TINEA BARBAE
Disusun Oleh :
Pembimbing :
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan reparat ini. Yang berjudul
Tinea Barbae. Adapun reparat ini dibuat guna memenuhi persyaratan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUD
Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar.
Pada kesempatan ini, tak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Dame Maria Pangaribuan, Sp.KK, atas bimbingan dan arahannya
selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar serta dalam
penyusunan reparat ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PEDAHULUAN
Tinea Barbae merupakan infeksi dermatofita yang jarang dan dibatasi pada
area muka dan leher yang berjanggut. Infeksi kebanyakan terjadi pada laki-laki
(remaja dan dewasa) karena penularannya sebagian besar berasal dari pemakaiaan
pisau cukur di tukang cukur pria. Maka dari itu, peningkatan kadar higine dapat
sangat membantu untuk mengurangi angka kejadian tinea barbae. Tinea barbae
sendiri merupakan infeksi Trychophyton dan Mycosporum. Saat ini tinea barbae
lebih sering menyerang orang-orang di pedesaan seperti petani dan peternak,
karena terkena langsung terkena dari hewan ternak seperti kuda dan anjing
mereka.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Tinea barbae adalah infeksi dermatofita di daerah jenggot pada muka dan
leher hanya terbatas pada laki-laki dewasa. Jamur pada janggut ini juga dikenal
sebagai tinea sycosis dan umumnya juga sering disebut sebagai barbers itch.
Penyakit ini terutama terjadi pada orang-orang di bidang agrikultural, khususnya
yang orang-orang yang kontak dengan binatang di sawah. Daerah yang sering
terkena biasanya di dareah leher atau wajah.
B. Epidemiologi
Tinea barbae hanya dijumpai pada pria dewasa, terutama yang bekerja
sebagai peternak dan petani di pedesaan. Tinea barbae dapat mengenai semua
bangsa , tetapi lebih sering pada kulit putih dan lebih sering mengenai pria di
negara beriklim tropis dengan kelembapan tinggi. Kebersihan yang kurang dari
lingkungan yang kotor merupakan faktor yang mempermudah terjadinya infeksi.
Dahulu, infeksi sering ditularkan oleh tukang cukur karena tidak adanya alat
cukur yang hanya digunakan satu kali. Sekarang alat cukur sebagai sumber infeksi
mulai dihilangkan.
C. Etiologi
2
D. Patogenesis
E. Tipe Klinis
Tinea barbae biasanya menimbulkan lesi yang unilateral dan lebih sering
melibatkan area jenggot daripada kumis atau bibir atas. Gejalanya mempunyai 3
tipe klinis. Tipe klinis dari penyakit ini terbagi menjadi tipe inflamasi/ deep
berupa lesi supuratif yang dalam serta bernodul, tipe superficial berupa patch yang
sebagian tanpa rambut, berkrusta dan superficial dengan folikulitis dan tipe
sirsinata.
3
perifolikel dapat bergabung membentuk saluran sinus dan kumpulan pus
seperti abses, yang akhirnya menjadi lesi alopecia. Umumnya lesi ini
hanya terbatas pada satu bagian muka atau leher pada laki-laki.
2. Tipe Superfisial
Tipe superfisial dicirikan dengan folikulitis pustula yang tidak terlalu
meradang dan mungkin dihubungkan dengan T. Violaceum atau T.
Rubrum. Tipe superfisial dari tinea barbae mempunyai lesi pada tinea
corporis. Ada lesi berbentuk lingkaran dengan tipe vesikopustul. Reaksi
host terhadap penyakit ini tidak terlalu parah, meskipun alopecia mungkin
timbul di pusat lesi.
Tipe ini disebabkan oleh sedikit peradangan atropofil, bentuk tinea barbae
ini sangat menyerupai folikulitis bakteri, dengan eritema difusa ringan dan
papul folikular dan pustul. Rambut yang kusam dan rapuh membentuk
infeksi endotriks dengan T. Violaceum sebagai etiologi yang lebih sering
daripada T. Rubrum. Rambut yang terinfeksi biasanya mudah dicabut.
Yang jarang, E. floccosuin mungkin menyebabkan lesi verrukosa yang
menyebar yang dikenal sebagai epidermofitosis verrukosa.
4
Gambar: tinea barbae superfisialis; papul folikel dan pustul sering salah
diagnosis dengan folikulitis staphylococcus aureus.
3. Tipe Sirsinata
Tipe ini sangat mirip dengan tinea sirsinata dari kulit glabrous, tinea
barbae sirsisinata menunjukkan batas vesikopustular yang aktif menyebar
dengan lingkaran pusat dan rambut yang jarang-jarang pada daerah
tersebut.
Tinea barbae pada umumnya bersifat unilateral; dan lebih sering mengenai
dagu/janggot dari pada area bawah hidung/kumis. Penderita biasanya mengeluh
gatal dan pedih pada daerah yang terkena, disertai bintik bintik kemerahan yang
terkadang bernanah.Terdapat pustular folikulitis pada folikel rambut yang
dikelilingin oleh inflamasi kemerahan. Selain itu terdapat atau pustule. Rambut-
rambut disekitarnya akan gugur dengan sendirinya. Dengan berkurangnya folikel,
akan terlihat bintik kemerahan yang berbentuk bulat. Papul-papul akan berkumpul
menjadi plak.
G. Histopatologi
Reaksi seluler terhadap tinea barbae sama dengan yang direproduksi pada
tinea capitis dengan tipe yang lebih parah. Organisme mungkin tampak ada batang
rambut dan folikel dan sejumlah besar antrospora tampak pada batang rambut dan
hidup bebas pada debris seluler. Kadang-kadang organisme ini tidak tampak
adanya infiltrat pyogen yang akut yang terlihat. Pada lesi kronik atau dalam
penyembuhan, infiltrat peradangan kronik dengan sel raksasa mungkin terlihat.
H. Diagnosis
5
Diagnosis tinea barbae dapat ditegakkan dengan gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang. Orang-orang yang terkena adalah pekerjaan sebagai
petani dan peternak umumnya disebabkan oleh dua spesies utama yaitu T.
Metagrophytes dan T. Verrucosum.
Pemeriksaan kulit :
Laboratorium
6
2. Perioral dermatitis adalah iritasi kulit yang umum wajah mempengaruhi
kulit disekitar mulut, memperpanjang diatas kali atau keluar ke pipi, dan
kurang umum di sekitar mata atau dahi. Sekitar 90% kasus adalah
perempuan anatara usia 16 dan 35, itu sangat jarang terlihat pada pria. Hal
ini juga jarang terjadi pada anak-anak, namun, jika mereka terpengaruh
paling sering terjadi anatara usia 7 bulan sampai 12 tahun. Penyebab
dermatitis perioral tidak diketahui namun diyakini bahwa penggunaan
jangka panjang krim steroid mungkin menjadi faktor.
7
4. Dermatitis kontak adalah peradangan si kulit karena kontak dengan
sesuatu yang dianggap asing oleh tubuh.
J. Terapi
8
dilakukan. Sekarang ini terbinafine 250 mg digunakan sehari sekali untuk periode
paling sedikit selama 4 minggu, tergantung pada pilihan pengobatannya. Pada
beberapa kasus penggunaan griseofulvin pada dosis paling sedikit 20mg/kg/hari
(terapi berlangsung lebih dari 8 minggu) mungkin dapat dipertimbangkan.
K. Prognosis
9
sembuh dalam dua sampai tiga minggu. Infeksi kronik dapat berlangsung lebih
dari dua bulan dan T. Rubrum atau T. Violaceum jarang menjadi penyebabnya.
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12