Anda di halaman 1dari 20

REFARAT

PNEUMOTORAKS

DISUSUN OLEH:

Syahrina Fakihun, S. Ked

I4061161028

KONSULEN:

dr. Handriyani, Sp. P

KEPANITERAAN KLINIK PULMONOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

RSUD ADE MUHAMMAD DJOEN SINTANG

2017

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Definisi 4
2.2 Epidemiologi 4
2.3 Klasifikasi 4
2.3.1 Berdasarkan Penyebab Terjadinya 4
2.3.2 Berdasarkan Lokalisasi 5
2.3.3 Berdasarkan Derajat Kolaps 5
2.3.4 Berdasarkan Jenis Fistel/Kebocorannya 6
2.4 Patogenesis Pneumotoraks 7
2.5 Gejala Klinis 8
2.6 Diagnosis 8
2.6.1 Anamnesis 8
2.6.2 Pemeriksaan Fisik 8
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang 10
2.7 Tatalaksana 13
2.7.1 Tindakan Medis 13
2.7.1 Tindakan Dekompresi 15
2.7.3 Tindakan Bedah 17
2.7.4 Pengobatan Tambahan 17
2.8 Alur Tatalaksana Pneumotoraks 18
BAB III PENUTUP 19
3.1 Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1 Latar Belakang
Pneumotoraks pertama kali ditemukan oleh Boerhaave pada tahun 1724, tetapi
tanda dan gejala pneumotoraks dikemukakan pertama kali oleh Laennes tahun 1819.
Penderita pneumotoraks ditemukan sebanyak 8600 setiap tahunnya dengan estimasi
6-7/100.000/tahun: 1-2/100.000/tahun pada laki-laki dibandingkan perempuan dan
kasus baru 7500 pneumotoraks spontan sekunder setiap tahunnya di Amerika. 1
Pneumotoraks ialah rongga pleura yang terisi udara.2 Secara normal, tekanan di dalam
paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan dalam rongga pleura yang mengelilingi
paru. Namun, jika udara memasuki ruang pleura, tekanan pada pleura akan menjadi
lebih besar dari pada tekanan paru-paru, sehingga menyebabkan paru kolap sebagian
atau seluruhnya. Pneumotoraks dapat menyebabkan keadaan yang gawat, maka dari
itu diperlukan penanganan yang tepat dan sebaik-baiknya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1 Definisi
Pneumotoraks adalah keadaan dimana terdapat udara bebas di dalam rongga
pleura.1

2.2 Epidemiologi
Pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar
40 tahun. Laki-laki lebih sering daripada wanita . Kasus pneumotoraks di RSU dr.
Soetomo lebih kurang 55% disebabkan oleh penyakit dasar seperti tuberculosis (TB)
paru aktif, TB paru disertai fibrosis atau emfisema lokal, bronchitis kronis dan
emfisema. Selain karena penyakit tersebut diatas, pneumotoraks pada wanita dapat
terjadi saat menstruasi dan sering berulang. Keadaan ini disebut pneumotoraks
katamenial yang disebabkan oleh endometriosis di pleura. Kematian akibat
pneumotoraks lebih kurang 12%.2

2.3 Klasifikasi 1,2


2.3.1 Berdasarkan Penyebab Terjadinya
a. Artifisial
Pneumotoraks artifisial adalah pneumotoraks yang disebabkan tindakan tertentu
atau memang disengaja untuk tujuan tertentu.
1) Terapi: Sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Misalnya terapi kolaps yang
dilakukan untuk melindungi paru terhadap bahaya sinar rontgen pada waktu
dilakukan radiasi karsinoma payudara.
2) Diagnosis: Paru dibuat kolaps, kemudian dilakukan foto toraks PA, untuk
membedakan letak tumor perifer menempel di dinding toraks atau di parenkim
paru yang kolaps.
b. Traumatik
Pneumotoraks traumatik adalah pneumotoraks yang disebabkan oleh jejas
mengenai dada.

4
c. Spontan
Pneumotoraks spontan adalah pneumotoraks yang terjadi secara spontan tanpa
didahului oleh kecelakaan atau trauma, sering didapatkan pada penyakit dasar
berupa:
1) TB Paru proses lama, dengan mutiple cavity, fibrosis, emfisema, TB milier.
2) Bronkitis kronis, dengan kekambuhan akut.
3) Emfisema.
4) Asma bronkial kronis, dengan serangan batuk; influenza.
5) Kanker paru.

2.3.2 Berdasarkan Lokalisasi


a. Pneumotoraks parietalis
b. Pneumotoraks medialis
c. Pneumotoraks basalis

2.3.3 Berdasarkan Derajat Kolaps


a. Pneumotoraks totalis
b. Pneumotoraks parsialis
Derajat kolaps paru pneumotoraks parsialis menurut ACCP (American College of
Chest Physician, 2001) dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut:
Luas hemitoraks (A x B) Luas paru yang kolaps (a x b) : (A x B) x 100%
Metode Light (1990)

%PNX = 100 -

Metode Rhea (1982)

5
2.3.4 Berdasarkan Jenis Fistel/Kebocorannya
a. Pneumotoraks terbuka
Pneumotoraks terbuka yaitu suatu pneumotoraks yang terdapat hubungan antara
rongga pleura dengan bronkus, sehingga tekanan dalam pleura sama dengan
tekanan udara luar. Perubahan tekanan sesuai dengan perubahan gerakan
pernapasan. Pada saat inspirasi tekanan menjadi negative dan pada waktu ekspirasi
tekanan menjadi positif.
b. Pneumotoraks tertutup
Pneumotoraks tertutup yaitu udara dalam rongga pleura tidak mempunyai
hubungan dengan udara luar, karena rongga pleura tertutup. Sehingga tekanan
udara di dalam rongga pleura awalnya positif sedang/rendah namun lambat laun
berubah menjadi negatif.
c. Pneumotoraks ventil (tension pneumothorax)
Pneumotoraks ventil (tension pneumothorax) yaitu pneumotoraks dengan tekanan
intrapleura yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel
di pleura yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea,
bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel
terbuka, sedangkan waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat
keluar. Sehingga tekanan di rongga pleura semakin meninggi. Pada foto toraks,
selain gambaran paru kolaps, juga terlihat jantung dan mediastinum terdorong ke
samping serta diafragma terdrong kebawah.

6
2.4 Patogenesis Pneumotoraks 2
Keadaan fisiologi tekanan-tekanan di rongga dada dalam keadaan normal,
yaitu:
a. Tekanan intrapleura inspirasi sekitar, -8 -12 cm H2O
b. Tekanan intrapleura ekspirasi sekitar, -4 -9 cm H2O
c. Tekanan intrabronkial inspirasi sekitar, -1,5 -7 cm H2O
d. Tekanan intrabronkial ekspirasi sekitar, -1,5 -4 cm H2O
e. Tekanan intrabronkial waktu bicara, +30 cm H2O
f. Tekanan intrabronkial waktu batuk, +90 cm H2O
Pada waktu inspirasi tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan
intrabronkial, maka paru mengembang mengikuti gerakan dinding toraks sehingga
udara dari luar dengan tekanan permulaan nol, akan terhisap masuk melalui bronkus
hingga mencapai alveol. Pada saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada
sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi daripada tekanan udara alveol ataupun
di bronkus, akibatnya udara akan ditekan keluar melalui bronkus.2
Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada saluran
pernapasan dan akan meningkat lebih besar lagi pada permulaan batuk, bersin atau
mengejan, pada keadaan ini glottis tertutup. Apabila di bagian perifer bronki atau
alveol ada bagian yang lemah, maka kemungkinan terjadi robekan bronki atau alveol
akan sangat mudah.2
Dengan demikian, dugaan terjadinya pneumotoraks dapat dijelaskan yaitu ada
kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pleura yang pecah.
Bagian yang robek atau yang pecah ini berhubungan dengan bronkus. Pelebaran
alveol dan septa-septa alveol yang pecah kemudian membentuk suatu bula yang
berdinding tipis di dekat daerah yang ada proses nonspesifik atau fibrosis
granulomatosa. Pneumotoraks terjadi bila bula atau blebs ini mengalami distensi dan
pecah kedalam rongga pleura. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab yang
paling sering menimbulkan pneumotoraks.1,2

2.5 Gejala Klinis

7
Pada pneumotoraks spontan, sebagai pencetus atau auslosend moment adalah
batuk keras, bersin, mengangkat barang-barang berat, kencing atau mengejan.
Penderita mengeluh sesak napas yang makin lama makin berat setelah mengalami
hal-hal tersebut di atas.2
Keluhan utama pneumotoraks spontan adalah sesak napas, bernapas terasa
berat, nyeri dada dan batuk. Sesak sering mendadak dan makin lama makin berat.
Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri
pada gerakan pernapasan. Keluhan pada pneumotoraks tipe traumatik dan artifisial
dapat ditanyakan setelah terjadi suatu peristiwa.2

2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Anamnesis ditemukan keluhan sesak napas atau nyeri dada atau keduanya
pada sisi yang sakit. Penderita tidak mempunyai penyakit paru sebelumnya dan
keluhan timbul mendadak (pada pneumotoraks spontan primer). Ada riwayat
penyakit paru sebelumnya (pada pneumotoraks spontan sekunder).1

2.6.2 Pemeriksaan Fisik 2


Keadaan Umum:
- Tampak sesak ringan sampai berat tergantung kecepatan udara yang masuk.
Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek dengan mulut terbuka, seperti
ikan hidup yang berada di luar air.
- Sesak napas dengan/tanpa sianosis.
- Penderita tampak sakit mulai ringan sampai berat. Badan tampak lemah dan
dapat disertai syok. Bila pneumotoraks baru terjadi penderita berkeringat
dingin.
Berat ringan keadaan penderita tergantung juga pada tipe pneumotoraks:
- Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat
- Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif, sering dirasakan lebih berat

8
- Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain
serta ada tidaknya obstruksi jalan napas
Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi bila
penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil
disebabkan pengisian yang kurang.

Pemeriksaan Fisik Toraks:


Inspeksi:
- Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit
- Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
- Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
Palpasi
- Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
- Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
- Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
Perkusi
- Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar
- Batas jantung terdorong kearah toraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura tinggi
Auskultasi
- Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
- Suara napas terdengar amforik bila ada fistel bronkopleura yang cukup besar
pada pneumotoraks terbuka
- Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif
- Coin test : Pada auskultasi dada menggunakan ketokan dua uang logam yang
satu ditempelkan di dada dan yang lain diketokkan pada uang logam yang
pertama. Terdengar bunyi metalik yang dapat didengar dengan telinga yang
ditempelkan di punggung. Jika pneumotoraks tadi sebenarnya suatu bula,
maka suara metalik tidak akan terdengar.

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang


Foto Toraks

9
a. Bagian pneumotoraks akan tampak hitam, rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps
tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler yang sesuai dengan
lobus paru.
b. Ada kalanya rongga ini sangat sempit sehingga hampir tidak tampak, kalau
tidak diamati dengan betul.
c. Sebaliknya, paru yang mengalami kolaps tersebut, hanya tampak seperti
masa yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru
yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak berkaitan dengan berat ringan sesak
napas yang dikeluhkan.
d. Perlu diamati ada tidaknya pendorongan. Apabila ada pendorongan jantung
atau trakea kearah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi
pneumotoraks ventil dengan tekanan intrapleura yang tinggi.
e. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan ini:
- Pneumomediastinum: terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung,
mulai dari basis sampai ke apeks.
- Emfisema subkutan: dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit.
- Cairan didalam rongga pleura (hidropneumotoraks): tampak permukaan
cairan sebagai garis datar diatas diafragma.

Gambar 2.1 Pneumotoraks spontan kanan3

10
Gambar 2.2 Pneumotoraks spontan kiri4

Gambar 2.3 Pneumotoraks spontan sekunder kanan karena Ca Paru kanan-kiri4

11
Gambar 2.4 Pneumotoraks spontan sekunder kiri karena PCP4

Gambar 2.5 Pneumotoraks ventil (tension pneumotoraks) kanan5

Gambar 2.6 Hidropneumotoraks kanan karena Kista Bronkiektasis5

12
2.7 Tatalaksana2
2.7.1 Tindakan Medis
Tindakan observasi yaitu dengan mengukur tekanan intrapleura,
menghisap udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditujukan
pada penderita pneumotoraks tertutup atau terbuka.
a. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Paru yang kolaps hanya sedikit, pada pengukuran tekanan intrapleura
negatif atau positif kecil dan setelah dihisap dengan pneumometer 300-500
cc atau sampai 1000 cc didapatkan tekanan intrapleura tetap negatif dan
tidak berubah menjadi positif.
Apabila tekanan intrapleura pada permulaan sudah menunjukkan
tekanan negatif yaitu sekitar normal (ekspirasi -4 dan inspirasi -8), maka
tidak perlu dihisap lagi, cukup dilakukan observasi apakah penderita
bertambah sesak atau tidak. Bila penderita bertambah sesak, lakukan
pemeriksaan fisik dan jika masih tetap ada tanda-tanda pneumotoraks
lansung diukur tekanan intrapleura. Apabila tekanan intrapleura berubah
menjadi lebih positif, berarti telah terjadi pneumotoraks ventil. Keadaan ini
sering dijumpai. Apabila pneumotoraks tetap tertutup dan tekanan
intrapleura tetap negatif yaitu sekitar normal, maka pengembangan paru
menjadi lebih cepat. Biasanya paru akan mengembang penuh dalam 3-5
hari.
Apabila luas kolaps sekitar 20% atau lebih, perlu dilakukan
penghisapan secara berkala. Penghisapan harus bertahap dan setiap kali
penghisapan diambil 300-500 cc udara, kemudian diukur tekanan intrapleura
dengan maksud supaya perubahan tekanan intrapleura setelah setiap kali
selesai dihisap dapat diketahui. Jika penghisapan lebih dari 500 c,
kemungkinan fistel yang sudah menutup terbuka sehingga timbul
pneumotoraks terbuka.

13
Pneumotoraks tertutup, sering gejalanya ringan kadang-kadang tanpa
gejala yang berarti. Sering dijumpai pada dewasa muda, tanpa kelainan paru
yang jelas dan faal paru cukup baik dengan cadangan volume yang cukup.
Pada pneumotoraks tertutup terdapat kebocoran ringan di paru
sehingga bila terjadi kolaps paru, kebocoran itu akan menutup sendiri. Udara
di rongga pleura akan direasorbsi dalam beberapa hari sampai kurang lebih
satu minggu, selanjutnya paru sudah dapat mengembang kembali tanpa
memerlukan tindakan apa-apa. Dapat dilakukan penghisapan udara dengan
hati-hati dengan syarat tidak dijumpai kelainan paru, misalnya ada tanda-
tanda obstruksi jalan napas, emfisema atau batuk keras.

b. Pneumotoraks Terbuka (Simple Pneumothorax)


Disebut pneumotoraks terbuka, bila rongga pleura mempunyai
hubungan dengan bronkus dan dunia luar. Jadi ada lubang yang tetap
terbuka. Pada pneumotoraks terbuka tekanan di dalam rongga pleura sekitar
nol atau positif saat ekspirasi dan negatif waktu inspirasi, misalnya ekspirasi
+4 dan inspirasi -4. Apabila dilakukan penghisapan udara, tekanan
intrapleura akan kembali seperti semula, yaitu sekitar nol.
Pneumotoraks terbuka sering disebabkan oleh suatu proses penyakit
paru, sehingga pengobatan pneumotoraks terbuka terutama ditujukan pada
penyakit dasar tersebut. Pneumotoraks terbuka, sebagian besar akan menjadi
pneumotoraks kronis dan paru tidak dapat mengembang dengan cepat.
Pengembangan paru memerlukan waktu1-2 bulan dan sering kali timbul
berupa cairan eksudat atau empiema.
Dengan mengobati penyakit dasar, pneumotoraks terbuka ini dapat
menjadi pneumotoraks tertutup dan kemungkinan paru dapat mengembang
kembali apabila tekanan intrapleura menjadi negatif. Pada pneumotoraks
terbuka yang tidak mengembang dalam waktu 2 minggu, perlu dilakukan
torakoskopi guna melihat kemungkinan penyebab paru tidak mengembang.

14
c. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Pada pneumotoraks ventil, sering penderita sesak napas berat dan
keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan tindakan
perbaikan. Pada pneumotoraks ventil, tekanan intrapleura tinggi, terjadi
kolaps paru dan ada penekanan pada mediastinum dan jantung. Himpitan
pada jantung menyebabkan kontraksi terganggu dan venous return juga
terganggu. Jadi selain menimbulkan gangguan pada pernapasan, juga
menimbulkan gangguan pada sirkulasi darah (hemodinamik). Tindakan
utama yang harus dilakukan adalah dekompresi terhadap tekanan intrapleura
yang tinggi tersebut, yaitu dengan membuat hubungan dengan udara luar.

2.7.2 Tindakan Dekompresi


Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara,
sebagai berikut:
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan
demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena udara mengalir ke luar melalui jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil:
1) Memakai infus set
Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura,
kemudian pipa plastik/infus set yang telah dipotong pada pangkal
saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah itu klem
penyumbat dibuka dan akan tampak gelembung udara yang keluar dari
ujung pipa plastik yang berada di dalam botol.
2) Jarum abbotcath
Jarum abbotcath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan
kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tepat di dinding
toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula
tetap tinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik
infus set. Pangkal saringan tetesan infus set dimasukkan ke botol yang
berisi air. Selanjutnya klem penyumbat infus set dibuka dan akan tampak

15
gelembung udara yang keluar dari ujung pipa plastik yang berada di
dalam botol.
3) Pipa Water Sealed Drainage (WSD)
Pipa khusus (thoraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pean).
Pemasukkan pipa plastik (toraks kateter) dapat juga dilakukan melalui
celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke 4 pada
garis aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Selain itu dapat pula
melalui sela iga ke 2 di garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung selang
plastik di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik
lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2
cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan
mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.
Cara pemasangan WSD:
Lakukan persiapan untuk operasi kecil, seperti desinfeksi, anestesi lokal
dan dipasang doek steril. Kulit diinsisi secukupnya disesuaikan dengan
ukuran troakar, setelah itu otot dibuka secara tumpul dan terakhir baru
troakar ditusukkan.
Penghisapan Terus-menerus (Continuous Suction)
Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap
positif. Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif
sebesar 10-20 cm air. Dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan
segera terjadi perleketan antara pleura viseralis dan pleura parietalis.
Pencabutan Drain
Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah
negatif kembali, drain dapat dicabut. Sebelum dicabut drain ditutup
dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap
mengembang penuh, maka drain dicabut.

2.7.3 Tindakan Bedah


a. Dengan pembukaan dinding dada toraks melalui operasi. Dicari lubang yang
menyebabkan pneumotoraks dan dijahit.

16
b. Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang
menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan
atau dekortikasi.
c. Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila
ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan
tidak dapat dipertahankan kembali.
d. Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis. Dengan melakukan penjahitan setelah
masing-masing pleura dikerok atau lapisan yang tebal dibuang, selanjutnya
kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel.

2.7.4 Pengobatan Tambahan


a. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan
terhadap penyebabnya:
- Bronkitis kronis yang disertai obstruksi jalan napas, diberikan:
Antibiotik, bila ada tanda-tanda infeksi.
Simptomatis: antitusif, bronkodilator dan lain-lain.
- TB Paru diberi obat anti TB.
- Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita diberi
laksan ringan. Dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita tidak perlu
mengejan terlalu keras.
b. Istirahat total
- Penderita dilarang melakukan kerja keras (mengangkat barang), batuk,
bersin terlalu keras, mengejan.
2.8 Alur Tatalaksana Pneumotoraks 6

17
BAB III

18
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pneumotoraks adalah keadaan dimana terdapat udara bebas di dalam rongga
pleura, yang berdasarkan fistelnya terbagi menjadi pneumotoraks tertutup,
pneumotoraks terbuka dan pneumotoraks ventil.

DAFTAR PUSTAKA

19
1. Swidarmoko B & Susanto AD (ed). Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat
Napas. Jakarta: FKUI; 2010. h. 54-69.
2. Wibisono MJ, Winariani, Hariadi S (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
FKUNAIR; 2010. h. 180-97.
3. Fishman AP (ed). Fishmans Pulmonary Diseases and Disorders. 4th Edition. New
York: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2008. h. 1518-34.
4. Eng P & Cheah FK. Interpreting Chest X-Rays, Illustrated with 100 cases.
Singapore: Cambridge University Press; 2005. h. 4, 19,119, 172.
5. Collins J & Stern EJ (ed). Chest Radiology: The Essentials, 2nd Ed. Washington
DC: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. h. 152.
6. British Thoracic Society (BTS). Pleural Disease Guideline 2010. British Thoracic
Society Reports. 2010;2(3):5-7.

20

Anda mungkin juga menyukai