PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Mengetahui tentang manajemen Puskesmas
2. Mengetahui tentang pelayanan umum di Puskesmas
3. Mengetahui tentang programprogram di Puskesmas
b. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya distribusi frekuensi imunisasi campak balita di
wilayah kerja Puskesmas nan balimo.
2. Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu di wilayah kerja
Puskesmas nan balimo.
3. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu di wilayah
kerja Puskesmas nan balimo.
4. Diketahuinya distribusi frekuensi status pekerjaan ibu di wilayah
kerja Puskesmas nan balimo.
1.3. Manfaat
1. Meningkatkan kemampuan manajemen program pencegahan dan
pemberantasan penyakit dalam upaya peningkatan derajat kesehatan ibu
dan bayi.
2. Dapat menyusun rencana usulan kegiatan kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas
merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesahatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya
kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan
gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perorangan.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang :
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat.
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
- Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
- Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
- Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
- Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan
masyarakat yang bekerja sama dengan sektor lain terkait.
- Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat.
- Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas.
- Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
- Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayan kesehatan.
- Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
2. Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi.
- Melaksanakan rekam medis.
- Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu
dan akses pelayanan kesehatan.
- Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.
- Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
- Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.
2.2 Manajemen
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini manejemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan
sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manejerial.
2.2.1 Perencanaan
1. Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan
strategi, kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi
untuk menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik
terhadap pengenalan siklus perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan
fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menentukan fungsi-
fungsi manajemen lainnya. Perencanaan manajerial akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang dijalankan, siapa
yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan
tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
2. Langkah-langkah Perencanaan
Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu
sebagai berikut :
- Analisa situasi
- Mengidentifikasi masalah prioritas
- Menentukan tujuan program
- Mengkaji hambatan dan kelemahan program
- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
2.2.2 Pengorganisasian
a. Pengertian
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga
mempunyai peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur
penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang
ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-
golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok
dan wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai
tujuan organisasi.
1. Manfaat Pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan
mengetahui:
- Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
- Hubungan organisatoris antar manusia yang akan terjadi anggota atau staf
organisasi
- Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan akan melimpahkan
wewenang kepada staf sesuai dengan tugas pokok yang diberikan
kepadanya
- Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
Ada lima langkah penting dalam pengorganisasian yaitu sebagai berikut :
- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
- Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis
- Menetapkan kewajiban yang dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya
- Mendelegasikan wewenang
2. Standar Pengawasan
Standar pengawasan mencakup :
- Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf
melaksanakan kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan
dalam situasi yang sama di masa lalu.
- Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh
petugas yang sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan tingkat
profesionalisme staf.
3. Manfaat Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat, organisasi
yang akan memperoleh manfaatnya yaitu :
- Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan
oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber
dayanya sudah digunakan sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam hal
ini, fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan
efesiensi kegiatan program
- Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
melaksanakan tugas-tugasnya
- Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi
kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien
- Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
- Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan
atau diberikan pelatihan lanjutan.
4. Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering
dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaaannya
terletak pada sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya dan
waktu pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan fungsi pengawasan juga
mempunyai kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan efektifitas
pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.
2.3. Imunisasi
2.3.1. Pengertian Imunisasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1611/Menkes/SK/XI/2005
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan
untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan untuk
upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri
maupun virus (Satgas IDAI, 2008).
Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil memberikan
antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi di akhir trimester pertama
kehamilan dan jenis antibodi yang ditransfer melalui plasenta adalah
immunoglobulin G (IgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi
melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah immunoglobulin A (IgA).
Sedangkan transfer imunitas pasif secara didapat terjadi saat seseorang menerima
plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang
kekebalan tubuhnya.
Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama,
sebab kadar zat-zat anti yang meningkat dalam tubuh anak bukan sebagai hasil
produksi tubuh sendiri, melainkan secara pasif diperoleh karena pemberian dari
luar tubuh. Salah satu contoh imunisasi pasif adalah Immunoglobulin yang dapat
mencegah anak dari penyakit campak (measles)
Bila bayi baru lahir di rumah sakit, pondok bersalin, praktek bidan atau
tempat pelayanan lain.
1. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan.
Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8 C
Dosis : 0.05 ml
Kemasan : ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali) Masa kadaluarsa :satu
tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label).
Reaksi imunisasi : biasanya tidak demam
Efek samping : jarang dijumpai, bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
setempat yang terbatas dan biasanya menyem-buh sendiri walaupun lambat
Indikasi kontra :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau
uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun.
3. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing
mengandung virus polio tipe I, II dan III; yaitu
(1) vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk),biasa
diberikan dengan cara injeksi,
(2) vaksin yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara
pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di
Indonesia.
Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20 C
Dosis : 2 tetes mulut
Kemasan : vial, disertai pipet tetes
Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20C
Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak ringan
Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupakelumpuhan anggota gerak
seperti polio sebenarnya.
Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
4. Vaksin Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan
untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada
vaksin dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan
rubella (campak jerman) disebut MMR.
Penyimpanan : Freezer, suhu -20 C
Dosis : setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
Kemasan : vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta pelarut 5 ml
(aquadest)
Masa kadaluarsa : 2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat
pada label)
5. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu
bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara
pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin.
Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak
membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan sampai
berumur beberapa bulan setelah lahir.
Reaksi imunisasi : nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas
atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
Dosis : 0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
Kemasan : HB PID
Efek samping : selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang berarti
Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
Definisi KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam
masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada kejadian tertentu lama pengamatan KIPI
dapat mencapai masa 42 hari (artritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau sampai
6 bulan (infeksi virus campak vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi
atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio.
1. Klasifikasi KIPI
- Reaksi Vaksin, misal : induksi vaksin, potensiasi vaksin, sifat dasar vaksin
- Kesalahan program, misal : salah dosis, salah lokasi dan cara penyuntikan,
semprit dan jarum tidak steril, kontaminasi vaksin dan alat suntik,
penyimpanan vaksin salah
- Kebetulan (coincidental), kejadian terjadi setelah imunisasi tapi tidak
disebabkan oleh vaksin. Indikator faktor kebetulan diketemukannya
kejadian yang sama disaat yang sama pada kelompok populasi setempat
tetapi tidak mendapat imunisasi.
- Injection reaction, disebabkan rasa takut/gelisah atau sakit dari tindakan
penyuntikan, bukan dari vaksin. Misalnya rasa sakit, bengkak dan
kemerahan pada tempat suntik, takut, pusing dan mual.
- Penyebab tidak diketahui, yaitu penyebab kejadian tidak dapat ditetapkan.
2. Pelaporan KIPI
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pelaporan:
- Identitas anak lengkap dan jelas.
- Jenis vaksin yang diberikan, dosis, nomor batch, siapa yang memberikan.
- Vaksin sisa disimpan dan diperlakukan seperti vaksin utuh (perhatikan
cold chain)
- Nama dokter yang bertanggung jawab
- Riwayat KIPI pada imunisasi terdahulu
- Gejala klinis yang timbul dan atau diagnosis (bila ada). Pengobatan yang
diberikan dan perjalanan penyakit (sembuh, dirawat, meninggal).
- Hasil laboratorium (bila ada) penyakit lain (bila ada).
- Waktu pemberian imunisasi (tanggal, jam)
- Saat timbulnya KIPI hingga diketahui, berapa lama interval waktu antara
pemberian imunisasi dengan terjadinya KIPI, lama gejalaKIPI.
- Apakah terdapat gejala sisa, setelah dirawat dan sembuh
- Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI
- Adakah tuntutan dari keluarga
KIPI yang harus dilaporkan 24 jam pasca imunisasi :
- Reaksi anafilaksis
- Anafilaksis
- Menangis menjerit yang tidak berhenti selama>3 jam (persistent
incosolable screaming)
- Hypotonic hypresponsive episode
- Toxic shock syndrome
KIPI yang harus dilaporkan 5 hari pasca imunisasi:
- Reaksi lokal hebat
- Sepsis
- Abses pada tempat suntikan
- KIPI yang harus dilaporkan 30 hari pasca imunisasi:
KIPI terjadi dalam 30 hari setelah imunisasi (satu gejala atau lebih)
- Ensefalopati
- Kejang
- Meningitis aseptik
- Trombositopenia
- Lumpuh layuh (accute flaccid paralysis)
- Meninggal, dirawat di RS
- Reaksi lokal yang hebat
- Abses di daerah suntikan
- Neuritis Brakhial
3. Penanganan KIPI
Penyebab karena vaksin
2) Kesehatan Lingkungan
a. Kegiatan yang dilakukan :
Inspeksi sanitasi dasar
Rumah sehat
Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan
makanan dan minuman (ttu-tpm)
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Pengelolaan sampah rumah tangga
Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
Penyuluhan higiene sanitasi ke sekolah
Penyuluhan kawasan sehat
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.3 Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan
No Kegiatan Target % Pencapaian %
1 Akses air bersih * 92 90,8
2 Jamban keluarga * 90 70,5
3 Pembuangan limbah 75 85,13
4 Pengelolaan sampah 95 84,9
5 Rumah sehat 80 87,12
6 TTU 75 89,4
7 TPM 65 82,5
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
3) Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
a. Kegiatan yang dilakukan :
a) Program Kesehatan Ibu
Kelas Ibu Hamil
PelayananAnte Natal Care(ANC)
Kunjungan ibu hamil risiko tinggi
Kunjungan nifas
Pemantauan stiker program perencanaan dan pencegahan
komplikasi (P4K/ANC)berkualitas
otopsi verbal,dll
b) Program Kesehatan Anak
Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK)
Kelas Ibu Balita
c) Program Keluarga Berencana
pelayanan dan konseling
penanganan komplikasi ringan
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.4 Hasil kegiatan Program Kesehatan Ibu
No. Kegiatan SPM seksi KIA Target Pencapaian (%)
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.7 Hasil kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat
N
Kegiatan Target (%) Pencapaian(%)
o
D/S Balita 69 65,7
N/D Balita 87 89.4
BGM/D Balita 3 0,9
Pendistribusian Vit A 85 98
Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 95 96
Bayi usia 0-6 bulan mendapat asi
80 90.9
ekslusif
Balita gizi buruk mendapat perawatan - -
Cakupan rumah tangga yg konsumsi
90 100
beryodium
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.8 Hasil kegiatan Program P2P
N
Kegiatan Target % Pencapaian %
o
1 Penemuan kasus BTA (+) * 70 38
2 Angka Bebas Jentik(ABJ) 92 77,43
Penemuan kasus Pneumoni
3 - 18 org
*
4 Pengobatan Diare 100 100
5 Penanganan kasus DBD 100 100
6 Penemuan kasus Kusta - -
8 Pemberian VAR/SAR - 9
b. Tujuan Kegiatan
- Untuk melihat adanya jentik-jentik di rumah suspek DBD dan
minimal 10 rumah di lingkungannya
- Memberikan bubuk abate di bak penampungan air yang beresiko
menimbulkan jentik nyamuk Aides agepti
- Melakukan fogging karena di temukannya positif jentik nyamuk pada
4 rumah
- Mengajarkan pada masyarakat tentang 3M plus
c. Manfaat
- Mencegah penyebaran penyakit DBD
- Meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ)
b. Tujuan Kegiatan
- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang DM dan artritis
- Konseling gizi
- Pemeriksaan kesehatan
- Memberikan pengobatan
c. Manfaat
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang materi penyuluhan
- Meningkatkan derajat kesehatan
3. Penelitian Survey
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 30 Juli 2015
Tempat: Jl. Syamsu Tulus kelurahan Nan Balimo
b. Tujuan Kegiatan
- Menemukan pasien suspek TB
- Memberikan pot sputum pada pasien suspek TB
- Memberikan penyuluhan tentang TB
c. Manfaat
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB
- Mendata pasien yang dicurigai penyakit TB
b. Tujuan
- Memberikan pengobatan pada penghuni Lapas
- Memberikan penyuluhan pada penghuni Lapas tentang IMS dan Tinea
c. Manfaat
- Meningkatkan derajat kesehatan penghuni Lapas
- Meningkatkan pengetahuan tentang penyuluhan penyakit
5. Posyandu
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 12 & 13 Agustus 2015
Tempat: Posyandu Anggrek 1 & 2 Gelanggang Betung
Posyandu Setia Kawan Laing
Posyandu Bugenvil
Posyandu Merah Sari
Posyandu Teratai
b. Tujuan
- Memberikan Vitamin A, imunisasi, penimbangan BB, TB
- Memberikan penyuluhan tentang IVA
c. Manfaat
- Memantau tumbuh kembang anak
- Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyuluhan
- Meningkatkan imunitas anak dengan pemberian imunisasi
- Mencukupi asupan Vit. A anak
b. Tujuan
- Mensosialisasikan program baru kesehatan
- Memberikan penyuluhan pada lansia tentang TB sebagai salah satu
penyakit kronis
c. Manfaat
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kronis
- Pengelolaan penyakit kronis di masyarakat
7. Kelas Ibu dan Balita
a. Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 19 & 20 Agustus 2015
Tempat : Posyandu Tembok
Posyandu Laing
b. Tujuan
Memberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang anak usia 0-5 tahun
c. Manfaat
Meningkatkan pengetahuan ibu tentang perjalanan tumbuh kembang anak
b. Tujuan
- Melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
- Melakukan pemeriksaan mata dan telinga
- Melakukan imunisasi campak
c. Manfaat
- Mengetahui tingkat kesehatan siswa baru
Metode
Man
Kurangnya pengetahuan Kurangnya sosialisasi/penyuluhan
& pemahaman ibu pada ibu hamil
2. Method
Program khusus dari Puskesmas mengenai kanker serviks dan
pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks secara berkala
Kegiatan I :
Kegiatan : Jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA gratis melalui
program puskesmas keliling secara berkala sebagai
deteksi dini kanker serviks ( Safari IVA )
Tujuan : Meningkatkan angka cangkupan pemeriksaan IVA di
wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah berhubungan
seksual
Lokasi : Puskesmas Keliling
Volume Kegiatan : Sekali setahun
Pelaksana : Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan
pemeriksaan IVA
Kegiatan II
Kegiatan : Pembentukaan kader-kader khusus untuk pemeriksaan
IVA disetiap wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
Tujuan : - Mengajak dan menghimbau Wanita Usia Subur (WUS)
agar datang pada penyuluhan dan pemeriksaan IVA di
puskesmas.
a. Mendata dan mengunjungi Wanita Usia Subur (WUS)
yang tidak datang pada penyuluhan dan pemeriksaan
IVA
b. Memberikan pengertian pada suami-suami yang tidak
menyetujui untuk dilakukannnya pemeriksaan IVA pada
istrinya.
4.2. Saran
1 Membentuk jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA dan membentuk
beberapa orang kader yang akan melakukan monitoring kegiatan
setiap bulan.
2 Memaksimalkan kinerja petugas serta membangun koordinasi lintas
sector / lintas program.
3 Memaksimalkan peran bidan desa dalam memberikan penyuluhan
tentang pemeriksaan IVA kepada masyarakat.
4 Memperluas relasi antara bidan desa dengan praktek swasta/ fasilitas
kesehatan di luar puskesmas agar deteksi dini kanker leher rahim yang
berada di wilayah kerjanya tetap terpantau dengan baik.