PNEUMOTORAKS
DISUSUN OLEH:
I4061161028
KONSULEN:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Definisi 4
2.2 Epidemiologi 4
2.3 Klasifikasi 4
2.3.1 Berdasarkan Penyebab Terjadinya 4
2.3.2 Berdasarkan Lokalisasi 5
2.3.3 Berdasarkan Derajat Kolaps 5
2.3.4 Berdasarkan Jenis Fistel/Kebocorannya 6
2.4 Patogenesis Pneumotoraks 7
2.5 Gejala Klinis 8
2.6 Diagnosis 8
2.6.1 Anamnesis 8
2.6.2 Pemeriksaan Fisik 8
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang 10
2.7 Tatalaksana 13
2.7.1 Tindakan Medis 13
2.7.1 Tindakan Dekompresi 15
2.7.3 Tindakan Bedah 17
2.7.4 Pengobatan Tambahan 17
2.8 Alur Tatalaksana Pneumotoraks 18
BAB III PENUTUP 19
3.1 Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang
Pneumotoraks pertama kali ditemukan oleh Boerhaave pada tahun 1724, tetapi
tanda dan gejala pneumotoraks dikemukakan pertama kali oleh Laennes tahun 1819.
Penderita pneumotoraks ditemukan sebanyak 8600 setiap tahunnya dengan estimasi
6-7/100.000/tahun: 1-2/100.000/tahun pada laki-laki dibandingkan perempuan dan
kasus baru 7500 pneumotoraks spontan sekunder setiap tahunnya di Amerika. 1
Pneumotoraks ialah rongga pleura yang terisi udara.2 Secara normal, tekanan di dalam
paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan dalam rongga pleura yang mengelilingi
paru. Namun, jika udara memasuki ruang pleura, tekanan pada pleura akan menjadi
lebih besar dari pada tekanan paru-paru, sehingga menyebabkan paru kolap sebagian
atau seluruhnya. Pneumotoraks dapat menyebabkan keadaan yang gawat, maka dari
itu diperlukan penanganan yang tepat dan sebaik-baiknya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Definisi
Pneumotoraks adalah keadaan dimana terdapat udara bebas di dalam rongga
pleura.1
2.2 Epidemiologi
Pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar
40 tahun. Laki-laki lebih sering daripada wanita . Kasus pneumotoraks di RSU dr.
Soetomo lebih kurang 55% disebabkan oleh penyakit dasar seperti tuberculosis (TB)
paru aktif, TB paru disertai fibrosis atau emfisema lokal, bronchitis kronis dan
emfisema. Selain karena penyakit tersebut diatas, pneumotoraks pada wanita dapat
terjadi saat menstruasi dan sering berulang. Keadaan ini disebut pneumotoraks
katamenial yang disebabkan oleh endometriosis di pleura. Kematian akibat
pneumotoraks lebih kurang 12%.2
4
c. Spontan
Pneumotoraks spontan adalah pneumotoraks yang terjadi secara spontan tanpa
didahului oleh kecelakaan atau trauma, sering didapatkan pada penyakit dasar
berupa:
1) TB Paru proses lama, dengan mutiple cavity, fibrosis, emfisema, TB milier.
2) Bronkitis kronis, dengan kekambuhan akut.
3) Emfisema.
4) Asma bronkial kronis, dengan serangan batuk; influenza.
5) Kanker paru.
%PNX = 100 -
5
2.3.4 Berdasarkan Jenis Fistel/Kebocorannya
a. Pneumotoraks terbuka
Pneumotoraks terbuka yaitu suatu pneumotoraks yang terdapat hubungan antara
rongga pleura dengan bronkus, sehingga tekanan dalam pleura sama dengan
tekanan udara luar. Perubahan tekanan sesuai dengan perubahan gerakan
pernapasan. Pada saat inspirasi tekanan menjadi negative dan pada waktu ekspirasi
tekanan menjadi positif.
b. Pneumotoraks tertutup
Pneumotoraks tertutup yaitu udara dalam rongga pleura tidak mempunyai
hubungan dengan udara luar, karena rongga pleura tertutup. Sehingga tekanan
udara di dalam rongga pleura awalnya positif sedang/rendah namun lambat laun
berubah menjadi negatif.
c. Pneumotoraks ventil (tension pneumothorax)
Pneumotoraks ventil (tension pneumothorax) yaitu pneumotoraks dengan tekanan
intrapleura yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel
di pleura yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea,
bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel
terbuka, sedangkan waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat
keluar. Sehingga tekanan di rongga pleura semakin meninggi. Pada foto toraks,
selain gambaran paru kolaps, juga terlihat jantung dan mediastinum terdorong ke
samping serta diafragma terdrong kebawah.
6
2.4 Patogenesis Pneumotoraks 2
Keadaan fisiologi tekanan-tekanan di rongga dada dalam keadaan normal,
yaitu:
a. Tekanan intrapleura inspirasi sekitar, -8 -12 cm H2O
b. Tekanan intrapleura ekspirasi sekitar, -4 -9 cm H2O
c. Tekanan intrabronkial inspirasi sekitar, -1,5 -7 cm H2O
d. Tekanan intrabronkial ekspirasi sekitar, -1,5 -4 cm H2O
e. Tekanan intrabronkial waktu bicara, +30 cm H2O
f. Tekanan intrabronkial waktu batuk, +90 cm H2O
Pada waktu inspirasi tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan
intrabronkial, maka paru mengembang mengikuti gerakan dinding toraks sehingga
udara dari luar dengan tekanan permulaan nol, akan terhisap masuk melalui bronkus
hingga mencapai alveol. Pada saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada
sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi daripada tekanan udara alveol ataupun
di bronkus, akibatnya udara akan ditekan keluar melalui bronkus.2
Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada saluran
pernapasan dan akan meningkat lebih besar lagi pada permulaan batuk, bersin atau
mengejan, pada keadaan ini glottis tertutup. Apabila di bagian perifer bronki atau
alveol ada bagian yang lemah, maka kemungkinan terjadi robekan bronki atau alveol
akan sangat mudah.2
Dengan demikian, dugaan terjadinya pneumotoraks dapat dijelaskan yaitu ada
kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pleura yang pecah.
Bagian yang robek atau yang pecah ini berhubungan dengan bronkus. Pelebaran
alveol dan septa-septa alveol yang pecah kemudian membentuk suatu bula yang
berdinding tipis di dekat daerah yang ada proses nonspesifik atau fibrosis
granulomatosa. Pneumotoraks terjadi bila bula atau blebs ini mengalami distensi dan
pecah kedalam rongga pleura. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab yang
paling sering menimbulkan pneumotoraks.1,2
7
Pada pneumotoraks spontan, sebagai pencetus atau auslosend moment adalah
batuk keras, bersin, mengangkat barang-barang berat, kencing atau mengejan.
Penderita mengeluh sesak napas yang makin lama makin berat setelah mengalami
hal-hal tersebut di atas.2
Keluhan utama pneumotoraks spontan adalah sesak napas, bernapas terasa
berat, nyeri dada dan batuk. Sesak sering mendadak dan makin lama makin berat.
Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri
pada gerakan pernapasan. Keluhan pada pneumotoraks tipe traumatik dan artifisial
dapat ditanyakan setelah terjadi suatu peristiwa.2
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Anamnesis ditemukan keluhan sesak napas atau nyeri dada atau keduanya
pada sisi yang sakit. Penderita tidak mempunyai penyakit paru sebelumnya dan
keluhan timbul mendadak (pada pneumotoraks spontan primer). Ada riwayat
penyakit paru sebelumnya (pada pneumotoraks spontan sekunder).1
8
- Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain
serta ada tidaknya obstruksi jalan napas
Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi bila
penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil
disebabkan pengisian yang kurang.
9
a. Bagian pneumotoraks akan tampak hitam, rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps
tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler yang sesuai dengan
lobus paru.
b. Ada kalanya rongga ini sangat sempit sehingga hampir tidak tampak, kalau
tidak diamati dengan betul.
c. Sebaliknya, paru yang mengalami kolaps tersebut, hanya tampak seperti
masa yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru
yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak berkaitan dengan berat ringan sesak
napas yang dikeluhkan.
d. Perlu diamati ada tidaknya pendorongan. Apabila ada pendorongan jantung
atau trakea kearah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi
pneumotoraks ventil dengan tekanan intrapleura yang tinggi.
e. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan ini:
- Pneumomediastinum: terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung,
mulai dari basis sampai ke apeks.
- Emfisema subkutan: dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit.
- Cairan didalam rongga pleura (hidropneumotoraks): tampak permukaan
cairan sebagai garis datar diatas diafragma.
10
Gambar 2.2 Pneumotoraks spontan kiri4
11
Gambar 2.4 Pneumotoraks spontan sekunder kiri karena PCP4
12
2.7 Tatalaksana2
2.7.1 Tindakan Medis
Tindakan observasi yaitu dengan mengukur tekanan intrapleura,
menghisap udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditujukan
pada penderita pneumotoraks tertutup atau terbuka.
a. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Paru yang kolaps hanya sedikit, pada pengukuran tekanan intrapleura
negatif atau positif kecil dan setelah dihisap dengan pneumometer 300-500
cc atau sampai 1000 cc didapatkan tekanan intrapleura tetap negatif dan
tidak berubah menjadi positif.
Apabila tekanan intrapleura pada permulaan sudah menunjukkan
tekanan negatif yaitu sekitar normal (ekspirasi -4 dan inspirasi -8), maka
tidak perlu dihisap lagi, cukup dilakukan observasi apakah penderita
bertambah sesak atau tidak. Bila penderita bertambah sesak, lakukan
pemeriksaan fisik dan jika masih tetap ada tanda-tanda pneumotoraks
lansung diukur tekanan intrapleura. Apabila tekanan intrapleura berubah
menjadi lebih positif, berarti telah terjadi pneumotoraks ventil. Keadaan ini
sering dijumpai. Apabila pneumotoraks tetap tertutup dan tekanan
intrapleura tetap negatif yaitu sekitar normal, maka pengembangan paru
menjadi lebih cepat. Biasanya paru akan mengembang penuh dalam 3-5
hari.
Apabila luas kolaps sekitar 20% atau lebih, perlu dilakukan
penghisapan secara berkala. Penghisapan harus bertahap dan setiap kali
penghisapan diambil 300-500 cc udara, kemudian diukur tekanan intrapleura
dengan maksud supaya perubahan tekanan intrapleura setelah setiap kali
selesai dihisap dapat diketahui. Jika penghisapan lebih dari 500 c,
kemungkinan fistel yang sudah menutup terbuka sehingga timbul
pneumotoraks terbuka.
13
Pneumotoraks tertutup, sering gejalanya ringan kadang-kadang tanpa
gejala yang berarti. Sering dijumpai pada dewasa muda, tanpa kelainan paru
yang jelas dan faal paru cukup baik dengan cadangan volume yang cukup.
Pada pneumotoraks tertutup terdapat kebocoran ringan di paru
sehingga bila terjadi kolaps paru, kebocoran itu akan menutup sendiri. Udara
di rongga pleura akan direasorbsi dalam beberapa hari sampai kurang lebih
satu minggu, selanjutnya paru sudah dapat mengembang kembali tanpa
memerlukan tindakan apa-apa. Dapat dilakukan penghisapan udara dengan
hati-hati dengan syarat tidak dijumpai kelainan paru, misalnya ada tanda-
tanda obstruksi jalan napas, emfisema atau batuk keras.
14
c. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Pada pneumotoraks ventil, sering penderita sesak napas berat dan
keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan tindakan
perbaikan. Pada pneumotoraks ventil, tekanan intrapleura tinggi, terjadi
kolaps paru dan ada penekanan pada mediastinum dan jantung. Himpitan
pada jantung menyebabkan kontraksi terganggu dan venous return juga
terganggu. Jadi selain menimbulkan gangguan pada pernapasan, juga
menimbulkan gangguan pada sirkulasi darah (hemodinamik). Tindakan
utama yang harus dilakukan adalah dekompresi terhadap tekanan intrapleura
yang tinggi tersebut, yaitu dengan membuat hubungan dengan udara luar.
15
gelembung udara yang keluar dari ujung pipa plastik yang berada di
dalam botol.
3) Pipa Water Sealed Drainage (WSD)
Pipa khusus (thoraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pean).
Pemasukkan pipa plastik (toraks kateter) dapat juga dilakukan melalui
celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke 4 pada
garis aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Selain itu dapat pula
melalui sela iga ke 2 di garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung selang
plastik di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik
lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2
cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan
mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.
Cara pemasangan WSD:
Lakukan persiapan untuk operasi kecil, seperti desinfeksi, anestesi lokal
dan dipasang doek steril. Kulit diinsisi secukupnya disesuaikan dengan
ukuran troakar, setelah itu otot dibuka secara tumpul dan terakhir baru
troakar ditusukkan.
Penghisapan Terus-menerus (Continuous Suction)
Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap
positif. Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif
sebesar 10-20 cm air. Dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan
segera terjadi perleketan antara pleura viseralis dan pleura parietalis.
Pencabutan Drain
Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah
negatif kembali, drain dapat dicabut. Sebelum dicabut drain ditutup
dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap
mengembang penuh, maka drain dicabut.
16
b. Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang
menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan
atau dekortikasi.
c. Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila
ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan
tidak dapat dipertahankan kembali.
d. Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis. Dengan melakukan penjahitan setelah
masing-masing pleura dikerok atau lapisan yang tebal dibuang, selanjutnya
kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel.
17
BAB III
18
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumotoraks adalah keadaan dimana terdapat udara bebas di dalam rongga
pleura, yang berdasarkan fistelnya terbagi menjadi pneumotoraks tertutup,
pneumotoraks terbuka dan pneumotoraks ventil.
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Swidarmoko B & Susanto AD (ed). Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat
Napas. Jakarta: FKUI; 2010. h. 54-69.
2. Wibisono MJ, Winariani, Hariadi S (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
FKUNAIR; 2010. h. 180-97.
3. Fishman AP (ed). Fishmans Pulmonary Diseases and Disorders. 4th Edition. New
York: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2008. h. 1518-34.
4. Eng P & Cheah FK. Interpreting Chest X-Rays, Illustrated with 100 cases.
Singapore: Cambridge University Press; 2005. h. 4, 19,119, 172.
5. Collins J & Stern EJ (ed). Chest Radiology: The Essentials, 2nd Ed. Washington
DC: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. h. 152.
6. British Thoracic Society (BTS). Pleural Disease Guideline 2010. British Thoracic
Society Reports. 2010;2(3):5-7.
20