Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Imunisasi merupakan hal terpenting dalam usaha melindungi kesehatan
anak. Imunisasi merupakan suatu cara efektif untuk memberikan kekebalan
khususnya terhadap seseorang yang sehat,dengan tujuan utama untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. salah satunya penyakit campak yang sering kali menyerang
anak dibawah usia lima tahun.
Pada tahun 2010 WHO, besama UNICEF (United Nation Childrens Fund)
membuat rencana strategi global maupun regional 2010-2015 yang memiliki
tujuan program pengendalian Penyakit Campak dengan mengurangi angka
kematian campak sebesar 90% pada tahun 2015. untuk mencapai tujuan
tersebut diatas, perlu dilakukan beberapa upaya. Salah satu upayanya adalah
melaksanankan surveilans berbasis individu (case based surveilance) dengan
penguatan strategi imunisasi. Bila cakupan imunisasi mencapai 90% maka dapat
berkonstribusi menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sebesar 80-90%.
Menurut kepmenkes RI No. 828, cakupan desa atau kelurahan Universal
Child Immunization (UCI) merupakan desa atau kelurahan dimana 80 % dari
jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap
dalam waktu satu tahun dengan target imunisasi 2010 mencapai 100 %. Program
imunisasi lengkap itu mencakup BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio, dan campak.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2010 cakupan
imunisasi Campak pada anak umur 13-23 bulan (74,5%) menrun dibandingkan
tahun 2007 (81,6%), sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi Campak diatas
prevalensi nasional salah satunya Provinsi Sumatra Barat (2,53%). Selain itu
berdasarkan Incidense Rate (IR), Campak di Indonesia, Provinsi Sumatera Barat
termasuk kedalam 10 provinsi dengan angka insiden kejadian campak yang tinggi
yaitu 9,99 per 100.000 penduduk.
Dari dinas kesehatan Provinsi Sumatera Barat, diketahui bahwa prevalensi
campak di Sumatera Barat tahun 2010 adalah 8,7 per 100.000 kasus dengan
prevalensi pada anak usia lebih dari 5 tahun sebesar 23,05% per 10.000 anak.
Sementara pada tahun 2011 terjadi peningkatan kasus, prevalensinya meningkat
menjadi 10,77 per 100.000 penduduk dan pada anak usia lebih dari 5 tahun
adalah 28,37 per 10.000 anak.
Selama tiga tahun berturut- turut yaitu tahun 2012, 2013, dan tahun 2014
pencapaian bayi yang diimunisasi campak di puskesmas nan balimo masih
dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 90%, kecuali pada tahun 2013.
Pada tahun 2012 pencapaian imunisasi campak yaitu 85%, tahun 2013 yaitu
96,4%, dan tahun 2014 yaitu 78%. Berdasarkan pencapaian imunisasi campak
terendah pada tahun 2014.
Berdasarkan pada alatar belakangdata diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang faktor-faktor rendahnya cakupan imunisasi campak di wilayah
kerja Puskesmas Nan Balimo Tahun 2014.

1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Mengetahui tentang manajemen Puskesmas
2. Mengetahui tentang pelayanan umum di Puskesmas
3. Mengetahui tentang programprogram di Puskesmas
b. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya distribusi frekuensi imunisasi campak balita di
wilayah kerja Puskesmas nan balimo.
2. Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu di wilayah kerja
Puskesmas nan balimo.
3. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu di wilayah
kerja Puskesmas nan balimo.
4. Diketahuinya distribusi frekuensi status pekerjaan ibu di wilayah
kerja Puskesmas nan balimo.

1.3. Manfaat
1. Meningkatkan kemampuan manajemen program pencegahan dan
pemberantasan penyakit dalam upaya peningkatan derajat kesehatan ibu
dan bayi.
2. Dapat menyusun rencana usulan kegiatan kedepannya.

1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini adalah mengenai
gambaran manajemen program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
(P2P) tentang Rendahnya Cakupan Imunisasi Campak di Wilayah Kerja
Puskesmas Nan Balimo.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas
merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesahatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya
kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan
gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perorangan.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang :
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat.
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
- Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
- Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
- Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
- Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan
masyarakat yang bekerja sama dengan sektor lain terkait.
- Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat.
- Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas.
- Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
- Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayan kesehatan.
- Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
2. Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi.
- Melaksanakan rekam medis.
- Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu
dan akses pelayanan kesehatan.
- Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.
- Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
- Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.

2.2 Manajemen
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini manejemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan
sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manejerial.

2.2.1 Perencanaan
1. Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan
strategi, kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi
untuk menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik
terhadap pengenalan siklus perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan
fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menentukan fungsi-
fungsi manajemen lainnya. Perencanaan manajerial akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang dijalankan, siapa
yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan
tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

2. Langkah-langkah Perencanaan
Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu
sebagai berikut :
- Analisa situasi
- Mengidentifikasi masalah prioritas
- Menentukan tujuan program
- Mengkaji hambatan dan kelemahan program
- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

2.2.2 Pengorganisasian
a. Pengertian
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga
mempunyai peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur
penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang
ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-
golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok
dan wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai
tujuan organisasi.

1. Manfaat Pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan
mengetahui:
- Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
- Hubungan organisatoris antar manusia yang akan terjadi anggota atau staf
organisasi
- Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan akan melimpahkan
wewenang kepada staf sesuai dengan tugas pokok yang diberikan
kepadanya
- Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
Ada lima langkah penting dalam pengorganisasian yaitu sebagai berikut :
- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
- Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis
- Menetapkan kewajiban yang dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya
- Mendelegasikan wewenang

2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan


1. Pengertian
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan
program (ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan
program (yang dirumuskan dalam fungsi perencanaan). Fungsi manajemen ini
lebih menekankan bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua
sumber daya (manusia dan yang bukan manusia) untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati.

2. Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan


Tujuan pelaksanaan yaitu
- Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
- Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf
- Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
- Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
- Memuat organisasi berkembang secara dinamis.

2.2.4 Pengawasan dan Pengendalian


1. Prinsip Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi yang terakhir dari
proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi
perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan
program yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya
harus selalu dibandingkan dengan hasil yang dicapai atau yang mampu dikerjakan
oleh staf. Jika ada kesenjangan dan penyimpangan yang terjadi harus segera
diatasi. Penyimpangan harus dapat dideteksi secara dini dicegah, dikendalikan
atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan
agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefesienkan, dan tugas-tugas staf untuk
mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan.

2. Standar Pengawasan
Standar pengawasan mencakup :
- Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf
melaksanakan kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan
dalam situasi yang sama di masa lalu.
- Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh
petugas yang sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan tingkat
profesionalisme staf.

3. Manfaat Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat, organisasi
yang akan memperoleh manfaatnya yaitu :
- Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan
oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber
dayanya sudah digunakan sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam hal
ini, fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan
efesiensi kegiatan program
- Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
melaksanakan tugas-tugasnya
- Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi
kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien
- Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
- Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan
atau diberikan pelatihan lanjutan.

4. Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering
dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaaannya
terletak pada sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya dan
waktu pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan fungsi pengawasan juga
mempunyai kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan efektifitas
pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.

2.3. Imunisasi
2.3.1. Pengertian Imunisasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1611/Menkes/SK/XI/2005
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

2.3.2. Tujuan Imunisasi


1. Tujuan umum
Tujuan umum imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan
kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak
yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit dan menurunkan
angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I).
2. Tujuan Khusus Program Imunisasi
- Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100%
desa/ kelurahan pada tahun 2010.
- Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005.
- Eradikasi polio pada tahun 2008.
- Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.

2.3.3. Sasaran Imunisasi Program Imunisasi


Imunisasi dilakukan di seluruh kelurahan di wilayah Indonesia. Imunisasi
rutin diberikan kepada bayi di bawah umur satu tahun, wanita usia subur, yaitu
wanita berusia 15 hingga 39 tahun termasuk ibu hamil dan calon pengantin.
Imunisasi pada bayi disebut dengan imunisasi dasar, sedangkan imunisasi pada
anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur disebut dengan imunisasi lanjutan.
Vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin meliputi, pada bayi: hepatitis
B, BCG, Polio, DPT, dan campak. Pada usia anak sekolah: DT (Difteri Tetanus),
campak dan Tetanus Toksoid. Pada imunisasi terhadap wanita usia subur diberikan
Tetanus Toksoid.
Pada kejadian wabah penyakit tertentu di suatu wilayah dan waktu tertentu
maka Imunisasi tambahan akan diberikan bila diperlukan. Imunisasi tambahan
diberikan kepada bayi dan anak. Imunisasi tambahan sering dilakukan misalnya
ketika terjadi suatu wabah penyakit tertentu dalam wilayah dan waktu tertentu
misalnya, pemberian polio pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan pemberian
imunisasi campak pada anak sekolah.

2.3.4. Syarat-syarat Imunisasi


Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang
pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin.
Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada tubuh yang sehat. Berikut
ini keadaaan yang tidak boleh memperoleh imunisasi yaitu : anak sakit keras,
keadaan fisik lemah, dalam masa tunas suatu penyakit, sedang mendapat
pengobatan dengan sediaan kortikosteroid atau obat imunosupresif lainnya
(terutama vaksin hidup) karena tubuh mampu membentuk zat anti yang cukup
banyak (Huliana, 2003).
Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat yang
harus diperhatikan yaitu : diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang
diberikan harus baik, disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlakunya,
pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi
dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin
yang diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor batch pada
buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan informed concent kepada orang
tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang sebelumnya telah
dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan efek samping atau Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi.

2.3.5. Jenis imunisasi


1. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan
bertahan selama bertahun-tahun.
Adapun tipe vaksin yang dibuat hidup dan mati. Vaksin yang hidup
mengandung bakteri atau virus (germ) yang tidak berbahaya, tetapi dapat
menginfeksi tubuh dan merangsang pembentukan antibodi. Vaksin yang mati
dibuat dari bakteri atau virus, atau dari bahan toksit dihasilkannya yang dibuat
tidak berbahaya dan disebut toxoid.

2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan
untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan untuk
upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri
maupun virus (Satgas IDAI, 2008).
Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan
antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester pertama
kehamilan dan jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta adalah
immunoglobulin G (IgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi
melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah immunoglobulin A (IgA).
Sedangkan transfer imunitas pasif secara didapat terjadi saat seseorang menerima
plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang
kekebalan tubuhnya.
Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama,
sebab kadar zat-zat anti yang meningkat dalam tubuh anak bukan sebagai hasil
produksi tubuh sendiri, melainkan secara pasif diperoleh karena pemberian dari
luar tubuh. Salah satu contoh imunisasi pasif adalah Immunoglobulin yang dapat
mencegah anak dari penyakit campak (measles)

2.3.6. Jadwal Imunisasi


Imunisasi wajib pada bayi

Bila bayi lahir di rumah

Bila bayi baru lahir di rumah sakit, pondok bersalin, praktek bidan atau
tempat pelayanan lain.

Umur bayi Vaksin yang diberikan


0 bulan / langsung setelah dilahirkan Hepatitis B-1, BCG, Polio-1
2 bulan DPT-1, Hep B-2, Polio-2
3 bulan DPT-2, Hep B-3, Polio-3
4 bulan DPT-3, Polio-4
9 bulan Campak

Apabila tersedia vaksin kombinasi DPT dan hepatitisB (vaksin DPT/HB),


maka ada perubahan jadwal imunisasi yaitu vaksin hepatitis B diberikan segera
pada bayi lahir dengan kemasan monovalent.

Imunisasi pada anak sekolah (SD)

Iunisasi tetanus toksoid pada wanita usia subur

2.3.7. Pemberian Imunisasi dan Kemasan Vaksin


Vaksin dapat dikemas dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Contoh
kemasan vaksin tunggal : BCG, Polio, Hepatitis B, Hib, campak. Contoh kemasan
vaksin kombinasi : DPT (Diptheri, Pertusis, Tetanus), MMR (campak, gondong,
campak jerman), tetravaccine (kombinasi DPT dan polio suntik) Beberapa vaksin
yang dikemas tunggal dapat diberikan bersama-sama, aman dan proteksinya
memuaskan misalnya:
1. Vaksin BCG bersama cacar
2. Vaksin BCG bersama polio
3. Vaksin BCG bersama Hepatitis B
4. Vaksin DPT bersama BCG
5. Vaksin DPT bersama polio
6. Vaksin DPT bersama hepatitis B
7. Vaksin DPT bersama polio dan campak
8. Vaksin DPT bersama MMR
9. Vaksin campak bersama polio

1. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan.
Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8 C
Dosis : 0.05 ml
Kemasan : ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali) Masa kadaluarsa :satu
tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label).
Reaksi imunisasi : biasanya tidak demam
Efek samping : jarang dijumpai, bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
setempat yang terbatas dan biasanya menyem-buh sendiri walaupun lambat
Indikasi kontra :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau
uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun.

2. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)


Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,
kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari
toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan
dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau
dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang
digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus
yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin
tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri
dan pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah
dimatikan.
Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8 C
Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
Kemasan : Vial 5 ml
Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada
label)
Reaksi imunisasi : demam ringan, pembengkakan dan nyeri di
tempat suntikan selama 1-2 hari
Efek samping : Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,
kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat efek samping yang
lebih berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan unsur
pertusisnya.
Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang
demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita
penyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek, demam atau diare yang ringan bukan
merupakan kotra indikasi yang mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.

3. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing
mengandung virus polio tipe I, II dan III; yaitu
(1) vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk),biasa
diberikan dengan cara injeksi,
(2) vaksin yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara
pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di
Indonesia.
Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20 C
Dosis : 2 tetes mulut
Kemasan : vial, disertai pipet tetes
Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20C
Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak ringan
Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupakelumpuhan anggota gerak
seperti polio sebenarnya.
Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
4. Vaksin Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan
untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada
vaksin dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan
rubella (campak jerman) disebut MMR.
Penyimpanan : Freezer, suhu -20 C
Dosis : setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
Kemasan : vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta pelarut 5 ml
(aquadest)
Masa kadaluarsa : 2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat
pada label)

Reaksi imunisasi : biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi


demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-
8 setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat penyuntikan.
Efek samping : sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30
hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
Kontra Indikasi : sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam
derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian
pada ibu hamil.

5. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu
bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara
pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin.
Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak
membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan sampai
berumur beberapa bulan setelah lahir.
Reaksi imunisasi : nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas
atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
Dosis : 0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
Kemasan : HB PID
Efek samping : selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang berarti
Indikasi kontra :anak yang sakit berat.

6. Vaksin DPT/ HB (COMBO)


Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan
subunit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
Kemasan : Vial 5 ml
Efek samping : gejala yang bersifat sementara seperrti lemas, demam,
pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan. Kadang terjadi gejala berat
seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari
Kontra indikasi: gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf yang merupakan kontraindikasi pertusis, hipersensitif
terhadap komponen vaksin, penderia infeksi berat yang disertai kejang.

2.3.8. Pengelolaan Vaksin


Vaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam penyimpanan maupun saat
transportasi ke tempat lain, supaya tetap memiliki potensi yang baik
(imunogenisitas tinggi). Perlu diketahui, bahwa vaksin adalah produk biologis
yang sentitif terhadap perubahan suhu. Ada vaksin yang sensitif terhadap panas
misalnya vaksin polio, campak dan BCG. Ada vaksin yang sensitif terhadap
pembekuan misalnya vaksin heparitis B, DPT, TT dan DT. Namun secara umum,
semua vaksin akan rusak bila terpapar suhu panas, namun vaksin polio, campak
dan BCG akan lebih mudah rusak pada paparan panas bila dibanding vaksin
hepatitis B, DPT, DT dan TT. Setiap unit pelayanan diharuskan memiliki tempat
penyimpanan vaksin. Demikian juga dalam pendistribusiannya penting untuk
diperhatikan. Faktor yang dapat merusak vaksin antara lain sinar matahari, suhu
dan kelembaban.
Efektifitas vaksin di Indonesia selalu dimonitor oleh badan POM dengan
mengambil sampel secara acak, atau dengan alat Vaccine Vial Monitor/ VVM,
yaitu sejenis stiker yang ditempelkan pada botol vaksin. Bila vaksin rusak maka
VVM akan berubah warna, namun karena mahal, belum semua vaksin ditempel
VVM.
Berikut ini bukan kontra indikasi imunisasi pada bayi atau anak:
- Alergi atau asma (kecuali alergi terhadap komponen vaksin)
- Sakit ringan seperti ISPA atau diare dengan demam <38,5C
- Riwayat keluarga tentang peristiwa membahayakan setelah imunisasi
- Dalam pengobatan antibiotik
- Dugaan infeksi HIV atau positif HIV tanpa tanda dan gejala AIDS
- Anak diberi ASI
- Sakit kronis seperti jantung kronis, paru-paru, ginjal atau hati
- Kondisi syaraf labil seperti kelumpuhan otak atau Down Sundrome
- Prematur atau Berat Bayi Lahir Rendah
- Pembedahan baru atau direncanakan dengan segera
- Kurang gizi
- Riwayat sakit kuning pada kelahiran

2.3.9. Pemantauan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Definisi KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam
masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada kejadian tertentu lama pengamatan KIPI
dapat mencapai masa 42 hari (artritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau sampai
6 bulan (infeksi virus campak vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi
atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio.
1. Klasifikasi KIPI
- Reaksi Vaksin, misal : induksi vaksin, potensiasi vaksin, sifat dasar vaksin
- Kesalahan program, misal : salah dosis, salah lokasi dan cara penyuntikan,
semprit dan jarum tidak steril, kontaminasi vaksin dan alat suntik,
penyimpanan vaksin salah
- Kebetulan (coincidental), kejadian terjadi setelah imunisasi tapi tidak
disebabkan oleh vaksin. Indikator faktor kebetulan diketemukannya
kejadian yang sama disaat yang sama pada kelompok populasi setempat
tetapi tidak mendapat imunisasi.
- Injection reaction, disebabkan rasa takut/gelisah atau sakit dari tindakan
penyuntikan, bukan dari vaksin. Misalnya rasa sakit, bengkak dan
kemerahan pada tempat suntik, takut, pusing dan mual.
- Penyebab tidak diketahui, yaitu penyebab kejadian tidak dapat ditetapkan.
2. Pelaporan KIPI
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pelaporan:
- Identitas anak lengkap dan jelas.
- Jenis vaksin yang diberikan, dosis, nomor batch, siapa yang memberikan.
- Vaksin sisa disimpan dan diperlakukan seperti vaksin utuh (perhatikan
cold chain)
- Nama dokter yang bertanggung jawab
- Riwayat KIPI pada imunisasi terdahulu
- Gejala klinis yang timbul dan atau diagnosis (bila ada). Pengobatan yang
diberikan dan perjalanan penyakit (sembuh, dirawat, meninggal).
- Hasil laboratorium (bila ada) penyakit lain (bila ada).
- Waktu pemberian imunisasi (tanggal, jam)
- Saat timbulnya KIPI hingga diketahui, berapa lama interval waktu antara
pemberian imunisasi dengan terjadinya KIPI, lama gejalaKIPI.
- Apakah terdapat gejala sisa, setelah dirawat dan sembuh
- Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI
- Adakah tuntutan dari keluarga
KIPI yang harus dilaporkan 24 jam pasca imunisasi :
- Reaksi anafilaksis
- Anafilaksis
- Menangis menjerit yang tidak berhenti selama>3 jam (persistent
incosolable screaming)
- Hypotonic hypresponsive episode
- Toxic shock syndrome
KIPI yang harus dilaporkan 5 hari pasca imunisasi:
- Reaksi lokal hebat
- Sepsis
- Abses pada tempat suntikan
- KIPI yang harus dilaporkan 30 hari pasca imunisasi:
KIPI terjadi dalam 30 hari setelah imunisasi (satu gejala atau lebih)
- Ensefalopati
- Kejang
- Meningitis aseptik
- Trombositopenia
- Lumpuh layuh (accute flaccid paralysis)
- Meninggal, dirawat di RS
- Reaksi lokal yang hebat
- Abses di daerah suntikan
- Neuritis Brakhial

3. Penanganan KIPI
Penyebab karena vaksin

Penyebab karena tatalaksana program


Penyebab karena faktor penerimaa / penjamu

Konsiden (faktor kebetulan)


BAB III
HASIL PRAKTIK KLINIK

3.1 Gambaran Umum Institusi


3.1.1 Kondisi Geografi
Peta Wilayah :
Puskesmas Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok mulai
beroperasional pada bulan april 2008. Puskesmas Nan Balimo mempunyai 2 (dua)
Kelurahan yaitu Kelurahan Nan Balimo dengan luas wilayah 759 Ha dan
Kelurahan Laing dengan luas wilayah 815 Ha. Puskesmas Nan Balimo merupakan
puskesmas non perawatan atau puskesmas rawat jalan.
Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel PPA dan Kampung Jawa
Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan tanjung paku
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa
Jarak antara Puskesmas Nan Balimo dengan Ibukota Propinsi Sumatera
Barat 67 km, dengan Luas wilayah kerja 1474 Ha yang terbagi atas 2 (dua)
kelurahan, yaitu :
Kelurahan Nan Balimo
Kelurahan Laing

3.1.2 Kondisi Demografi


Berdasarkan data statistik tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo sebanyak 8682 jiwa, dimana menurut kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Nan Balimo, jumlah penduduk sebanyak 7080 jiwa
2. Kelurahan Laing, jumlah penduduk sebanyak 1111 jiwa
Mata pencarian penduduk di Kelurahan Nan Balimo dan Kelurahan Laing
pada umumnya bekerja di sektor perdagangan dan sektor pertanian.

3.1.3 Visi Dan Misi


A. Visi
Terwujudnya masyarakat Nan Balimo dan laing mandiri untuk hidup
sehat
B. Misi
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS
Meningkatkan kemitraan dengan stake holder bidang kesehatan
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan
Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistim informasi
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
Memelihara dan meningkatkan UKP dan UKM serta kesehatan
lingkungan
3.1.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan
1. Gedung Puskesmas
1 buah gedung puskesmas induk yang terletak di Kelurahan Nan
Balimo Kota Solok
2. Puskesmas Pembantu
Pustu Gelanggang Betung
Pustu Tembok
Pustu Laing Taluk
Pustu Laing Pasir
3. Pos Kesehatan Kelurahan
Poskeskel Nan Balimo
Poskeskel Laing
4. Sarana Transportasi
Kendaraan Dinas Roda 4 : 1 Unit
Kendaraan Dinas Roda 2 : 13 Unit
Tabel 3.1. Data Sarana Dan Prasarana Kesehatan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Nan BalimoTahun 2015
No Jenis Sarana Jumlah
1. Puskesmas Induk 1 Unit
2. Puskesmas Pembantu 4 Unit
3. Poskeskel 2 Unit
4. Posyandu Balita 10 Unit
5. Posyandu Lansia 4 Unit
6. Kendaraan Dinas Roda 4 1 Unit
7. Kendaraan Dinas Roda 2 13 Unit
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2015
3.1.5 Ketenagaan Puskesmas
Ketenagaan puskesmas di Puskesmas Nan Balimo terlampir pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Ketenagaan Puskesmas
No Jenis Tenaga Jumlah Ket
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 1
3 Kesehatan Masyarakat 3 1 Kepala Puskesmas
4 Tenaga Perawat 10 1 Sukarela
5 Tenaga Bidan 13 1 sukarela
6 Tenaga Sanitarian 1
7 Tenaga Gizi 3
8 Perawat Gigi 1
9 Tenaga Apotik/gudang obat 3
10 Tenaga Analis 1
11 Tenaga Refraksi Optisi 0
12 Tenaga RM 1
13 Tenaga Elektromedik 0
14 Tenaga Umum 0
15 Tenaga Supir 1
16 Penjaga Malam 1
17 Tenaga Kebersihan 1
Total 40
Sumber :Profil Puskesmas Nan Balimo 2015
3.2 Gambaran Umum Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Nan Balimo
3.2.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
1) Promosi kesehatan
Kegiatan yang dilakukan :
Penyuluhan ke Sekolah
Penyuluhan di Posyandu
Penyuluhan Keliling
Pembinaan kelurahan model Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Kawasan Tanpa Rokok (PHBSKTR)
Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga

2) Kesehatan Lingkungan
a. Kegiatan yang dilakukan :
Inspeksi sanitasi dasar
Rumah sehat
Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan
makanan dan minuman (ttu-tpm)
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Pengelolaan sampah rumah tangga
Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
Penyuluhan higiene sanitasi ke sekolah
Penyuluhan kawasan sehat
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.3 Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan
No Kegiatan Target % Pencapaian %
1 Akses air bersih * 92 90,8
2 Jamban keluarga * 90 70,5
3 Pembuangan limbah 75 85,13
4 Pengelolaan sampah 95 84,9
5 Rumah sehat 80 87,12
6 TTU 75 89,4
7 TPM 65 82,5
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
3) Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
a. Kegiatan yang dilakukan :
a) Program Kesehatan Ibu
Kelas Ibu Hamil
PelayananAnte Natal Care(ANC)
Kunjungan ibu hamil risiko tinggi
Kunjungan nifas
Pemantauan stiker program perencanaan dan pencegahan
komplikasi (P4K/ANC)berkualitas
otopsi verbal,dll
b) Program Kesehatan Anak
Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK)
Kelas Ibu Balita
c) Program Keluarga Berencana
pelayanan dan konseling
penanganan komplikasi ringan

b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.4 Hasil kegiatan Program Kesehatan Ibu
No. Kegiatan SPM seksi KIA Target Pencapaian (%)

1 Cakupan kunjungan ibu hamil K1 100% 107,5%


2 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% 96%
3 Cakupan ibu hamil dengan 80% 20,3%
komplikasi yang ditangani

4 Cakupan pertolongan persalinan 90% 93.4%


nakes

5 Kunjungan nifas 85% 82,7%


6 Peserta KB aktif 71% 71,6%

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.5 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Anak


Pencapaian
No Program Kegiatan sasaran Target(%)
(%)

1 (Anak) Jumlah KN1 170 90 88,23

2 Jumlah KN 170 90 82,7


Lengkap sasaran
170
3 DDTK 2x/tahun 659 90 82,9
Jumlah neonatus
4 komplikasi yg 0 80 26,6
ditangani
5 (Bayi) Pelayanan Bayi
6 DDTK 4x/th 170 90 90,5
7 Yankes anak balita 170 85 84,6
Jlh kematian
8 0 - 4
neonatus
9 Jlh kematian bayi 0 - 1
10 Jlh Kematian Balita 0 - 0
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.6 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana

Peserta KB Baru Peserta KB Aktif DROP OUT


Jml
No Kelurahan Kumulatif Kumulatif Kumulatif
PUS
Jml % Jml % Jml %
Nan
1 1250 108 8,64 908 72,6 83 6,64
Balimo

2 Laing 174 41 23,6 133 76,4 23 13,2

Total 1424 149 16,12 1041 74,5 106 16,5


Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
4) Perbaikan Gizi Masyarakat
a. Kegiatan yang dilakukan :
Penimbangan Masal & Pembr Vit A (bln Feb&Agst)
Pengukuran Status Gizi muridtk/PAUD
Pengukuran Status Gizi Siswa SD, SLTP & SLTA
Pemberian PMT Pemulihan
Kelas gizi
Survey GAKY tingkat rumah tangga.
Kegiatan rutin seperti :
Pemberian vit A
Pemberian tablet Fe
GERNASDARZI

b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.7 Hasil kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat
N
Kegiatan Target (%) Pencapaian(%)
o
D/S Balita 69 65,7
N/D Balita 87 89.4
BGM/D Balita 3 0,9
Pendistribusian Vit A 85 98
Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 95 96
Bayi usia 0-6 bulan mendapat asi
80 90.9
ekslusif
Balita gizi buruk mendapat perawatan - -
Cakupan rumah tangga yg konsumsi
90 100
beryodium
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


a. Kegiatan yang dilakukan :
1) Prog. P2P
Sosialisasi P2P dan Surveilans
Pemeriksaan kontak TB
Penyegaran Kader TB
Penyuluhan HIV AIDS,IMS & TB untuk pemuda dan Lapas
Survey Epidemiologi
PTM
Posbindu
2) Kusta
Penemuan dan penanganan kasus

3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC


Pelacakan Kasus Kontak
PMO TB
TB mangkir
Penyaringan suspect
4) Pencegahan dan Pemberantasan DBD
Sosialisasi DBD
Pemantauan Jentik
PE
5) Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia
penemuan dan penanganan kasus
6) Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies
Pelacakan Kasus
7) Program Imunisasi
Pelayanan Imunisasi
BIAS
TT WUS
Sweeping
Pelacakan KIPI

b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.8 Hasil kegiatan Program P2P
N
Kegiatan Target % Pencapaian %
o
1 Penemuan kasus BTA (+) * 70 38
2 Angka Bebas Jentik(ABJ) 92 77,43
Penemuan kasus Pneumoni
3 - 18 org
*
4 Pengobatan Diare 100 100
5 Penanganan kasus DBD 100 100
6 Penemuan kasus Kusta - -

7 Rabies : Kasus Gigitan - 19 org

8 Pemberian VAR/SAR - 9

9 IVA : diperiksa 237 org 63org


10 hasil (+) - 2 org
Pemakaian Zink pada diare
11 100 100
pada anak balita
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Program Imunisasi


N
Kegiatan Target % Pencapaian %
o
1 Imunisasi lengkap 90 91.2
2 HB 0 85 92.4
3 BCG 95 95.3
4 Polio 1 95 96.5
5 DPT HB 1 95 101.2
6 DPT HB 3 90 95.9
7 Polio 4 90 98.2
8 Campak 90 91.2
9 BIAS Campak 95 96.3
10 BIAS DT/TT 95 93.9
11 TT WUS SMU 85 91.1
TT WUS
12 85 82.9
POSYANDU
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
3.2.2 Program Pengembangan (Inovasi)
a. Kegiatan
1. UKS
Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA
Pembinaan Sekolah Sehat
Pelatihan Dokter Kecil/KaderKesehatan
2. Perkesmas
Asuhan keperawatan pada keluarga
Kunjungan rumah KK Resti
3. Kesehatan Jiwa
Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa
Rujukan kasus jiwa
4. Kesehatan Mata
Penemuan dan penangan kasus
Rujukan
5. Kesehatan Lansia
Pelayanan di dalam dan luar gedung
Pembinaan kelompok lansia
Senam lansia
Penyuluhan kesehatan lansia
Deteksi Dini Kesehatan Lansia
6. PKPR (Pelayanan Kes Peduli Remaja)
pelatihan kader PKPR
Penyuluhan & konsultasi ke sekolah
konsultasi bagi remaja
7. Kesehatan Gigi & Mulut
Dalam Gedung :
Pelayanan kedaruratan Gigi
Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut dasar
Pelayanan medik gigi dasar
Luar Gedung
UKGS
UKGM

3.3 Hasil Kegiatan Puskesmas


Kegiatan kepaniteraan klinik senior kedokteran Baiturrahmah dilakukan
selama 5 minggu di beberapa puskesmas, salah satunya puskesmas nan
balimo kota solok. Kegiatan dari puskesmas ini di mulai dengan adanya
pengarahan dari dinas kesehatan berupa materi terkait program- program
yang menjelaskan tentang kegiatan puskesmas. Kepaniteraan klinik senior
melakukan kegiatan di dalam gedung berupa pembelajaran mengenai
program program, program ini dilakukan di masing- masing pemegang
program, mahasiswa yang berjumlah 6 orang dibagi dalam 3 kelompok,
yakni kelompok KIA, Imunisasi dan gizi , serta poli umum dan P3K. setiap
kelompok berisikan 2 orang dan akan diganti setiap minggu nya sehingga
mendapat kesempatan yang sama untuk mempelajari setiap program dari
masing masing poli.
Kemudian juga dilakukan kegiatan diluar gedung diantaranya adalah
1. Penelitian Epidemiologi (PE)
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 27 Juli 2015
Tempat : Sawah Sianik Kecamatan Tanjung Harapan

b. Tujuan Kegiatan
- Untuk melihat adanya jentik-jentik di rumah suspek DBD dan
minimal 10 rumah di lingkungannya
- Memberikan bubuk abate di bak penampungan air yang beresiko
menimbulkan jentik nyamuk Aides agepti
- Melakukan fogging karena di temukannya positif jentik nyamuk pada
4 rumah
- Mengajarkan pada masyarakat tentang 3M plus

c. Manfaat
- Mencegah penyebaran penyakit DBD
- Meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ)

2. Puskesmas Keliling (Puskel)


a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 27 Juli 2015
Tempat : Pustu Laing Pasir

b. Tujuan Kegiatan
- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang DM dan artritis
- Konseling gizi
- Pemeriksaan kesehatan
- Memberikan pengobatan

c. Manfaat
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang materi penyuluhan
- Meningkatkan derajat kesehatan

3. Penelitian Survey
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 30 Juli 2015
Tempat: Jl. Syamsu Tulus kelurahan Nan Balimo

b. Tujuan Kegiatan
- Menemukan pasien suspek TB
- Memberikan pot sputum pada pasien suspek TB
- Memberikan penyuluhan tentang TB
c. Manfaat
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB
- Mendata pasien yang dicurigai penyakit TB

4. Kunjungan ke Lapas kelas IIb


a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 6 Agustus 2015
Tempat: Jl. Kapten Bahar Hamid km 41 Solok

b. Tujuan
- Memberikan pengobatan pada penghuni Lapas
- Memberikan penyuluhan pada penghuni Lapas tentang IMS dan Tinea

c. Manfaat
- Meningkatkan derajat kesehatan penghuni Lapas
- Meningkatkan pengetahuan tentang penyuluhan penyakit

5. Posyandu
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 12 & 13 Agustus 2015
Tempat: Posyandu Anggrek 1 & 2 Gelanggang Betung
Posyandu Setia Kawan Laing
Posyandu Bugenvil
Posyandu Merah Sari
Posyandu Teratai

b. Tujuan
- Memberikan Vitamin A, imunisasi, penimbangan BB, TB
- Memberikan penyuluhan tentang IVA

c. Manfaat
- Memantau tumbuh kembang anak
- Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyuluhan
- Meningkatkan imunitas anak dengan pemberian imunisasi
- Mencukupi asupan Vit. A anak

6. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)


a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 15 Agustus 2015
Tempat: Posyandu Lansia Tembok

b. Tujuan
- Mensosialisasikan program baru kesehatan
- Memberikan penyuluhan pada lansia tentang TB sebagai salah satu
penyakit kronis

c. Manfaat
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kronis
- Pengelolaan penyakit kronis di masyarakat
7. Kelas Ibu dan Balita
a. Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 19 & 20 Agustus 2015
Tempat : Posyandu Tembok
Posyandu Laing

b. Tujuan
Memberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang anak usia 0-5 tahun

c. Manfaat
Meningkatkan pengetahuan ibu tentang perjalanan tumbuh kembang anak

8. Skrining siswa baru masuk


a. Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah:
Tanggal : 24 agustus 2015
Tempat : SDN 016 Nan Balimo

b. Tujuan
- Melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
- Melakukan pemeriksaan mata dan telinga
- Melakukan imunisasi campak
c. Manfaat
- Mengetahui tingkat kesehatan siswa baru

3.4 Fokus Kajian Program


3.4.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi dan
wawancara dengan penanggung jawab program di Puskesmas Nan Balimo.
Terdapat 5 upaya kesehatan masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga
berencana, perbaikan gizi masyarakat, serta pencegahan dan pengendalian
penyakit. Identifikasi masalah dilakukan pada masing-masing program wajib di
Puskesmas Nan Balimo. Pada program esensial tersebut masih terdapat
kesenjangan antara target dan pencapaian.
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih tiga
masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas Urgens,
Seriousness, Growth (USG). Penilaian tiga masalah prioritas tersebut ditentukan
berdasarkan data laporan tahunan puskesmas, wawancara dengan pemegang
program dan pimpinan puskesmas, serta observasi langsung lapangan.
Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan
pencapaian, tetapi juga dilihat dari urgensi, Seriousness,dan Growth.
Uraian tiga permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu:
1. Rendahnya pencapaian cakupan Imunisasi campak.
Jumlah pencapaian imunisasi campak di Puskesmas Nan Balimo hanya
tercapai 78% yang seharusnya mencapai target 90%.
2. Rendahnya pencapaian cakupan imunisasi BCG.
Jumlah pencapaian imunisasi BCG di Puskesmas Nan Balimo hanya tercapai
85,9% yang seharusnya mencapai target 95%.
3. Rendahnya pencapaian cakupan imunisasi Polio-1
Jumlah pencapaian imunisasi Polio-1 di Puskesmas Nan Balimo hanya tercapai
89,4% yang seharusnya mencapai target 95%.

3.4.2 Penetapan Prioritas Masalah


Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Nan Balimo harus
ditentukan prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
Puskesmas.
Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah
menggunakan teknik skoring sebagai berikut :
1 Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
2 Seriousness (tingkat keseriusan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
3 Growth (tingkat perkembangan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting

3.4.3 Penilaian prioritas masalah program di Puskesmas Nan Balimo


Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih
tiga masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas USG.
Penilaian tiga masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan
tahunan puskesmas, wawancara dengan pemegang program dan pimpinan
puskesmas, serta observasi langsung lapangan. Permasalahan ini tidak hanya
dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari
urgensi, Seriousness,dan Growth. Adapun masalah yang menjadi prioritas utama
adalah cakupan imunisasi campak sebesar 78% belum mencapai target yaitu 90%.

Tabel 3.10. Penilaian prioritas masalah berdasarkan USG


Masalah U S G Total Prioritas
Rendahnya cakupan imunisasi
5 5 5 125 P1
campak
Rendahnya cakupan imunisasi
5 5 4 100 P2
BCG
Rendahnya cakupan imunisasi
4 4 3 48 P3
polio-1

Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa


(Fishbone) Cakupan imunisasi campak

Metode
Man
Kurangnya pengetahuan Kurangnya sosialisasi/penyuluhan
& pemahaman ibu pada ibu hamil

Kinerja kader yang Pemeriksaan bumil


belum optimal kurang maksimal Rendahnya pencapaian
sehingga tidak terdeteksi dini
imunisasi campak
Motivasi ibu kurang untuk imunisasi
sebanyak 78% dari
bayinya
target 90% di
Kurangnya pelaporan dari
puskesmas
Kurangnya kerja sama dg pustu/ prakter dokter/bidan swasta
poskelkel/dokter praktek swasta

Dana APBD tidak memadai untuk pemanfaatan fasilitas


Kader kurang maksimal

sarana pencatatan laporan lokasi jauh kurangnya dukungan dari


kurang lengkap keluarga dan masyarakat

Money Sarana Lingkungan

3.6 Analisis Sebab Akibat Masalah


N Variabel masalah
o Faktor Penyebab masalah Alternatif Pemecahan masalah
penyebab
1 Manusia Masih rendahnya pengetahuan ibu tentang Memberikan penyuluhan kepada
manfaat imunisasi campak ibu mengenai manfaat imunisasi
Kinerja kader yang belum optimal khusunya campak dan bahaya campak
di puskesmas dan posyandu Menjelaskan kepada ibu mengenai
Kurangnya motivasi ibu hamil untuk pentingnya pemahaman tentang
melakukan pelayanan imunisasi P2M dan penerapannya
Kurangnya kerja sama petugas puskesmas Memotivasi ibu melakukan
dengan pustu/poskeskel/dokter swasta pelayanan Imunisasi campak
Meningkatkan kerjasama petugas
puskesmas dengan petugas pustu/
poskeskel/ praktek swasta

2 Metode Kurangnya sosialisasi / penyuluhan pada ibu Mengadakan penyuluhan/


Kurangnya pelaporan dari praktek dokter konsultasi pada ibu
swasta dan bidan swasta yang memberi Membuat format pelaporan yang
pelayanan imunisasi jelas kepada dokter/bidan praktek
Pelayanan imunisasi oleh tenaga kesehatan swasta yang melakukan
kurang maksimal pemeriksaan IVA

3 Money Dana APBD tidak memadai untuk kader/ Memaksimalkan penggunaan


petugas (sebelumnya jampersal) sumber dana puskesmas yang ada
Kurangnya biaya untuk pembelian sarana dengan cara menambahkan alokasi
pencatatan laporan dana BPJS kesehatan
4 Sarana Kurangnya pemanfaatan fasilitas Memanfaatkan fasilitas dan sarana
pemeriksaan ibu hamil pemeriksaan ibu hamil di
Kurangnya sarana pencatatan laporan untuk puskesmas secara maksimal
petugas seperti laptop, dll
5 Lingkungan Kurangnya dukungan keluarga dan Meningkatkan peranan dan
masyarakat tentang pentingnya imunisasi dukungan keluarga dan masyarakat
seperti kurang informasi mengenai imunisasi kepada ibu dengan memberikan
Lokasi puskesmas jauh dari pemukiman pembinaan tentang imunisasi
penduduk Memperbaiki akses menuju
puskesmas
3.7 Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah
1. Man
Rendahnya pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah
melakukan hubungan seksual mengenai bahaya kanker serviks dan
pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks serta masih
rendahnya pemahaman suami tentang pemeriksaan IVA.
Kegiatan : Penyuluhan kepada Wanita Usia Subur (WUS) yang
sudah melakukan hubungan seksual mengenai kanker
serviks dan pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini
kanker serviks serta memberikan pemahaman
terhadap suami mengenai pemeriksaan IVA
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan Wanita Usia Subur
(WUS) yang sudah melakukan hubungan seksual
serta memberikan pemahaman terhadap suami
mengenai pemeriksaan IVA
Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah melakukan
Seksual, Suami
Lokasi : Puskesmas. Puskesmas Pembantu, Posyandu
Volume Kegiatan : Sekali setahun
Pelaksanaan : Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan
pemeriksaan IVA

2. Method
Program khusus dari Puskesmas mengenai kanker serviks dan
pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks secara berkala
Kegiatan I :
Kegiatan : Jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA gratis melalui
program puskesmas keliling secara berkala sebagai
deteksi dini kanker serviks ( Safari IVA )
Tujuan : Meningkatkan angka cangkupan pemeriksaan IVA di
wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah berhubungan
seksual
Lokasi : Puskesmas Keliling
Volume Kegiatan : Sekali setahun
Pelaksana : Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan
pemeriksaan IVA
Kegiatan II
Kegiatan : Pembentukaan kader-kader khusus untuk pemeriksaan
IVA disetiap wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
Tujuan : - Mengajak dan menghimbau Wanita Usia Subur (WUS)
agar datang pada penyuluhan dan pemeriksaan IVA di
puskesmas.
a. Mendata dan mengunjungi Wanita Usia Subur (WUS)
yang tidak datang pada penyuluhan dan pemeriksaan
IVA
b. Memberikan pengertian pada suami-suami yang tidak
menyetujui untuk dilakukannnya pemeriksaan IVA pada
istrinya.

3.8 Plan of Action


Volume
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksanaan
kegiatan
1. Penyuluhan Meningkatkan Wanita Usia Puskesmas, Sekali Dokter dan
kepada Wanita pengetahuan Subur Puskesmas setahun petugas yang
Usia Subur Wanita Usia (WUS) yang Pembantu, mendapatkan
(WUS) yang Subur (WUS)
sudah Posyandu pelatihan
sudah yang sudah
melakukan pemeriksaan
melakukan melakukan
seksual, IVA
hubungan hubungan
suami
seksual seksual serta
memberikan
pemahaman
terhadap suami
mengenai
pemeriksaan
IVA
2. Jadwal khusus Meningkatkan Wanita Usia Puskesmas Sekali Dokter dan
untuk angka cakupan Subur Keliling setahun petugas yang
pemeriksaan pemeriksaan (WUS) yang mendapatkan
IVA gratis IVA sudah pelatihan
melalui
berhubungan pemeriksaan
program
seksual IVA
puskesmas
kelliling
secara berkala
3. Pembentukan Mengajak dan WUS yang Puskesmas Sekali Petugas yang
kader-kader menghimbau telah keliling setahun bertanggung
khusus untuk WUS agar berhubungan dan jawab
pemeriksaan datang pada
seksual Posyandu terhadap IVA
IVA penyuluhan dan
pemeriksaan
IVA
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai rendahnya kunjungan masyarakat ke
puskesmas untuk pemeriksaan IVA, didapatkan data bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai IVA dan kanker serviks, sangat baik : 2%, baik : 6%,
cukup : 58%, buruk : 19%, sangat buruk : 15% . pernah atau tidaknya
mendapatkan penyuluhan tentang pemeriksaan iva, tidak pernah : 58%, pernah :
35%, lupa : 7%. pernah atau tidaknya dilakukan pemeriksaan iva sebelumnya :
Pernah : 12% : Tidak Pernah : 88%. Izin dari suami untuk dilakukan Pemeriksaan
IVA Izin : 83% : Tidak izin : 17%. Keinginan untuk dilakukan Pemeriksaan IVA,
Minat : 94% : Tidak Minat : 6% . Tingkat Ekonomi Masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Nan Balimo, Tinggi : 0% : Sedang : 13% : Rendah : 87%. Jarak
Tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke Puskesmas Nan Balimo, Dekat : 50% :
Sedang : 26% : Jauh : 24%. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Puskesmas
Nan Balimo ,Sangat lama : 0% : Lama : 9% : Sebentar : 91%. Sarana dan
prasarana yang tersedia di Puskesamas Nan Balimo untuk pemeriksaan IVA
dikatakan cukup.
Dari data yang ada rendahnya kunjungan masyarakat ke puskesmas nan
Balimo sekitar 88% tidak pernah memeriksakan diri ke puskesmas, hal ini
disebakan karena pengetahuan masyarakat yang cukup (58%), dimana masyarakat
hanya mengetahui pengertian dan gejala dari kanker serviks, tapi tidak
mengetahui bahaya dari kanker serviks itu sendiri, meski tingkat penyuluhan yang
dilakukan cukup tinggi sekitar 58% tapi masyarakat tidak memahami betul apa itu
IVA dan bahayanya jika telah terjadi kanker serviks.

4.2. Saran
1 Membentuk jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA dan membentuk
beberapa orang kader yang akan melakukan monitoring kegiatan
setiap bulan.
2 Memaksimalkan kinerja petugas serta membangun koordinasi lintas
sector / lintas program.
3 Memaksimalkan peran bidan desa dalam memberikan penyuluhan
tentang pemeriksaan IVA kepada masyarakat.
4 Memperluas relasi antara bidan desa dengan praktek swasta/ fasilitas
kesehatan di luar puskesmas agar deteksi dini kanker leher rahim yang
berada di wilayah kerjanya tetap terpantau dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai

  • Dina Puspita Sari
    Dina Puspita Sari
    Dokumen3 halaman
    Dina Puspita Sari
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Trauma Kepala... Edit
    Trauma Kepala... Edit
    Dokumen33 halaman
    Trauma Kepala... Edit
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Prinsip Transparansi Dalam Pelayanan Publik
    Prinsip Transparansi Dalam Pelayanan Publik
    Dokumen4 halaman
    Prinsip Transparansi Dalam Pelayanan Publik
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Jaga
    Laporan Kasus Jaga
    Dokumen47 halaman
    Laporan Kasus Jaga
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Gambar 1
    Gambar 1
    Dokumen1 halaman
    Gambar 1
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Migren
    Migren
    Dokumen5 halaman
    Migren
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Pengelolaan Sampah
    Pengelolaan Sampah
    Dokumen17 halaman
    Pengelolaan Sampah
    ici tri astuti
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen53 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Kasus Molahidatidosa
    Kasus Molahidatidosa
    Dokumen29 halaman
    Kasus Molahidatidosa
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen62 halaman
    Presentation 1
    Olla Andra
    Belum ada peringkat
  • Cover Demensia
    Cover Demensia
    Dokumen1 halaman
    Cover Demensia
    Chicy Fauziah
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen68 halaman
    Vertigo
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen5 halaman
    Kata Pengantar
    Olla Andra
    Belum ada peringkat
  • Cedera Kepala Files of Drsmed Fkur
    Cedera Kepala Files of Drsmed Fkur
    Dokumen9 halaman
    Cedera Kepala Files of Drsmed Fkur
    Elvira Natalya Perangin Angin
    Belum ada peringkat
  • THT
    THT
    Dokumen31 halaman
    THT
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • BAB I (Isi)
    BAB I (Isi)
    Dokumen29 halaman
    BAB I (Isi)
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Case Cedera Kepala
    Case Cedera Kepala
    Dokumen72 halaman
    Case Cedera Kepala
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Teori
    Teori
    Dokumen12 halaman
    Teori
    Olla Andra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Jaga 11 Juli 2016
    Laporan Jaga 11 Juli 2016
    Dokumen12 halaman
    Laporan Jaga 11 Juli 2016
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Makalah Agama Sem 4
    Makalah Agama Sem 4
    Dokumen1 halaman
    Makalah Agama Sem 4
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Makalah Agama Sem 3
    Makalah Agama Sem 3
    Dokumen1 halaman
    Makalah Agama Sem 3
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Skabies PDF
    Skabies PDF
    Dokumen22 halaman
    Skabies PDF
    Rizki Utami
    Belum ada peringkat
  • Makalah Agama Sem 1
    Makalah Agama Sem 1
    Dokumen1 halaman
    Makalah Agama Sem 1
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Referat Scabies
    Referat Scabies
    Dokumen33 halaman
    Referat Scabies
    A. Fajar Apriani
    100% (5)
  • Presentation SGNN
    Presentation SGNN
    Dokumen31 halaman
    Presentation SGNN
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Galih Puji Astuti
    Belum ada peringkat