Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan media sosial sedang marak di jaman yang sudah canggih


ini. Indonesia menduduki peringkat ke enam untuk Negara pengguna internet
di dunia. Dalam penggunaan media sosial, masyarakat memiliki kebebasan
dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakan, baik itu dalam hal positif
maupun negatif. Walaupun masyarakat bisa dengan bebas mengungkapkan
semua yang ingin mereka katakan, masyarakat juga harus tetap
memperhatikan etika-etika yang harus dipatuhi agar tidak terjadi
kesalahpahaman ataupun adanya pihak-pihak yang tersinggung akibat
perlakuan kita di media sosial.

Namun, etika-etika tersebut tidak diperhatikan oleh salah seorang


public figure yang merupakan anggota dewan, Ruhut Sitompul. Dia yang
seharusnya bisa berperilaku dan memberikan contoh yang lebih baik kepada
masyarakat. Namun pada realisasinya, Ruhut terjerat kasus dugaan
pelanggaran kode etik dewan dengan mencemarkan nama baik salah
seorang Advokat, Supiyadi di twitter. Yaitu, menggunakan kata-kata kasar
yang tidak sepantasnya di twitter kepada Supiyadi tersebut.

Seiring berjalannya waktu, mulailah maraknya penggunaan media sosial


yang digunakan secara tidak wajar, sehingga muncullah peraturan UU No. 11
Tahun 2008 pasal 27 ayat 3 yg berbunyi "Setiap orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/ atau mentrasmisikan dan/ atau membuat
dapat diaksesnya informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/ atau pencemaran nama baik" akan diberi
sanksi 6 tahun penjara atau denda 1 miliar.

Oleh karena itu, guna menindak lanjuti kasus tersebut serta menemukan
solusi yang tepat, kami melakukan analisis terhadap implementasi nilai-nilai
pancasila pada kasus Ruhut Sitompul yang mengeluarkan kata-kata kasar,
sehingga terdapat pihak yang tersinggung, yang kemudian dibuatlah makalah
yang berjudul Analisis Kasus Perkataan Kata Kasar Ruhut Sitompul di
Media Sosial Terkait Implementasi Nilai Pancasila pada Pelanggaran
Etika

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan permasalahan di atas, mengenai analisis kasus


perkataan kata kasar yang dilakukan oleh Ruhut Sitompul yang dikaitkan
dengan implementasi nilai pancasila, maka yang menjadi pertanyaan bagi
penulis yaitu:
1. Apa permasalahan yang timbul dari perkataan kata kasar oleh
seorang anggota DPR?
2. Siapa yang harus bertanggung jawab atas permasalahan tersebut?
3. Bagaimana upaya agar permasalahan seperti ini tidak terjadi lagi?
4. Mengapa implementasi nilai pancasila penting dalam melakukan
segala sesuatu hal yang bersifat bebas?
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Etika dalam Penggunaan Media Sosial

Sejak tahun 2009 hingga saat ini, media sosial menjelma menjadi sebuah
raksasa informasi yang sangat potensial di Indonesia. Tingginya pengguna
internet di Indonesia adalah salah satu faktor pendukung perkembangan
jejaring-jejaring situs pertemanan dan informasi tersebut di Indonesia.
Berdasarkan data Statistik Pengguna Internet dan Mobile di Indonesia tahun
2014, perkembangan pengguna internet di Indonesia mencapai 15% atau
38.191.873 dari total nilai populasi 251.160.124, sedangkan indikator
pengguna media sosial di Indonesia sekitar 15%, persentasi tersebut hampir
sama dengan total perkembangan pemakai internet di Indonesia atau dengan
kata lain hampir semua pengguna internet di Indonesia mempunyai akun
media sosial. Sedangkan pengguna media sosial di Indonesia bisa
menghabiskan waktu untuk mengakses akun tersebut rata-rata sekitar sekitar
2 jam 54 menit dan sekitar 74% pengguna media sosial di Indonesia rata-rata
mengakses akun mereka melalui mobile/smartphone.

Selain perkembangannya yang begitu pesat, terdapat banyak fenomena


kasus penggunaan media sosial di Indonesia yang menyimpang.
Berdasarkan berita-berita di media nasional, banyak kejahatan-kejahatan
yang berawal dari media sosial, baik itu penipuan, penculikan, perang
argumen yang berujung di penjara, hingga etika bersopan santun kini tidak
lagi memiliki nilai dalam melakukan komunikasi online di media sosial.

Dalam berkomunikasi di media sosial, ada baiknya kita mengenal


bagaimana etika dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
media sosial yang sehat. Berikut beberapa hal penting yang situs
bebmen.com paparkan untuk mewujudkan Indonesia bermedia sosial yang
sehat.

Jangan Mengumbar Informasi Pribadi

Dalam menggunakan media sosial, ada baiknya kita sebagai pengguna


harus bijak dalam menginformasikan privasi/kehidupan pribadi.
Mengumbar hal-hal pribadi dalam media sosial adalah sebuah pintu
masuk bagi seseorang untuk memberikan informasi bagi mereka yang
ingin berniat jahat kepada kita. Maka dari itu kita harus bijak dalam
menginformasikan sesuatu tentang diri sendiri di media sosial.

Etika dalam Berkomunikasi

Dalam melakukan komunikasi antar sesama pada situs jejaring media


sosial, biasanya kita melupakan etika dalam berkomunikasi. Sangat
banyak kita temukan kata-kata kasar yang muncul dalam percakapan
antar sesama di media sosial, baik itu secara sengaja ataupun tidak
sengaja. Sebaiknya dalam melakukan komunikasi, kita menggunakan
kata-kata yang layak dan sopan pada akun-akun media sosial yang kita
miliki.

Menghargai Hasil Karya Orang Lain

Saat menyebarkan informasi baik itu berupa tulisan, foto atau video milik
orang lain, ada baiknya kita mencantumkan sumber informasi sebagai
bentuk penghargaan untuk hasil karya seseorang. tidak serta merta
mengcopy-paste tanpa memberikan sumber informasi tersebut.

Hindari Penyebaran SARA Dan Pornografi

Ada baiknya kita tidak menyebarkan informasi yang berhubungan


dengan pornografi dan SARA di media sosial. Namun menyebarkan hal-
hal yang berguna dan tidak menyebabkan konflik antar sesama pada
situs jejaring tersebut.

Kroscek Kebenaran Berita

Berita yang menjelekkan orang lain sangat sering kita jumpai di media
sosial. Terkadang hal tersebut bertujuan untuk menjatuhkan nama
pesaing dengan berita-berita yang direkayasa. Untuk kasus ini, pengguna
media sosial dituntut untuk cerdas dalam menangkap sebuah informasi.
Bila ingin ikut menyebarkan informasi tersebut, ada baiknya kita
melakukan kroscek akan kebenaran informasi terlebih dahulu.

Jangan menilai berita dari judulnya saja

Ini merupakan sebuah fenomena baru dalam jejaring sosial media, ketika
melihat judul berita media nasional yang berbau provokasi, biasanya kita
langsung menyebarkan dan mengomentari tanpa melihat isi berita
terlebih dahulu. Ada baiknya baca dulu isi berita, jangan hanya melihat
berita dari judulnya saja

Opini Berdasarkan Fakta dan Data

Dalam bermedia sosial mengeluarkan opini terhadap hal-hal yang ingin


dikomentari merupakan hal yang tidak dilarang, asal opini kita
berdasarkan fakta dan data yang ada. Hati-hati dalam hal ini apabila
beropini negatif pada seseorang terdapat kemungkinan kita dapat
dilaporkan dengan UU ITE Pasal 27 ayat 3 tentang pencemaran nama
baik di dunia maya.

Jangan Ikut Berkomentar

Kadang kita ikut mengomentari hal-hal yang sedang ramai dibicarakan di


media sosial tanpa mencari tahu kebenaran informasi itu terlebih dahulu.
Bila hal tersebut berhubungan dengan nama besar atau brand, bukan
tidak mungkin kita dapat dikenakan UU ITE pasal 27 ayat 3 tentang
pencemaran nama baik.

Hindari Media Sosial bila sedang Emosi

Ketika sedang jengkel atau mendapatkan sebuah masalah, secara tidak


sadar kadang kita mengupdate akun media sosial dengan kata-kata
makian dan kasar karena emosi. Sekiranya hal tersebut tidak perlu kita
lakukan dalam media sosial.

Bijaklah dalam membagikan informasi dan berkomunikasi dalam media


sosial. Begitu banyak kegunaan yang dapat kita manfaatkan dalam situs
jejaring informasi atau perteman tersebut untuk kebutuhan kita. Maka dari itu,
kita harus bisa mewujudkan Indonesia bersosial media yang sehat.
2.2 Tindak Pidana berdasarkan UU No. 11 Tahun 2008

Pasal 27 ayat 3 dan Pasal 45 ayat 1 Undang-Undang No. 11 tahun 2008


tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut UU ITE)
menuai kontroversi bagi sebagian kalangan. Menurut mereka, aparat
penegak hukum dengan mudahnya menggunakan pasal tersebut untuk
menahan seseorang yang dianggap mencemarkan diri pribadi orang lain di
internet. Bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut:

27(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan


dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik

45(1) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Di dalam Pasal 27 ayat 3 UU ITE, terdapat 2 unsur, yaitu unsur obyektif


dan unsur subyektif.

Unsur-unsur obyektif di dalam pasal tersebut adalah:

1. Perbuatan:

Mendistribusikan

Mentransmisikan

Membuat dapat diaksesnya.

2. Melawan hukum, yaitu yang dimaksud dengan tanpa hak


3. Obyeknya adalah informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
yang memuat penghinaan dan/atau pencemaran nama baik

Unsur subyektifnya adalah berupa kesalahan, yaitu yang dimaksud


dengan dengan sengaja. Ketiga perbuatan mendistribusikan,
mentransmisikan, dan membuat dapat diaksesnya suatu informasi dan/atau
dokumen elektronik tidak dapat diketemukan penjelasannya di dalam UU ITE
tersebut baik dari sisi yuridis maupun sisi IT.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan yang Timbul dari Perkataan Kata Kasar oleh


Seorang Anggota DPR

Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) masih mempertimbangkan


pembentukan tim panel untuk menyidangkan kasus dugaan pelanggaran
etika yang dituduhkan terhadap anggota DPR, Ruhut Poltak Sitompul.
Anggota MKD Syarifudin Sudding mengatakan, sejauh ini mahkamah telah
memintai keterangan Ruhut dalam forum klarifikasi.

Untuk diketahui, Ruhut dilaporkan Achmad Supriyadi beberapa waktu lalu


atas dugaan pelanggaran etika. Dalam laporannya, Supriyadi melampirkan
screenshoot percakapan Ruhut di akun twitternya @Ruhutsitompul. Salah
satu percakapannya menyebut kata anjing kau semua yang dianggap
menyinggung orang lain.

Setelah dimusyawarahkan secara internal, maka diputuskan kasusnya


dilanjutkan. Selanjutnya yaitu pembahasan dari MKD yang akan melakukan
rapat permusyawaratan majelis untuk menentukan apakah kasus ini masuk
dalam kualifikasi pelanggaran ringan, sedang atau berat. Jika masuk
pelanggaran berat maka akan dibentuk panel.

Namun, kelanjutan kasus dugaan pelanggaran etika berkaitan perkataan


kasar di media sosial ini baru akan diteruskan setelah masa reses DPR
hingga 16 November mendatang. Mengenai rencana Ruhut mengundurkan
diri dalam keanggotaan DPR tidak akan berpengaruh. Sepanjang Ruhut
masih anggota dewan dan belum mundur secara resmi, dia masih
kewenangan MKD., kecuali jika dia sudah tidak lagi berada di DPR, kasus
akan ditutup dengan sendirinya.

3.2 Pihak yang Harus Bertanggung Jawab atas Permasalahan


Tersebut

Dalam kasus ini yang harus bertanggung jawab adalah Ruhut Sitompul
sendiri. Karena kata-kata kasar yang dia ucapkan di media sosial merupakan
murni secara sadar dan bukan merupakan desakan dari siapapun.

Anda mungkin juga menyukai