel Caving Metal
*Block Caving Metal
NO Rapid Excavation Noncoal
VE Automation,
All
L Robotics
Coal,
Hydraulic Mining
Softrock
UG Gasification Coal
7
Underground Hydrocarbon
Retorting s
Ocean Mining Metal
Nuclear Mining Noncoal
Extraterrestrial Metal,
Mining Nonmetal
Catatan : Tanda * menunjukkan metode paling penting dan paling sering digunakan
Sumber : Hartman, 1987
BAB III
JENIS-JENIS TAMBANG TERBUKA / OPEN PIT MINE
8
3.1 Jenis Tambang Terbuka
Metode penambangan terbuka dengan ekstraksi mekanis dapat
dibedakan menjadi 4 (Nurhakim, 2003) yaitu ;
1) Open pit mining
2) Quarry (Kuari)
3) Open cast mining
4) Auger mining
9
rupa sehingga operasional jangka panjang, yaitu pembukaan/ penggalian
sampai pit limit dapat tercapai.
Jenjang tunggal dirancang sesuai dengan peralatan mekanis yang
digunakan. Tinggi jenjang dibatasi oleh jangkauan excavator/shovel,
sedangkan lebar jenjang harus cukup luas bagi peralatan gali-muat dan truk
untuk bermanuver. Kemiringan lereng ditentukan berdasarkan perhitungan
kemantapan lereng dengan input berupa data sifat fisik dan data kuat geser
material pembentuk lereng tersebut. Beberapa variasi dari open pit mining dapat
dilihat pada (Gambar 3.4)
Gambar 3.1 Open Pit di Toquepala Peru (Diameter 1km Kedalaman 400m)
(Nurhakim, 2003)
10
Gambar 3.2 Tambang tembaga Open Pit di dekat laut (Nurhakim, 2013)
11
Gambar 3.4 Variasi Tambang dari berbagai Open pit Mining (Hartman , 1987)
12
(industrial minerals), misalnya penambangan batugamping, marmer, granit,
andesit dan sebagainya.
Kuari dapat menghasilkan material atau hasil tambang dalam bentuk
pecah- pecah (loose/broken stone) ataupun potongan batu dengan bentuk yang
teratur (dimensional stone). Namun demikian, ada beberapa ahli yang
menyatakan bahwa istilah Quarry hanya diterapkan pada tambang bahan galian
mineral non metal yang menghasilkan dimensional stones, sedangkan
tambang bahan galian mineral non metal yang menghasilkan bentuk pecah-
pecah (loose/broken material) tetap disebut open pit. Kuari tipe broken stone
(lihat Gambar 5.5) digunakan untuk menambang batuan yang berbentuk agregat
ataupun chemical limestone menggunakan metode peledakan untuk
menciptakan fragmentasi batuan. Tingkat produksi bahan galian lebih tinggi
daripada kuari tipe dimension stone. ( Nurhakim, 2003).
13
Kuari tipe dimensional stone biasanya digunakan untuk menambang
batugamping, batupasir, granit, marble dan dolomit. Hasil dari penambangan ini
berupa batuan berbongkah besar (lihat Gambar 3.6 dan 3.7). Teknik yang
digunakan pada metode ini antara lain: jet burning, wire saw, chain saw with
tungsteen cutting teeth, dan slot drilling (lihat Gambar 3.8).
14
Gambar 3.8 Drilling dan Blasting Tambang Kuari Dimensional Stone ( Nurhakim, 2003).
15
Kuari tipe Side Hill dengan jalan masuk spiral diterapkan pada
cadangan endapan bahan galian yang berbentuk bulat atau
lonjong yang
membentuk bukit yang penambangannya dilakukan dengan
mengupas bagian atas bukit terlebih dahulu secara melingkar.
Jalan masuk langsung (Gambar 3.9.)
Kuari tipe Side Hill dengan jalan masuk langsung diterapkan pada
cadangan endapan bahan galian yang berbentuk atau memanjang atau
persegi yang terletak pada daerah berbukit yang
penambangannya
dimulai dari salah satu sisi
bukit.
Gambar 3.9 Kuari tipe Slide hill jalan masuk langsung ( Nurhakim, 2003).
16
Jalan masuk spiral (Gambar 3.10)
Kuari tipe pit dengan jalan masuk spiral diterapkan pada cadangan
endapan bahan galian yang berbentuk bulat atau lonjong yang terletak
pada daerah yang datar.
Jalan masuk langsung (Gambar 3.11)
Kuari tipe pit dengan jalan masuk langsung diterapkan pada cadangan
endapan bahan galian yang berbentuk memanjang atau persegi
yang terletak pada daerah yang datar.
Gambar 3.10 Kuari tipe pit jalan masuk spiral ( Nurhakim, 2003).
17
Gambar 3.11 Kuari tipe pit jalan langsung ( Nurhakim, 2003).
18
Bentuk-bentuk kuari yang diuraikan diatas adalah bentuk-bentuk
dasar dari kuari yang tentunya masih banyak lagi variasinya. Pada umumnya
bentuk kuari yang akan diterapkan diusahakan agar menyesuaikan bentuk-bentuk
dasar tersebut dengan keadaan dan bentuk endapan serta topografi daerahnya.
19
3.1.4. Auger
mining
Auger mining adalah sebuah metode penambangan yang berhadapan
dengan dinding yang tinggi atau penambangan singkapan (outcrop
recovery) lapisan batubara/endapan target dengan pemboran ke dalam
lapisan endapan tersebut tanpa melakukan penggalian lapisan penutup.
( Nurhakim, 2003).
Auger mining lahir sebelum 1940-an untuk mendapatkan
batubara pada sisi dinding tinggi (high wall) dari batas akhir tambang
(pit limit) terbuka secara konvensional. Penambangan batubara dengan
auger bekerja dengan prinsip drag bit rotary drill skala besar. Tanpa
merusak lapisan batubara dan juga lapisan batuan di atasnya, auger
mengekstraksi dan menaikkan batubara dari lubang dengan memanfaatkan
ulir di stang-bor dan kungkungan dinding lubang bor (lihat Gambar 3.13).
Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini adalah
endapan yang memiliki bentuk tabular dan berlapis, kemiringannya
mendekati horisontal, keseragaman bijih/endapan target tinggi, kadar
dapat sangat rendah dan kedalamannya dangkal (terbatas sampai ketinggian
dinding dimana auger ditempatkan).
Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining
menjadi relatif mudah jika dilakukan bersamaan dengan pemakaian
metode open cast atau open pit. Setelah open pit / open cast selesai dan
belum dilakukan backfilling, auger drilling dapat ditempatkan pada lokasi
di dekat high wall.
Semua penambangan dengan menggunakan auger, diterapkan pada high
wall atau singkapan dari batubara di daerah pegunungan dan
dikombinasikan dengan metode penambangan open pit atau open cast
(Gambar 3.13c dan 3.13d)
20
Gambar 3.13. Contoh tambang auger pada highwall ( Nurhakim, 2003).
21
BAB IV
PROSES PEMBUATAN DAN TAHAP KEGIATAN PENAMBANGAN
PADA TAMBANG TERBUKA / OPEN PIT
Pembersihan Lahan
Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup
dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang
tumbuh pada permukaan daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk
membersihkan daerah tambang tersebut sehingga kegiatan penambangan
dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu dengan adanya
gangguan tetumbuhan yang ada didaerah penambangan. Kegiatan
22
pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan Bulldozer. Pembersihan
dilakukan pada daerah yang akan ditambang yang mempunyai ketebalan
overburden beberapa meter dengan menggunakan Bulldozer dan dilakukan
secara bertahap sesuai dengan pengupasan lapisan
tanah penutup.Dalam pembabatan, pohon didorong kearah bawah lereng
untuk dikumpulkan, dimana penanganan selanjutnya diserahkan pada
penduduk setempat. (Gambar 4.2).
23
pengeras jalan. Kegiatan pengupasan dilakukan secara bertahap dengan
menggunakan bulldozer, dimana tahap pengupasan awal dilakukan untuk
menyiapkan jenjang pertama dan pengupasan berikutnya dapat dilakukan
bersamaan dengan tahap produksi, sehingga pola yang diterapkan adalah
seri dan paralel yang bertujuan untuk, menghemat investasi dan biaya
persiapan, menghindari pengotoran endapan batu gamping dari lapisan
penutup, sehingga mempermudah dalam pekerjaan penggalian, dan
,enghindari terjadinya longsoran dan bahaya angin.
24
Crushing Plant, yaitu suatu unit pengolahan yang berfungsi sebagai alat
preparasi batu gamping dari front penambangan guna mendapatkan ukuran
butiran yang diinginkan oleh pasar.
Pembangkit Listrik, berfungsi sebagai sumber tenaga listrik yang akan
dipakai sebagai penerangan, untuk alat pengolahan dan menggerakkan alat
alat yang bekerja didalam pabrik.
Pompa Air, digunakan untuk memompa atau mengambil air guna
memenuhi kebutuhan peralatan dan karyawan.
Pembongkaran
Pembongkaran merupakan kegiatan untuk memisahkan antara
endapan bahan galian dengan batuan induk yang dilakukan setelah
pengupasan lapisan tanah penutup endapan batugamping tersebut selesai.
Pembongkaran dapat dilakukan dengan menggunakan peledakan, peralatan
mekanis maupun peralatan non mekanis. (Gambar 4.4)
Untuk kegiatan pembongkaran batugamping menggunakan
pemboran yang kemudian dilakukan peledakan. setelah batuan diledakkan
kemudian digusur menggunakan alat bulldozer, yang kemudian
dikumpulkan di tepi batas penambangan atau tepi jalan tambang tiap blok.
Banyaknya batugamping yang dibongkar tiap-tiap blok tidak sama,
tergantung persyaratan kualitas yang diminta oleh konsumen.
25
Gambar 4.4 Operasi Pembongkaran (Irwandy Arief, 2004)
Pemuatan
Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau
mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke
dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan
penggusuran, pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat muat Wheel
Loader dan diisikan ke dalam alat angkut. (Gambar 4.5).
Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan batugamping
hasil pembongkaran kedalam alat angkut. Pengangkutan dilakukan dengan
sistem siklus, artinya truck yang telah dimuati langsung berangkat tanpa
harus menunggu truck yang lain dan setelah membongkar muatan
langsung kembali ke lokasi penambangan untuk dimuati kembali.
26
Gambar 4.5 Operasi Pemuatan (Irwandy Arief, 2004),
Pengangkutan
Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut
atau membawa material atau endapan bahan galian dari front
penambangan dibawa ke tempat pengolahan untuk proses lebih lanjut.
Kegiatan pengangkutan menggunakan Dump Truck yang kemudian
dibawa ke tempat pengolahan untuk dilakukan proses peremukan
(crushing), jumlah truk yang akan digunakan tergantung dari banyaknya
material batugamping hasil peledakan yang akan diangkut. (Gambar 4.6).
BAB V
REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG TERBUKA / OPEN
PIT
27
pengaturan drainase, dan tataguna lahan pasca tambang (Sabtanto Joko Suprapto,
2005). Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi
lingkungan. Hal ini dapat dilihat dengan hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah,
yang juga berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya. Di samping itu,
juga dapat mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati, terjadinya degradasi
pada daerah aliran sungai, perubahan bentuk lahan, dan terlepasnya logam-logam
berat yang dapat masuk ke lingkungan perairan.
Gambar 5.1. Skema bentuk teras kebun dan guludan (KPP Konservasi, 2006)
28
Gambar 5.2. Pengurugan kembali bekas tambang emas di Wetar (Foto koleksi R.
Hutamadi)
5.2 Revegetasi
Revegetasi Perbaikan kondisi tanah meliputi perbaikan ruang tubuh,
pemberian tanah pucuk dan bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian
kapur (Gambar 5.3). Kendala yang dijumpai dalam merestorasi lahan bekas
tambang yaitu masalah fisik, kimia (nutrients dan toxicity), dan biologi. Masalah
fisik tanah mencakup tekstur dan struktur tanah. Masalah kimia tanah
berhubungan dengan reaksi tanah (pH), kekurangan unsur hara, dan mineral
toxicity. Untuk mengatasi pH yang rendah dapat dilakukan dengan cara
penambahan kapur. Sedangkan kendala biologi seperti tidak adanya penutupan
vegetasi dan tidak adanya mikroorganisme potensial dapat diatasi dengan
perbaikan kondisi tanah, pemilihan jenis pohon, dan pemanfaatan mikroriza.
Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim
setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies
yang cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang cepat
tumbuh, misalnya sengon, yang telah terbukti adaptif untuk tambang. Dengan
dilakukannya penanaman sengon minimal dapat mengubah iklim mikro pada
lahan bekas tambang tersebut. Untuk menunjang keberhasilan dalam merestorasi
lahan bekas tambang, maka dilakukan langkah-langkah seperti perbaikan lahan
pra-tanam, pemilihan spesies yang cocok, dan penggunaan pupuk. Untuk
mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan bekas
tambang, dapat ditentukan dari persentasi daya tumbuhnya, persentasi penutupan
29
tajuknya, pertumbuhannya, perkembangan akarnya, penambahan spesies pada
lahan tersebut, peningkatan humus, pengurangan erosi, dan fungsi sebagai filter
alam. Dengan cara tersebut, maka dapat diketahui sejauh mana tingkat
keberhasilan yang dicapai dalam merestorasi lahan bekas tambang.
Gambar 5.3 Reklamasi tambang dengan revegetasi (Sabtanto Joko Suprapto, 2005)
dan air, kejenuhan air, aktifitas kimia Fe3+, dan luas permukaan dari mineral
sulfida yang terpapar pada
udara. Sementara kondisi fisika yang mempengaruhi kecepatan pembentukan
asam, yaitu cuaca, permeabilitas dari batuan, pori-pori batuan, tekanan air pori,
dan kondisi hidrologi. Penanganan air asam tambang dapat dilakukan dengan
mencegah pembentukannya dan menetralisir air asam yang tidak terhindarkan
terbentuk.
Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir sebaran
mineral sulfida sebagai bahan potensial pembentuk air asam dan menghindarkan
agar tidak terpapar pada udara bebas. Sebaran sulfida ditutup dengan bahan
30
impermeable antara lain lempung, serta dihindari terjadinya proses pelarutan,
baik oleh air permukaan maupun air tanah.
Produksi air asam sulit untuk dihentikan sama sekali, akan tetapi dapat
ditangani untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan. Air asam diolah
pada instalasi pengolah untuk menghasilkan keluaran air yang aman untuk
dibuang ke dalam badan air. Penanganan dapat dilakukan juga dengan bahan
penetral, umumnya menggunakan batugamping, yaitu air asam dialirkan
melewati bahan penetral untuk menurunkan tingkat keasaman
Gambar 5.4 Reklamasi tambang pengaturan Drainase (Sabtanto Joko Suprapto, 2005)
31
Lahan bekas tambang tidak selalu dekembalikan ke peruntukan semula.
Hal ini tertgantung pada penetapan tata guna lahan wilayah tersebut.
Pekembangan suatu wilayah menghendaki ketersediaan lahan baru yang dapat
dipergunakan untuk pengembangan pemukiman atau kota. Lahan bekas
tambang bauksit sebagai salah satu contoh, telah diperuntukkan bagi
pengembangan kota Tanjungpinang (Gambar 5.5)
Gambar 5.5. Reklamasi lahan bekas tambang untuk pemukiman dan pengembangan
kota, Tanjungpinang, Bintan (Rohmana dkk., 2007)
32
Produksi tinggi
Relatif lebih aman
Ongkos penambangan per ton atau per bcm endapan mineral/bijh
lebi murah karena tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan
penerangan.
Kondisi kerjanya baik, karena berhubungan langsung dengan udara luar
dan sinar matahari.
Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa,
se hingga produksi bisa lebih besar.
Pemakaian bahan peledak bisa lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih
baik, karena di daerah yang terbuka.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari perbandingan kedua studi kasus tersebut, maka didapat suatu
kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Tambang terbuka (open pit mining) juga disebut adalah metoda
penambangan yang dipakai untuk menggali mineral deposit yang ada
pada suatu batuan yang berada atau dekat dengan permukaan.
34
5.1.2 Jenis metode tambang terbuka / Open pit terdiri berdasarkan ekstraksi
mekanis atas 4 (empat) macam antaranya open pit mine, quarry mine,
open cast, auger mine.
5.1.3 Pemilihan sistem penambangan di pengaruhi oleh beberapa faktor
antaranya kondisi hidrogeologi, konsidi geoteknik, karakteristik
endapan dan kondisi ekonomi
5.1.4 Tahap kegiatan penambangan Open pit terdiri atas 2 (dua) tahap
antaranya, tahap persiapan, dan tahap operasi penambangan.
5.1.5 Reklamasi dalam penanganan lahan bekas tambang dapat terbagi
menjadi 5 (lima) penanganan antaranya revegetasi, pengaturan
drainase, rekonstruksi tanah, penanganan air asam tambang, dan
penaganan tataguna lahan bekas tambang.
DAFTAR PUSTAKA
Hartman, H.L., 1987, Introductory Mining Engineering, John Wiley and Sons,
New York.
Herlina, 2004. Melongok Aktivitas Pertambangan Batu Bara Di Tabalong,.
Banjarmasin Post, Banjarmasin
Irwandy Arief, 2004. Tambang Terbuka, Teknik Pertambangan ITB, Bandung
Nurhakim, 2003, Tambang Terbuka, Teknik Pertambangan Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarbaru.
35
Sabtanto Joko Suprapto, 2006. Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek
Konservasi Bahan Galian, Pusat Sumber Daya Geologi. Bandung.
Suprapto, S.J., 2006. Pemanfaatan dan Permasalahan Endapan
Mineral Sulfida pada Kegiatan Pertambangan. Buletin Sumber Daya
Geologi. Vol. 1 No. 2.
36