Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Solusio plasenta (abrubtio plasenta) adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta
dimana pada keadaan normal implantasinya diatas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus uteri/korpus
uteri sebelum janin lahir (PB POGI,1991).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gr (Rustam 2002 ).
Jadi definisi yang lengkap adalah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta
yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (menurut buku obstetric
patologi 2002).
Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut:
a. Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengkatannya.
b. Solusio plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat
perlengketannya.
c. Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam.
Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a. Solusio plasenta ringan
Perdarahan pervaginam <100 -200 cc.
b. Solusio plasenta sedang
Perdarahan pervaginam > 200 cc,hipersensitifitas uterus atau peningkatan
tonus,syok ringan,dapat terjadi fetal distress.
c. Solusio plasenta berat
Perdarahan pervaginam luas > 500 ml,uterus tetanik,syok maternal sampai
kematian janin dan koagulopati.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksudkan dengan solusio plasenta ?
b. Apa penyebab dari solusio plasenta ?
c. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menangani kasus solusio plasenta ?
d. Apa patofisiologi dari solusio plasenta ?
e. Apa saja klasifikasi dari solusio plasenta ?
1
1.3 Tujuan
a. Untuk dapat mengetahui tentang kasus solusio plasenta
b. Untuk dapat mengetahu penyebab serta klasifikasi dari solusio plasenta
c. Untuk dapat mengetahui apa upaya yang dilakukan oleh seorang bidan untuk
menangani kasus dengan solusio plasenta
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari solusio plasenta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Solusio Plasenta


Solusio plasenta (abrubtio plasenta) adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta
dimana pada keadaan normal implantasinya diatas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak.

2
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus
uteri/korpus uteri sebelum janin lahir (PB POGI,1991).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gr (Rustam 2002 ).
Jadi definisi yang lengkap adalah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta
yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (menurut buku obstetric
patologi 2002).
Solusio plasenta atau abrupsion plasenta adalah pelepasan sebagian atau keseluruhan
plasenta dari uterus selama hamil dan persalinan (Chapman V,2003)
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,dimana plaesnta yang
tempat implantasinya normal (pada fundus atau korfus) terkelupas atau terlepas sebelum
kala III (Achadiat,2004). Sinonim dari solusio plasenta adalah Abrupsion plasenta.
Solusio plasenta adalah : terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal dari
uterus,sebelum janin dilahirkan.defenisi ini berlaku pada kehamilan dengan usia kehamilan
(masa gestasi ) di atas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gr. Proses solusio plasenta
dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma
retroplasenter (Saefuddin AB,2006)
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
ssuterus,sebelum janin dilahirkan.(Sarwono prawirohardjo 2009)
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada korpus uteri
sebelum bayi lahir. dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya plasenta
dapat sebagian (parsialis),atau seluruhnya(totalis) atau hanya rupture pada tepinya (rupture
sinus marginalis) (dr.Handayo,dkk)

2.2 Klasifikasi
1. Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut:
a. Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengkatannya.
b. Solusio plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari
tempat perlengketannya.

3
c. Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba
pada pemeriksaan dalam.
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan
solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
a. Solusio plasenta ringan.
Perdarahan pervaginam <100 -200 cc.
b. Solusio plasenta sedang.
Perdarahan pervaginam > 200 cc,hipersensitifitas uterus atau peningkatan
tonus,syok ringan,dapat terjadi fetal distress.
c. Solusio plasenta berat
Perdarahan pervaginam luas > 500 ml,uterus tetanik,syok maternal sampai
kematian janin dan koagulopati.
2. Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a. Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Terjadi perdarahan pervaginam,gejala klinis sesuai dengan jumlah
kehilangan darah,tidak terdapat ketegangan uterus,atau hanya ringan.
b. Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed)
Tidak terdapat perdarahan pervaginam,uterus tegang dan hipertonus,sering
terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering di sebut perdarahan
Retroplasental.
c. Solusio plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam,uterus tetanik.
3. Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
a. Solusio plasenta ringan
Plasenta yang kurang dari bagian plasenta yang terlepas. Perdarahan
kurang dari 250 ml.
b. Solusio plasenta sedang
Plasenta yang terlepas - bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus
tegang,terdapat fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta.
c. Solusio plasenta berat
Plasenta yang terlepas > bagian,perdarahan >1000 ml,terdapat fetal
distress sampai dengan kematian janin,syok maternal serta koagulopati.
2.3 Insiden
a. Berkisar 1% - 2% dari seluruh kehamilan (AAFP,2001)
b. Diperkirakan resiko kematian ibu 0,5% - 5% dan kematian janin 50 80%
(Mansjoer,2001)

2.4 Etiologi ( Menurut WHO )

4
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun
demikian,beberapa hal di bawah ini di duga merupakan factor-faktor yang berpengaruh pada
kejadiannya,antara lain sebagai berikut :
a. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
b. Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup,tendangan anak yang
sedang di gendong.
c. Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
d. Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun
e. Ketuban pecah sebelum waktunya.
f. Hidramnion
g. Gemeli

2.4 Patofisiologi (Wiknjosastro, 2007:380)


Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak
jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda
serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama
yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina; atau menembus selaput ketuban
masuk ke dalam kantong ketuban; atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut
otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaaanuterus akan
berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama
kali menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan
jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke
dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana, yang
akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi
hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darahtidak hanya di uterus,akan
tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan

5
pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal
mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak
yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin.
Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan
nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta sampai persalinan selesai, makin
hebat umumnya komplikasinya.

2.5 Gejala
Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan yang disertai nyeri.
b. Anemia dan syok,beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah
yang keluar.
c. Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus en
bois).
d. Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
e. Fundus uteri makin lama makin naik.
f. Bunyi jantung biasanya tidak ada.
g. Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim bertambah).

2.6 Diagnosis ( Menurut WHO )


a. Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap
b. Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika solusio relative baru
c. Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar ( tersembunyi )
d. Anemia berat
e. Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin
f. Uterus tegang terus menerus dan nyeri

2.7 Diagnosa Banding Solusio Plasenta Dan Plasenta Previa (Sumber : Manuaba,2004 )
Solusio plasenta Plasenta previa
1. Kejadi a. Hamil tua a. hamil tua
b. Impartu b. perlahan,tampa
an
c. Mendadak
2. Anam disadari

6
nesa d. Dapat trauma c. tanpa trauma
3. Kesad e. Perdarahan dengan nyeri d. perdarahan dengan
f. Tidak sesuai dengan
aran nyeri
perdarahan e. sesuai dengan
umum
g. Anemis
4. Palpas perdarahan yang
h. TD,nadi dan pernapasan
i tampak
tidak sesuai dengan
f. tidak ada
abdom
perdarahan g. lembek,tampa rasa
en i. Dapat disertai dengan
nyeri
5. DJJ
preeklampsi/eklampsi h. bagian janin
6. Pemeri
j. Tegang ,nyeri
mudah diraba
ksaan k. Bagian janin sulit diraba
i. asfiksia
l. Asfiksia sampai kematian
dalam j. meninggal bila Hb
m. janin,tergantung lepasnya
<5 gr%
plasenta
k. teraba jaringan
n. Teraba ketuban tegang
plasenta
menonjol

2.8 Komplikasi
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan kriteria :
1. Komplikasi pada ibu
a. Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah
sampai keadaan syok,perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis
sampai syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.
b. Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti
hemolisis,terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat
mengganggu pembekuan darah.
c. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang.
d. Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi
infiltrasi darah ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi dan
menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,kegagalan pembekuan darah
menambah bertanya perdarahan.
2. Komplikasi pada janin

7
a. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan yang
tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi
kearah janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim tergantung pada beberapa sebagian placenta telah lepas dari
implantasinya di fundus uteri.
b. Susunan system saraf pusat
c. Retardasi pertumbuhan
d. Anemia
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta,pada prinsipnya adalah anak :
a. Mencegah kematian ibu
b. Menghentikan sumber perdarahan
c. Jika janin masih hidup,mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :
a. Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur
keseimbangan cairan
b. Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan
infuse dan transfuse darah segar
c. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot Observation
Test/test pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine lengkap,fungsi
ginjal
d. Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
e. Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea. Yang
tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya
plasenta,berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
f. Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah
segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring
berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin
g. Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis
ginjal (reflek utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan
Dalam melakukan rujukan,bidan dapat memberikan pertolongan darurat dengan :
a. Memasang infis
b. Tampa melakukan pemeriksaan dalam
c. Menyertakan petugas dalam merujuk pasien
d. Mempersiapkan donor darah dari keluarga/masyarakat

8
e. Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalm pemberian
pertolongan pertama.

2.10 Penatalaksanaan asuhan ibu di kamar bersalin


Bidan yang bertugas dikamar bersalin rumah sakit/rumah bersalin dalam menghadapi
pasien (ibu) dengan solusio plasenta,dapat melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
a. Observasi keadaan umum ibu sebelum partus/persalinan
b. tekanan darah,nadi,pernapasan setiap jam sekali
c. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
d. Mengukur banyaknya perdarahan yang keluar,periksa hemoglobin
e. Pasang infuse sesuai dengan keadaan umum ibu
f. Penyediaan darah secepatnya sebaiknya darah segar dengan jumlah yang telah
diperhitungkan dengan perkiraan kehilangan darah
g. Minta izin operasi
h. Dilakukan pemeriksaan terst pembekuan darah (COT:Clot Observation Test)
i. Observasi keadaan umum ibu sesudah partus/persalinan,yang bertujuan untuk :
j. Mencegah agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan (Hemorhagi
postpartum/HPP) dengan :
k. Memasang folley kateter (kolaborasi)
l. Memasang gurita untuk penekanan pada fundus uteri
m. Mencegah infeksi

2.11 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidan menurut varney manajemen kebidanan adalah peruses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen
kebidanan penyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari dan kepada
kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselengarakan untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah
yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang
benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan
efisien.
Standar 7 langkah Varney,

Langkah 1 : Pengkajian (pengumpulan Data Dasar)

9
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

1. Anamnesa
Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan data anamnesa terdiri dari beberapa kelompok
penting sebagai berikut:
a. Identitas pasien
1) Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama pangilan sehari-hari agar tidak keliru
dalam memberikan penanganan
2) Umur yang ideal (usia reproduksi sehat) adalah umur 20-35 tahun, dengan
resiko yang makin meningkat bila usia dibawah 20 tahun alat alat reproduksi
belum matang, mental dan psikisnya belum siap, sedangkan usia diatas 35 tahun
rentan sekali untuk terjadinya perdarahan dalm masa nifas
3) Agama pasien untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku pasien berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
5) Pendidikan pasien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konsling sesuai dengan pendidikannya
6) Pengkajian pekerjaan dilakukan untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini berpengaruh juga terhadap gizi klien tersebut
7) Alamat pasien dikaji untuk menpermudah kunjungan rumah
biladiperlukan (Ambarwati dkk, 2009; h. 131-132).
2. Keluhan utama dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pesien saat
ini. Setelah persalinan keluhan yang akan dirasakan oleh ibu pasca persalinan
adalah ibu mengalami masih mulas pada abdomen yang berlangsung sebentar,
mirip sekali dengan mulas waktu periode menstruasi, keadaan ini disebut
afterpaints, yang ditimbulkan oleh karena kontraksi uterus pada waktu mendorong
gumpalan darah dan jaringan yang terkumpul di dalam uterus. Mulas demikian tadi
berlangsung tidak lama dan bukan merupakan suatu
masalah (Maryunani, 2009; h. 10).
3. Riwayat obstetric
1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

10
berapakali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang
lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
2) Riwayat perasalinan sekarang
Tangal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi
PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakan
proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas saat ini (Ambarwati dkk, 2009; h. 133-134)
4. Riwayat kesehatan
Data ini di gunakan sebagai warning akan adanya penyulit saat persalinan
(Sulistiawati, 2011; h. 70).
5. Prilaku kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi: pada masa nifas diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
memengaruhi susunan air susu. Nutrisi terutama protein akan sangat
mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perinium karena
penggantian jaringan sangat membutuhkan protein
(http/id.gilib.unimus.ac.id/download.php/id.384).
2) Eliminasi: ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum, ibu
postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua.
3) Aktivitas seksual: secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti ibu dapat memasukan satu dua jarinya kedalam vagina
tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai hubungan suami istri.
4) Istiraha tidur: anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan, waktu untuk istirahat yang cukup untuk ibu nifas pada siang hari 2
jam dan malam hari 7-8 jam, saran kan ibu untuk kembali pada kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan serta itu tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur.
5) Personal Hygiene: ibu nifas sangat rentan sekali terkena infeksi, oleh karena itu
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi,seperti:kebersihan pakaian,tempat tidur,pakaian dalam dan
lingkungan (Saleha, 2009; h. 73-75)
6) Kepercayaaan yang berhubungan dengan nifas

11
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan luka perinium seperti
kebiasaan makan telur, ikan, daging, ayam akan asupan gizi ibu yang akan
mempengaruhi kesehatan (http//id.gilib.unimus.ac.id/download.php/id.384).

2. Pemeriksaan objektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosa. Bidan
melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan (Sulistiawati
dkk,2010;h.226)
a. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:
1) Keadaan umum
Di lakukan untuk mengetahui keadaan umum kesehatan
klien (Tambunandkk, 2011; h. 7).
2) Kesadaran apakah kompos mentis, apatis, latergi, somnolen, sopor atau koma
3) Tinggi badan dan berat badan sebagai penilaian keadaan gizi pasien apakah
normal, kurang dan lebih.
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Tenaga yang di gunakan darah untuk melawan dinding pembuluh normalnya
tekana darah 110-130 MmHg (Tambunan dkk, 2011; h. 48).
2) Nadi
Gelombang yang di akibatkan adanya perubahan pelebaran (vasodilatasi)dan
penyempitan (vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi
vertikel melawan dinding aorta, normalnya nadi 60-80 kali permenit
(Tambunan dkk, 2011; h. 34).
3) Suhu
Derajat panas yang di pertahankan oleh tubuh dan di atur oleh hipotalamus (di
pertahankan dalam batas normal 37,5-38C (Tambunan dkk, 2011; h.15).
4) Pernafasan
Suplai O2 ke sel-sel tubuh dan membuang CO2 keluar dari sel tubuh,
normalnya 20-30 kali permenit (Tambunan dkk, 2011; h. 43).
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Pemeriksaan dilakukan secara insfeksi dan palpasi, dilakukan dengan
memperhatikan bentuk kepala yang abnormal, distribusi rambut berpariasi pada
setiap orang kulit kepala dikaji dari adanya peradangan, luka maupun tumor.
2) Muka

12
Pada daerah muka di lihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya
normal,pucat. Ketidak simetrisan muka menunjukkan adanya gangguan pada saraf
ke tujuh (nervus fasialis).
3) Mata
untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang di gunakan inspeksi dan
palpasi, mata yang diperiksa semetris apa tidak, kelopak mata,
konjungtiva, sklera.
4) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga/membrane timpani, dan pendengaran. teknik yang di gunakan adalah
inspeksi dan palpasi, dilihat simetris apa tidak, gangguan pendengaran apa tidak.
5) Hidung
Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam, lalu
sinus- sinus, kebersihan nya dan apakah ada nyeri tekan apa tidak.
6) Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut lihat warna bibir, apakah ada
stomatitis apa tidak.
7) Leher
Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ- organ lain yang berkaitan. Teknik
yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi, apakah ada kelenjar getah bening dan
kelenjar tyroid.
8) Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan, retraksi dan mendengar bunyi jantung dan paru-
paru.
9) Perut
10) Untuk mengkaji adanya distensi, nyeri tekan dan adanya massa, apakah ada
pembesaran dan konsistensi.
11) Punggung
Mengkaji nyeri tekan, nyeri ketuk.
12) Genetalia
Mengkaji seperti apakah ada masalah dalam buang air kecil, adanya luka, bengkak
maupun nyeri pada genetalia. (Tambunan dkk, 2011; h. 66-112).

Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan


Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

13
Langkah awal dari perumusan masalah atau diagnosa kebidanan adalah pengolahan atau
analisa data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan lainya sehingga
tergambar fakta (Sulistyawati, 2011; h. 125).

Langkah III : Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial ini berdasarkan
rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan antisifasi, bila mungkin
dilakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien, bidan diharapkan siap bila diagnosis
atau masalah potensial benar-benar terjadi.

Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera


Antisipasi merupakan penerapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera tahap
ini dilakukan oleh bidan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan
setelah diagnosis dan masalah ditegakkan, kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi dan melakukan rujukan.

Langkah V : Merencana Asuhan Secara Menyeluruh


Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelunya yang merupakan lanjutan
dari masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisifasi. Rencana asuhan
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari
setiap masalah yang berkaitan, tetapi terkait juga dalam kerangka pedoman antisifasi bagi
wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dkk, 2009; h. 142-
145).
Pada langkah ini dilakukan perencanaan asuhan yang menyerluruh dan rasional pada nifas
normal meliputi :

1. Rencana asuhan untuk ibu nifas 6 hari:


a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnorm
b. Menilai adaanya tanda-tanda demam, infeksi, perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

14
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,tali pusat dan merawat
bayi sehari-hari (Sulistiawati, 2009; h. 6)
2. Rencana asuhan untuk payudara bengkak yaitu:
a. masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
b. Kompres dingin untuk meguragi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa
nyeri. Biasanya dilakukan selang-seling dengan kompres hangat untuk melancarkan
pembuluh darah.
c. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk
mempelancarkan saluran ASI dan menurunkan tegangan payudara (Saleha, 2009; h.
105).
d. Susui bayi semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu.
e. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI
yang efektif.
f. Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan: kompres
hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara, massage leher dan
punggung.
g. Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Ambarwati dkk,
2010; h. 49)

Langkah VI : Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan pada klien dan keluarga. Mengarah
atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati dkk, 2009;
h.145)

Langkah VII: Evaluasi


adalah mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan ulang lagi proses
manajemen dengan benar terhadap semua aspek asuhan yang diberikan namun belum
efektif dan merencanakan kembali yang belum terencana (Rukiyah dkk,2011; h. 111).

2.12 Landasan Hukum Kewenangan Bidan


Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Ijin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang
disebutkan pada :

15
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanaan yang
meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayan kesehatan reproduksi dan KB

Pasal 10
a. Pelayanan kesehatan ibu dimaksud pada pasal 9 huruf a diberi pada masa prahamil,
kehamilan, persalian, dan nifas, menyusui, dan masa diantara 2 kehamilan
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksut pada ayat 1 diantaranya menyebutkan
pelayanan pada ibu masa nifas normal dan masa menyusui.
c. Sebagaimana dimaksut pada ayat 2 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
disebutkan berwenang dalam Fasilitas atau bimbingan khusus inisiasi menyusui dini
atau pemberian asi ekslusif selama 6 bulan.
Dan berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III/2007
tanggal 27 maret 2007 mengenai Standar Kompetensi Bidan , yang menyebutkan pada
standar Kompetensi ke 5 (asuhan Pada Ibu Nifas Dan Menyusui) dimana Bidan
memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
terhadap budaya setempat.

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

Kasus:

Ny.K datang ke BPS bidan Katarina pada tanggal Senin, 31 Januari 2013 Jam 08.00
pagi ,Ibu mengatakan bahwa sering mengeluarkan darah lewat vagina dan terasa nyeri jika di
pegang perutnya dan darahnya berwarna kehitaman dalam bentuk cair,Ny.K sangat khawatir
dengan kehamilannya dan memeriksakan kandungannya ke bidan K.

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.K DENGAN SOLUSIO PLASENTA

Hari/tanggal : Senin,31 Januari 2013

Jam : 15.00 sore

Tempat : BPS.Bidan Katarina

No Register :-
I. Pengkajian Data
A. Biodata
Nama Istri : Ny. Y Nama Suami : Tn. P

17
Umur : 31 tahun Umur : 33 tahun
Agama : Khatolik Agama : Khatolik
Suku/Bangsa : Dayak Suku/Bangsa : Dayak
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sumpil 3 Alamat : Sumpil 3
B. Data Subjektif
1. Alasan kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan sering mengeluarkan darah lewat vagina dan terasa nyeri jika di
pegang perutnya dan darahnya berwarna kehitaman dalam bentuk cair

3. Riwayat mensturasi
Menarce : 14 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari Teratur : teratur
Sifat darah : cair Keluhan : tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Sah Menikah ke : 1
Lama : 3 tahun Usia menikah pertama : 28 tahun
5. Riwayat obstetrik
Persalinan Nifas
Hamil ke jns komp
Tgl UK prsalinan penolong JK BB Laktasi kompl
l

1 Hamil ini

6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan


Jenis
No Pasang Lepas
kontrasepsi
tangga Ole tempat keluhan Tanggal oleh tempat alasan
l h
1 Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

7. Riwayat kehamilan sekarang


a. HPM : 6-5-2012 HPL :13-2-2013
b. ANC pertama umur kehamilan : 4 minggu

18
c.Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi : 2x, Tempat :bidan , Oleh : bidan
Keluhan : tidak ada
Terapi : vitonal f 1x1/hari, vit C 1x1/hari
Trimester II
Frekuensi : 3x, Tempat : bidan , Oleh : bidan
Keluhan : tidak ada
Terapi : vitonal f 1x1/ hari, vit C 1x1/ hari
Trimester III
Frekuensi : 1x, Tempat : bidan,Oleh : bidan
Keluhan : rasa nyeri saat perut dipegang bagian atas
Terapi : tidak ada
d. Imunisasi TT
TT I : 20-5-2006
TT II : 20-6-2006 TT III : 23-9-2012
e. Pergeraakan janin selama 24 jam (dalam sehari )
Ibu mengatakan merasakan pergerakan janin 2x/ jam dalam sehari
8. Riwayat kesehatan
a. Ibu mengatakan pernah mengalami penyakit hipertensi sebelumnya
b. Penyakit yang pernah/sedanng diderita keluarga (menular, menurun dan

menahun) ibu mengatakakan keluarga tidak pernah / tidak sedang menderita


penyakit TBC, maupun HIV/AIDS tapi ada keluarga yan mempunya penyakit
hipertensi
c. Riwayat keturunan kembar
ibu mengatakan tidak ada riwayat keturan kembar
d. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi obat
9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola nutrisi sebelum hamil saat hamil
Makan
Frekuensi : 3x/ hari 3x/ hari
Porsi : 1 piring 1 piring
Jenis : nasi, lauk, sayur nasi,sayur, lauk
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada

Minum
Frekuensi : 10x/ hari 12x/ hari
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Jenis : air putih, susu, teh nasi,sayur, lauk
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
b. Pola eliminasi
BAB

19
Frekuensi : 1x/ hari 1x/hari
Konsistensi : lembek lembek
Warna : kuning kuning
Keluhan : tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi : 5x/ hari 9x/hari
Konsistensi : cair cair
Warna : kuning jernih kuning jernih
Keluhan : tidak ada tidak ada

c. Pola istirahat
Tidur siang
Lama : 2 jam / hari 2 jam / hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
Tidur malam
Lama : 8 jam / hari 8 jam / hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi : 2x/ hari 2x/ hari
Ganti pakaian : 2x/ hari 2x/ hari
Gosok gigi : 2x/ hari 2x/ hari
Keramas : 4x/ minggu 4x/ minggu

e.Pola sexsualitas
Frekuensi : 4x/ minggu 1x/ minggu
Keluhan : tidak ada tidak ada
f. Pola aktifitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)
Ibu mengatakan selalu mengikuti kegiatan senam hamil dan jalan jalan pagi
10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman

berakohol)
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan kebiasaan yang mengganggu kesehatan
seperti merokok, minum jamu, minuman berakohol
11. Psikososiospiritual (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilan,dukungan
sosial, perencanaan persalinan, pemberian ASI, perawatan bayi,kegiataan ibadah,
kegiataan sosial, dan persiapan keuangan ibu dan keluarga)
a. Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat senang dengan kehamilanya
b. Ibu mengatakan mendapatkan dukungan sosial dari masyarakat
c. Ibu mengatakan sudah merencanakan persalinan di RB
d. Ibu mengatakan akan memberikan ASI esklusif pada bayinya
e. Ibu mengatakan ingin merawatbayinya sendiri dengan keluarga
f. Ibu mengatakan rajin beribadah
g. Ibu mengatakan selalu mengikuti kegiatan social
h. Ibu mengatakan sudah menyiapkan keuanganya untuk bersalin

20
12. Pengetahuan ibu ( tentang kehamilan, persalinan dan laktasi )
Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan, persalinan,dan laktasi
13. Lingkungan yang berpengaruh ( sekitar rumah dan hewan peliharaan
Ibu mengatakan dilingkungan rumah tidak memelihara hewan
C. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Terlihat gelisah
Kesadaran : composmetis
Status emosional : stabil
Tanda tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mMHg Nadi : 81x/ menit
Pernapasan : 21x/ menit Suhu : 36,5 C
Berat badan : 51 kg Tinggi badan:156 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : mesosepal, tidak ada benjolan
Rambut : lurus, hitam, tidak rontok, dan tidak ketombe
Muka : oval, pucat, tidak odem, tidak ada bekas luka
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera pucat
Hidung : simetri, berlubang, tidak polip
Mulut : lembab, tidak pecah-pecah, gusi tidak epulis, tidak ada stomatitis,
gigi tidak karies
Telinga : simetris, pendengaran baik, tidak ada secret, gendang telinga
tidak pecah
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tiroid, limfe dan vena
jugularis
Dada : simetris,tidak ada retraksi dinding dada,tidak ada wezing
Payudara : simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi mamae, kolostrum
sudah keluar
3. Abdomen :tidak ada bekas operasi, tidak ada linea alba, tidak
ada striegravidarum dan pembesaran perut tidak sesuai dengan kehamilan
Palpasi leopod
Leopod I : teraba bulat, tidak melenting, lunak, letak bokong
Lepod II : bagian kiri teraba keras seperti papan berarti sebelah kanan teraba
jari- jari kaki dan tangan
Leopod III : bagian terendah janin teraba bulat, melenting, keras, dan tidak
digerakan
Leopod IV : kepala masuk
Hasil yang ditemukan : uterus teraba naik, uterus teraba tegang dan keras seperti
papan, nyeri tekan terutama ditempat plasenta.
Osborn test :-
TFU menurut Mc.Donald : 33 cm
TBJ : (31-11)x155=3100gr

21
Auskultasi DJJ : 155x/ menit
Ekstremitas atas : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak
terdapat odem, gerakan aktif
Ekstremitas bawah : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak odem,
tidak varises, reflek patela positif
Genetalia luar : ada cairan yang keluar berupa darah cair, tidak
ada pembesaran kelenjar bartolini dan tidak ada varises,
Anus : bersih, belubang, tidak hemoroid
Pemeriksaan panggul (bila perlu) : -
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium (HB) : 8 gr/ dl
5. Data penunjang
Tidak ada
II. Interpretasi Data
A. Diagnosa Kebidanan
Seorang Ny K umur 36 tahun G1P0Ab0 Uk 37+1 minggu, janin tunggal, hidup
intrauteri, puki, preskep suspect solusio plasenta.
Ds :
a. Ibu memgtakan ini kehamilan yang pertama
b. Ibu mengatakan baru berumur 21 tahun
c. Ibu mengatakan HPM : 6-5-2012
Do :
KU : terlihat gelisah dengan keadaanya
Kesadaran : composmetis
Vital sign : TD :120/70 mMHg S :36,5 C
N : 21x/ menit R :81x/menit
TFU : 33 cm
BB : 55kg
DJJ : 155x/ menit, ireguler tidak jelas
Leopod I : teraba bokong
Leopod II : teraba punggung disebelah kiri
Leopod III : teraba kepala
Leopod IV : teraba kepala sudah masuk panggul
B. Masalah
Keluar darah lewat vagina dan terasa nyeri jika di pegang perutnya dan darahnya
berwarna kehitaman dalam bentuk cair.

22
C. Kebutuhan
Tidak ada
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
a. Potensial terjadinya fetal distress
b. Potensial terjadinya syok hipovolemik pada ibu

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA


a. Lakukan pemasangan infus
b. Lakukan rujukan ke dokter SPOG
V. PERENCANAAN Pukul : 15.10 WIB
a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan/kondisi ibu
b. Ajarkan ibu untuk mengatasi rasa nyeri
c. Anjurkan ibu untuk bedrest
d. Beri KIE tentang tanda bahaya kehamilan
e. Beri KIE nutrisi ibu hamil
f. Pantau adanya tanda dan gejala syok hipovelemik
g. Lakukan pemeriksaan DJJ secara periodic
h. Lakukan rujukan
i. Dokumentasi

VI. PELAKSANAAN Pukul : 15. 15 WIB


1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahawa ada tanda-tanda pelepasan plasenta

yang menyebabkan rasa nyeri pada perut ibu dan akan menyebabkan kematian
janin bila tidak segera dirujuk ke dokter SPOG.
2. Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam dari hidung

kemudian dikeluarkan lewat mulut secara perlahan.


3. Menganjurkan ibu untuk istirahat total ditempat tidur dan mengurangi aktifitas
yang berat.
4. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan yaitu janin tidak bergerak,
keluarnya darah yang berwarna merah kecoklatan dari jalan lahir, keluarnya air
ketuban sebelum waktunya dari jalan lahir, pusing yang hebat, demam yang tinggi
5. Memberitahu ibu untuk makan,makanan yang bergizi yang mengadung protein

misalnya tahu, tempe, telor dan ikan. Karbohidrat misalnya nasi, roti, jagung,
singkong dan lain-lain. Vitamin misalnya buah-buahan dan sayuran. Mineral
misalnya susu dan sayuran hijau-hijauan

23
Memberitahu ibu agar tidak makan makanan yang mengganggu kesehatan
misalnya bahan makanan yang banyak mengadung bahan pengawet, minum
minuman berakohol, minum jamu dan merokok.
6. Memantau adanya tanda syok hipovelemik dengan cara melalukan pemeriksaan
tanda-tanda vital sign,KU.
7. Melakukan pemeriksaan/pemantauan DJJ secara periodik setiap 15 menit sekali
8. Melakukan rujukan ke dokter SPOG
9. Melakukan dokumentasi

VII. EVALUASI Pukul : 15.45 WIB


1. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang keadaanya
2. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang teknik relaksasi dan ibu dapat

menjelaskan kembali.
3. Ibu bersedia untuk melakukan istirahat total ditempat tidur dan mengurangi
aktivitas yang berat.
4. Ibu mengatakan sudah mengetahuitanda bahaya kehamilan dan ibu sudah dapat

menjelaskan kembali
5. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang nutrisi ibu hamil dan ibu dapat
menjelaskan kembali
6. Sudah dilakukan pemantuan pda ibu
7. Sudah dilakukan pemantauan DJJ
8. Sudah dilakukan rujukan ke dokter SPOG
9. Sudah dilakukan dokumentasi

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny K umur 36 tahun G1P0Ab0 Uk


37+1 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, puki, preskep suspect solusio plasenta.
melalui tahap pengumpulan data dengan anamnesa, observasi, pemeriksaan umum dan
pemeriksaan fisik antara tinjauan kasus dan teori pada dasarnya adalah sama, sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dan prakteknya dalam kasus.
Sedangkan pada prakteknya tidak terjadi penyimpangan antara teori dan kasus
dalam penatalaksanaanya mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi

24
Pada pengkajian data terdapat data subyektif dan data obyektif telah dilakukan
sesuai dengan teori. Data subyektif meliputi alasan datang, keluhan utama serta data
obyektif yang meliputi pemeriksaan umum dan fisik dan telah dilakukan pada Ny.K
Pada penegakan diagnose Ny K umur 36 tahun G1P0Ab0 Uk 37+1 minggu, janin
tunggal, hidup intrauteri, puki, preskep suspect solusio plasenta, sudah sesuai dengan
teori yang telah ada dan sesuai dengan gejala yang dihadapi ibu, juga dari hasil
pemeriksaan yang telah menunjukan bahwa ibu mengalami solusio plasenta. yang
berdasarkan pada pemeriksaan abdomen yang teraba keras serta nyeri tekan dan besar
perutnya tidak sesuai dengan usia kehamilannya, pemeriksaan alat genetalia luar yang
mengeluarkan cairan berupa darah berwarna kehitaman, pemeriksaan DJJ 155 kali/menit,
dan pemeriksaan laboratorium HB : 8 d/l
Dalam penatalaksanaan kehamilan dengan solusio plasenta juga telah dilakukan
sesuai dengan teori dan kewenangan bidan. Penatalaksanaan kehamilan solusio plasenta
berupa pemberian informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, serta tindakan
rujukan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Solusio plasenta (abrubtio plasenta) adalah lepasnya sebagian atau seluruh
plasenta dimana pada keadaan normal implantasinya diatas 22 minggu dan sebelum
lahirnya anak.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus
uteri/korpus uteri sebelum janin lahir (PB POGI,1991).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22
minggu atau berat janin di atas 500 gr (Rustam 2002 ).

25
Jadi definisi yang lengkap adalah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh
plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (menurut
buku obstetric patologi 2002).

5.2 Saran
1. Bagi mahasiswa
a. Agar mahasiswa semakin mengenal tentang salah satu tanda bahaya
kehamilan yaitu solusio plasenta
b. Agar mahasiswa mengerti tanda dan gejala dari penyakit solusio plasenta
serta bagaimana tindakan yang diambil untuk menangani kasus tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,Sarwono.2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan


Neonatal.Jakarta:Tridasa Printer.
Yeyeh Ai Rukiyah.2010. asuhan Kebidanan.Jakarta:CV.Trans Info Media

26

Anda mungkin juga menyukai