Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

PENCERNAAN ( PANKREATITIS )

A. DESKRIPSI
Pankreatitis akut ditandai dengan proses peradangan akut di dalam pankreas
yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas diaktifasi secara prematur
mengakibatkan autodigestif dari pankreas. Pankreatitis mungkin akut atau kronis,
dengan gejala ringan sampai berat.
Pankreas memiliki dua fungsi yaitu fungsi eksokrin (pembentukan enzim
enzim pencernaan) dan fungsi endokrin (pembentukan insulin dan glukagon). Sel
sel pankreas yang disebut sel asini, mensekresikan enzim enzim eksokrin pankreas
utama yang sangat penting untuk pencernaan normal lemak, karbohidrat dan protein.
Beberapa di antaranya adalah enzim tripsin, kemotripsin, fosfolipase A, elastase dan
karboksipeptidase. Enzim enzim ini normalnya disekresi dalam bentuk tidak aktif
untuk mencegah pencernaan otomatis kelenjar. Pada pankreatitis akut, enzim
enzim ini diaktivasi secara prematur, sehingga menimbulkan proses peradangan di
dalam dan di sekitar kelenjar pankreas.
Tergantung pada tingkat dan luasnya daerah peradangan yang meliputi
pankreas, maka intensitas penyakit ini berkisar antara rentang kondisi ringan sampai
berat. 85% sampai dengan 90% dari penderita penyakit ini memiliki kemampuan
untuk sembuh dengan sendirinya (pankreas akut ringan) dan umumnya pasien dapat
sembuh dengan cepat. Namun pada kasus kasus berat dapat terjadi gagal sistem
organ sistem multipel dan dihubungkan dengan tingkat kematian yang bermakna.
Penatalaksanaan dari bentuk penyakit yang parah ini membutuhkan asuhan
keperawatan dan medis yang intensif.

B. ETIOLOGI
Penyebab penyebab utama pankreatitis akut adalah:
1. Penyakit biliaris
a. Batu empedu
b. Obstruksi duktus empedu komunis
c. Endapan biliaris
2. Penyalahgunaan alkohol dan obat obat (alkohol dapat mengubah
komposisi getah pankreas dengan meningkatkan jumlah tripsinogen).
a. Diuretik tiazid.
b. Furosemid

2
c. Prokainamid
d. Tetrasiklin
e. Sulfonamid
3. Hipertrigliseridemia
4. Hiperkalsemia
5. Idiopati
a. Post operasi
b. Kehamilan ektopik
c. Kista ovarii
d. Nutrisi parenteral total
6. Trauma abdomen
7. Endoskopi retrograde kolangiopankreatografi
8. Proses proses infeksi
a. Gondok
b. Stafilokokus
c. Penyakit jengkering (demam scarlet)
d. Proses penyakit yang disebabkan oleh virus.

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang pasti tentang bagaimana enzim enzim yang dibuat oleh
pankreas menjadi teraktivasi untuk melakukan otodigesti kelenjar telah lama diteliti
tapi masih belum diketahui. Beberapa teori mengemukakan bahwa agen toksik
seperti alkohol atau obat obat dapat mengubah mekanisme pankreas dalam
mensekresi enzim sehingga menyebabkan aktivasi prematur.
Teori lainnya mengemukakan bahwa refluks isi duodenum yang mengandung
enzim teraktivasi memasuki duktus pankreas dan menyebabkan peradangan.
Obstruksi pada duktus biliaris dapat menyebabkan peningkatan tekanan dan
pecahnya duktus pankreatik, aktivasi enzim enzim eksokrin pankreas atau refluks
empedu dan getah duodenum ke dalam pankreas.
Dengan makin banyaknya sel pankreatik yang rusak maka makin banyak enzim
pencernaan yang dilepaskan menyebabkan siklus berulang terhadap kerusakan
pankreas.

3
D. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PANKREATITIS
1. PENGKAJIAN
Diagnosa pankreatitis akut hanya dapat dibuat berdasarkan riwayat
kesehatan, pemeriksaan klinis yang cermat dan pemeriksaan diagnostik. Karena
temuan temuan pada riwayat kesehatan dan pemeriksaan klinis dapat
menyerupai yang terlihat pada penyakit lain, maka pemeriksaan laboratorium dan
radiografi terutama penting pada pengkaijan dan diagnosa pasien dengan
pankreatitis akut. Perawat bertanggung jawab terhadap pengkajian awal dan yang
berkelanjutan dan terhadap pemantauan, pencatatan serta pelaporan data fisik
dan laboratorium.

a. Riwayat Kesehatan
Jika diduga adanya pankreatitis akut, maka kemungkinan penyebabnya
harus dievaluasi, khususnya penyakit traktus biliari dan penggunaan alkohol yang
berlebihan. Pada beberapa kasus, pankreatitis adalah herediter. Pasien juga
dapat melaporkan adanya steatorea (feses berlemak), juga penurunan berat
badan, mual, muntah muntah, distensi abdomen. Pastikan karakteristik dan
frejuensi BAB.
Riwayat kesehatan juga harus mencakup pengkajian yang lengkap
tentang nyeri: lokasi, durasi, faktor faktor pencetus dan hubungan nyeri dengan
makanan, postur, minum alkohol, anoreksia dan intoleransi makanan.
Pengamatan urine terhadap perubahan warna yang berakitan dengan ikterik.

b. Manifestasi klinis
Pada 95 % kasus, pasien dengan pankreatitis mengeluh nyeri hebat pada
abdomen. Nyeri tersebut diyakini disebabkan oleh edema dan distensi kapsul
pankreas, pembakaran kimiawi yang disebabkan oleh aktivasi dari enzim enzim
pankreas atau kerusakan pada cabang cabang biliaris. Nyeri paling sering
dirasakan pada daerah mid epigastrium, tetapi dapat menyebar atau setempat
pada kuadran kiri atas dan seringkali menjalar ke pungggung. Nyeri ini biasanya
terasa tiba tiba dan umumnya setelah makan banyak atau minum alkohol dalam
jumlah banyak.
Nyeri yang dihubungkan dengan pankreatitis akut ini umumnya hebat dan
menetap, tetapi nyeri dapat meningkat secra bertahap selama beberapa jam.
Muntah arena iritasi refluks adri pankreas yang meradang tidak dapat
menghilangkan nyeri dan dapat persisten. Vomitus mengandung kandungan

4
lambung dan duodenum, umumnya pasien akan membungkuk sambil meletakkan
tangannya di atas abdomen untuk menghilangkan nyeri.
Demam juga merupakan gejala yang umum, tetapi biasanya kurang dari
0
39 C. Demam yang berkepanjangan dapat menandakan adanya komplikasi
gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis, kolesistitis atau abses abdominal.
Mungkin terdapat ikterik ringan karena edema pankreas.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan abdomen. Juga
terdapat dstensi abdomen bagian atas dan bunyi timpani. Bising usus menurun
atau hilang karena proses peradangan dan aktivasi enzim pada motilitas usus.
Selanjutnya terjadi paralitik ileus, termasuk kehilangan cairan ke dalam lumen
usus. Hal ini memperberat ketidakseimbangan cairan pada penyakit ini.
Pada pankreatitis hemoragi akut yang parah, pasien akan menunjukkan
gejala dehidrasi dan syok hipovolemik yang jelas. Pasien dengan penyakit
pankreatik yang parah dapat mengalami asites, ikterik atau teraba massa
abdomen. Warna pudar kebiruan pada abdomen bagian bawah (tanda grey
turner) atau disekitar area umbilikus (tanda Cullen) menandakan adanya
hemoragi pankreatitis dan penumpukan darah pada daerah ini. Tanda tanda ini
biasanya tidak tampak selama 1 samapi 2 minggu karena lebih banyak kelenjar
pankreas dihancurkan. Lingkar abdomen harus diukur sedikitnya setiap 4 jam, jika
diduga terjadi hemoragi pankreatitis unutk mendeteksi perdarahan internal.

c. Pemeriksaan diagnostik
Tes tes terhadap serum lipase dan amilase merupakan tes yang paling
spesifik untuk pankreatitis akut, karena enzim enzim ini dilepaskan saat sel sel
dan duktus pankreatik dihancurkan. Meskipun demikian, masih ada masalah
dalam penggunaan nilai nilai ini sebagai indikator murni untuk penyakit tersebut.
Kadar serum amilase dan lipase umumnya meningkat selama 24 jam sampai 48
jam pertama setelah awitan gejala gejala.
Pada pankreatitis ringan, kadar ini dapat mendekati normal dan jika
beberapa hari tidak kambuh maka enzim benar benar normal meski terjadi
proses peradangan akut pada pankreas.
Pengukuran serum amilase akan lebih spesifik apabila terdapat kenaikan
isoenzim (iso amilase) atau bila amilase urine juga diukur. Dapat juga terjadi
kenaikan jumlah SDP (sel darah putih) karena proses peradangan dan kenaikan
serum glukose karen akerusakan sel sel beta. Hipokalemia dapat terjadi karena
muntah. Hipokalsemia umum terjadi pada penyakit yang parah dan biasanya
menunjukkan nekrosis lemak pankreas. Peningkatan serum bilirubin, LDH dan

5
SGOT dan masa protrobin umum terjadi bersamaan dengan timbulnya penyakit
liver
Analisa gas darah dapat menunjukkan terjadinya hipoksemia dan
peningkatan kadar CO2 yang dapat mennadakan gagal pernafasan.

Secara umum data pengkajian akan dapat ditampilkan dalam tabel berikut:

Parameter pengkajian pada pankreatitis akut


Riwayat kesehatan: Temuan temuan laboratorium:
Penyakit Kenaikan mailase urine
alkohol dan serum
Penyakit Kenaikan lipase serum
biliari Kenaikan jumlah SDP
Mual dan Hiperglikemia
muntah Kenaikan bilirubin, SGOT,
Steatorea LDH (dengan penyakit hepar).
Pemudara Kenaikan fosfatase alkali
n warna urine (dengan penyakit biliari).
Disposisi Hipertrigliseridemia
herediter Hipokalsemia
Hipoksemia

Manifestasi klinis: Pemeriksaan diagnostik:


Nyeri Ultrasound
abdomen Komputerisasi tomografi
Distensi, Magnetic resonance
sikap menjaga abdomen imaging
Ileus
paralitik
Demam
Tanda
Grey Turner
Tanda
Cullen

6
2. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan sekuestrasi
cairan karena aktivasi enzim enzim pankreatik dalam peritoneum, muntah,
suksion nasogastrik berkepanjangan, potensial hemoragi ke dalam pankreas.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan suplai darah ke pankreas,
edema dan distensi pankreas, iritasi peritoneum karena enzim eksokrin
pankreatik teraktivasi.
c. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status NPO yang berkepanjangan, mual dan muntah, penurunan
nafsu makan, kerusakan metabolisme nutrisi karena cedera pankreatik dan
perubahan pembentukan enzim pencernaan.
d. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan atelektasis,
efusi pleural, ARDS, kelebihan cairan selama pemberian cairan, emboli
pulmonal dan pembebatan karena nyeri.

3. PERENCANAAN
Perencanaan keperawatan pada pasien pankreatitis akut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:

7
8
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Defisit volume cairan Pasien akan stabil secara hemodinamik 1. Pantau tanda tanda vital dan haluaran
yang berhubungan urine setiap 15 menit atau bila perlu, kaji turgor kulit, laju pengisisan
dengan sekuestrasi kapiler, denyut perifer setiap 4 jam dan bila perlu.
cairan karena aktivasi 2. Pantau nilai nilai hemodinamik bila
enzim enzim dipasang kateter arteri pulmonal, TDKP, TVS, curah jantung dan
pankreatik dalam indeks jantung.
peritoneum, muntah, 3. Pertahankan patensi aliran intravena: lebih
suksion nasogastrik dipilih daerah setral.
berkepanjangan, 4. Berikan cairan pengganti (mis: koloid,
potensial hemoragi ke kristaloid, darah atau produk darah) dan pantau respon pasien
dalam pankreas. 5. Pertahankan dan evaluasi catatan masukan
dan haluaran cairan
6. Timbang berat badan pasien setiap hari
dengan waktu dan skala yang sama
7. Pantau tanda tanda dan gejala gejala
hemoragi, hematokrit dan haemoglobin setiap 2 jam, tanda cullen
ataupun turner
8. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam
9. Pantau elektrolit, SDP, dan faktor faktor
koagulasi: gantikan elektrolit sesuai yang diresepkan.
10. Pantau hasil tes fungsi ginjal (mis: BUN,

9
kreatinin, Na urine dan osmolalitas)
11. baringkan pasien ke dalam lingkup tirah
baring
12. Pertahankan status puasa.
Nyeri berhubungan Pasien melaporkan bahwa nyeri yang 1. lakukan pengkajian nyeri dengan memperhatikan awitan, durasi,
dengan gangguan dirasakannya ada dalam batas yang intensitas dan letaknya.
suplai darah ke dapat ditoleransi 2. Instruksikan pasien untuk menggunakan skala nyeri 1 10
pankreas, edema dan 3. kaji ansietas pasien
distensi pankreas, 4. Berikan analgesik non opiat, buat jadwal pemberian obat
iritasi peritoneum penurunan nyeri secara teratur untuk mencegah timbulnya rasa nyeri
karena enzim eksokrin yang hebat.
pankreatik teraktivasi. 5. Pertahankan aktivitas pada tingkat minimal. Pertahankan status
tirah baring, baringkan pasien untuk mengoptimalkan kenyamanan.
6. Berikan tindakan kenyamanan: perawatan mulut, posisi dan atasi
demam.

Gangguan nutrisi: Kebutuhan nutrisi pasien akan terpenuhi 1. Kaji status nutrisi melalui pemeriksaan klinis dan analisis
kurang dari kebutuhan dengan adekuat. laboratorium
tubuh berhubungan 2. Hitung kebutuhan kalori dan bandingkan dengan masukan kalori
dengan status NPO yang aktual
yang berkepanjangan, 3. Berikan NPT sesuai dengan instruksi, hindari terapi lipid
mual dan muntah, 4. Cegah komplikasi dengan memperhatikan teknik aseptik dalam
penurunan nafsu menangani dan pemberian NPT serta perawatan kateter.

10
makan, kerusakan 5. Pantau tanda tanda dan gejala gejala infeksi
metabolisme nutrisi 6. Pantau glukosa, albumin dan elektrolit untuk mendeteksi
karena cedera terjadinya komplikasi terapi
pankreatik dan 7. Kaji keseimbangan asam basa dengan pemeriksaan analisa gas
perubahan darah
pembentukan enzim
pencernaan.
Kerusakan pertukaran Pasien akan mempunyai pola nafas dan 1. Pantau status pulmonal dengan ketat. Auskultasi bunyi paru
gas berhubungan pertukaran gas yang adekuat. setiap 2 4 jam atau bila perlu, pantau frekuensi pernafasan, kaji
dengan atelektasis, upaya dan kesimetrisan dada, kaji tanda tanda distres pernafasan.
efusi pleural, ARDS, 2. Lakukan higiene pulmonal, batuk dan nafas dalam, terapi
kelebihan cairan humidifikasi
selama pemberian 3. Catat jumlah, warna, konsistensi dan bau sekresi
cairan, emboli 4. Berika oksigen sesuai dengan anjuran dokter
pulmonal dan 5. Pantau saO2 melalui oksimetri
pembebatan karena 6. Berikan analgesik untuk mencegah pembebatan karena nyeri
nyeri. 7. Ubah posisi pasien dengan teratur untuk memaksimalkan ventilasi
dan perfusi serta untuk mencegah penumpukan sekret
8. Bantu dalam pelaksanaan parasintesis sesuai pesanan bila asites
membahayakan status pernafasan

11
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana intervensi yang telah
dirumuskan.
Adapun prinsip prinsip perawatan pada pasien dnegan pankreatitis
adalah:
a. Resusitasi cairan dan penggantian elektrolit untuk
mempertahankan atau memenuhi volume vaskular dan keseimbangan
elektrolit.
1) Cairan koloid
2) Cairan kristaloid
3) Produk produk darah
4) Kalsium
5) Magnesium
6) Kalium
b. Terapi terapi pendukung ditujukan pada pencegahan pelepasan
sekresi pankreas (mengistirahatkan pankreas) sementara mempertahankan
status nutrisi pasien
1) Selang NG ke suksion intermitten
2) NPO
3) Tirah baring
4) Dukungan nutrisi
c. Pemberian analgesik untuk mengatasi nyeri ( ? )
1) Analgesik non opiat
2) Posisi pasien

5. EVALUASI
Lihat pada rencana intervensi

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan


Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
2. Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan
Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
3. Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek
Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4. Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
5. Donna D.Ignatavicius, M.Linda Workman (1995), Medical Surgical Nursing: A
Nursing Process Approach, WS Saunders Company, Independence Square West
Philadelphia.
6. Dorothy B.Doughty ( 1995), Gastrointestinal Disorders, Mosby Clinical Nursing,
Atlanta.
7. Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
8. Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
9. Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
10. Joyce M. Black (1997), Medical Surgical Nursing: Clinical Management for
Continuity of Care, WB. Saunders Company, Independence Square West,
Philadelphia

13
ASUHAN KEPERAWATAN PANKRETITIS

Tanda tangan:

Nama:
Nilai :
NIM :

EVALUASI FORMATIF
Mata Ajaran : Keperawatan Medikal Bedah
Kode Mata Ajaran : 217
Beban Studi : 4 SKS
Pokok Bahasan : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pencernaan
Sub Pokok Bahasan : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Pankreatitis.
Sasaran : Peserta Didik Akper (Kelas Umum).
Tingkat/Semester : II / 3
Hari / tanggal : Jumat, 30 November 2001
Waktu : 10 menit

A. PETUNJUK MENGERJAKAN SOAL


1. Sebelum mengerjakan soal, tulislah nama, nim dan tanda tangan pada
tempat yang telah tersedia.
2. Bacalah dengan teliti soal soal di bawah ini.
3. Tulislah jawaban yang saudara anggap benar di sebelah kiri soal.

14
B. SOAL
Tn Jackson, pria dewasa berusia 50 tahun, masuk ruang gawat darurat dengan
melaporkan nyeri yang ebat seperti teriris pisau di mid epigastrium menjalar ke
punggungnya. Nyerinya terasa tiba tiba, sekitar 1 jam setelah ia dan istrinya pulang
dari suatu acara makan malam. Istrinya yang mengira bawa suaminya terkena
serangan jantung mendadak, memanggil ambulan untuk melaporkan keadaan
darurat. Dalam perjalanan ia menjadi mual dan muntah beberapa kali. Ini tidak
membuat nyerinya mereda.
Temuan saat masuk:
- TD 90/40 mmHg dengan penurunan ortostatik 15 mmHg
- Sinus takikardia (135) dengan depresi segmen ST
- Temp 38,50C
- Frekuensi pernafasan 34 x/mnt, bunyi nafas hilang pada bagian dasar,
oksimetri nadi 87%
- Sadar, terorientasi pada waktu, tempat dan orang, gelisah
- Ekstremitas dingin, nadi teraba dan samar.
- Abdomen melunak, distensi dengan bising usus hipoaktif, nyeri tekan saat
palpasi.
Tn jackson menyangkal adanya penyakit jantung, diabetes atau penyakit ginjal. Ia
melaporkan riwayat kolesistitis dengan dua episode akut dalam dua tahun terakhir
yang telah mendapat penanganan medis. Ia menyatakan bahwa ia tidak merokok
atau minum alkohol.
Diagnosa medis dinyatakan bahwa tn Jackson menderita pankreatitis akut.
Anjuran terapi: infus intravena normalsalin, kateter kandung kemih, O2 2lt/mnt,
pemeriksaan AGD, darah serum, Injeksi levo-dromoran, posisi lutut menyentuh dada,
foto dada, EKG 12 lead.

1. Rumuskan data data fokus keperawatan yang menunjang diagnosa pankreatitis!


2. Rumuskan diagnosa keperawatan (1) yang berhubungan dengan keadaan mual
dan muntah pasien!
3. Buatlah rencana intervensi dari diagnosa yang saudara rumuskan! (minimal 4
intervensi)
4. Jelaskan prinsip prinsip tindakan yang harus saudara perhatikan sesuai dengan
diagnosa yang dirumuskan (minimal 3 prinsip)!
5. Rencanakanlah kriteria evaluasi yang akan diobservasi berkaitan dengan rencana
intervensi yang dirumuskan!

15
Selamat mengerjakan

JAWABAN SOAL

1. Data fokus pada gambaran kasus Tn Jackson yang mengarah pada diagnosa
medis pankreatitis adalah:
a. Nyeri hebat seperti teriris pisau di daerah mid epigastrium menjalar
sampai ke punggung terjadi secara tiba tiba.
b. Pasien baru selesai makan malam.
c. TD 90/40 mmHg, Temp 38,50C, RR 34 x/mnt, oksimetri nadi 87%, depresi
segmen ST
d. Gelisah, ekstremitas dingin, nadi teraba dan samar.
e. Abdomen melunak, distensi dengan bising usus hipoaktif
f. Nyeri tekan saat palpasi
g. Riwayat kolesistitis dengan dua episode akut dalam dua tahun terakhir.
h. Mual dan muntah beberapa kali.
2. Perumusan diagnosa berkaitan dengan keadaan mual dan muntah Tn Jackson
adalah:
Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status NPO
yang berkepanjangan, mual dan muntah, penurunan nafsu makan, kerusakan
metabolisme nutrisi karena cedera pankreatik dan perubahan pembentukan
enzim pencernaan.
3. Rencana intervensi berhubungan dengan diagnosa di atas adalah:
a. Kaji status nutrisi melalui pemeriksaan klinis dan analisis laboratorium
b. Hitung kebutuhan kalori dan bandingkan dengan masukan kalori yang aktual
c. Berikan NPT sesuai dengan instruksi, hindari terapi lipid
d. Cegah komplikasi dengan memperhatikan teknik aseptik dalam menangani dan
pemberian NPT serta perawatan kateter.

16
e. Pantau tanda tanda dan gejala gejala infeksi
f. Pantau glukosa, albumin dan elektrolit untuk mendeteksi terjadinya komplikasi
terapi
g. Kaji keseimbangan asam basa dengan pemeriksaan analisa gas darah

4. Prinsip prinsip penatalaksanaan sehubungan dengan diagnosa tersebut di atas


adalah:
Terapi terapi pendukung ditujukan pada pencegahan pelepasan sekresi
pankreas (mengistirahatkan pankreas) sementara mempertahankan status nutrisi
pasien
a. Selang NG ke suksion intermitten
b. NPO
c. Tirah baring
d. Dukungan nutrisi

5. Kriteria evaluasi yang harus diobservasi untuk diagnosa tersebut di atas adalah:

Kebutuhan nutrisi pasien akan terpenuhi dengan adekuat.

1. PENGKAJIAN

Riwayat kesehatan:
Penyakit alkohol
Penyakit biliari
Mual dan muntah
Steatorea
Pemudaran warna urine
Disposisi herediter

17
Manifestasi klinis:
Nyeri abdomen
Distensi, sikap menjaga abdomen
Ileus paralitik
Demam
Tanda Grey Turner
Tanda Cullen

Temuan temuan laboratorium:


Kenaikan mailase urine dan serum
Kenaikan lipase serum
Kenaikan jumlah SDP
Hiperglikemia
Kenaikan bilirubin, SGOT, LDH
(dengan penyakit hepar).
Kenaikan fosfatase alkali (dengan
penyakit biliari).
Hipertrigliseridemia
Hipokalsemia
Hipoksemia

18
Pemeriksaan diagnostik:
Ultrasound
Komputerisasi tomografi
Magnetic resonance imaging

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

i. Defisit volume cairan yang


berhubungan dengan sekuestrasi cairan
karena aktivasi enzim enzim pankreatik
dalam peritoneum, muntah, suksion
nasogastrik berkepanjangan, potensial
hemoragi ke dalam pankreas.

ii. Nyeri berhubungan dengan gangguan


suplai darah ke pankreas, edema dan
distensi pankreas, iritasi peritoneum
karena enzim eksokrin pankreatik
teraktivasi.

19
iii. Gangguan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status NPO yang berkepanjangan, mual dan
muntah, penurunan nafsu makan, kerusakan
metabolisme nutrisi karena cedera
pankreatik dan perubahan pembentukan
enzim pencernaan.

iv. Kerusakan pertukaran gas


berhubungan dengan atelektasis, efusi
pleural, ARDS, kelebihan cairan selama
pemberian cairan, emboli pulmonal dan
pembebatan karena nyeri.
3. PERENCANAAN

a. Defisit volume cairan yang


berhubungan dengan sekuestrasi cairan
karena aktivasi enzim enzim pankreatik
dalam peritoneum, muntah, suksion
nasogastrik berkepanjangan, potensial
hemoragi ke dalam pankreas.
1. Pantau tanda tanda vital dan
haluaran urine setiap 15 menit atau bila
perlu, kaji turgor kulit, laju pengisisan
kapiler, denyut perifer setiap 4 jam dan
bila perlu.
2. Pantau nilai nilai hemodinamik
bila dipasang kateter arteri pulmonal,

20
TDKP, TVS, curah jantung dan indeks
jantung.
3. Pertahankan patensi aliran
intravena: lebih dipilih daerah setral.
4. Berikan cairan pengganti (mis:
koloid, kristaloid, darah atau produk
darah) dan pantau respon pasien
5. Pertahankan dan evaluasi catatan
masukan dan haluaran cairan
6. Timbang berat badan pasien
setiap hari dengan waktu dan skala yang
sama
7. Pantau tanda tanda dan gejala
gejala hemoragi, hematokrit dan
haemoglobin setiap 2 jam, tanda cullen
ataupun turner
8. Ukur lingkar abdomen setiap 4
jam
9. Pantau elektrolit, SDP, dan
faktor faktor koagulasi: gantikan
elektrolit sesuai yang diresepkan.
10. Pantau hasil tes fungsi ginjal
(mis: BUN, kreatinin, Na urine dan
osmolalitas)
11. baringkan pasien ke dalam
lingkup tirah baring
12. Pertahankan status puasa.

21
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan
suplai darah ke pankreas, edema dan
distensi pankreas, iritasi peritoneum karena
enzim eksokrin pankreatik teraktivasi.
1. lakukan pengkajian nyeri dengan
memperhatikan awitan, durasi, intensitas
dan letaknya.
2. Instruksikan pasien untuk menggunakan
skala nyeri 1 10
3. kaji ansietas pasien
4. Berikan analgesik non opiat, buat
jadwal pemberian obat penurunan nyeri
secara teratur untuk mencegah timbulnya
rasa nyeri yang hebat.
5. Pertahankan aktivitas pada tingkat
minimal. Pertahankan status tirah baring,
baringkan pasien untuk mengoptimalkan
kenyamanan.
6. Berikan tindakan kenyamanan: perawatan
mulut, posisi dan atasi demam.

22
c. Gangguan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
NPO yang berkepanjangan, mual dan muntah,
penurunan nafsu makan, kerusakan
metabolisme nutrisi karena cedera pankreatik
dan perubahan pembentukan enzim
pencernaan.
1. Kaji status nutrisi melalui pemeriksaan
klinis dan analisis laboratorium
2. Hitung kebutuhan kalori dan bandingkan
dengan masukan kalori yang aktual
3. Berikan NPT sesuai dengan instruksi,
hindari terapi lipid
4. Cegah komplikasi dengan memperhatikan
teknik aseptik dalam menangani dan
pemberian NPT serta perawatan kateter.
5. Pantau tanda tanda dan gejala gejala
infeksi
6. Pantau glukosa, albumin dan elektrolit
untuk mendeteksi terjadinya komplikasi
terapi
7. Kaji keseimbangan asam basa dengan
pemeriksaan analisa gas darah

23
d. Kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan atelektasis, efusi
pleural, ARDS, kelebihan cairan selama
pemberian cairan, emboli pulmonal dan
pembebatan karena nyeri.
1. Pantau status pulmonal dengan ketat.
Auskultasi bunyi paru setiap 2 4 jam
atau bila perlu, pantau frekuensi
pernafasan, kaji upaya dan kesimetrisan
dada, kaji tanda tanda distres
pernafasan.
2. Lakukan higiene pulmonal, batuk dan
nafas dalam, terapi humidifikasi
3. Catat jumlah, warna, konsistensi dan bau
sekresi
4. Berika oksigen sesuai dengan anjuran
dokter
5. Pantau saO2 melalui oksimetri
6. Berikan analgesik untuk mencegah
pembebatan karena nyeri
7. Ubah posisi pasien dengan teratur untuk
memaksimalkan ventilasi dan perfusi serta
untuk mencegah penumpukan sekret
8. Bantu dalam pelaksanaan parasintesis
sesuai pesanan bila asites membahayakan
status pernafasan

24
4. PELAKSANAAN

a. Resusitasi cairan dan penggantian


elektrolit untuk mempertahankan atau
memenuhi volume vaskular dan
keseimbangan elektrolit.
1. Cairan koloid
2. Cairan kristaloid
3. Produk produk darah
4. Kalsium
5. Magnesium
6. Kalium

b. Terapi terapi pendukung ditujukan


pada pencegahan pelepasan sekresi
pankreas (mengistirahatkan pankreas)
sementara mempertahankan status nutrisi
pasien
1. Selang NG ke suksion intermitten
2. NPO
3. Tirah baring
4. Dukungan nutrisi

c. Pemberian analgesik untuk


mengatasi nyeri ( ? )

25
1. Analgesik non opiat
2. Posisi pasien

5. EVALUASI

a. Pasien akan stabil secara

hemodinamik

b. Pasien melaporkan bahwa nyeri yang

dirasakannya ada dalam batas yang dapat

ditoleransi

c. Kebutuhan nutrisi pasien akan

terpenuhi dengan adekuat

d. Pasien akan mempunyai pola nafas

dan pertukaran gas yang adekuat.

HAND OUT MATERI

KONSEP TEORI
dan
ASUHAN KEPERAWATAN

26
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN (PANKREATITIS)

Disajikan Oleh :

PIUS SELASA
NI WAYAN DEWI TARINI

Program Akta Mengajar


Universitas Muhammadyah Surabaya

27
28
29
ANALISIS INSTRUKSIONAL

Mata Ajaran : Ilmu Keperawatan Maternitas


Kode Mata Ajaran : 214
Beban Studi : 4 SKS
Sasaran : Peserta Didik Akper ( Kelas Umum )
Tingkat/Semester : II / 4
Hari/Tanggal :
Waktu : 2 x 50 menit

30
A. DESKRIPSI MATA AJARAN
Mata ajaran ini membahas tentangasuhan keperawatan terhadap ibu dan
bayi baru lahir terkait dengankeluarga untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal, melalui cakupan materi konsep dasar keperawatan maternitas,
konsep maternitas, asuhan keperawatan ibu pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, gangguan sistem reproduksi dan upaya
menjarangkan kehamilan ditinjau dari aspek bio psiko sosial spiritual.
Kegiatan belajar mengajar meliputi kuliah, diskusi, penugasan serta
simulasi di kelas dan lapangan sehingga memungkinkan peserta didik
menerapkan proses keperawatan yang berhubungan dengan kesehatan ibu.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah menyelesaikan mata ajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan kepada ibu berkaitan dengan proses
reproduksi dan bayi baru lahir dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang tepat.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Pada akhir proses pembelajaran mata ajaran ini peserta didik mampu:
1. Mengidentifikasi falsafah asuhan keperawatan yang berfokus pada
keluarga dengan benar.
2. Menerapkan konsep dasar materniats dalam memberikan asuhan
keperawatan maternitas yang berfokus kepada keluarga dengan tepat.
3. Menerapkan ilmu anatomi dan fisiologi dalam memahami terjadinya proses
reproduksi pada ibu dengan tepat.
4. Menerapkan asuhan keperawatan pada tahap antenatal, intranatal dan
postpartum serta pada bayi baru lahir secara tepat.
5. Menerapkan asuhan keperawatan pada masalah yang berkaitan dengan
patologis kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir secara tepat dan
benar.
6. Menerapkan asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem
reproduksi secara tepat dan benar.
7. Membantu memberikan pelayanan keluarga berencana pada ibu dan
keluarga secara tepat dan benar.

31
D.GAMBARAN ANALISIS INSTRUKSIONAL
Mata ajaran Ilmu Keperawatan Maternitas merupakan ilmu pengajaran
yang membahas tentang asuhan keperawatan yang sangat kompleks, meliputi
asuhan keperawatan pada ibu serta bayi baru lahir terkait dengan konteks
keluarga untuk mencapai derajat kesehatan ibu dan anak yang optimal,
melalui cakupan materi konsep dasar keperawatan maternitas, konsep
maternitas, asuhan keperawatan ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru alhir sampai gangguan reproduksi serta upaya menjarangkan
kehamilan ditinjau dari aspek bio psiko sosial dan spiritual.
Mengingat begitu kompleksnya materi dan isi dari pengajaran Ilmu
Keperawatan maternitas, maka perlu disusun perencanaan pengajaran
seoptimal mungkin yang mencakup seluruh aspek maternitas seperti tersebut
di atas. Secara umum perencanaan bahan ajar dirumuskan dalam tujuan
instruksional khusus yang merupakan penjabaran dari tujuan instruksional
umum, namun materi yang termuat dalam tujuan instruksional khusus tersebut
pun masih perlu dijabarkan lebih lanjut sehingga apa yang menjadi tujuan dari
pembelajaran Ilmu Keperawatan Maternitas dapat tercapai.
Adapun penjabaran yang dimaksud telah termuat dalam bagan Analisis
Instruksional seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dan secara tertulis
dijabarkan sebagai berikut:
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah menyelesaikan mata ajaran ini, mahasiswa diharapkan
mampu memberikan asuhan keperawatan kepada ibu berkaitan dengan
proses reproduksi dan bayi baru lahir dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang tepat.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Pada akhir proses pembelajaran mata ajaran ini peserta didik
mampu:
a. Mengidentifikasi falsafah asuhan keperawatan yang berfokus pada
keluarga dengan benar.
b. Menerapkan konsep dasar maternitas dalam memberikan asuhan
keperawatan maternitas yang berfokus kepada keluarga dengan
tepat.

32
c. Menerapkan ilmu anatomi dan fisiologi dalam memahami terjadinya
proses reproduksi pada ibu dengan tepat.
d. Menerapkan asuhan keperawatan pada tahap antenatal, intranatal,
post partum serta pada bayi baru lahir secara tepat, yang meliputi:
1) Menerapkan asuhan keperawatan ibu pada tahap antenatal
secara tepat.
2) Menerapkan asuhan keperawatan ibu pada tahap intranatal
secara tepat.
3) Menerapkan asuhan keperawatan ibu pada tahap postnatal
secara tepat.
4) Menerapkan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir
secara tepat.
e. Menerapkan asuhan keperawatan pada masalah yang berkaitan
dengan patologis kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir
secara tepat dan benar, yang meliputi:
1) Menerapkan asuhan keperawatan pada masalah yang
berkaitan dengan patologis kehamilan secara tepat dan
benar.
2) Menerapkan asuhan keperawatan pada masalah yang
berkaitan dengan patologis persalinan secara tepat dan
benar.
3) Menerapkan asuhan keperawatan pada masalah yang
berkaitan dengan patologis nifas secara tepat dan benar.
4) Menerapkan asuhan keperawatan pada masalah yang
berkaitan dengan patologis bayi baru lahir secara tepat dan
benar.
f. Menerapkan asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan
sistem reproduksi secara tepat dan benar.
g. Membantu memberikan pelayanan keluarga berencana pada ibu
dan keluarga secara tepat dan benar.

33

Anda mungkin juga menyukai