PEMBAHASAN
2.1Anatomi Konjungtiva
2
o a.episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri siliar
posterior longus bergabung membentuk a.sirkular mayor atau
pleksus siliar, yang akan memperdarahi iris dan badan siliar.
3
Merupakan inflamasi konjungtiva berat yang dapat menyebabkan
komplikasi kornea. Mayoritas pasien yang mengalami konjungtivitis ini
adalah laki-laki usia di bawah 20 tahun. Durasi rata-rata konjungtivitis
vernal adalah 4 tahun, dan kebanyakan pasien semakin memburuk
kondisinya pada usia 30 tahun. Konjungtivitis ini biasanya banyak pada
iklim yang panas dan kering. Pada daerah yang memilik 4 musim,
konjungtivitis vernal muncul berdasarkan musim, dengan gejala yang
meningkat pada musim semi dan menurun pada musim dingin.
e. Konjungtivitis papilar raksasa (giant papillary conjunctivitis)
Kebanyakan dari konjungtivitis tipe ini berkaitan dengan pemakaian
lensa kontak. Giant papillary conjunctivitis (GPC) sering dilaporkan terjadi
pada pasien yang memakai kontak lensa, mata prostesa, atau paparan
jarum jahit yang kontak dengan konjungtiva.
Perubahan struktur
konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang insterstitial yang
banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Pada
konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang dengan
cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang
menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali.
Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada
konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat
yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga
konjungtiva tampak buram
dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal
pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak
jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalamkasus yang berat akan
disertai keratitis serta erosi epitel kornea4,5,6.
+ (ringan
Hipere + (ringan
+ s.d + + (ringan)
mia s.d berat)
sedang)
Kemosi
+ + + - -
s
Epifora - + ++ - -
Dischar
ge + - ++ +++ +
mukus
+
+ (giant
(hipertrofi
papil di
papil di
Papil - - + konjungtiv
konjungtiv
a tarsal
a tarsal
superior)
superior)
Tranta
- - - + _
s dots
5
Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus,
pemeriksaan eksternal dan slit-lamp biomikroskopi. Pemeriksaan eksternal
harus mencakup elemen berikut ini:5
o Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan
kutu
c. Ulserasi
d. Perdarahan
e. Benda asing
f. Massa
g. Kelemahan palpebra
o Kornea
6
a. Defek epitelial
c. Filamen
d. Ulserasi
f. Vaskularisasi
g. Keratik presipitat
7
2.6Diagnosis Banding3,5,7
8
Sekret Serous Purulen, Viscus -
mucous kuning,
krusta
Kemosis ++ ++
Lakrimasi ++ + +
Folikel + - +
Papil - + + -
Pseudomembr - -
an
Pembesaran ++ + - -
kelenjar limfe
Panus - - -
Bersamaan
dengan -
keratitis
Demam -
-
Sitologi Granulosit Limposit, Eosinofil Sel epitel,
monosit granulosit
2.7Penatalaksanaan
9
a. Alergi ringan
b. Alergi sedang
c. Alergi berat
10
kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan
antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID
dapat ditambahkan jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih
lanjut. Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap
mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder,
peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak.
Kortikosteroid yang lebih baru seperti loteprednol mempunyai efek
samping lebih sedikit dari prednisolon. Siklosporin topikal dapat
melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan
sebagai lini kedua dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali berguna
sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis
vernal3,5.
2.8Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada
kornea dan infeksi sekunder7.
2.9Prognosis
11
12