Anda di halaman 1dari 18

konflik sosial

Konflik perbatasan di Riau dengan Jambi, sekolah dibakar massa

Reporter : Abdullah Sani | Selasa, 21 Oktober 2014 02:18

Merdeka.com - Konflik di perbatasan antara Provinsi Riau dengan Jambi yang


berada di Desa Alim, Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu)
dengan Desa Balairajo, Kecamatan VII Koto Ilir, Kabupaten Tebo (Jambi) kembali
terjadi. Satu unit bangunan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang terletak
di Dusun V dibakar massa. Sekolah itu terletak di wilayah Jambi.

Peristiwa pembakaran bangunan sekolah PAUD terjadi Jumat (17/10) sekitar pukul
23.00 WIB malam lalu. Peristiwa ini berawal dari adanya pekerjaan box culvert yang
akan dilaksanakan oleh Pemkab Tebo di wilayah Dusun V. Wilayah itu saat ini sudah
menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Tebo berdasarkan Permendagri No 33 tahun
2013 tentang perbatasan Riau dengan Jambi.

Rencana pembangunan box culvert tersebut sempat diprotes oleh Kepala Dusun V
Hamidi. Dia mengklaim wilayah Dusun V tersebut masih bagian dari Desa Alim,
Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Inhu, Provinsi Riau. Hamidi meminta
persoalan batas antara kedua provinsi perlu ditinjau kembali.

Hanya saja penolakan Hamidi tersebut membuat sejumlah massa yang diduga
berasal dari Desa Balairajo marah dan menyerang kediaman Hamidi. Tetapi karena
Hamidi tidak berada di rumah, massa melampiaskan kemarahannya dengan
membakar sekolah PAUD yang berada di depan rumah Hamidi.

Peristiwa ini juga dibenarkan Kepala Bagian Administrasi Tata Pemerintahan


Setdakab Inhu, H Hendry Yasnur ketika dikonfirmasi, Senin (20/10). "Benar, ada
peristiwa pembakaran terhadap bangunan PAUD di Dusun V yang saat ini sudah
menjadi bagian dari Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Berdasarkan informasi terakhir,
saat ini situasi di perbatasan Desa Alim dan Desa Balairajo sudah kondusif, ujarnya.

Tidak ada korban jiwa akibat pembakaran bangunan sekolah PAUD semi permanen
yang sebelumnya berada di wilayah Desa Alim, Kecamatan Batang Cenaku,
Kabupaten Inhu, Provinsi Riau. Namun pembakaran ini sempat membuat
masyarakat di perbatasan Riau dan Jambi memanas.
bencana alam

Bandara Sam Ratulangi Sementara Ditutup, Akibat Meletusnya


Gunung Lokon !
Smeaker.com- Bencana alam gunung meletus kembali melanda Tanah Air Indonesia. Gunung
Lokon yang terletak di kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara meletus Sabtu, 29 Agustus 2015
malam pukul 23.48 WITA.

Akibat letusan Gunung Lokon, Bandara Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara terpaksa harus
ditutup. Rencana penutupan hingga pukul 09.00 WITA, Minggu. Semburan abu vulkanik
Gunung Lokon menyebabkan jarak pandang tidak bisa terlalu jauh. Sehingga aktivitas
penerbangan dihentikan sementara.

Humas PT Angkasa Pura I, Ilham Sakti mengatakan jika penutupan tersebut terpaksa dilakukan.
Jika kegiatan penerbangan tetap dibuka maka akan berdampak buruk.

Kondisi alam sedang tidak memungkinkan jika Bandara Sam Ratulangi harus dibuka pagi ini.
Tapi pihak PT Angkasa Pura akan mencoba membuka kebali pukul 09.00 WITA.

Saat ini penumpang masih menunggu di Bandara Samrat. Mereka paham atas pembatalan
penerbangan sementara waktu karena kejadian alam yang tidak bisa dihindari.

Beberapa pesawat yang melakukan penerbangan ke Manado tadi malam sudah mendarat. Tetapi
tak lama kemudian semburan abu vulkanik Gunung Lokon kembali terjadi.

Gunung Lokon merupakan salah satu gunung api yang masih aktif di Tomohon. Pada Sabtu, 29
Agustus 2015 sekitar pukul 23.38 WITA, kembali meletus dan mengeluarkan material debu
vulkanik dengan ketinggian 1.500 meter kea rah timur hingga utara.

Sebelum Gunung Lokon meletus telah terjadi peningkatan aktivitas vulkanik. Terhitung sejak
Jumat 28 Agustus mulai pukul 18.00-24.00 WITA.

Rupanya Gunung Lokon telah mengalami erupsi dua kali pada tahun 2015 ini. Pada tanggal 20
Mei 2015, Gunung Lokon mengeluarkan material vulkaniknya.

Yang mana abu vulkanik tertiup dari arah barat laut hingga utara. Erupsi tersebut terjadi sekitar
pukul 15.20 WITA dengan ketinggian debu saam seperti yang terjadi kemarin yaitu 1.500 meter.
Tidak berselang lama, sebelumnya di tahun 2014, bulan September juga terjadi erupsi. Erupsi
Gunung Lokon terjadi pada pukul 03.00 WITA. Akibat letusan ini beberapa desa tertutup abu.

Kerusakan Ekosistem Laut di Pangkep


Semakin Mengkhawatirkan
Rabu, 15 Juli 2015 | 04:49 WIB

Penyelam mengambil kerangka laba-laba untuk penanaman bibit terumbu karang di wilayah
daerah perlindungan Laut pulau Badi, Kepulauan Pangkep, Sulsel, 18 April 2015. TEMPO/Iqbal
Lubis

TEMPO.CO , Makassar: Kerusakan ekosistem laut di perairan Kabupaten Pangkep, Sulawesi


Selatan, semakin mengkhawatirkan. Kondisi terumbu karang di perairan daerah itu kebanyakan
sudah tidak sehat. Hal tersebut dipicu aktivitas pencurian ikan (illegal fishing) yang terus terjadi.
Kepolisian telah berusaha melakukan penindakan, tapi tindak pidana perusakan lingkungan itu
masih terus terjadi.

Menurut Kepala Kepolisian Resort Pangkep, Ajun Komisaris Besar Moh Hidayat, tinggal sekitar
20 persen terumbu karang yang masih bagus. Sisanya sudah rusak karena illegal fishing.

"Aktivitas illegal fishing di Pangkep dengan berbagai cara sudah sangat mengkhawatirkan. Itu
tidak boleh dibiarkan terus terjadi," kata Hidayat di Markas Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi
Selatan dan Barat, Selasa, 14 Juli.

Hidayat menambahkan, dalam dua bulan terakhir, pihaknya berhasil mengungkap sembilan
kasus illegal fishing dan mengamankan puluhan orang yang diduga terlibat. Modus para pelaku
disebutnya amat beragam antara lain penggunaan bom ikan, pukat harimau dan kompresor
untuk menangkap ikan.

"Tapi semuanya bermuara pada perusakan ekosistem laut bila terus dibiarkan," ucapnya.

Dalam berbagai pengungkapan kasus illegal fishing, Hidayat menyatakan prihatin karena
banyak pelakunya yang merupakan anak di bawah umur. Karena itu, pihaknya hanya memproses
pelaku yang sudah dewasa. Namun, Kepolisian tetap memberikan pembinaan bagi masyarakat,
khususnya nelayan yang terus melakoni cara penangkapan ikan yang ilegal.

Kepala Subdit Penegakan Hukum Direktorat Polair Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan
dan Barat, Ajun Komisaris Besar Aidin Makadomo, mengatakan pihaknya terus mengintensifkan
patroli dan operasi penegakan hukum atas penangkapan ikan secara ilegal. Selain di Pangkep,
aktivitas serupa kerap ditemui di Selayar dan Bone.

Kepolisian, menurut Aidin, tidak sekadar menggalakkan penegakan hukum, melainkan juga
sosialisasi dan imbauan kepada masyarakat, khususnya nelayan. Ia mengatakan selalu
mengingatkan agar para nelayan menangkap ikan dengan cara yang ramah lingkungan. "Jangan
sampai malah merusak ekosistem maupun biota laut," ucap Aidin.

Indonesia masuk masa krisis pangan

Senin, 25 Mei 2015 14:14


Indonesia dinilai masuk masa krisis karena impor pangan selama 10 tahun terakhir meningkat
prosentase 346 persen. Demikian dikatakan Guru Besar Fakultas Pertanian IPB, Dwi Andreas
Santosa dalam diskusi pangan kuta di Cikini, Jakarta, Senin (25/5).

Kondisi ini diikuti lonjakan harga beras di Januari 2015 karena stok beras dalam negeri terendah
selama 3 tahun belakangan ini. Andreas mengatakan, berdasarkan catatan stok beras awal Januari
2013 mencapai 7,4juta ton lalu turun 6,5juta ton, Jan 2015 hanya 5,5juta ton. "Ada masalah
serius terkait pangan," tegasnya.

Andreas menambahkan, banyak target seperti Januari 2014 saat itu pemerintah menargetkan stok
beras harus meningkat 8 persen, namun nyatanya terjadi penurunan produksi 0,63%. "Terdapat
perbedaan target dengan fakta produksi yang terjadi," ujarnya, seperti dilaporkan Reporter
Elshinta, Dewi Rahmawati.

Menurut Andreas, ada masalah manajemen pangan di Indonesia terutama persoalan data yang
amburadul. Ia mencontohkan, jika berdasarkan data produksi beras nasional 43 juta ton pada
2014, konsumsi beras 103 ribu kilogram per tahun per kapita. "Konsumsi itu luar biasa paling
tinggi di dunia," katanya.

Seharusnya dari data itu, tambah Andreas, Indonesia mengalami surplus. "Dengan konsumsi 124
kg per tahun saja, mestinya kita surplus hampir 10 juta ton," tandasnya.

Liputan6.com, Bengkulu - Kemarau panjang menyebabkan kekeringan di Kabupaten Bengkulu


Tengah, Provinsi Bengkulu, sejak 4 bulan lalu. Akibatnya fatal, 104.797 warga yang tinggal di 10
kecamatan mengalami krisis air bersih.

Sumur sebagian warga sudah tidak berisi air. Jika pun ada, airnya sudah bercampur lumpur dan
bau tak sedap. Aliran Sungai Air Bengkulu yang melintasi sebagian wilayah kabupaten itu juga
sudah tidak bisa diandalkan. Selain dangkal, kualitas air sudah tidak layak dikonsumsi.
Satu-satunya harapan masyarakat adalah aliran air PDAM Tirta Rafflesia milik pemerintah
setempat. Namun, aliran air ini hanya bisa dinikmati sebagian kecil warga.

Bupati Bengkulu Tengah Ferry Ramli menyatakan kondisi kekeringan saat ini sangat luar biasa.
Namun, pemerintah kabupaten yang bersebelahan dengan Kota Bengkulu dan Kabupaten
Bengkulu Utara itu berupaya menyuplai kebutuhan air masyarakat.

"Kita berupaya sekuat tenaga dengan mengerahkan mobil Badan Penanggulangan Bencana
Daerah dan mobil Pemadam Kebakaran untuk menyuplai air langsung kepada masyarakat, setiap
hari 30.000 hingga 50.000 liter air kami suplai langsung ke setiap desa," tegas Ferry saat
menyalurkan air gratis di Desa Tengah Padang Kecamatan Talang Empat, Senin 21 September
2015.

Home

News

Peristiwa

104 Ribu Warga Bengkulu Dilanda Krisis Air


Bersih
By Yuliardi Hardjo Putro

on 22 Sep 2015 at 07:08 WIB

38Shares
/

Facebook

Twitter

Google+

Email

Copy Link
Warga Kabupaten Bengkulu Tengah mengalami krisis air bersih terpaksa antri untuk
mendapatkan air gratis dari pemerintah setempat (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Bengkulu - Kemarau panjang menyebabkan kekeringan di Kabupaten Bengkulu


Tengah, Provinsi Bengkulu, sejak 4 bulan lalu. Akibatnya fatal, 104.797 warga yang tinggal di 10
kecamatan mengalami krisis air bersih.

Sumur sebagian warga sudah tidak berisi air. Jika pun ada, airnya sudah bercampur lumpur dan
bau tak sedap. Aliran Sungai Air Bengkulu yang melintasi sebagian wilayah kabupaten itu juga
sudah tidak bisa diandalkan. Selain dangkal, kualitas air sudah tidak layak dikonsumsi.

Satu-satunya harapan masyarakat adalah aliran air PDAM Tirta Rafflesia milik pemerintah
setempat. Namun, aliran air ini hanya bisa dinikmati sebagian kecil warga.

Bupati Bengkulu Tengah Ferry Ramli menyatakan kondisi kekeringan saat ini sangat luar biasa.
Namun, pemerintah kabupaten yang bersebelahan dengan Kota Bengkulu dan Kabupaten
Bengkulu Utara itu berupaya menyuplai kebutuhan air masyarakat.

"Kita berupaya sekuat tenaga dengan mengerahkan mobil Badan Penanggulangan Bencana
Daerah dan mobil Pemadam Kebakaran untuk menyuplai air langsung kepada masyarakat, setiap
hari 30.000 hingga 50.000 liter air kami suplai langsung ke setiap desa," tegas Ferry saat
menyalurkan air gratis di Desa Tengah Padang Kecamatan Talang Empat, Senin 21 September
2015.
Warga Kabupaten Bengkulu Tengah mengalami krisis air bersih terpaksa antri untuk
mendapatkan air gratis dari pemerintah setempat (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Tarmizi, warga Desa Pulau Beringin Kecamatan Pondok Kelapa, mengaku terpaksa
memanfaatkan air keruh, meski untuk berwudu. Sedangkan untuk keperluan sehari-hari, jika
tidak ada bantuan air gratis dari pemerintah, mereka terpaksa mengangkut air dari sumur di tepi
pantai yang digali secara swadaya. Itu pun dalam kondisi payau atau sedikit asin.

"Kondisi alam memang memaksa kami untuk hidup begini, berwudu dengan air kotor dan
mengangkut air dari pantai. Hanya itu yang bisa kami lakukan sambil menunggu rahmat Tuhan
berupa hujan," terang Tarmizi.

Direktur PDAM Tirta Rafflesia Siti Yuningsih menyatakan, 3.300 pelanggan PDAM saat ini
terpaksa tidak bisa menerima layanan air secara maksimal. Debit air yang dialirkan ke rumah
warga sudah tidak bisa maksimal.

Dari 5 daerah tangkapan air, kata dia, hanya 2 yang masih bisa mengalir yaitu dari wilayah Taba
Penanjung dan Datar Lebar yang berada di kaki Bukit Daun. Sedangkan 3 wilayah lain yaitu
Pondok Kelapa, Lagan Bungin dan Kembang Seri tidak ada air yang bisa dialirkan sama sekali.

"Setiap hari kami harus melayani setidaknya 15 desa untuk dibagikan air gratis, sebab aliran
melalui pipa ke rumah warga sudah tidak bisa diandalkan lagi," tegas Siti. (Bob/Rmn)

Indonesia di Ambang Krisis Energi

KATADATA Asosiasi produsen minyak, Indonesian Petroleum Association (IPA), mengatakan


dari hari ke hari ancaman krisis energi buat Indonesia semakin nyata. Selisih antara permintaan
energi yang tinggi dan pasokan produksi minyak di dalam negeri kian besar.

Direktur Eksekutif IPA Dipnala Tamzil mengatakan permintaan energi pada 2010 adalah 3,3 juta
barrel oil equivalent per day (boepd). Pada 2025, permintaan energi diperkirakan meningkat
menjadi 7,7 juta boepd. Sebaliknya, pasokan energi--terutama dari minyak dan gas--relatif
stagnan. "Permintaan energi itu dalam semua bentuk, seperti minyak, gas, dan batu bara.
Proporsi energi dari migas sebesar 47 persen," katanya seperti dikutip di Koran Tempo, Rabu
(6/5).

Menurut Dipnala, saat ini ada gejala krisis energi di Indonesia. Tahun ini diperkirakan Indonesia
kekurangan pasokan minyak dan gas sebesar 2,4-2,5 juta boepd. "Kalau tidak ada penemuan
cadangan baru, 11-12 tahun lagi selesailah. Indonesia akan kehabisan oil and gas dan jadi net
importer," ujarnya.

Berdasarkan perhitungan IPA, rasio kecukupan yang ideal seharusnya 100 persen. Artinya 100
persen produksi keluar, 100 persen cadangan baru masuk. "Tapi, dengan produksi 47 persen,
berarti ini sudah menggerogoti cadangan energi. Lama-lama habis," kata Dipnala.
Di sisi lain, penemuan cadangan minyak baru juga butuh waktu relatif lama, yakni sepuluh
tahun, dari eksplorasi hingga produksi.

Masyarakat akan 'mulai merasakan dampak perubahan iklim'

Masyarakat sebentar lagi akan merasakan dampak merugikan perubahan iklim, menurut seorang
ahli ekonomi terkemuka.

Profesor Richard Tol dari Sussex University, Inggris, memperkirakan dampak negatif pemanasan
global akan melampaui dampak positifnya bila terjadi peningkatan suhu sampai 1,1 derajat
celsius - yang sebentar lagi tercapai.

"Banyak orang berpendapat kalau sedikit pemanasan mungkin menguntungkan bagi manusia,
bila diukur berdasarkan laba bersih dalam dolar, tetapi pemanasan yang lebih tinggi akan
merugikan," kata Profesor Tol kepada BBC.

Ketika ditanya apakah masyarakat telah sampai pada titik ketika konsekuensi perubahan iklim
mulai melebihi manfaatnya, dia membalas "Iya. Dalam komunitas akademik, ini bukan temuan
kontroversial."

Menurut Tol, diskusi soal dampak peningkatan temperatur di bawah 2 derajat celsius tidak
relevan karena bumi kemungkinan akan memanas 3-5 derajat celsius. Hal ini akibat para politisi
tak akan rela atau mampu melakukan penghematan yang dibutuhkan demi mempertahankan
peningkatan suhu di bawah 2 derajat celsius.

Dia mengatakan peningkatan sampai 4 derajat celsius akan bisa diatasi oleh Eropa dan negara
lain yang cukup kaya untuk menanggung biaya yang dibutuhkan untuk adaptasi. Cara terbaik
mengatasi perubahan iklim, katanya kepada BBC, ialah memaksimalkan pertumbuhan ekonomi.

Image copyright AFP Image caption Gejala perubahan iklim mulai dirasakan warga dunia.

<span >Mengelola ekosistem

Profesor ilmu bumi dari Exeter University Tim Lenton mengatakan, perkiraan Tol sangat
optimistis.

"Daratan di Eropa tengah akan lebih hangat dari rata-rata 4 derajat ceslius, yang berpotensi
mengubah pola musim di sepanjang Eropa.

"Kita akan kehilangan lapisan es di Arktik pada musim panas, dan lapisan itu akan jauh lebih
tipis pada musim dingin.

"Kami telah menemukan kaitan perubahan pola cuaca dan distribusi aliran sungai.

"Kita lalu berspekulasi kekeringan di Mediteranea akan mendorong... perpindahan manusia.


Wajah Eropa akan sangat berbeda."
Johan Rockstrom, direktur di pusat penelitian ketahanan lingkungan di Stockholm University,
memperingatkan peningkatan suhu global di atas 2 derajat celsius akan berisiko memicu dampak
yang tak dapat diperbaiki."

"Penyebab kenaikan suhu sampai 6 derajat celsius bukan emisi karbon, melainkan respon
biosfer. Akankah kita dapat mempertahankan cadangan karbon di tanah permafrost, hutan hujan,
dan hutan boreal, lahan basah, dan daerah pesisir? Karena di situlah penyimpanan terbesarnya."

"Kita menghasilkan emisi sembilan gigaton karbon per tahun dari bahan bakar fosil, namun
terdapat 100 gigaton tersimpan di bawah tundra Siberia. Ada berkali-kali lipat simpanan karbon
yang lebih besar di topsoil atau tanah tropis, atau di bawah es di Arktik"

"Bila kita tidak mengelola ekosistem dengan baik, ia dapat menusuk kita dari belakang."

Waspadai Keserakahan dan Perusakan Alam


Red: Agung Sasongko
Antara

Oleh: Muslimin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana asap yang menerpa di berbagai wilayah, terutama


di Sumatra, di antaranya karena ulah keserakahan manusia. Keserakahan manusia untuk terus-
menerus mengeksploitasi sumber daya alam.

Termasuk, membakar lahan dengan cara tak bertanggung jawab, telah berdampak pada kerugian
material dan nonmaterial yang tidak sedikit. Di sisi lain, upaya untuk mengatasi bencana asap ini
belum juga menemukan titik terangnya.

Padahal, Allah SWT telah mengingatkan dalam Alquran bahwa, "Telah tampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS ar-Rum [30]: 41).

Terkadang, ketika manusia berinteraksi dengan sesama manusia, hewan, dan alam semesta,
sering kali lupa akan tugas dan kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi untuk menjaga
keseimbangan ekosistem kehidupan di muka bumi. Sebab itu, Allah SWT mengingatkan manusia
untuk memperlakukan apa saja yang ada di bumi dengan baik.

Penyakit serakah pada dasarnya bermuara dari sikap hidup berlebih-lebihan dalam penggunaan
harta benda dan kekayaan alam, tanpa memikirkan kehidupan selanjutnya di masa depan.
Keserakahan tidak hanya merugikan sesama manusia, tetapi juga dapat mengancam
keseimbangan ekosistem alam.
Oleh karenanya, ajaran Islam mengingatkan manusia untuk memperlakukan alam dengan sebaik
mungkin. Hal ini terlihat ketika tentara Muslim memasuki sebuah wilayah yang ditaklukkan.
Salah satu larangan tegas yang dilarang adalah menebangi pohon tanpa ada alasan yang benar.
Peristiwa ini memperlihatkan Islam adalah agama yang ramah terhadap lingkungan.

Berbagai upaya pelestarian alam harus dilaksanakan oleh setiap Muslim yang menaati perintah
agamanya. Tentunya, setiap perilaku yang menyebabkan kerusakan di muka bumi harus dilarang
dan dicegah. Sebab, dalam Alquran surah Ali-Imran ayat 104 dikemukakan, "Dan hendaklah ada
di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf
dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung."

Mengajak kepada yang ma'ruf (pelestarian alam) dan mencegah tindakan yang mungkar
(perusakan alam) merupakan perintah Allah SWT kepada umat Islam. Dalam kehidupan sosial
bermasyarakat sekarang ini, umat Islam diharuskan berperan aktif menjadi agen-agen pelestarian
alam, baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat Muslim yang lebih luas.

pengangguran

Liputan6.com, Jakarta - Perlambatan ekonomi mengakibatkan jumlah


pengangguran di negara ini kian bertambah. Dalam catatan Badan Pusat Statistik
(BPS), angka pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu orang selama setahun
dari Februari 2014 sampai Februari 2015.

Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, angkatan kerja Indonesia pada bulan kedua
ini sebanyak 128,3 juta orang atau meningkat 6,4 juta orang dibanding Agustus
2014. Sedangkan dibanding Februari tahun lalu, bertambah sebanyak 3 juta orang.

"Sayangnya angka pengangguran bertambah 300 ribu orang menjadi 7,45 juta
orang pada Februari 2015 dari realisasi periode sama tahun lalu sebanyak 7,15 juta
orang," terang dia saat Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I di
kantornya, Jakarta, Selasa (5/5/2015).

Penyebabnya, Suryamin mengaku karena perlambatan ekonomi Indonesia sehingga


terjadi peningkatan pengangguran. BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada kuartal I tahun ini sebesar 4,71 persen atau melambat dibanding
triwulan I 2014.

Dari data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) didominasi penduduk


berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMK) sebesar 9,05 persen, lalu disusul pada
jenjang Sekolah Menengah Atas 8,17 persen, dan Diploma I/II/III sebesar 7,49
persen. Sedangkan TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah
dengan prosentase 3,61 persen di periode Februari 2015.

Selama setahun terakhir TPT yang mengalami peningkatan yakni penduduk dengan
pendidikan SMK 1,84 poin, Diploma I/II dan III sebesar 1,62 poin dan Universitas
1,03 poin. (Fik/Ndw)

Kemiskinan Masyarakat Pesisir

Beberapa permasalahan teknis yang menghambat kesejahteraan nelayan, antara


lain sebagian besar masih nelayan tradisional dengan karakteristik sosial budaya
yang belum kondusif. Kemudian, struktur armada penangkapan yang masih
didominasi usaha kecil/tradisional dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang rendah. Dari jumlah itu, hanya 4.487 unit kapal yang tergolong
modern, sedangkan 241.889 unit kapal ikan masih berupa perahu tanpa motor.
Selanjutnya, ada ketimpangan pemanfaatan ikan di 80% perairan Pantai Utara Jawa
dan di laut dangkal.

"Konsekuensinya, banyak yang telah mengalami over fishing (tingkat pemanfaatan


rendah) atau menjadi ajang pencurian ikan," ujar Ferry Joko Juliantono, saat promosi
doktor bidang Sosiologi yang digelar di Gedung M Departemen Administrasi FISIP UI,
Depok, Selasa (16/6/2015).

Dalam disertasinya berjudul Dinamika Relasi dan Struktur dalam Reproduksi


Kemiskinan Masyarakat Nelayan: Studi atas Masyarakat Nelayan di Desa Teluk,
Labuan, Banten, dia mengungkapkan, realitas masyarakat nelayan masih memiliki
karakteristik sendiri yang bukan hanya terdiri dari struktur dan kultur
masyarakatnya. Realitas sosial masyarakat nelayan telah membagi formasi sosial
maupun struktur sosial nelayan menjadi dua kategori, yaitu nelayan tradisional dan
nelayan modern.

Kategorisasi nelayan tradisional dan modern ini luput dari pertimbangan


pemerintah dalam memformulasikan kebijakan yang mengatur masyarakat nelayan.
Khususnya, di era Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang baru pada
Pemerintah Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor
2/Permen-KP/2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela
dan pukat tarik yang kemudian direspon oleh nelayan dalam bentuk protes.

Masalahnya, kata Ferry, peraturan menteri itu bukan hanya membatasi penggunaan
pukat. Tetapi berpotensi terhadap hilangnya mata pencaharian nelayan tradisional
yang sangat bergantung pada penggunaan peralatan penangkapan ikan.

"Pada saat Permen ini dikeluarkan pemerintah tidak membuat solusi jangka pendek,
terutama terhadap nelayan tradisional yang jumlahnya jauh lebih besar dari
nelayan modern. Dan, kelompok inilah yang paling terkena dampak dari Permen
itu," katanya.

Penanganan pascapanen hasil tangkapan ikan sejak dari kapal sampai ke tempat
pendaratan ikan masih buruk. Selama beberapa bulan tidak melaut, kebanyakan
nelayan tidak bekerja karena tidak memiliki keterampilan lain. Pada saat inilah para
nelayan banyak berutang pada rentenir dengan bunga tinggi.

"Akibatnya sebagian besar penghasilan nelayan yang diperoleh pada saat musim
melaut digunakan untuk membayar utang," ungkapnya.

source: http://ekbis.sindonews.com/read/1013402/34/ini-masalah-utama-
kemiskinan-masyarakat-pesisir-1434457234

TEMPO Interaktif, Denpasar: Puluhan orang yang menamakan diri Persaudaraan Hindu
Muslim Bali (PHMB) berdemo ke Pangkalan TNI Angkatan Laut Benoa dan Konsulat
Kehormatan Malaysia, Senin (8/6). Mereka menyerahkan pernyataan sikap tentang penyelesaian
kasus Ambalat. Di Lanal Tanjung Benoa massa diterima Komandan Lanal Kolonel Laut I Ketut
Arya Budana. Pimpinan PHMB Anak Agung Ngurah Agung dari Puri Gerenceng, Pemecutan,
Denpasar dalam orasinya memperingatkan Malaysia agar tidak melakukan provokasi dan tidak
melanggar kedaulatan Indonesia.

Dalam pernyataan sikapnya kepada Pemerintah Indonesia, PHMB mengutuk sekeras-kerasnya


pelanggaran batas wilayah perairan yang dilakukan armada perang Kerajaan Malaysia di wilayah
perairan Blok Ambalat. Mereka mendukung upaya-upaya TNI Angkatan Laut untuk mengusir
kapal atau armada Kerajaan Malaysia atas pelanggaran batas wilayah tersebut.

PHMB juga mengupayakan penyelesaian secepatnya tanpa mengurangi harkat dan martabat
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar serta mencintai perdamaian. Sebagai warga
PHMB, kami siap menjadi relawan bela negara demi Negara Kesatuan Republik Indonesia,
papar mereka dalam pernyataan sikap tersebut.

Sedangkan terhadap Kerajaan Malaysia, PHMB mengutuk sekeras-kerasnya pelanggaran batas


wilayah perairan yang dilakukan armada perang Kerajaan Malaysia di wilayah perairan Blok
Ambalat. Sebagai bangsa yang berdaulat, mereka menyebutkan sangat tersinggung dengan sikap
Kerajaan Malaysia yang membiarkan pelanggaran tersebut. "Hentikan dan jangan diulangi,
ujarnya.
Sedangkan Komandan Lanal Kolonel Laut I Ketut Arya Budana yang menerima pernyataan
sikap itu mengucapkan terima kasih atas dukungan rakyat Indonesia terhadap persoalan Ambalat.
Dia mengatakan pihaknya siap menghadapi Malaysia. "Namun, untuk sementara kita masih
mengedepankan jalur diplomasi, ujarnya.

Sementara di Konsulat Kehormatan Malaysia, PHMB diterima Konsul Kehormatan Malaysia


Feisol Hashim. Massa juga menyerahkan pernyataan sikap tersebut. Massa meminta konsul
menandatangani surat pernyataan sikap itu. Tapi Feisol mengatakan tidak berhak memberikan
penyelesaian karena bukan kewenangannya. Yang berwenang adalah Kedutaan Besar Malaysia
di Jakarta. Namun dia berjanji akan menyampaikan pernyataan sikap itu ke Kedutaan Besar
Malaysia untuk ditindaklanjuti.

Klaim tari Tortor, Malaysia menuai kecaman

foto: Dok. Istimewa

(koran Sindo)
Jurnalis

Share on Facebook

Share on Twitter

Share on Google

AAA
Sindonews.com Tari tortor dan gondang sambilan yang diklaim Pemerintah Malaysia sebagai
salah satu warisan budaya mereka menuai kritik. Anggota Komisi X (Bidang Pendidikan dan
Kebudayaan) DPR Faisal Amin mengecam tindakan Malaysia tersebut.

"Tindakan Malaysia itu tidak punya akhlak dalam berbangsa dan bernegara," tuturnya di Jakarta,
Senin 18 Juni 2012.

Menurut dia, tindakan Malaysia tersebut berarti tidak menghargai Indonesia sebagai bangsa
serumpun Melayu. Terkait hal tersebut, dia meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menyelesaikan persoalan tersebut dengan cara membawa persoalan itu ke Unesco.

"Kita tegas meminta agar Malaysia menghentikan aksi mereka," ujar Faisal yang juga politikus
asal Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) itu.
Klaim Malaysia terhadap produk kebudayaan Indonesia bukan kali ini saja. Sebelumnya,
Malaysia juga mengklaim tari pendet dari Bali, Reog Ponorogo, serta beberapa produk
kebudayaan lainnya di Indonesia.

Namun, hebohnya tari tortor dan gondang sambilan yang disebut-sebut diklaim Pemerintah
Malaysia itu dinilai hanya merupakan kesalahpahaman mengenai pengertian warisan dan bahasa.
Kepala Bidang Penerangan, Sosial, Budaya KBRI untuk Malaysia Suryana Sastradiredja
mengaku telah menghubungi pihak Kementerian Penerangan, Komunikasi, Kebudayaan
Malaysia dan Persatuan Masyarakat Mandailing di Malaysia yang memperoleh jawaban bahwa
mereka tidak punya maksud untuk mengklaim tari tortor dan gondang sambilan ini milik
Malaysia.

Suryana mengatakan, yang dimaksud akta warisan budaya menurut ketentuan di Malaysia adalah
pencatatan terhadap warisan budaya yang dimiliki oleh orang-orang Mandailing Malaysia yang
asal-usulnya dari Mandailing, Sumatera Utara, Indonesia. "Akta warisan kebangsaan tersebut
hanya mencatat asal-usul dan bukan untuk mengklaim bahwa budaya Mandailing berasal dari
Malaysia," kata Suryana di Kuala Lumpur, Senin 18 Juni 2012.

Diketahui sebelumnya, dalam pertemuan dengan masyarakat keturunan Mandailing, Menteri


Informasi, Komunikasi, dan Kebudayaan Malaysia Datuk Seri Dr Rais Yatim, sebagaimana
dikutip Bernama, mengatakan tarian tortor akan didaftarkan di bawah Section 67 UU tentang
Warisan Budaya Nasional tahun 2005.

"Namun (pengakuan ini) harus memenuhi persyaratan, di antaranya mesti ditampilkan secara
periodik, yang artinya tarian dan beat gondang tersebut ditampilkan di depan publik," kata Rais
setelah membuka pertemuan komunitas Mandailing di Kuala Lumpur, Kamis 14 Juni 2012. (lil)

Berkibar di Kantor Polisi Bendera GAM Disita

Afsah
Rabu, 29 Juli 2015 21:20 WIB
Berkibar di Kantor Polisi Bendera GAM Disita Sejumlah bendera yang dulu identik
dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) disita Polisi karena sempat berkibar di
sejumah instansi termasuk di Pos Polisi Desa Tuwi Kareng. (Afsah/iNews TV).
A+ A-
ACEH JAYA - Sejumlah bendera Bulan Bintang yang dulu identik dengan Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) disita polisi, Rabu (29/7/2015).

Penyitaan ini dilakukan polisi karena bendera-bendera tersebut sempat berkibar di


sejumlah instansi termasuk di Pos Polisi Desa Tuwi Kareng, Kecamatan Teunom,
Kabupaten Aceh Jaya. Sebanyak tujuh bendera tersebut sebelumnya dikibarkan oleh
orang tak dikenal.
Bendera Bulan Bintang ini juga sempat dikibarkan di kantor badan penyuluhan
pertanian setempat, kantor camat, sekolah dasar dan dua lembar di puncak tower
setinggi 50 meter.

Menurut Kapolres Aceh Jaya AKBP Riza Yulianto, setelah mengetahui adanya
pengibaran bendera-bendera tersebut polisi dengan cepat menurunkannya
sehingga disita sebanyak tujuh lembar bendera Bulan Bintang.

Pengibaran bendera oleh orang tak dikenal ini berada di enam titik dalam dua desa
yakni Desa Tuwi Kareng dan Lhok Guci, Kecamatan Pasi Raya, Kabupaten Aceh Jaya,
kata dia, Rabu (29/7/2015).

Padahal, kata Kapolres, pemerintah pusat belum mengizinkan pengibaran bendera


itu. Karena Pemerintah Aceh dengan pemerintah pusat belum ada kesepakatan
mengubah atau tidak mengklarifikasi qanun (peraturan daerah) tentang bendera
dan lambang Aceh.

AKBP Riza Yulianto menegaskan, pengibaran bendera Bulan Bintang ini diduga
sebagai bentuk protes anggota partai terhadap pimpinannya yang akan maju
sebagai Bupati Aceh Jaya pada periode 2017 mendatang.

"Pasca pengibaran bendera Bulan Bintang ini kondisi di tengah masyarakat Aceh
Jaya masih berjalan normal seperti biasa, " timpalnya.

Namun, kata Kapolres, dikhawatirkan akan terjadinya konflik lagi jika bendera ini
terus dipaksa untuk berkibar.

source: http://daerah.sindonews.com/read/1027449/174/berkibar-di-kantor-polisi-
bendera-gam-disita-1438179537

Perang Warga Terjadi Lagi di Kwamki


Lama, Papua
Rabu, 03 Oktober 2012 | 12:13 WIB

Dua kelompok suku Dani dan suku Damal yang bermukim di kapung Kwamki Lama Timika
Papua saling serang, Selasa (5/1). Sejak Senin (4/1) kedua suku tersebut terlibat perang yang
dipicu kasus perkosaan. ANTARA/Maurits Sadipun

TEMPO.CO, Timika - Perang antarwarga di Kwamki Lama, Mimika, Papua tak kunjung usai.
Hari ini, perang panah kembali pecah antara warga Kampung Harapan dan Kampung Amole.
Pertikaian terjadi seusai kedua pihak membakar jenazah warga mereka masing-masing, Pendius
Tabuni di Kampung Harapan, dan Hendrikus Beanal di Kampung Amole.

Hendrikus Beanal tewas pada 1 Oktober 2012 silam setelah dikeroyok sejumlah orang di
Kampung Utikini, puluhan kilometer dari Kwamki Lama. Sedangkan Pendius Tabuni tewas
dikeroyok sekelompok orang di Jalan Cenderawasih, Kota Timika, 2 Oktober 2012.

Ratusan warga dari dua kelompok yang bertikai saling menembakkan anak panah. Sedikitnya
pada Rabu siang empat warga Kampung Amole terluka akibat panah.
Kepala Kepolisian Resor Mimika, Ajun Komisaris Besar Polisi Denny Edward Siregar, sebelum
pembakaran jenazah, mengharapkan warga segera menghentikan pertikaian.
"Hari ini jenazah dua orang yang dibunuh dibakar di kampung Harapan dan satu lagi di
Kampung Amole," kata Denny.

Tetapi, situasi sebelum dan seusai pembakaran jenazah menjadi tidak terkendali setelah warga
saling melakukan provokasi. Puluhan polisi berkali-kali melepas tembakan ke udara, tetapi
warga tidak mempedulikannya.

Tokoh warga Kampung Amole, Johanes Kum, mengatakan pertikaian Kwamki Lama telah
mengakibatkan jatuhnya korban dari kelompok warga lainnya yang tidak terlibat perang.
"Pertikaian ini dibiarkan, akibatnya warga lainnya jadi korban," kata Johanes.

Anda mungkin juga menyukai