Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Melakukan Asuhan Keperawatan (Askep)merupakan aspek legal bagi


seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai
rumah sakit berbeda-beda. berlaku.Metode perawatan yang baik dan benar
merupakan salah satu aspek yang Seorang perawat Profesional di dorong
untuk dapat memberikan Pelayanan Kesehatan seoptimal mungkin,
memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik
yang dapat menentukan kualitas asuhan keperawatan (askep) yang
diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan
brand kita sebagai perawat profesional. Pemberian Asuhan keperawatan pada
tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita
menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah
diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya di
indonesia.

Eliminasi normal sisa tubuh melalui saluran gastrointestinal dan


perkemihan. Merupakan fungsi dasar yang banyak orang mengalaminya. Bila
salah satu system terganggu dan eliminasi normal tidak terjadi, sitem tubuh
lain mengalami risiko terpengaruh. Selain itu, gangguan eliminasi dapat
memilki dampak emosi dan social juga. Klien yang semula mandiri mungkin
sekarang menjadi menarik diri dan tidak dapat aktif bersosialisasi. Untuk
mempertahankan eliminasi yang tepat, perawat perlu membantu untuk
mendidik klien mengenai alternatif pola eliminasi.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemasangan kondom kateter
2. Merawat Kateter urine
3. Menghitung keseimbangan cairan

BAB II

1
TINJAUAN TEORITIS

A. Memasang kondom kateter


1. Pengertian
Alat drainase urine eksternal yang mudah digunakan dan aman untuk
mengalirkan urine pada klien
2. Tujuan
a. Mengumpulkan urine dan mengontrol urine inkontinen
b. Klien dapat melakukan aktifitas fisik tanpa harus merasa malu karena
adanya kebocoran urine (ngompol)
c. Mencegah iritasi pada kulit akibat urine inkontinen
3. Persiapan
a. Persiapan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta
tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat

2
1) Selaput kondom kateter
2) Strip elastic
3) Kantung penampung urine dengan selang drainase
4) Baskom dengan air hangat dan sabun
5) Handuk dan waslap
6) Selimut mandi
7) Sarung tangan
8) Gunting
4. Prosedur
a. Cuci tangan
b. Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur
c. Jelaskan prosedur pada klien
d. Gunakan sarung tangan
e. Bantu klien pada posisi terlentang. Letakkan selimut diatas bagian
tubuh bagian atas dan tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut
mandi sehingga hanya genitalia yang terpajan
f. Bersihkan genitalia dengan sabun dan air, keringkan secara menyeluruh
g. Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke rangka
tempat tidur.
h. Dengan tangan non dominan genggam penis klien dengan kuat
sepanjang batangnya. Dengan tangan dominan, pegang kantung
kondom pada ujung penis dan dengan perlahan pasangkan pada ujung
penis
i. Sisakan 2,5 sampai 5 cm ruang antara glands penis dan ujung kondom
j. Lilitkan batang penis dengan perekat elastic
k. Hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter
l. Posisikan klien pada posisi yang aman
m. Pasien dirapihkan kembali
n. Alat dirapihkan kembali
o. Mencuci tangan
p. Melaksanakan dokumentasi:
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada
lembar catatan klien
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang
melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.
5. Prosedur kerja pada Wanita
a. Jelaskan prosedur pada klien
b. Cuci tangan
c. Pasang sampiran
d. Pasang perlak
e. Gunakan sarung tangan steril
f. Pasang duk steril

3
g. Melakukan desinfeksi sebagai berikut : Pada penderita wanita : Jari
tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas
( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3
kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris
untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
h. Kateter diberi minyak pelumas pada ujungnya, lumuri kateter dengan
jelly dari ujung merata sampai sepanjang 4 cm.
i. Untuk pasien wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora
sedangkan tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan
disertai penderita menarik nafas dalam.Kaji kelancaran pemasukan
kateter, jika ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken
di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter
sampai pangkalnya.
j. Mengambil spesimen urine kalau perlu.
k. Mengembangkan balon kateter dengan aquades steril sesuai volume
yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai.
l. Memfiksasi ka teter : Pada klien wanita kateter difiksasi dengan plester
pada pangkal paha.
m. Menempatkan urin bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah
dari kandung kemih.
n. Rapikan alat
o. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
p. Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang
meliputi: Hari,tanggal dan jam pemasangan kateter, Tipe dan ukuran
kateter yang digunakan, Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-
kelainan lain yang ditemukan, Nama terang dan tanda tangan
pemasang(Perry dkk,2005)
6. Prosedur kerja Pada Pria
a. Jelaskan prosedur pada klien
b. Cuci tangan
c. Pasang sampiran
d. Pasang perlak
e. Gunakan sarung tangan steril
f. Pasang duk steril
g. Melakukan desinfeksi sebagai berikut: Pada klien laki-laki penis
dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh
untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter

4
mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans
penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan
dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis
sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
h. Kateter diberi minyak pelumas/jelly pada ujungnya (kurang 12,5-17,5
cm) lalu masukkan perlahan meatus sambil anjurkan klien menarik
napas dalam.
i. Dengan penjelasan lebih lanjut sebagai berikut: Pada laki-laki :
Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita
sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang
kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati
bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan
kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika
masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di
bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai
urine keluar sedalam 5 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3
cm.
j. Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya
untuk kateter menetap (mengembangkan balon kateter dengan
aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter
yang dipakai) dan bila intermiten tarik kembali sambil klien di minta
menarik napas dalam.
k. Mengambil spesimen urine kalau perlu.
l. Memfiksasi kateter : pada laki-laki kateter difiksasi dengan plester
pada abdomen
m. Menempatkan urin bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah
dari kandung kemih.
n. Rapikan alat
o. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
p. Menempatkan urin bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah
dari kandung kemih
q. Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status klien yang
meliputi:
1) Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
2) Tipe dan ukuran kateter yang digunakan

5
3) Jumlah,warna,bau urine dan kelainan-kelainan yang di temukan
4) Terang dan tanda tangan pasien(Gardjito Widjoseno,1994).

B. Merawat kateter urin


Kateter merupakan benda asing pada uretra dan buli-buli, bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan komplikasi serius. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk merawat kateter menetap:
1. Banyak minum, urin cukup sehingga tidak terjadi kotoran yang bisa
mengendap dalam kateter
2. Mengosongkan urine bag secara teratur
3. Tidak mengangkat urine bag lebih tinggi dari tubuh penderita agar urin
tidak mengalir kembali ke buli-buli
4. Membersihkan darah, nanah, sekret periuretra dan mengolesi kateter
dengan antiseptik secara berkala
5. Ganti kateter paling tidak 2 minggu sekali

C. Menghitung keseimbangan cairan


1. Pengertian
Tubuh manusia membutuhkan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran. Cairan dimasukkan melalui mulut, atau secara parenteraldan
cairan meninggalkan tubuh dari saluran pencernaan, paru paru, kulit, dan
ginjal. Klien dari berbagai umur dapat mengalami kondisi tidak
terpenuhinya kebutuhan cairan, tetapi manusia yang paling muda dan
paling tua memiliki resiko terbesar.
Dehidrasi dan edema mengindikasikan tidak terpenuhinya
kebutuhan cairan.dehidrasi mungkin karena demam berlebihan atau
berkepanjangan, muntah, diare, trauma,atau kondisi lainya yang
menyebabkan kehilangan cairan dengan cepat.edema juga diikuti oleh
gangguan elektrolitdan bisa muncul pada gangguan nutrisi, kardiovaskular,
ginjal, kanker, traumatic, atau gangguan lain yang menyebabkan akumulasi
cairan dengan cepat.

2. Menghitung Balance Cairan

6
Rumus Balance Cairan
Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible
Water Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan
cairan dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik,
obat yang di drip, albumin dll.
Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter
maka hitung dalam ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien
harus menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air
mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari
dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.
RUMUS IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37C (suhu normal)
IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam
24 jam
*kalo dlm 24 jam -> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam
*Rumus IWL Kenaikan Suhu
[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39C, CM= 200cc
IWL = [(10%x200)x(39C-37C)] + 37,5cc
24 jam
= (202) + 37,5cc
24
= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam
*CM : Cairan Masuk

7
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai
faktor, diantaranya Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara
usia anak dengan dewasa berbeda. Menghitung balance cairanpun harus
diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang
output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid
Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan
pershift.

Penghitungan Balance Cairan Untuk Dewasa


Input cairan: Air (makan+Minum) = cc
Cairan Infus = cc
Therapi injeksi = cc
Air Metabolisme = cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan: Urine = cc
Feses = ..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = ..cc
IWL = ..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
Contoh Kasus:
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari
kedua..akibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran
composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20
x/menit, T 37 C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan
berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici
operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus
terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam.,
terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat
tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan
dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!

8
Input Cairan: Infus = 2000 cc
Tranfusi WB = 300 cc
Obat injeksi = 100 cc
AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +

2700 cc
Output cairan: Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
-
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan output cairan
2700 cc 2900 cc
- 200 cc.
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output
terutama IWL gunakan rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi 36,8 .C), nilai 36,8 C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 C, berapakah Balance cairannya?
berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 C 36,8 .C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok
Output :
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +

3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700
cc 3240 cc = -540 cc
Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk
menentukan Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam
Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:

9
Usia Balita (1 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 7 tahun : 8 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 11 tahun : 6 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 14 tahun : 5 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 usia anak dalam
tahun) x cc/kgBB/hari. Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc
1 cc/kgBB/hari

3. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
a. Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan
berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi
ginjal atau jantung.
b. Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
c. Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema

10
d. Stress:
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
e. Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara
mandiri.
f. Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-
lain.
g. Pengobatgan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan
kehilangan darah selama pembedahan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

11
Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan.
Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter pada alat
genetalia.
Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung
air seni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter
dari sepasang ginjal. Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya
kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air
seni atau urine. Kateterisasi kandung kemih adalah pemasangan/
memasukkan slang karet atau plastik ke dalam genetalia melewati uretra ke
dalam kandung kemih alat sesui dengan prosedur kerja.
Kateter kondom adalah alat drainase urine ekternal yang tepat dalam
penggunaannya adan aman untuk mendarinase urine pada klien pria. Alat ini
lembut, dan sarung karet yang lembut yang disarungkan ke penis. Tersedia
untuk klien inkontinensia atau koma yang masih mempunyai fungsi
pengosongan kandung kemih lengkap dan spontan.
B. Saran
Untuk mempertahankan eliminasi yang tepat yaitu pada kondisi klien,
maka diharapkan perawatan secara komprehensif terhadap kasus ini perlu
dilakukan dengan benar dan tepat sesuai dengan kaidah proses keperawatan.
Perlu ditingkatkan pelayanan yang cepat dan tepat untuk menghindari
keadaan yang semakin memburuk dan gangguan psikologis sehingga klien
merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Yuniastuti, ari, 2008. Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu : Yogyakarta

Almatsier, sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia : Jakarta

http//. www. keperawatankita.wordpress.com weblog

13

Anda mungkin juga menyukai