Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN EKSKURSI PT.

TIMAH
(HARI KE-1 )

KELOMPOK 1

DELITA EGA ANDINI


PAULUS JANUAR BANGGUNG
RIRIN YULIANTI
YESSI DESTIANTY
RAHMA NORFAEDA
HERRY SETIA WAHYUDI

SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER REKAYASA PERTAMBANGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
HARI KE 1

Hari/Tanggal : Selasa, 3 januari 2017


Waktu : 08.00- selesai
Lokasi :
1. Kantor PT. Timah
2. Museum Timah Indonesia Pangkal pinang
3. Lahan reklamasi dan Tambang darat PT. Timah

A. PT. Timah,Tbk
Profil Singkat
PT TIMAH adalah perusahaan penghasil logam timah yang merupakan salah satu
perusahaan penambangan timah terintegrasi terbesar di dunia. PT TIMAH telah mengukir
sejarah panjang dalam usaha pertambangan timah di Indonesia. Kegiatan pertambangan PT
TIMAH telah dilakukan sejak abad ke-18, baru pada 1976 dibentuklah PT TIMAH ini.
Seiring dengan pertumbuhan PT TIMAH, pada 19 Oktober 1995, PT TIMAH mencatatkan
saham perdana di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten TINS. Komoditas pertama PT
TIMAH yang utama adalah logam timah, sementara produk-produk lainnya meliputi
produk spesifik berbasis timah (tin solder, tin chemical), batubara, dan jasa perkapalan.
PT TIMAH melakukan kegiatan penambangan di darat, yakni di Pulau Bangka dan
Pulau Belitung, dan di perairan Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Kundur,
Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai produsen timah kedua terbesar di dunia, PT TIMAH
melakukan penambangan timah yang terintegrasi sedemikan hingga mencakup kegiatan
eksplorasi, penambangan, pengolahan, peleburan, dan pemasaran. Sebelum kegiatan
penambangan dapat dimulai, terlebih dahuli dilakukan eksplorasi, yang merupakan
rangkaian aktivitas melakukan kajian dan analisis sistematis terhadap suatu wilayah.
Eksplorasi bertujuan untuk mengetahui dan mengukur jumlah cadangan bijih timah yang
terkandung di wilayah tersebut. Setelah dipastikan terdapat cadangan bijih timah dalam
jumlah yang cukup dan dapat dieksploitasi secara ekonomis, kegiatan penambangan
dilakukan. Dari kegiatan penambangan dan pemrosesan setelahnya, PT TIMAH
menghasilkan logam timah sebagai produk utama, dan juga beberapa mineral ikutan lain,
yakni zircon, ilmenite, monazite, dan xenotime.
Seluruh kegiatan penambangan timah yang dilakukan oleh PT TIMAH berlokasi di
dalam wilayah-wilayah yang telah ditentukan sebagai Izin Usaha Pertambangan (IUP).
Pada akhir tahun 2012 sampai 2015, luas total seluruh IUP yang dimiliki PT TIMAH
adalah 512.655 hektar. Rincian luasan IUP PT TIMAH di masing-masing kawasan
operasionalnya, beserta fasilitas produksi yang operasional per akhir 2012 dipaparkan pada
peta (Gambar 1) berikut.

Sumber: Laporan Tahunan Timah 2012


Gambar 1. Izin Usaha Pertambangan PT TIMAH

Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara geografis Propinsi Bangka Belitung terletak pada 050' - 410' LS dan 10450-
10930 BT, dengan batas-batas wilayah di sebelah Barat dengan Selat Bangka, di sebelah
Timur dengan Selat Karimata, di sebelah Utara dengan Laut Natuna, dan di sebelah Selatan
dengan Laut Jawa.
Lokasi tambang berjarak 47 km dari Kota Pangkalpinang ke arah Barat Laut dan
15 km dari Kota Sungailiat. Daerah cadangan timah ini terdapat banyak pemukiman
sehingga dengan kondisi tersebut terlihat bahwa lokasi tambang berada cukup dekat dengan
pemukiman penduduk.
Jalan-jalan menuju ke lokasi tambang tersebut sebagian besar di aspal. Jaringan jalan
yang berhubungan dengan Kota dan kecamatan memudahkan penduduk untuk melakukan
perjalanan. Jalan-jalan tersebut ada yang melewati pemukiman penduduk dan ada yang
tidak, karena objek produksi terletak pada daerah terpencil.

Sumber:
Laporan Tahunan PT TIMAH 2010
Gambar 2. Peta Wilayah Operasi
Status Kawasan Daerah

Seluruh kegiatan penambangan darat yang dilakukan PT TIMAH di Kepulauan


Bangka Belitung berlangsung di atas lahan yang telah disahkan oleh Pemerintah dengan
terbitnya Izin Usaha Pertambangan (IUP). Luas wilayah penambangan pada akhir tahun
2015 seluas 511.361 Ha. Sebagian besar IUP PT TIMAH di darat berada pada lahan
dengan status Kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) dengan luas 263 ribu hektar atau
sekitar 56%, lalu diikuti Kawasan Hutan Produksi dengan luas 98 ribu hektar atau sekitar
35% dari total luas lahan tambang darat. Selain itu, sekitar 8% atau 27,5 ribu hektar dari
luas wilayah IUP darat PT TIMAH adalah berupa hutan lindung dan sebanyak 1% atau
2.606 hektar lainnya merupakan hutan konservasi PT TIMAH.
Tabel 1. Luas Wilayah IUP PT TIMAH
LUAS WILAYAH IUP (HA)

JUMLA KAWASAN KAWAS KAWAS KAWASAN


LOKASI H IUP HUTAN AN AN AREAL
OPERASIONAL DARAT KONSERV HUTAN HUTAN PENGGUN
ASI LINDUN PRODU AAN LAIN
G KSI (APL)
Bangka 14 572 4.709 19.972 43.246
Bangka Barat 29 893,14 8.576,18 24.508,30 67.810,00
Bangka Tengah 7 1.039,36 2.529,89 8.383,46 15.118,47
Bangka Selatan 10 163,68 1.307,69 5.992,65 18.472,98
Belitung 7 - 2.093 3.914 9.856
Belitung Timur 15 - 1.093,79 5.207,50 26.632,45
Lintas Kabupaten 8 101,48 7.198,19 30.724,60 55.254,43
TOTAL 90 2.605,98 27.507,74 98.702,51 263.390,33
Prosentase 1% 8% 35% 56%
Sumber: Laporan Tahunan PT TIMAH 2015

B. Museum Timah Indonesia Pangkal pinang

Dahulu bangunan museum ini merupakan tempat tinggal para karyawan Bangka Tin
Winning (BTW). Pernah pula digunakan sebagai tempat diadakannya Perjanjian Roem-
Royen. Sebuah perjanjian antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 7 Mei 1949. Pada
waktu itu delegasi Indonesia diwakili oleh Mr. Moh. Roem. Sedangkan delegasi
Belanda diwakili oleh H.J. Van Royen. Hasil perjanjian tersebut hingga kini masih
tersimpan dengan rapi di museum ini sebagai bukti sejarah Indonesia.

Museum Timah sendiri berdiri pada tahun 1958. Di awal berdirinya, museum ini
hanya mencatat sejarah pertimahan Bangka-Belitung oleh karyawan BTW agar
masyarakat luas bisa mengenal. Namun saat resmi dibuka untuk umum pada tanggal 2
Agustus 1997 oleh PT. Timah Tbk, koleksi di museum ini semakin lengkap. Tersimpan
sejarah proses penambangan timah dari alam hingga pengolahan secara tradisional
maupun modern, baik berupa dokumen maupun foto-foto yang menjadi koleksi
museum ini.
Gambar 3. Tampak Depan Museum Timah Pangkalpinang

Pada tanggal 2 Agustus 1997, PT. Timah, Tbk., menjadikan Museum Wisama
Budaya menjadi Museum Timah Indonesia dengan mengkhususkan koleksinya pada
sejarah penambangan timah di pulau Bangka. Museum Timah Indonesia merupakan
salah satu Cagar Budaya Kota Pangkalpinang (Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor : PM.13/PW.007/MKP/2010, tanggal 8 Januari 2010) dan dilindungi
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Berikut beberapa koleksi museum timah Pangkalpinang :

Sumber : dokumentasi pribadi


Gambar 4. Prasasti kota kapur
Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 5. Granit

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 6. Replika kapal keruk


Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 7. Hasil olahan timah

C. Reklamasi PT. Timah


Karakteristik lahan reklamasi adalah sebagian besar biji timah ditemukan pada deposit
alluvial dan operasi penambangan dilakukan dengan dua metode yang menggunakan air
untuk memisahkan timah secara mekanis dari tanah yang mengandung timah. Hal ini
menyebabkan tanah menjadi terbagi dua, yaitu pasir (sand) dan lumpur (slime), karena itu
lahan bekas penambangan timah (tailing) dikategorikan menjadi sand tailing dan slime
tailing (Tanpibal dan Sahunalu, 1989). Sand tailing bertekstur sangat kasar dan
memperlihatkan tidak adanya perkembangan profil dan agregasi (Gambar 8a). Slime tailing
terutama terdiri dari mineral dan tanah yang sangat halus (silt dan clay), serta memiliki

struktur lempeng (Gambar 8b).


Sumber : Ismed Inonu dalam paper Pengelolaan Lahan Tailing Timah di Pulau Bangka
Gambar 8. Jenis - Jenis Lahan Bekas Tambang Timah (a) Tailing Pasir (b)
Tailing Lumpur.

PENGELOLAAN LAHAN REKLAMASI DAN REVEGETASI PT TIMAH

Penataan Lahan

Pada tahap awal kegiatan reklamasi lahan di lapangan awal, rekonstuksi lahan
dan manajemen top soil perlu dilakukan. Pada kegiatan ini, lahan yang masih belum
rata harus terlebih dahulu ditata dengan penimbunan kembali (backfilling) dengan
memperhatikan jenis dan asal bahan urugan, ketebalan dan ada tidaknya sistem
aliran air (drainase) yang kemungkinan terganggu (Rahmawaty 2002).
Pengembalian lapisan top soil yang relatif subur dengan menghamparkan dan
meratakannya di atas overburden atau tailing pasir (Ward 2000; Jasper 2002).
Pembenahan tanah (soil amandment) dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik
dan kimia lahan tailing. Ang (1994) menemukan suksesi secara alami pada restorasi
tailing pasir timah tanpa adanya campur tangan manusia dapat membutuhkan waktu
yang lama. Dengan sejumlah karakterisitik yang tidak sesuai, kemajuan restorasi
alami dari kesuburan tanah lambat. Selama 20 tahun, level kesuburan tanah hanya
mencapai seperlima dari kesuburan tanah yang tidak tergangggu.
Penelitian Hanura (2005), pemberian kompos 200 ton/ha pada tailing pasir
dan tailing lumpur cenderung memberikan pengaruh terbaik terhadap sifat-sifat
kimia bahan tailing. Dari penelitian Santi (2005) diperoleh kesimpulan bahwa
perbaikan tailing dengan overburden dan kompos dapat meningkatkan pertumbuhan
nilam. Komposisi media terbaik yaitu 50% tailing, 30% overburden dan 20%
kompos. Menurut hasil penelitian Khodijah et al. (2007), bahan pencampur kompos
lebih baik dibandingkan top soil di pertumbuhan awal jarak pagar (Jatropha curcas
L.) pada media tanam tailing timah. Perbandingan tailing dan kompos terbaik yaitu
1:2.

Penataan Cover Crop


Upaya revegetasi overburden di bekas tambang timah diawali dengan
memperbaiki kualitas tanah dan meminimalkan tingkat erosi tanah (Gambar
8). Teknologi yang dipilih harus tepat guna yaitu mudah, murah, efektif, dan
efisien seperti penggunaan tanaman penutup tanah terutama dari famili legum
(legume cover crops/LCC) dan aplikasi mikoriza atau rhizobium. Legume
cover crops (Gambar 9) selain berfungsi sebagai pelindung tanah dari butiran
hujan dan aliran permukaan, juga berperan dalam meningkatkan bahan
organik dalam tanah (sebagai pupuk hijau maupun mulsa). Legum lebih sesuai
untuk dijadikan tanaman penutup tanah, karena dapat menambah nitrogen
tanah dan perakarannya tidak memberikan kompetisi yang berat terhadap
tanaman pokok. Desain teknis penanaman cover crop dapat dilihat pada
Gambar 9 di bawah ini.
Sumber : Dokumen PT Timah
Gambar 9. Desain Penanaman Cover Crop
Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 10. Cover Crop

Revegetasi Penanaman Tanaman Utama


Tahap terakhir dari kegiatan reklamasi lahan tambang adalah revegetasi.
Revegetasi adalah usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas
tambang (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Departemen Kehutanan 1997). Menurut Setiadi (2006), tujuan dari revegetasi
adalah mencakup re-establishment komunitas tumbuhan asli secara
berkelanjutan untuk menahan erosi dan aliran permukaan, perbaikan
biodiversitas dan pemulihan estetika lanskap. Pemulihan lanskap secara
langsung menguntungkan bagi lingkungan melalui perbaikan habitat satwa
liar, biodiversitas, produktivitas tanah dan kualitas air.
PT. TIMAH selaku perusahaan pertambangan timah utama di Indonesia
menggunakan tanaman fast growing spesies pohon multiguna (Multipurpose
Tree Species, MPTS) untuk revegetasi dengan spesies. Pemilihan jenis
tanaman yang ditanam didasarkan pada adaptabilitas, cepat tumbuh, teknik
silvikultur diketahui, ketersediaan bahan tanaman, serta dapat bersimbiosis
dengan mikroba (Rahmawaty 2002). Tanaman yang dipilih berupa spesies
yang cepat tumbuh, resisten terhadap kekeringan, dan mampu tumbuh pada
tanah yang miskin unsur hara (ITTO 2002 dalam Nurtjahya 2003).
Tanaman fast growing species selama lebih tiga tahun tumbuh, hasilnya
dapat dilihat pada Gambar 13. Pada tahun ke 5 biasanya tanaman local mulai
ditanami sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal seperti tanaman
perkebunan dan tanaman buah diantaranya karet, kelapa sawit, jambu mete,
mahoni, jarak pagar.
Berikut beberapa tanaman reklamasi yang dapat diamati dilapangan :

Sumber : dokumentasi pribadi


Gambar 10. Cemara laut
Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 11. Nenas

Sumber : dokumentasi pribadi


Gambar 12. Pisang
Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 13. Buah naga

Sumber : dokumentasi pribadi


Gambar 14. Labu kuning
Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 15. Lahan Reklamasi PT. Timah

D. Tambang Darat

Kegiatan Penambangan Timah


Salah satu proses penambangan timah yang dilakukan PT TIMAH yaitu penambangan
timah darat dengan tambang semprot. Penambangan timah darat merupakan proses
penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump). Penambangan
timah di darat dilakukan dengan sistem tambang semprot, tambang dalam dan kapal keruk
darat (Sujitno 2007). Proses penambangan di daratan dilakukan dengan tahapan
pengupasan, penyemprotan dan pencucian.
Pengupasan, ini merupakan kegiatan pembongkaran lapisan tanah atau batuan induk yang
tidak mengandung bijih timah (OB) yang dapat mencapai kedalaman tertentu. Lapisan
tanah yang dikupas terdiri atas:
a) Top soil (tanah pucuk) yang telah mengalami pelapukan sehingga merupakan media
tumbuh yang baik bagi tanaman.
b) Bahan induk tanah yangbelum mengalami pelapukan.

Sumber : dokumentasi pribadi


Gambar 16. Proses Pengupasan Batuan Induk

Poin poin diskusi


o Jarak tambang ke pencucian 400 meter
o Pengelolaan air dengan system tertutup
o Umur tambang 7 tahun dari 2009 sekarang. Masih dilakukan tahap pemboran
eksplorasi sampai saat ini.
o Untuk top soil ada sebagian dilakukan pemeliharaan namun namun sebagian hilang
karena penambang liar.
o Tanah yangbanyak mengandung timah berwarna merah
o Kemiringan bench 60 % batuan fresh/batuan merah. Sedangkan untuk tanah alluvial
45 %
Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 17. Bench Penambangan Darat

Sumber : dokumentasi pribadi


Gambar 18. Sump
Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 19. Pit Tambang Darat

Tanah yang mengandung timah dibawa dari stockpile masuk ke instalasi pencucian.
Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu meningkatkan kadar
kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari tambang dengan penambangan atau
pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan dengan air atau washing dan kemudian diisap
dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan biasanya mengandung 20 30 % timah.
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral maka kadar kandungan timah menjadi lebih
dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil penambangan darat biasanya mengandung kadar
timah yang sudah cukup tinggi >60%.
Pada instalasi pencucian dilakukan kegiatan berikut:
Pencucian, kegitan ini bertujuan untuk membongkar atau melarutkan tanah / batuan yang
mengandung bijih timah sehingga berubah menjadi lumpur. Lumpur yang mengandung
bijih timah ini kemudian dipompa / dialirkan ke instalasi pencucian (disebut palong atau
sakhan).
Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 20. Instalasi Pencucian

Penyemprotan, kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan bijih timah dari bahan lainnya.
Pemisahan ini menggunakan system gravitasi dimana bijih timah dengan berat jenis 7,2
gr/cm3 akan lebih dahulu mengendap, disusul dengan pasir kasar (tailing) dan kerikil
dengan berat jenis 2 4 gr/cm3 dan yang terakhir mengendap adalah lumpur (slime).

Sumber : dokumentasi pribadi


Gambar 21. Tailing pencucian
Pengeringan, Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah
dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah tengah rotary dryer dengan cara
mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar (diesel).

Sumber : dokumentasi pribadi


Gambar 22. Rotary dryer

Sumber : dokumentasi pribadi


Gambar 23. Tempat Pengeringan

Anda mungkin juga menyukai