Furunkel Hidung - Haryudha 11-263
Furunkel Hidung - Haryudha 11-263
A. Definisi
Furunkel hidung adalah peradangan supuratif akut depan hidung atau hidung, folikel ujung
rambut, kelenjar sebasea atau kelenjar keringat. Furunkel merupakan salah satu bentuk dari
pioderma yang sering dijumpai. Secara umum penyebab furunkel adalah kuman gram
positif, yaitu Staphylococcus dan Streptococcus. Furunkel dapat disebabkan juga oleh
kuman gram negatif, misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus
mirabilis, Escherichia coli, dan Klebsiella.
Furunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit ini
pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha dapat juga terjadi pada mukosa tubuh
manusia, sepperti mukosa hidung.
Gambaran klinis penyakit ini adalah timbulnya nodul kemerahan berisi pus,
panas dan nyeri. Diagnosis furunkel dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri.
B. Patofisiologi
Bakteri masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit
Kemudian berkolonisasi di jaringan kulit. Respon primer host untuk melawan infeksi adalah
timbulnya peradangan
Setelah terjadi peradangan, area sekitar infeksi membentuk pus yang terdiri dari sel darah
putih, bakteri dan sel kulit yang mati.
C. Gejala Klinis
D. Pemeriksaan Fisik
Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi setelah
kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar tunggal (single
follicular orifices).
Furunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler
pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan granulasi.
E. Pemeriksaan Penunjang
Furunkel biasanya menunjukkan leukositosis.
Pemeriksaan histologis dari furunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN
yang banyak di dermis dan lemak subkutan.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi dengan
pewarnaan gram dan kultur bakteri.
- Pewarnaan gram S.aureus akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna
ungu (gram positif) bergerombol seperti anggur, dan tidak bergerak.
- Kultur pada medium agar MSA (Mannitol Salt Agar) selektif untuk S.aureus.
Bakteri ini dapat memfermentasikan manitol sehingga terjadi perubahan
medium agar dari warna merah menjadikuning.
- Kultur S. aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar (6-8
mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan.
F. Diagnosa Banding
Abses Nasal
Folikulitis
G. Terapi
a) Non Medikamentosa
- KIE
Menjaga kebersihan hidung dengan membersihkan secara teratur dalam
keadaan jari yang bersih.
Tidak mencabuti bulu hidung apabila dirasa bulu hidung panjang atau lebih
baik menggunting bulu hidung yang panjang.
Tidak menyentuh lesi infeksi tersebut
- Rencana Program Promosi Kesehatan
Penyuluhan
b) Medikamentosa
- Pengobatan topikal dapat diberikan kompres salep iktiol 5% atau salep
antibotik. Topical diberikan salep yang mengandung bacitrasin dan neomisin atau
Clindamycin Gel 150 300 mg selama 7 hari.
- Bila lesi masih basah atau kotor dikompres dengan solusio sodium chloride 0,9%., larutan
rivanol 0,1% atau povidin iodine 5%-10%.
- Tindakan insisi dapat dilakukan apabila telah terjadi supurasi.
- Adanya penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, harus dilakukan
pengobatan yang tepat dan adekuat untuk mencegah terjadinya rekurensi
H. Komplikasi
Furunkulitis maligna
Selulitis
Abses paranasalis
Trombosis sinus cavernosus
Abses otak
Meningitis
I. Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad senationam : Bonam
S ue