Anda di halaman 1dari 7

PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No.

2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK FENOLIK CORTEX


UMBI UBI KAYU (Manihot esculenta) DAGING PUTIH DAN DAGING
KUNING YANG DIAMBIL DARI KOTA MELONGUANE KABUPATEN
KEPULAUAN TALAUD

Christami Gagola1, Edi Suryanto2, Defny Wewengkang1


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
2)
Program Studi Kimia FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

The purpose of this research is to determine the antioxidant activity of phenolic extracts of
cassava tuber cortex white meat and yellow meat. Cortex cassava tubers extracted by
methods reflux. After that, extract total phenolic content in the test. Determination of the free
radical scavengers activities determined using DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazil). The
results of this study indicate that extracts of the cortex of cassava tubers and white flesh and
yellow flesh contains total phenolic respectively 48.87 0.057; 56.43 0.174 mg / kg.
Activities are free radical scavengers with DPPH showed that cassava tuber cortex extract
yellow flesh has a radical antidote activity higher than white flesh extract. The result showed
that phenolic extracts of cassava tuber cortex has antioxidant activity.

Key words : antioxidants, cassava tuber cortex, phenolic extract

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas antioksidan dari ekstrak fenolik
cortex umbi ubi kayu daging putih dan daging kuning. Cortex umbi ubi kayu diekstrak
dengan metode refluks. Setelah itu, ekstrak di uji kandungan total fenolik. Penentuan
aktivitas penangkal radikal bebas ditentukan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhidrazil). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak cortex umbi ubi kayu daging
putih dan daging kuning mengandung total fenolik berturut-turut 48,870,057; 56,430,174
mg/kg. Aktivitas penangkal radikal bebas dengan metode DPPH menunjukan bahwa ekstrak
cortex umbi ubi kayu daging kuning memiliki aktivitas penangkal radikal yang lebih tinggi
dari ekstrak daging putih. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ekstrak fenolik cortex umbi
ubi kayu memiliki aktivitas antioksidan.

Kata kunci : antioksidan, cortex umbi ubi kayu, ekstrak fenolik

127
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN Di Melonguane, ubi kayu menjadi


Salah satu hal yang menakjubkan bahan pangan pokok setelah beras dan
dari atmosfer bumi yang kita huni adalah jagung Sedangkan untuk kulit umbi ubi
kadar oksigen sekitar 21%. Oksigennya kayu sendiri biasanya di buang begitu saja
yang kita hirup akan diubah oleh sel tubuh tanpa di manfaatkan. Berdasarkan latar
menjadi senyawa yang sangat reaktif yang belakang di atas maka peneliti melakukan
dikenal sebagai senyawa reaktif oksigen penelitian ini untuk memanfaatkan kulit
(SOR) atau reactive oxygen species (ROS). umbi ubi kayu khususnya cortex kulit
Produksi SOR yang belebihan dapat umbi ubi kayu yang diduga senyawa
menyebabkan kerusakan jaringan dan aktifnya bisa berperan sebagai
kerusakan jaringan akan berantai untuk antioksidan.
menghasilkan SOR lagi (Halliwel, 2001).
Didalam sistem biologis SOR METODOLOGI PENELITIAN
berhubungan dengan radikal bebas, Bahan dan Alat
meskipun ada beberapa senyawa yang Sampel yang digunakan pada
bersifat non radikal (Suryanto, 2012). penelitian ini adalah cortex umbi ubi kayu
Radikal bebas memiliki satu atau yang diperoleh dari perkebunan
lebih elektron yang tidak berpasangan masyarakat di daerah Melonguane. Bahan
dalam atom atau orbital molekul. Didalam kimia yang digunakan adalah etanol 60%,
tubuh manusia, radikal bebas dapat larutan natrium karbonat 2%, reagen foin-
dihubungkan dengan terjadinya berbagai Ciocalteu 50%, 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil
macam penyakit seperti kerusakan jaringan (DPPH) 93 M. Alat yang digunakan yaitu
pada paru-paru, jantung, sistem alat-alat gelas pyrex, alat refluks (pemanas
kardiovaskular, ginjal, hati, bagian listrik, labu kaca, kondensor) mikropipet,
gastrointestinal, darah, mata, kulit, otak spatula, vorteks, saringan, rotary
dan proses penuaan (Auroma, 1994). evaporator, spektrofotometer (genesys 20),
Berbagai bukti ilmiah timbangan analitik, sentrifuse,
menunjukkan bahwa resiko penyakit
kronis akibat senyawa radikal bebas dapat Persiapan Sampel
dikurangi dengan memanfaatkan peran Ubi dibersihkan dari kotoran,
senyawa antioksidan seperti vitamin C, E, kemudian dikupas kulitnya dan
A, karoten, asam-asam fenol, polifenol dan dikeringanginkan selama 1 hari. Pisahkan
flavonoid (Okawa et al., 2001). Karakter antara periderm dan cortex, di ambil
utama senyawa antioksidan adalah cortex lalu kembali dikeringanginkan
kemampuannya untuk menangkap dan dalam suhu kamar sampai benar-benar
menstabilkan radikal bebas (Suryanto, kering. Kemudian di haluskan.
2012). Saat ini beberapa penelitian
menunjukkan bahwa tanaman fenolik Ekstraksi
terbukti berguna sebagai antioksidan. Cortex umbi Manihot esculenta
Ubi kayu merupakan tanaman diekstraksi menggunakan pelarut etanol
pangan berupa perdu yang berasal dari 60%. Ekstraksi dilakukan secara refluks.
benua Amerika, memiliki nama lain ubi Sebanyak 20 g cortex umbi Manihot
kayu, singkong, kasepe, dan dalam Bahasa esculenta dimasukkan dalam labu destilat,
Inggris cassava. Batang ubi kayu ditambahkan pelarut etanol 100 mL hingga
mengandung senyawa fenol yang memiliki sampel terendam semuanya, lalu
aktivitas antioksidan (Yi et al., 2010) dipanaskan selama 2 jam pada suhu 78-90
o
Umbi ubi dimanfaatkan sebagai sumber C. Filtrat disaring lalu diuapkan untuk
karbohidrat dan daunnya dikonsumsi menghilangkan pelarutnya dengan
sebagai sayuran. menggunakan rotary evaporator, lalu
dikeringkan menggunakan oven sehingga

128
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493

diperoleh ekstrak cortex umbi Manihot pelarut etanol 60%. Rendemen Hasil
esculenta. ekstraksi CUK Dengan menggunakan
metode refluks dapat dilihat pada tabel 2.
Penentuan Kandungan Total Fenolik Rendemen menandakan banyaknya
Kandungan total fenolik ekstrak komponen yang tertarik didalam ekstrak
cortex umbi Manihot esculenta ditentukan CUK.
menggunakan metode Folin Ciocalteu Tabel 1. Rendemen hasil ekstrak
(Conde et al., 1997). Sebanyak 0,1 mL Cortex Umbi ubi kayu
larutan ekstrak dimasukkan ke dalam Ekstrak Rendemen Warna
masing-masing tabung reaksi yang telah (g)
CUDP 2,09 Coklat
diberi lebel lalu ditambahkan 0,1 mL
Kemerahan
reagen Folin Ciocalteu 50%. Campuran CUDK 2,42 Coklat
tersebut divortex, lalu ditambahkan 2 mL. Kemerahan
larutan natrium karbonat 2%, Selanjutnya Ket : CUDP(Cortex ubi kayu daging
campuran diinkubasi dalam ruang gelap putih); CUDK(Cortex ubi kayu daging
selama 30 menit. Absorbansinya dibaca kuning) ; Ekstraksi menggunakan pelarut
pada 750 nm. etanol 60%.

Penentuan Aktivitas Antioksidan Tabel 1, menunjukkan bahwa


dengan DPPH rendemen yang dihasilkan oleh CUDK
Penentuan aktivitas penangkal lebih banyak dari pada CUDP. Hal ini
radikal bebas menurut Burda dan Olezek disebabkan karena adanya perbedaan
(2001). Sebanyak 0,1 mL masing-masing komponen yang terkandung dalam sampel.
ekstrak ditambahkan dengan 1,5 mL Suryanto (2012) menyatakan keberhasilan
larutan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) pemisahan akan sangat tergantung pada
93 M dalam etanol dan divorteks selama perbedaan kelarutan komponen yang akan
2 menit. Berubahnya warna larutan dari dipisahkan dalam pelarut. Senyawa-
violet ke kuning menunjukkan efisiensi senyawa yang bersifat polar, cenderung
penangkal radikal bebas. Selanjutnya pada larut dalam pelarut polar sedangkan
5 menit terakhir menjelang 30 menit senyawa-senyawa yang bersifat non-polar
inkubasi, absorbansi diukur pada 517 nm cenderung larut pada pelarut non-polar.
dengan menggunakan spektrofotometer Selain pelarut ukuran sampel juga
UV-Vis. Aktifitas penangkal radikal bebas dapat mempengaruhi suatu rendemen.
dihitung sebagai presentase berkurangnya Bahan yang memiliki luas permukaan
warna DPPH dengan menggunakan yang semakin kecil akan memperluas
persamaan : kontak dan meningkatkan interaksi dengan
Aktifitas penangkal radikal bebas pelarut, sehingga jumlah ekstrak yang
(%) = 1 x 100% diperoleh optimum. Menurut Sembiring et
al. (2006), Semakin halus bahan yang
digunakan semakin tinggi rendemen yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dihasilkan. Perbesaran luasan permukaan
Ekstraksi Cortex Umbi Ubi Kayu bertujuan untuk mempercepat pelarutan,
Pada penelitian ini digunakan mempercepat reaksi kimia, dan
sampel Cortex umbi ubi kayu (CUK) mempertinggi kemampuan penyerapan
dengan dua varietas yaitu Cortex umbi ubi (Ismail,2012)
kayu daging putih (CUDP) dan Cortex
umbi ubi kayu daging kuning (CUDK) Kandungan Fitokimia
dalam bentuk serbuk halus. Metode Pada penelitian ini dilakukan
ekstraksi Cortex umbi ubi kayu di lakukan penentuan kandungan fitokimia (Fenolik,
dengan metode Refluks menggunakan flavonoid, dan tanin) pada ekstrak CUDP

129
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493

dan CUDK. Hasil penentuan kandungan aktivitas antioksidatif dari ekstrak CUK.
fitokimia ekstrak CUK dapat dilihat pada Kemampuan antioksidatif dari ekstrak
tabel 2. CUK disebabkan oleh adanya senyawa-
Tabel 2. Hasil Uji Kandungan senyawa kimia yang dapat berperan
Fitokimia Cortex Umbi ubi kayu sebagai antioksidan. .
Ekstrak
Fenolik Tanin Flavonoid Hasil kandungan total fenolik,
(mg/kg) (mg/kg) (mg/kg) dapat dipengaruhi dari proses ekstraksi
CUDP 48,870,057 14,130,001 1,660,001
dengan refluks. Menurut Jeong et al
CUDK 56,430,174 12,870,007 1,410,001 (2004), perlakuan panas dapat
Ket : CUDP(Cortex ubi kayu daging membebaskan dan mengaktifkan berat
putih); CUDK(Cortex ubi kayu molekul rendah dari sub unit molekul
daging kuning) ; Ekstrak dibuat polimer yang berberat molekul tinggi
1000 ppm sehingga efektif untuk meningkatkan
kandungan fenolik dalam tanaman. Dalam
Dari kedua varietas ubi yang diuji, hal ini proses ekstraksi dengan cara panas
semuanya memiliki kandungan fenolik, atau ekstraksi refluks dapat meningkatkan
flavonoid, dan tanin yang tidak jauh kandungan fenolik yang terdapat dalam
berbeda. Hasil ini mengindikasikan bahwa Ekstrak CUK. Selain proses ekstraksi
ekstrak CUK kaya akan kandungan pelarut juga mempengaruhi total fenolik
fitokimia. Dari data secara kuantitatif yang di hasilkan dalam penelitian
menunjuk bahwa kandungan total fenolik, Hardiana (2012) menunjukkan bahwa
flavonoid dan tanin pada kedua varietas senyawa golongan fenol banyak terdapat
kelihatan tidak jauh berbeda. pada fraksi etanol dan kloroform. Hal ini
Penentuan kandungan total fenolik dapat terjadi karena senyawa golongan
dilakukan dengan menggunakan metode fenol bersifat polar atau semi polar (Hayati
Folin Ciocalteu. Penentuan kandungan dkk, 2010)
total fenolik ini dilakukan untuk Penentuan kandungan total tanin
mengetahui potensi antioksidan dalam dinyatakan sebagai milligram katekin per
suatu ekstrak. Dalam penelitian ini, total kilogram ekstrak (Rorong, 2010)
fenol dalam ekstrak diukur dengan standar menyatakan bahwa. Dari tabel 2
asam galat (mg/kg) (Suryanto,2009). menunjukan bahwa kandungan total tanin
Kandungan total fenolik dalam sampel lebih tinggi terdapat pada Ekstrak CUDP
ditentukan berdasarkan kemampuan (14,13mg/kg) dan pada Ekstrak CUDK
senyawa fenolik dalam umbi ubi kayu , rendah (12,87mg/kg). Hasil kandungan
bereaksi dengan asam fosfomolibdat- total tanin tidak sejalan dengan kandungan
fosfotungstat dalam reagen Folin-ciocalteu total fenolik hal ini diduga, dalam ekstrak
yang berwarna kuning dan akan berubah CUDK memiliki kandungan fenolik selain
menjadi warna biru (Suryanto, 2012). Dari tanin. Golongan fenolik selain tanin yaitu
hasil yang didapat kandungan total fenolik saponin, asam fenolat.
dari ekstrak CUDK 56,43 mg/kg lebih Adanya kandungan tanin dalam
tinggi dari ekstrak CUDP 48,87 mg/kg. ekstrak CUK dikarenakan pada ubi kayu
Ekstrak CUDK dikarakterisasi sebagai banyak mengandung senyawa karbohidrat
ekstrak yang memiliki kandungan total yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa
fenolik yang tinggi dibandingkan ekstrak oleh asam. Coursey (1973) menyatakan
CUDP. Besarnya total fenolik pada ekstrak didalam akar, cabang dan daun ubi kayu
CUDK diduga karena komponen fenolik terdapat zat racun asam sianida, baik
yang ada pada ekstrak CUDK lebih banyak dalam bentuk bebas maupun senyawa
daripada ekstrak CUDP. Tinggi rendahnya kimia, yaitu glikosida, sianogen
kandungan total fenolik dalam ekstrak pseulonathin, linamarin dan
CUK berhubungan langsung dengan metilinamarin/lotausralin. Pada saat panen,

130
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493

senyawa tersebut terurai menjadi asam mereaksikan ekstrak dengan larutan


sianida, aseton, dan glukosa, karena DPPH. Metode DPPH didasarkan pada
adanya enzim linase. Selain itu jenis penurunan nilai absorbansi akibat
pelarut juga berpengaruh pada kandungan perubahan warna larutan. Larutan yang
tanin dalam ekstrak. Golongan tanin mula-mula berwarna ungu akan berubah
merupakan senyawa fenolik yang menjadi warna kuning. Perubahan
cenderung larut dalam air dan pelarut absorbansi pada 517 nm digunakan untuk
polar. mengukur efek penangkapan dari ekstrak
Aspek kesehatan tanin telah untuk radikal DPPH. Menurut Yen dan
dibahas oleh beberapa penelitian (Chung et Duh (1994), makin cepat nilai absorbansi
al., 1998). Penelitian lain telah melaporkan turun, makin potensial antioksidan tersebut
bahwa tanin 15- 30 kali lebih efektif dalam dalam mendonorkan hidrogen. Besarnya
penangkap radikal peroksil daripada aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai
senyawa fenolik sederhana dan trolox prosentase (%) aktivitas antioksidan
(Hagerman et al., 1998). Oleh karena itu, (Damayanthi et al., 2010). Aktivitas
tanin bisa dipertimbangkan sebagai antioksidan dari ekstrak CUK dapat dilihat
antioksidan biologi penting yang pada gambar 1.
berpotensi. 100
Dalam penelitian ini, kandungan 90
total flavonoid dalam sampel Ekstrak CUK
80
diukur dengan standar kuersetin (mg/kg).
Aktivitas Antioksidan

Pada tabel 2 dapat dilihat kandungan total 70


flavonoid pada CUDP (1,66 mg/kg) lebih 60
tinggi daripada CUDK (1,41 mg/kg). Hasil
(%)

50
ini tidak sesuai dengan uji fenolik diduga
bahwa kandungan fenolik pada CUDK 40
bukan kelompok fenolik flavonoid. 30
Kandungan total flavonoid yang
20
dihasilkan dalam penelitian ini sangat
rendah hal ini disebabkan karena pada 10
proses ekstraksi sampel menggalami 0
pemanasan. Selawa (2013) menyatakan CUDP CUDK
bahwa proses pemanasan dapat membuat Ekstrak
kadar dari senyawa flavonoid berkurang. Gambar 1. Diagram aktivitas
Proses pemanasan ini dapat antioksidan pada Cortex umbi ubi
mengakibatkan penurunan kadar total kayu daging putih dan daging
flavonoid sebesar 15 78 % kuning; CUDP(cortex ubi kayu
(Lusivera,2002). daging putih); CUDK(cortex ubi
kayu daging kuning).
Aktivitas Penangkal Radikal bebas
dengan DPPH Dari gambar 1 dapat diketahui
Aktivitas penangkal radikal bebas bahwa aktivitas antioksidan yang tinggi
dari Ekstrak CUK dilakukan dengan terdapat dalam ekstrak CUDK 89,6%
metode penangkal radikal bebas DPPH. kemudian ekstrak CUDP 85,6%. Hal ini
Radikal DPPH adalah radikal bebas stabil di tandai dengan Pemudaran warna yang
dan menerima satu elektron atau hidrogen terjadi yaitu dari warna ungu ke kuning,
menjadi molekul yang stabil warna kuning pada ekstrak CUDK lebih
(Matthaus,2002). Pengujian aktivitas pudar dari pada ekstrak CUDP. Hasil ini
penangkap radikal bebas DPPH secara menunjukan bahwa ekstrak CUDK lebih
spektrofotometer dilakukan dengan banyak mengekstrak komponen fenolik

131
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493

dari ekstrak CUDP. Besarnya aktivitas 2010. Aktivitas Antioksidan


antioksidan CUDK berhubungan dengan Bekatul Lebih Tinggi daripada Jus
kandungan fenolik. Hal ini menunjukan Tomat dan Penurunan Aktivitas
bahwa komponen fenolik yang terdapat Antioksidan Serum setelah
dalam CUK mampu berperan sebagai Intervensi Minuman Kaya
antioksidan. Hal ini diperkuat juga dengan Antioksidan. Departeman Gizi
penelitian yang dilakukan Yi et al. (2010) Masyarakat, Fakultas Ekologi
yang menyatakan bahwa kandungan Manusia. IPB: Bogor
fenolik yang terdapat dalam tumbuhan Hagerman, A.E, Riedl, K.M, Alexander
Manihot esculenta memiliki aktivitas Jones, G.,Sovik, K. N., Ritchard,
antioksidan. Dengan demikian, CUDK N. T.; Hartzfeld, P.W., iechel,
memiliki potensi besar sebagai penangkal T.L., (1998) Hign Molecular Wight
radikal dan berkemampuan tinggi untuk Plant Polyphenolics (Tannins) as
melepas atom hidrogen kepada radikal Biological Antioxidants. J.Agric.
DPPH menjadi senyawa non radikal Food Chem. 46: 1887- 1892.
DPPH. (Molyneux, 2004). Harbone JB. 1996. Metode Fitokimia:
Penentuan Cara Modern
PENUTUP Menganalisa Tumbuhan.
Kesimpulan Terjemahan Kosasih Padmawinata
Dari penelitian ini dapat disimpulkan dan Iwang Soediro. Bandung:
bahwa ekstrak cortex umbi Manihot ITB.
esculenta daging kuning memiliki Hardiana, R dan Rudiyansyah, Titin Anita
kandungan total fenolik yang lebih tinggi Zaharah. 2012. Aktivitas
dari ekstrak cortex umbi Manihot Antioksidan Senyawa Golongan
esculenta daging putih. Selain itu ekstrak Fenol dari Beberapa Jenis
cortex umbi Manihot esculenta daging Tumbuhan Famili Malvaceae. JKK,
kuning memiliki aktivitas antioksidan 1:8-13
yang tinggi dari pada ekstrak cortex umbi Ismail, Jefriyanto. 2012. Penentuan Total
Manihot esculenta daging putih. Dengan Fenolik dan Uji Aktifitas
demikian, ekstrak fenolik dari cortex umbi Antioksidan pada Biji dan
Manihot esculenta dapat berperan sebagai Kulit Buah Pinang Yaki (Areca
antioksidan. vestiaria Giseke). Jurnal Ilmiah
Sains 12: 84-88
DAFTAR PUSTAKA Jeong, S.M., Kim, S.Y., Kim, D.R.,
Aruoma, O.I. 1994. Nutrition and Jo,S.C., Nam, D.U., Lee, S.C.
HealtAspects of Free Radical and 2004. Effect of Heat
Antioxidant. Food Chem. Treatment on the Antioxidant
Toxic. 32: 671-683 Activity of Extracts from Citrus
Burda S., dan Oleszek, W. 2001. Peels. J. Agric. Food
Antioxidant and Antiradical Chem. 52 3389-3393.
Activities of Flavonoids. J. Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable
Agric. Food Chem. 49: 2774-2779 Free Radical
Conde, E.E., 1997. Cadahia,M.C., Vallejo, Diphenylpicrylhidrazyl
G., Simon, B.E.D dan (DPPH) for Estimating
Adrados,J.R.G., Lo Molecular Antioxidant Activity.
Weight polyphenol in Cork of Songklanakarin. J. cience
Querceus Suber. J. Agric. Food Technol. 26 : 211-219
Chem. 45 : 2695-2700. Okawa M., Kinjo, J., Nohara, T., Ono, M.,
Damayanthi, Evy., Lilik Kustiyah,. 2001. DPPH (1,1-Diphenyl-2-
Mahani Khalid,. dan Henry Farizal. Picrylhydrazyl) Radical

132
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493

Scavenging Activity of Flavonoids Suryanto Edi. 2012. Fitokimia


Obtained from Some Medicinal Antioksidan. Putra Media
Plants, Biol. Pharm. Bull 10:1202- Nusantara: Surabaya
1205. Yi Bo, Lifei Hu, et al. 2010. Antioxidant
Prakash A., 2001. Antioxidant Activity, Phenolic Compounds of Cassava
Medallion Laboratories Analytical (Manihot esculenta) from
Progress, 19:2. Hainan. Molecules, 16:10157-
10167

133

Anda mungkin juga menyukai