Anda di halaman 1dari 6

.

Dasar Teori
Enzim merupakan substansi penting dalam setiap reaksi kimia dalam sel. Orang yang
pertama menemukan enzim adalah Edward dan Hans Buchner. Oleh karena enzim dapat
mempercepat reaksi kimia, berarti enzim merupakan rekasi katalis. Enzim merupakan
katalisator organik dan dibuat dalam sel makhluk hidup sehingga enzim disebut juga
biokatalisator. Enzim juga memiliki sifat diantaranya, selektif, karena enzim hanya dapat
bekerja pada substrat tertentu (Cartono, 2004).
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel
maupun luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10-11 kali lebih cepat daripada
apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien,
disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Enzim dapat menurunkan energi
aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik)
dan adapula yang menghasilkan energi/mengeluarkan energi (eksergonik) (Poedjiadi, 1994).
Proses (reaksi kimia) yang berlangsung dengan baik dalam tubuh dimungkinkan
karena adanya katalis yang disebut enzim. Berzelius (1837) mengusulkan nama katalis
untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi. Proses
kimia yang terjadi dengan pertolongan enzim telah dikenal sejak zaman dahulu misalnya
pembuatan anggur dengan cara fermentasi atau peragian. Demikian pula pembuatan asam
cuka termasuk proses kimia berdasarkan aktifitas enzim. Dahulu proses fermentasi (Pasteur)
dianggap hanya terjadi dengan adanya sel yang mengandung enzim. Anggapan tersebut
berubah setelah Buchner membuktikan bahwa cairan yang berasal dari ragi tanpa adanya sel
hidup dapat menyebabkan fermentasi gula menjadi alkohol dan karbondioksida. Hingga
sekarang kata enzim yang berarti didalam ragi tetap dipakai untuk nama katalis dalam
proses biokimia. Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh Sumner pada
tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi urease dari kata pedang (jack bean). Urease
adalah enzim yang dapat menguaraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa tahun
kemudian Notrhrop dan Kunitz dapat mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin. Selanjutnya
makin banyak enzim yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim tersebut
adalah suatu protein (Poedjiadi, 1994).
Ada beberapa faktor yag mempengaruhi enzim yaitu, pengaruh suhu dimana suhu
optimum untuk dapat mengurangi aktivitas enzim sedangkan diatas suhu optimum maka
dapat menyebabksan denaturasi pada enzim dan mematikan kerja enzim. Pengaruh pH
optimum yang khas. pH akan mengalami denaturasi jika pH jauh di atas pH optimum.
Konsentrasi enzim pada konsentrasi substrat tertentu, bertambahnya konsentrasi enzim akan
meningkatkan kecepatan kerja reaksi enzim. Dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding
lurus terhadap kerja enzim. Konsentrasi substrat pada konsentrasi enzim tetap, peningkatan
konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi enzimatis sampai mencapai kecepatan
maksimum (Sutresna, 2007).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal : Selasa/24 Desember 2013
Waktu : 13.00-15.00 WITA
Tempat : Laboraturium Mikrobiologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa

2. Alat dan Bahan


a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, gelas kimia,
sikat tabung, pembakar bunsen, korek api, termometer, kertas saring, penjepit tabung dan
pipet tetes.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu filtrat air ludah/Saliva, es batu,
larutan amilum (telur), larutan biuret, larutan iodium, dan larutan benedict.
3. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Percobaan mucin
a. Mengambil 1 ml filtrat air ludah yang telah tersaring.
b. Melakukuan percobaan biuret dengan cara memberi 1 ml larutan biuret pada filtrat air ludah
dan mengamati perubahan warna yang terjadi.
c. Mencatat hasil pengamatan.
2. Percobaan hidrolisis amilum oleh enzim amilase.
a. Mengisi tabung reaksi dengan larutan benedict masing-masing 2 ml.
b. Memasukan air liur kedalam tabung berisi benedict
c. Mengocok selama 2 menit
d. Mengamati perubahan warna yang terjadi dan Mencatat hasil pengamatan.
e. Melakukan hal yang sama dengan latutan iodium.
3. Percobaan pengaruh suhu terhadap efektivitas enzim
a. Menyiapkan 5 buah tabung reaksi dan mengisi masing-masing dengan larutan amilum.
b. Menambahkan 1 ml enzim amilase pada tiap tabung.
c. Memasukan tabung 1 pada gelas kimia berisi air es, menyimpan tabung 2 pada suhu kamar,
memasukan tabung 3 pada pemanas dengan suhu 37-40oC, memasukan tabung 4 pada
pemanas dengan suhu 75-80oC, dan tabung ke 5 pada suhu 100 oC dan mendiamkan larutan
selama 15 menit.
d. Menguji dengan larutan iodium dan menguji pula dengan larutan benedict.
e. Mengamati perubahan warna yang terjadi dan mencatat hasil pengamatan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh yaitu:
a. Percobaan mucin

No Reaksi Keterangan
Bahan
. + - warna
Filtrat air ludah
1 Biru
(Saliva)
b. Hidrolisis amilum oleh amilase

No Reaksi Keterangan
Bahan
. + - warna
1 Tabung I (Iodium) Coklat
2 Tabung II (benedict)
c. Pengaruh suhu terhadap efektivitas enzim

N Perubahan Warna
Suhu (0C)
o Uji iodium Uji iodium
1 0 Bening Biru
2 25 30 Bening Biru
3 37 40 Bening Biru
4 75 80 Coklat Biru tua
5 100 Bening Biru keunguan
2. Pembahasan
Enzim merupakan substansi penting dalam setiap reaksi kimia dalam sel. Oleh karena
enzim dapat mempercepat reaksi kimia, berarti enzim merupakan rekasi katalis. Enzim
merupakan katalisator organik dan dibuat dalam sel makhluk hidup sehingga enzim disebut
juga biokatalisator. Enzim juga memiliki sifat diantaranya, selektif, karena enzim hanya dapat
bekerja pada substrat tertentu. Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia
yang terjadi dalam sel maupun luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 sampai 11
kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Berfungsi sebagai
katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi.
Adapun pembahasan yang diperoleh pada pengamatan ini yaitu:
a. Percobaan Mucin
Mucin merupakan protein atau enzim yang diproduksi oleh sel-sel epitel, atau jaringan
yang melapisi rongga tubuh. Karakteristik mucin adalah kemampuannya untuk membentuk
gel. Mucin berfungsi sebagai pelumas untuk menghambat molekul yang akan memasuki sel.
Mucin kebanyakan diproduksi sebagai komponen air liur. Percobaan ini bertujuan untuk
membuktikan adanya mucin dalam saliva (air ludah).
Pada percobaan ini digunakan filtrat air ludah sehingga menghasilkan enzim amilase
yang terkandung di dalamnya. Setelah filtrat tersebut tersedia maka untuk menguji
ditambahkan dengan larutan biuret. Untuk mendapatkan reaksi positif maka akan terbentuk
larutan yang berwarna ungu karena adanya larutan peptida yang terkandung. Tetapi pada hasil
percobaan yang telah dilakukan memperlihatkan reaksi yang negatif dengan terbentuknya
larutan yang berwarna biru. Hal ini terjadi mungkin saja karena larutan biuretnya yang sudah
tak dapat berfungsi dengan baik ataukah sampel air ludah yang tidak tepat karena dalam
pengambilan sampel bisa saja sembarang meludah dalam hal ini bukan air liur.
b. Percobaan hidrolisis amilum oleh enzim amilase
Hasil percobaaan yang telah dilakukan maka dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh
dari filtrat air ludah yang ditambahkan amilum dan benedict hasilnya negatif dan
menghasilkan warna bening. Hal ini disebabkan karena benedict yang digunakan tidak
mampu menyerap enzim amilase yang diujikan. Pada percobaan air ludah yang ditambahkan
amilum dan larutan iodium yang hasilnya negatif. Hal ini terjadi dikarenakan iodium tidak
diserap ke dalam aliran spiral amilase sehingga terjadi perubahan warna menjadi cokelat yang
menandakan bahwa reaksi ini negatif.
c. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
Enzim adalah biokatalis sehingg tidak ikut bereaksi dengan zat dan produk yang
dihasilkan. Jadi jika larutan tidak bercampur berarti enzim tersebut masih aktif meskipun
agak rusak namun masih bias menghidolisis produk. Enzim di bawah suhu optimum dapat
mengurangi aktivitas yang terjadi pada enzim sedangkan di atas suhu optimum maka dapat
menyebabkan denaturasi pada enzim dan mematikan kerja enzim. Semakin tunggi suhu, kerja
enzim juga akan meningkat. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu optimum,
yaitu antara 300400C. Enzim dapat bereaksi dengan baik pada suhu 300400C dan dapat
bereaksi lebih cepat pada suhu lebih dari 500C. Namun pada suhu antara 600700C, reaksi
enzim menurun.
Pada pengamatan yang dilakukan terlihat pada tabung I yang disimpan di gelas kimia
yang berisikan dengan es (00C) perubahan warna terjadi pada uji benedict dengan
bercampurnya larutan dan adanya perubahan warna dari bening menjadi biru. Sedangkan
pada uji iod larutan tidak dapat bercampur karena enzim yang ada dalam keadaan suhu yang
rendah dan tidak terjadi proses hidrolisis pada reagen amilum sehingga tidak terjadi
perubahan warna yaitu tetap bening.
Pada tabung II yang disimpan pada suhu kamar kenaikan suhu lingkungan akan
meningkatkan energi kinetik enzim dan frekuensi tumbukan antara molekul enzim dan
substrat yang menyebabkan keaktifan pada enzim sehingga amilum dapat terhidrolisis
sehingga terjadi perubahan warna pada uji benedict yaitu dari bening menjadi biru sedangkan
pada uji iodium tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap bening karena amilum tidak
dapat terhidrolisis.
Pada tabung III yang dimasukkan ke genangan air yang memiki suhu 370-400C terjadi
perubahan warna pada uji benedict yaitu dari bening menjadi biru yang disebabkan enzim
memiliki suhu optimal 300-400C sehingga pada suhu ini aktivitas enzim berjalan baik
sehingga dapat menghidrolisis amilum sedangkan pada uji iodium tidak terjadi perubahan
warna yaitu tetap warna bening karena karena tidak iodium tidak dapat menhidrolisis amilum
pada suhu ini.
Pada tabung IV dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air bersuhu 750-800C
dimana kedua uji ini terjadi perubahan warna menjadi coklat untuk uji iodium dan biru tua
untuk uji benedict karena enzim mengalami denaturasi yang menaikkan kecepatan reaksi.
Pada tabung V yang dimasukkan ke dalam tabung berisi air mendidih (1000C)
diamana perubahan warna yang terjadi hanya pada uji benedict dimana terjadi perubahan
warna menjadi biru keunguan sedangkan pada uji iodium warnanya tetap bening. Larutan
iodin yang di gunakan berfungsi sebagai indikator terhadap proses terjadinya reaksi yang di
tandai dengan adanya perubahan warna. Sedangkan uji benedict menunjukan kerja enzim
degan adanya perubahan warna. Dapat disimpulkan pada hasil pengamatan dimana pengaruh
suhu terhadap aktivitas enzim bahwa saliva tidak steril saat direaksikan dengan reagen
iodium yang menghasilkan warna bening karena adanya kandungan pati di dalamnya dan uji
benedict mengandung gula pereduksi yang memberikan warna biru keunguan.
E. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukannya percobaan ini yatitu sebagai
berikut:
1. Dalam air ludah terdapat enzim yang berperan dalam pencernaan makanan yaitu enzim
amilase dan maltose.
2. Enzim bersifat spesifik karena hanya bekerja pada substrat tertentu saja jadi satu enzim
hanya berlaku untuk satu substrat saja.
3. Enzim bekerja di bawah suhu optimum dapat mengurangi aktivitas yang terjadi pada enzim
tersebut, sedangkan enzim yang bekerja di atas suhu optimum maka dapat menyebabkan
denaturasi pada enzim tersebut dan mematikan kerja enzim. Semakin tunggi suhu, kerja
enzim juga akan meningkat. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu optimum,
yaitu antara 300400C. Enzim dapat bereaksi dengan baik pada suhu 300400C dan dapat
bereaksi lebih cepat pada suhu lebih dari 500C. Namun pada suhu antara 600700C, reaksi
enzim menurun.

DAFTAR PUSTAKA

Cartono. Biologi Umum. Bandung: Prisma Press, 2004.


Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 1994.
Sutresna, Nana. Kimia. Bandung: Grafindo, 2007.

Anda mungkin juga menyukai