Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Iddah merupakan pengertian dari masa menunggu. maksudnya
yaitu masa menunggu bagi wanita yang telah ditinggalkan
suaminya baik sebab cerai maupun meninggal dunia.
Tujuan iddah adalah untuk penghormatan kepada suami yang
telah meninggal (berkabung) dan memastikan kosongnya rahim
bagi istri yang diceraikan atau ditinggal mati suaminya.
Permasalahan tentang iddah tentu ada penjelasannya dalam Al-
Qur'an dan hadits. Namun, dalam penjelasan tersebut masih
terdapat beberapa makna, pengertian, dan pendapat yang perlu
tafsir dan penjelasan yang lebih rinci.
Maka dari itu dalam makalah ini kami belajar untuk menafsirkan
permasalahan mengenai iddah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Iddah ?
2. Apa Macam-macam Iddah ?
3. Apa Saja Ayat-ayat Yang Menjelaskan Tentang Iddah ?
4. Apa Saja Hadist Yang Menjelaskan Tentang Iddah ?

C. TUJUAN
1. Memaparkan Pengertian Iddah.
2. Memaparkan Macam-macam Iddah.
3. Menjelaskan Apa Saja Ayat-ayat Yang Menjelaskan Tentang
Iddah.
4. Menjelaskan Apa Saja Hadist Yang Menjelaskan Tentang Iddah.

BAB II
PEMBAHASAN

1
1. Iddah Menurut Surat Al-Baqarah : 228
Albaqarah : 228






























) (228 :


Artinya :
Istri-istri yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga
kali quru'. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahim mereka, jika mereka beriman kepada
Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka lebih berhak rujuk
)(kembali) kepada mereka dalam masa itu, jika mereka (para suami
)menghendaki islah (perbaikan). Dan mereka (para perempuan
mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Baqarah : 228).1

Hadist :

HR. Nasai






(

(
)
)



(

) (


)


(





)

3442. Telah mengabarkan kepada kami Zakaria bin Yahya ia


berkata; telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim ia
berkata; telah memberitakan kepada kami Ali bin Al Husain bin
;Waqid ia berkata; telah menceritakan kepadaku ayahku ia berkata
telah memberitakan kepada kami Yazid bin An Nahwi dari 'Ikrimah
dari Ibnu Abbas mengenai ayat: (ayat mana saja yang kami
nasakhkan atau kami jadikan lupa kepadanya maka kami datangkan
yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding darinya) (Qs. Al
Baqarah: 106), dan firman: (Dan apabila kami letakkan suatu ayat

1 QS Al-Baqarah 2:228

2
di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih
mengetahui apa yang diturunkan-Nya) (Qs. An Nahl: 101), dan
firman Allah '(menghapuskan apa yang dia kehendaki dan
menetapkan (apa yang dia kehendaki, dan di sisi-Nya-lah terdapat
Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh)) (Qs. Ar Ra'd: 39). Yang pertama kali
dinasakh (hapus) dalam Al Qur'an adalah tentang kiblat, dan firman:
(Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru') , (Qs. Al Baqarah: 228). Dan firman: (Dan
perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa
iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan) (Qs. Ath
Thallaaq: 4), lalu dinasakh dari hal tersebut, firman Allah Ta'ala:
(Kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya
Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang
kamu minta menyempurnakannya) (Qs. Al Ahzaab: 49).2

HR.Imam Malik















1055. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Nafi' dan Zaid
bin Aslam dari Sulaiman bin Yasar berkata, "Al Ahwash meninggal
dunia di Syam, sementara isterinya telah memasuki masa haid yang
ketiga dari masa iddahnya, karena ia telah menceraikannya."
Mu'awiyah bin Abu Sufyan lantas mengirim surat kepada Zaid bin
Tsabit menanyakan tentang hal itu, Zaid bin Tsabit kemudian
membalas dan mengatakan bahwa bila wanita tersebut telah
memasuki haid yang ketiga dari masa iddah, berarti dia telah
bercerai dari suaminya dan suaminya pun telah bercerai darinya,
dia tidak mewarisi harta suaminya, dan suaminya tidak mewarisi
hartanya."3

Bulughul mahram

.



:





,

,




Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Barirah diperintahkan untuk
2 HR. NasaI no.3442, Hadist Sunan An-Nasai Diterjemahkan oleh Abu Ahmad As-Sidokare
revisi 1
3 HR.Imam Malik no.1055, Al-Muwatha, Diterjemahkan oleh Abu Ahmad As-Sidokare

3
menghitung masa iddah tiga kali haidl.4

2. Iddah Menurut Surat Al-Baqarah : 234


Al-Baqarah : 234



















.(234 : )


Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan


meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan
dirinya (beridah) empat bulan sepuluh hari, kemudian setelah habis
idahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka
berbuat terhadap diri mereka terhadap yang patut, allah
menhetahui apa yang kamu perbuat. (Al-Baqarah : 234)5

Hadist :

Bulughul mahram
: ;





,











,



,

,

,
,


,

.


:
:
Dari Ummu Athiyyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah seorang
perempuan berkabung atas kematian lebih dari tiga hari, kecuali
atas kematian suaminya ia boleh berkabung empat bulan sepuluh
hari, ia tidak boleh berpakaian warna-wanri kecuali kain 'ashob,
tidak boleh mencelak matanya, tidak menggunakan wangi-wangian,
kecuali jika telah suci, dia boleh menggunakan sedikit sund dan
adhfar (dua macam wewangian yang biasa digunakan perempuan
untuk membersihkan bekas haidnya)." Muttafaq Alaihi dan
lafadhnya menurut Muslim. Menurut riwayat Abu Dawud dan Nasa'i

4 Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Mahram Min Adillatil


Ahkam, Hadist, no 905
5 QS Al-Baqarah 234

4
ada tambahan: "Tidak boleh menggunakan pacar." Menurut riwayat
Nasa'i: "Dan tidak menyisir."6

HR.Nasai

3443. Telah mengabarkan kepada kami Hannad bin As Sari dari


Waki' dari Syu'bah ia berkata; telah menceritakan kepadaku Humaid
bin Nafi' dari Zainab binti Ummu Salamah, Ummu Habibah berkata,
"Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan
Hari Akhir berkabung atas mayit lebih dari tiga hari kecuali atas
meninggalnya suami, yaitu empat bulan sepuluh hari."

3444. Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdul A'la ia


berkata; telah menceritakan kepada kami Khalid ia berkata; telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Humaid bin Nafi' dari
Zainab binti Ummu Salamah aku berkata dari ibunya? Ia berkata,
"Ya. Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah ditanya
mengenai seorang wanita yang ditinggal mati suaminya, kemudian
mereka khawatir atas matanya apakah ia boleh memakai celak?
Kemudian beliau bersabda: "Sungguh salah seorang di antara kalian
tinggal di rumahnya dalam pakai tipis yang paling buruk selama
atau tahun kemudian keluar. Maka tidak, hingga berlalu empat
bulan sepuluh hari."

6 Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Mahram Min Adillatil


Ahkam, Hadist, no 907

3445. Telah mengabarkan kepada kami Ishaq ia berkata; telah


memberitakan kepada kami Jarir dari Yahya bin Sa'id bin Qais bin
Qahd Al Anshari -dan kakeknya pernah bertemu dengan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam- dari Humaid bin Nafi' dari Zainab binti
Ummu Salamah dari Ummu Salamah dan Ummu Habibah mereka
berdua berkata, "Seorang wanita datang kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dan berkata, "Sesungguhnya anak wanitaku telah
ditinggal mati suaminya dan aku mengkhawatirkan matanya,
apakah boleh aku memberinya celak? Maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh, salah seorang di antara kalian
telah duduk satu tahun, padahal berkabung itu hanyalah empat
bulan sepuluh hari, kemudian apabila telah satu tahun ia keluar dan
"melempar kotoran binatang di belakangnya.

3446. Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Basysyar ia


;berkata; telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ia berkata
'aku mendengar Yahya bin Sa'id berkata; aku mendengar Nafi
berkata dari Shafiyah binti Abu 'Ubaid bahwa ia telah mendengar
Hafshah binti Umar isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir untuk berkabung terhadap mayit di atas tiga
hari kecuali terhadap suaminya, maka ia berkabung terhadapnya
"selama empat bulan sepuluh hari.

3447. Telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Ash Shabbah ia


berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sawa` ia
berkata; telah memberitakan kepada kami Sa'id dari Ayyub dari Nafi'
dari Shafiyah binti Abu 'Ubaid dari sebagian isteri Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, dan dari Ummu Salamah bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh bagi seorang wanita yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk berkabung terhadap
mayit melebihi tiga hari kecuali terhadap suaminya, maka ia
berkabung selama empat bulan sepuluh hari." Telah mengabarkan
kepadaku Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim ia berkata; telah
menceritakan kepada kami As Sahmi -yaitu Abdullah bin Bakr- ia
berkata; telah menceritakan kepada kami Sa'id dari Ayyub dari Nafi'
dari Shafiyah binti Abu 'Ubaid dari sebagian isteri Nabi shallallahu
'alaihi wasallam yaitu Ummu Salamah dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam seperti itu."7

3. Iddah Menurut Surat At-Thalaq : 4


At-Thalaq : 4









( 4: )






Artinya :
Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di
antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang
masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan
begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan
perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya. (Al-Thalaq : 4)8

Hadist :

7 HR. NasaI, no.3443-3447, Hadist Sunan An-NasaI, diterjemahkan oleh Abu Ahmad As-
Sidokare
8 QS. At-Thalaq 4

7
Bulughul mahram


-
, -


( , ,

) :

: ,

,


Dari al-Miswar Ibnu Makhramah bahwa Subai'ah al-Aslamiyyah
Radliyallaahu 'anhu melahirkan anak setelah kematian suaminya
beberapa malam. Lalu ia menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam meminta izin untuk menikah. Beliau mengizinkannya,
kemudian ia nikah. Riwayat Bukhari dan asalnya dalam shahih
Bukhari-Muslim. Dalam suatu lafadz: Dia melahirkan setelah empat
puluh malam sejak kematian suaminya. Dalam suatu lafadz riwayat
Muslim bahwa Zuhry berkata: Aku berpendapat tidak apa-apa
seorang laki-laki menikahinya meskipun darah nifasnya masih
keluar, hanya saja suaminya tidak boleh menyentuhnya sebelum ia
suci.9

HR.Imam Malik





















1077. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abdu


Rabbih bin Sa'id bin Qais dari Abu Salamah bin Abdurrahman ia
berkata; " Ibnu Abbas dan Abu Hurairah ditanya tentang seorang
wanita hamil yang ditinggal mati oleh suaminya. Ibnu Abbas
menjawab, "Iddahnya adalah yang paling lama waktunya di antara
9 Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Mahram Min Adillatil
Ahkam, Hadist no.904

8
dua masa iddah." Dan Abu Hurairah menjawab, "Jika ia telah
melahirkan bayinya, berarti masa iddahnya telah habis." Abu
Salamah kemudian menemui Ummu Salamah, isteri Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dan menanyakan hal tersebut kepadanya. Ummu
Salamah lalu menjawab; "Subai'ah Al Aslamiyah telah melahirkan
anaknya setengah bulan setelah ditinggal mati suaminya, lalu ada
dua orang lelaki melamarnya, yang satu masih muda dan yang satu
sudah tua. Lalu Subai'ah cenderung telah kepada laki-laki yang
umurnya lebih muda, maka laki-laki yang umurnya lebih tua
berkata, "Masa iddahmu belum selesai." (ia mengatakan begitu
karena) Keluarga Shubai'ah sedang pergi, sehingga ketika mereka
telah datang, mereka akan mengutamakan dirinya (atas laki-laki
yang lebih muda). Subai'ah kemudian menemui Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau pun bersabda: 'Masa iddahmu
sudah lewat, nikahlah dengan siapa yang kamu mau'."

1078. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Nafi' dari


Abdullah bin Umar Bahwasanya ia pernah ditanya tentang seorang
wanita yang ditinggal mati suaminya, padahal ia sedang hamil.
Abdullah bin Umar lalu menjawab; "Bila dia telah melahirkan
bayinya, berarti masa iddahnya telah berakhir." Lalu seorang lelaki
Anshar yang sedang bersamanya mengabarkan kepadanya, bahwa
Umar bin Khattab pernah berkata; "Seandainya ia telah melahirkan
sementara jasad suaminya masih terbaring di atas tempat tidur dan
belum dikuburkan, maka ia telah menjadi halal."

1079. Telah menceritakan kepada kami dari Malik dari Hisyam bin
Urwah dari Bapaknya dari Al Miswar bin Makhramah ia
mengabarkan bahwa Subai'ah Al Aslamiyah masih mengeluarkan
darah nifas setelah beberapa hari meninggalnya sang suami.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Masa iddahmu
telah usai, kamu boleh menikah dengan lelaki yang kamu mau."

1080. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id
dari Sulaiman bin Yasar bahwa Abdullah bin Abbas dan Abu Salamah
bin Abdurrahman bin 'Auf pernah berselisih pendapat mengenai
iddahnya seorang wanita yang melahirkan setelah beberapa hari
ditinggal mati suaminya. Abu Salamah berpandangan; "Jika dia telah
melahirkan bayinya, berarti dia sudah boleh menikah lagi dengan
lelaki lain." Sedangkan Ibnu Abbas berpendapat; "Iddahnya adalah
(iddah) yang paling lama masa waktunya." Abu Hurairah datang lalu
"berkata; "Aku sependapat dengan anak saudaraku, Abu Salamah.
Kemudian mereka mengutus Kuraib, mantan budak Abdullah bin
Abbas untuk menemui Ummu Salamah, isteri Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, untuk menanyakan hal tersebut. Kuraib kemudian datang
kepada mereka, mengabarkan bahwa Ummu Salamah berkata,
"Subai'ah Al Aslamiyah pernah melahirkan anaknya setelah
beberapa hari ditinggal mati suaminya, kemudian hal itu ditanyakan
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau lalu bersabda
kepadanya; 'Masa iddahmu telah usai, nikahlah dengan siapa saja
yang kau mau." Malik berkata; "Menurut kami pendapat inilah yang
masih dijadikan pegangan oleh ahli ilmu."10

Iddah yang suaminya hilang (tak dimengerti


)keberadaannya
Imam Malik :


10 HR.Imam Malik no.1077-1080,Al-Muwatha, Diterjemahkan Oleh Abu Ahmad As-Sidokare

10





1052. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Yahya bin Sa'id dari Sa'id
bin Musayyab bahwa Umar bin Khattab berkata; "Seorang wanita yang kehilangan
suaminya dan tidak mengetahui keberadaannya, maka hendaklah dia menunggunya
selama empat tahun. Kemudian menjalani masa iddah selama empat bulan sepuluh
hari dan setelah itu boleh menikah lagi." Malik berkata; "Jika dia menikah setelah
masa iddah selesai, kemudian suaminya (kedua) telah menggaulinya atau belum
menggaulinya, maka suami pertama tidak berhak lagi atasnya." Malik melanjutkan,
"Inilah yang berlaku di kalangan kami selama ini. Namun jika suaminya datang
sementara dia belum menikah lagi, maka suaminya lebih berhak atas dirinya." Malik
kembali melanjutkan, "Saya mendapati sekelompok orang mengingkari pendapat
yang dilontarkan sebagian kelompok terhadap Umar bin Khattab, ketika ia
mengatakan 'Diberikan pilihan bagi suaminya yang pertama, untuk mengambil
maharnya atau kembali pada isterinya'." Malik berkata; "Telah sampai pula kepadaku
pendapat Umar bin Khattab mengenai seorang wanita yang diceraikan suaminya yang
sedang pergi, lalu dia ruju' lagi kepadanya. Namun ruju'nya tersebut tidak sampai
pada pihak isteri, dan hanya kabar talaknya sampai kepada isterinya, kemudian isteri
menikah lagi dengan lelaki lain. Jika suami yang kedua telah menggaulinya atau
belum menggaulinya, maka suami yang pertama yang telah mentalaknya, tidak ada
lagi hak atasnya." Malik berkata; "Pendapat ini adalah pendapat yang aku pandang
paling baik dalam hal ini dan dalam hal suami yang hilang."11

Iddah wanita mustahadlah


Imam Malik :

1068. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Ibnu Syihab dari Sa'id Ibnul
Musayyab ia berkata; "Iddahnya wanita mustahadlah adalah satu tahun." 12

Iddah wanita yang dikhulu'


Nasai :










3440. Telah mengabarkan kepada kami Abu Ali Muhammad bin Yahya Al Marwazi ia
berkata; telah mengabarkan kepadaku Syadzan bin Utsman saudara Abdan, ia berkata;
telah menceritakan kepada kami Bapakku berkata; telah menceritakan kepada kami
11 HR.Imam Malik, no.1052 Al-Muwatha Diterjemahkan Oleh Abu Ahmad As-Sidokare
12 HR.Imam Malik no.1068 Al-Muwatha Diterjemahkan Oleh Abu Ahmad As-Sidokare

11
Ali bin Al Mubarak dari Yahya bin Abu Katsir ia berkata; telah mengabarkan
kepadaku Muhammad bin Abdurrahman bahwa Ar Rubayyi' binti Mu'awwidz bin
'Afra telah mengabarkan kepadanya, bahwa Tsabit bin Qais bin Syammas memukul
isterinya hingga mematahkan tangannya, yaitu Jamilah binti Abdullah bin Ubay.
Saudaranya (Jamilah) lalu datang mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus
seseorang kepada Tsabit dan berkata kepadanya: "Ambillah apa yang menjadi haknya
atas dirimu dan lepaskan dia!" Tsabit lalu berkata, Ya." Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam lantas menyuruh Jamilah untuk menunggu (Idaah) dalam durasi satu kali
haid sebelum kembali kepada keluarganya.








3441. Telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Sa'd bin Ibrahim bin Sa'd ia
berkata; telah menceritakan kepada kami pamanku ia berkata; telah menceritakan
kepada kami ayahku dari Ibnu Ishaq ia berkata; telah menceritakan kepadaku Ubadah
bin Al Walid bin 'Ubadah bin Ash Shamid dari Rubayyi' binti Mu'awwidz ia berkata,
"Aku berkata kepadanya, "Ceritakanlah hadits yang kamu riwayatkan kepadaku."
Rubayyi' berkata, "Aku minta cerai kepada suamiku, lalu aku mendatangi Utsman dan
aku tanyakan kepadanya 'apakah aku harus menunggu masa iddah? ia lalu menjawab,
'Tidak ada iddah atasmu, kecuali jika engkau baru menikah dengannya maka engkau
tinggallah hingga engkau mengalami haid sekali'." Ubadah bin Ash Shamid berkata,
"Aku mengikuti apa yang diputuskan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada
Maryam Al Mughaliyyah, dahulu ia berada dalam naungan Tsabit bin Qais bin
Syammas, lalu ia minta cerai kepadanya."13

Iddah wanita yang diitnggal mati suaminya dan belum


bersetubuh
NasaI :






3466. Telah mengabarkan kepada kami Mahmud bin Ghailan berkata; telah
menceritakan kepada kami Zaid bin Al Hubab berkata; telah menceritakan kepada
kami Sufyan dari Manshur dari Ibrahim dari 'Alqamah dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia
ditanya mengenai seorang laki-laki yang menikahi seorang wanita, ia belum
menentukan mahar dan belum menggaulinya hingga meninggal. Ibnu Mas'ud berkata,
"Wanita tersebut berhak mendapatkan mahar sebagai seorang wanita, tidak ada
pengurangan dan kezhaliman, ia wajib ber'iddah dan mendapatkan warisan."
Kemudian Ma'qil bin Sinan Al Asyja'i berdiri dan berkata, "Rasulullah shallallahu

13 HR.NasaI, no.3440-3441, Hadist Sunan An-Nasai Diterjemahkan Oleh Abu Ahmad As-
Sidokare

12
'alaihi wasallam telah memberikan keputusan pada kami terhadap Barwa' binti
Wasyiq, seorang wanita di antara kami seperti apa yang telah engkau putuskan." Maka
Ibnu Mas'ud merasa senang."14

Iddah wanita yang ditinggal mati suaminya semenjak


berita kematian
Nasai :





3474. Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Manshur berkata; telah
menceritakan kepada kami Abdurrahman dari Sufyan dari Sa'd bin Ishaq berkata;
telah menceritakan kepadaku Zainab binti Ka'b berkata; telah menceritakan kepadaku
Furai'ah binti Malik saudara wanita Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata, "Suamiku
meninggal di daerah Al Qadum, kemudian aku datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dan menyebutkan kepadanya bahwa kampung kami jauh." Beliau kemudian
memberinya izin, namun kemudian beliau memanggilnya kembali seraya bersabda:
"Tinggallah di rumahmu selama empat bulan sepuluh hari hingga selesai masa
'iddah."15

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Iddah secara bahasa berarti menghitung.
Menurut islam, iddah berarti masa menunggu yang harus
dilalui seorang wanita setelah bercerai atau ditinggal
suaminya (meninggal).
Macam-macam iddah: iddah wanita yang haid, iddah istri
yang tidak haid,iddah istri yang telah disetubuhi, iddah wanita
hamil dan iddah wanita yang ditinggal mati suaminya.
Lama Iddah bagi istri yang ditalak ialah tiga kali quru.
Lama Iddah bagi istri yang ditinggal mati oleh suami ialah
empat bulan sepuluh hari.
Lama Iddah bagi istri yang hamil ialah sampai melahirkan.

14 HR.NasaI, no.3466, Hadist Sunan An-Nasai Diterjemahkan Oleh Abu Ahmad As-Sidokare
15 HR.NasaI, no.3474, Hadist Sunan An-Nasai Diterjemahkan Oleh Abu Ahmad As-Sidokare

13
Ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang iddah : Al-
Baqarah (228), Al-Baqarah (234), At-Thalak (4)
Hadist-hadist yang menjelaskan tentang iddah diantaranya
ialah : HR. Bukhari. HR. Muslim, HR. Abu Daud,dll.

DAFTAR PUSTAKA

QS. Al-Baqarah 228


QS. Al-Baqarah 234
QS. At-Thalaq 4
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Mahram Min Adillatil
Ahkam Al-Hafidz
HR. Imam Malik Al-Muwatha diterjemahkan oleh Abu Ahmad
As-Sidokare
HR. NasaI, Hadist Sunan An-NasaI diterjemahkan Oleh Abu
Ahmad As-Sidokare

14

Anda mungkin juga menyukai