Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN

PENGOBATAN UMUM

PEMERINTAH KOTA SURABAYA


DINAS KESEHATAN KOTA
UPTD PUSKESMAS MOROKREMBANGAN

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat yang baik adalah tugas dan
tanggung jawab dari negara sebagai bentuk amanah konstitusi yaitu Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaannya
negara berkewajiban menjaga mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta tenaga
kesehatan yang berkualitas. Untuk mewujudkan tenaga kesehatan yang
berkualitas, negara sangat membutuhkan peran organisasi profesi tenaga
kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi anggotanya.
Bagi tenaga kesehatan dokter, Ikatan Dokter Indonesia yang mendapat
amanah untuk menyusun standar profesi bagi seluruh anggotanya, dimulai dari
standar etik (Kode Etik Kedokteran Indonesia KODEKI), standar kompetensi yang
merupakan standar minimal yang harus dikuasasi oleh setiap dokter ketika selesai
menempuh pendidikan kedokteran, kemudian disusul oleh Standar Pelayanan
Kedokteran yang harus dikuasai ketika berada di lokasi pelayanannya, terdiri atas
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran dan Standar Prosedur Operasional.
Standar Pelayanan Kedokteran merupakan implementasi dalam praktek
yang mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Dalam rangka
penjaminan mutu pelayanan, dokter wajib mengikuti kegiatan Pendidikan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) dalam naungan IDI.
Pedoman Pengobatan Umum ini dimaksudkan terutama untuk intervensi
farmakoterapi dengan menguraikan sesuatu penyakit secara ringkas terutama
untuk mencapai diagnosis kerja terhadap suatu temuan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik saja. Bila mana diperlukan pemeriksaan yang lebih mendalam
harus merujuk kepada standar terapi pada masing-masing program atau pedoman
terapi yang lebih lengkap.
Akhirnya kami harapkan Pedoman ini digunakan sebagai acuan di UPTD
Puskesmas Morokrembangan akan menjadi masukan pada revisi mendatang.

B. Tujuan Pedoman
Dengan menggunakan Pedoman ini diharapkan, Tenaga Medis dan
Paramedis di pelayanan kesehatan primer dapat :
1. Mewujudkan pelayanan kedokteran yang sadar mutu sadar biaya yang
dibutuhkan oleh masyarakat.

1
2. Memiliki pedoman baku minimum dengan mengutamakan upaya maksimal
sesuai kompetensi dan fasilitas yang ada
3. Memilliki tolak ukur dalam melaksanakan jaminan mutu pelayanan

C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini disusun untuk digunakan bagi pihak terkait yaitu
dokter umum dan perawat umum di UPTD Puskesmas Morokrembangan.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Pedoman ini meliputi pedoman penatalaksanaan terhadap penyakit yang
dijumpai di layanan primer. Jenis penyakit mengacu Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Keshatan Primer. Penyakit dalam Pedoman ini
adalah penyakit dengan tingkat kemampuan dokter 4A, 3B dan 3A terpilih, dimana
dokter diharapkan mampu mendiagnosis, memberikan penatalaksanaan dan
rujukan yang sesuai. Beberapa penyakit dimasukkan dalam pedoman ini dengan
pertimbangan prevalensinya yang cukup tinggi di Puskesmas Morokrembangan .
Adapun pemilihan penyakit pada PPK ini berdasarkan penyakit dengan
prevalensinya cukup tinggi

E. Batasan Operasional
Batasan operasional diperuntukkan untuk pasien yang berkunjung ke
Puskesmas Morokrembangan.

E. Landasan Hukum
Dasar hukum penyusunan Pedoman Pengobatan Umum, sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438 tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 tahun 2012 tentang Rujukan
Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam
Medik
6. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 tahun 2012 tentang
Standar Kompetensi Dokter Indonesia

BAB II

2
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia untuk melakukan Pelayanan Kesehatan Umum di
Puskesmas Moroktembangan adalah dokter umum. Komptensi dokter umum
adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktek (SIP).
2. Mampu mengidentifikasi, merencanakan, memecahkan masalah,
mengevaluasi program kesehatan
3. Mampu mengkoordinir dan memonitor program kesehataan umum di
wilayah kerjanya.
4. Mampu melaksanakan pelayanan darurat/ Basic Emergency Care.
5. Mampu melaksanakan pelayanan pencegahan penyakit .
6. Mampu melaksanakan pelayanan medik dasar sesuai kompetensi dan
kewenangannya.
7. Mampu melaksanakan pelayanan medik khusus sesuai kompetensi dan
kewenangannya.
Sedangkan perawat membantu tugas dokter dengan kompetensi sebagai berikut:
1. Mempunyai Surat Ijin Perawat Gigi (SIP) dan Surat Ijin Kerja (SIKP).
2. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pelayanan promotif preventif
dan pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan.
3. Mampu melaksanakan asistensi dokter sesuai kompetensi dan
kewenangannya.
Uraian tugas dokter umumi untuk Pelayanan Kesehatan Umum antara lain:
1. Melaksanakan pelayanan klinis pasien rawat jalan umum pagi (konsul
pertama)
2. Melaksanakan tindakan medis dasar
3. Melaksanakan pemulihan kesehatan akibat penyakit
4. Melaksanakan pencatatan rekam medist pasien rawat jalan umum
5. Melaksanakan konsultasi antar poli
6. Melaksanakan pengujian kesehatan individu
7. Melaksanakan pelayan klinis kesehatan bayi & balita
8. Melaksanakan pelayan kesehatan anak
9. Melaksanakan pelayanan klinis kesehatan ibu
10. Melaksanakan pemeriksaan calon jamaah haji
11. Melaksanakan pelayanan klinis pasien rawat jalan umum Sore (konsul
pertama)
12. Melakukan penyuluhan Medik
13. Mengikuti kegiatan peningkatan pengetahuan & ketrampilan
(seminar/workshop)
14. Melakukan Pusling
15. Melakukan Prolanis

3
16. Melakukan P3K
17. Melaksanakan TGC
18. Melakukan pemeriksaan kematian
19. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan dalam Pelayanan Kesehatan Gigi meliputi:
1. 3 Dokter Umum
2. 3 Perawat Umum

C. Jadwal Pelayanan
Jadwal Pelayanan Dalam Gedung
1. Senin-Kamis : 07.30-14.30 WIB
2. Jumat : 07.30-11.30 WIB
3. Sabtu : 07.30-13.00 WIB

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Lampiran 1

B. Standar Fasilitas
Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang tidak langsung
mendukung Pelayanan Kesehatan, sedangkan sarana adalah tempat, fasilitas dan
peralatan yang secara langsung terkait dengan Pelayanan Kesehatan.
Dalam upaya mendukung Pelayanan Kesehatan di Puskesmas diperlukan
prasarana dan sarana yang memadai disesuaikan dengan memperhatikan luas
cakupan ketersediaan jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien.
Prasarana dan sarana yang perlu dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan
kualitas Pelayanan Unit Pengobatan Umum adalah sebagai berikut:
Lampiran 2

4
Prasarana dan sarana yang perlu dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan
kualitas Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Papan nama Poli Umumi yang dapat terlihat jelas oleh pasien.
2. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
3. Mempunyai ventilasi, penerangan/pencahayaan yang cukup.
4. Tersedia air mengalir dan listrik.
5. Peralatan penyuluhan dalam keadaan baik.
6. Peralatan dan bahan di gedung Puskesmas dalam keadaan baik.
:

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan yang dikhususkan oleh pedoman ini adalah kegiatan Preventif
dengan cara memberikan edukasi kepada pelanggan/ pasien tentang pencegahan
agar tidak mengalami kesakitan atau tidak membuat penyakit yang dideritanya
berlanjut ke arah yang lebih parah dan kegiatan kuratif yang merupakan kegiatan
pengobatan terhadap penyakit yang diderita oleh pasien.

B. Metode
Dalam pelaksanaan Pelayanan Kesehatan di Unit Pengobatan Umum
menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Analysis/Assessment, dan Planning).
Pengertian SOAP adalah cara mencatat informasi tentang pasien yang
berhubungan dengan masalah dan keluhan pasien yang bersifat sederhana, jelas,
logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini menegakkan diagnosa dan
menentukan rencana perawatan.
Prinsip dokumentasi SOAP:
1. Hasil Anamnesis (Subjective)
Hasil Anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang
sering disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien. Penelusuran
riwayat penyakit yang diderita saat ini, penyakit lainnya yang merupakan
faktor risiko, riwayat keluarga, riwayat sosial, dan riwayat alergi menjadi
informasi lainnya pada bagian ini. Pada beberapa penyakit, bagian ini
memuat informasi spesifik yang harus diperoleh dokter dari pasien atau
keluarga pasien untuk menguatkan diagnosis penyakit.

5
2. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
(Objective)
Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
spesifik, mengarah kepada diagnosis penyakit (pathognomonis). Meskipun
tidak memuat rangkaian pemeriksaan fisik lainnya, pemeriksaan tanda
vital dan pemeriksaan fisik menyeluruh tetap harus dilakukan oleh dokter
layanan primer untuk memastikan diagnosis serta menyingkirkan
diagnosis banding.
3. Penegakan Diagnosis (Assesment)
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis atau karena telah
menjadi standar algoritma penegakkan diagnosis. Selain itu, bagian ini
juga memuat klasifikasi penyakit, diagnosis banding, dan komplikasi
penyakit.
Penulisan diagnosa penyakit juga disertai dengan penulisan kode
International Classification of Diseases (ICD), menggunakan kode ICD-10
versi 10. Penggunaan kode penyakit untuk pencatatan dan pelaporan di
fasilitas pelayanan kesehatan primer mengacu pada ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
4. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada
pasien (patient centered) yang terbagi atas dua bagian yaitu
penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi. Selain itu, bagian ini
juga berisi edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga (family
focus), aspek komunitas lainnya (community oriented) serta kapan dokter
perlu merujuk pasien (kriteria rujukan).
Adapun Kategori prognosis sebagai berikut :
1. Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses
kehidupan.
2. Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi
organ atau fungsi manusia dalam melakukan tugasnya.
3. Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total
sehingga dapat beraktivitas seperti biasa.
Prognosis digolongkan sebagai berikut:
1. Sanam: sembuh
2. Bonam: baik
3. Malam: buruk/jelek

6
4. Dubia: tidak tentu/ragu-ragu
5. Dubia ad sanam: tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik
6. Dubia ad malam: tidak tentu/ragu-ragu, cenderung memburuk/jelek

1. Complication: jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi


pasien.
2. Comorbidity: jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang
memperberat kondisi pasien.

Selain empat kriteria di atas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat


menjadi dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin
keberlangsungan penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.
Pelayanan kesehatan rujukan dilakukan jika kondisi pasien tidak
memungkinkan untuk mendapat perawatan di puskesmas. Adapun langkah-
langkah dilakukan :
1. Formulir rujukan diisi oleh petugas Puskesmas yang merujuk dengan
mempergunakan Simpus Pcare
2. Register rujukan pasien diisi oleh petugas Puskesmas yang merujuk
3.Pasien dikirim ke rumah sakit yang dirujuk dengan membawa formulir
rujukan

C. Langkah Kegiatan
1. Melakukan Pencocokan Identitas Pasien
Data dasar pasien didapatkan dari bagian rekam medis yang berisi nama,
tempat tanggal lahir, nomor KTP, dan jenis kepersertaan pasien yang
dapat berupa pasien umum atau pasien JKN.
2. Melakukan SOAP
3. Memberikan KIE kepada pasien
KIE mulai dari penyakit yang diderita, cara mengkonsumsi obat, hal-hal
yang perlu diperhartikan agak tidak memperburuk penyakit yang diderita
pasien serta tanda kapan pasien harus mendapatkan perawatan lebih
lanjut.

7
BAB V
LOGISTIK

Sumber pembiayaan dalam pelaksanaan kegiatan Unit Pengobatan Umum


berasal dari APBD dan JKN.

II. Bahan Klinis Habis Pakai


1 Alkohol Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
2 Povidone Iodine Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
3 Podofilin Tinctura 25% Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
4 Kapas Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
5 Kasa non steril Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
6 Kasa steril Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
7 Masker wajah Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
8 Sabun tangan atau antiseptic Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
9 Sarung tangan steril Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
10 Sarung tangan non steril Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
11 Lidocain Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
12 Sufratul Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
13 Salep Oxytetra Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
14 Salep Bornasin Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

8
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelola


dengan baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan, maupun sumber daya yang
digunakan. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu,
serta dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya peningkatan mutu,
manajemen risiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan
Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada
masyarakat melalui upaya pemberdayaan masyarakat dan swasta
Mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan
pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak
lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang
telah ditetapkan.
Untuk mencegah terjadinya kasus diatas maka pelayanan puskesmas dalam
melaksanakan pelayanannya harus senantiasa memperhatikan Keselamatan pasien
(patient safety). Upaya Keselamatan Pasien adalah reduksi dan meminimalkan
tindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui
praktik yang terbaik untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient
Safety Dictionary, October 2003). Beberapa hal yang menjadikan pentingnya
Keselamatan pasien adalah :
1. Isu kesehatan global yang serius HAIs, Pasien Jatuh dll.
2. Tidak boleh ada pasien menderita cedera yang dapat dicegah
3. Tuntutan kasus malpraktek meningkat.
4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
Adapun Sasaran Keselamatan Pasien meliputi :
1. Ketepatan identifikasi pasien;
2. Peningkatan komunikasi yang efektif;
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;
6. Pengurangan risiko pasien jatuh

9
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Alat Pelindung Diri (APD)


Tenaga pelayanan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat melakukan
tindakan. Alat Pelindung Diri (APD) adalah pakaian khusus atau alat yang
digunakan petugas untuk melindungi diri dari luka atau penyakit yang diakibatkan
oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,
biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Penyediaan peralatan dan
bahan perlindungan diri bagi tenaga puskesmas wajib dipenuhi dan untuk
pengadaan dikoordinasikan dengan dinas kesehatan kota/ kabupaten.
1. Sarung Tangan
2. Masker
Instrumen tajam yang digunakan dalam memberikan perawatan (misalnya
jarum dan ampul anastesi yang telah digunakan) memiliki potensi mengakibatkan
luka dan menyebarkan penyakit menular.
Luka tersebut dapat dicegah dengan:
1. Penanganan minimal jarum, syringe dan instrumen tajam lainnya
setelah penggunaan.
2. Tangani instrumen tajam dengan hati-hati
3. Buang instrumen/alat tajam dalam wadah yang tidak dapat robek
setelah digunakan. Apabila wadah tersebut epnuh, keluarkan isinya dan
bakar atau diisi dengan semen selanjutnya dikubur.
4. Selalu gunakan utility gloves ketika mencuci instrumen yang tajam.
5. Gunakan teknik satu tangan apabila perlu menutup kembali jarum
suntik. Letakkan tutup jarum suntik di atas permukaan datar. Dengan
satu tangan memegang syringe dan jarum dimasukkan ke tutupnya.
Apabila pada saat melaksanakan pelayanan klinis, terjadi kecelakaan kerja seperti
dibawah ini:
1. Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir atau air dengan
jumlah yang banyak dan sabun atau antiseptik sambil tekan bagian
yang tertusuk jarum sampai mengeluarkan darah. Jari yang tertusuk
tidak boleh dihisap dengan mulut.
2. Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan, cuci
dengan sabun dan air mengalir atau larutan garam dapur.
3. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air
beberapa kali.
4. Kalau terpecik dengan mata cucilah mata dengan air mengalir (irigasi)
atau garam fisiologis.

10
5. Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan
dengan air.

B. Informed Consent
Pengertian Informed Consent oleh Komalawati ( 1989 :86) Yang dimaksud
dengan informed Consent adalah suatu kesepakatan / persetujuan pasien atas
upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien
mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat
dilakukanuntuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang
mungkin terjadi.
Sedangkan tatacara pelaksanaan tindakan medis yang akan dilaksanakan
oleh dokter pada pasien , lebih lanjut diatur dalam Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2009
Tentang Praktek Kedokteran yang menegaskan sebagai berikut :
(1) Setiap Tindakan Kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
pasien diberikan penjelasan lengkap
(3) Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-
kurangnya mencakup :
a. Diagnosis dan tatacara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

11
Perlu adanya pengukuran pencapaian sasaran mutu yang telah ditetapkan
dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan Unit Pelayanan
Umum di Puskesmas
. Pengukuran capaian sasaran mutu dapat secara internal (tim audit Puskesmas)
dan eksternal (Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan institusi lain yang terkait sesuai
dengan kewenangannya). Pengukuran secara internal oleh tim audit Puskesmas dapat
dilakukan secara berkala sehingga sasaran mutu bisa terukur. Instrumen yang
digunakan dalam berupa daftar tilik Pelayanan Kesehatan Unit Pengobatan Umum dan
survey kepuasan pasien. Adanya temuan ketidaksesuaian pada saat penilaian dapat di
analisis dan dievaluasi untuk menentukan rencana perbaikan kinerja.
Pengukuran capaian sasaran mutu secara eksternal bisa berupa supervisi dan
monev dari berbagai instansi yang berwenang (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Dinas
Kesehatan Provinsi, Departemen Kesehatan dsb.)

BAB IX
PENUTUP

12
Demikian pedoman penyelenggaraan Unit Pengobatan Umum ini dibuat sebagai
acuan pelayananbagi petugas di puskesmas Morokrembangan. Mudah - mudahan
dengan adanya pedoman pelayanan ini, dapat lebih memudahkan semua pihak yang
terkait dengan penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan internal maupun eksternal

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dena Ruangan

13
Lampiran 2

NO. JENIS PERALATAN JUMLAH

14
I. Set Pemeriksaan Umum
1 Buku Ishihara Tes 1 buah
Corong telinga/Speculum telinga ukuran
2 kecil, besar, sedang 1 set
3 Emesis basin /Nierbeken besar 1 buah
Snellen Chart 2 jenis (E Chart + Alphabet
4 chart) 1 buah
5 Sphygmomanometer untuk dewasa 1 buah
6 Stetoskop untuk dewasa 1 buah
Tempat tidur periksa dan
7 perlengkapannya 1 buah
8 Termometer untuk dewasa 1 buah
9 Timbangan dewasa 1 buah
II. Perlengkapan
1 Bantal 1 buah
2 Kasur 1 buah
3
4 Lemari alat 1 buah
5 Meja instrumen 1 buah
6 Meteran tinggi badan 1 buah
7 Perlak 2 buah
7
8 Sarung bantal 2 buah
9 Seprei 2 buah
10
11 Stop Watch 1 buah
Tempat sampah tertutup yang dilengkapi
12 2 buah
dengan injakan pembuka penutup
III.Meubelair
1 Kursi Kerja 3 buah
2 Lemari arsip 1 buah
3 Meja tulis biro 1 buah
IV. Pencatatan dan
Pelaporan
Sesuai
1 Buku register pelayanan Kebutuhan
Formulir dan surat keterangan lain sesuai Sesuai
2 kebutuhan pelayanan yang diberikan Kebutuhan
Sesuai
3 Formulir Informed Consent Kebutuhan
Sesuai
4 Formulir rujukan Kebutuhan
Sesuai
5 Kertas resep Kebutuhan
Sesuai
6 Surat Keterangan Sakit Kebutuhan
Sesuai
7 Surat Keterangan Sehat Kebutuhan

15

Anda mungkin juga menyukai