Anda di halaman 1dari 36

SENIN, 28 NOVEMBER 2011

Pembelajran Untuk Geologi Struktur


Geologi Struktur

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya
yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya.

Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi,
metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi batuan dan
daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan geologi pada masa
lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu dengan menggunakan
kontrol stratigrafi maupun geokronologi, untuk menentukan waktu pembentukan struktur
tersebut.

Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan proses
geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk, susunan, atau struktur
internal batuan kedalam bentuk, susunan, atau susunan intenal yang lain.
Untuk memahami struktur geologi yang ada dan bagaimana proses terjadinya maka sangatlah
perlu diadakan pengamatan secara langsung. Hal ini akan memudahkan dalam pemahaman
serta dapat mengetahui secara langsung struktur geologi yang ada.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari pelaksanaan kegiatan Praktikum Geologi Struktur Program Studi Geologi
Pertambangan (Diploma III) Fakultas Teknik, Universitas Kutai Kartanegara, ini, meliputi :
Melatih mahasiawa dalam mengenali struktu-struktur yang ada.
Untuk melatih dalam menganalisa persoalan - persoalan geologi struktur dengan melihat
bentuk rill dilapangan.
Untuk mahasiswa, / mahasiwi terampil dan mahir dalam, menggunakan peralatan geologi
dilapangan.
Adapun tujuan diadakan praktikum ini, yaitu
Agar melihat secara, langsung bentuk kekar dan lipatan yang rill dilapangan.
Untuk mengetahui arah penyebaran, stretigrafi, formasi, geometri unsur struktur, struktur garis,
struktur bidang, kedalaman dan ketebalan batuan.
Untuk menganalisa, kekar dan lipatan yang menggunakan mitode Roset (kipas), histrogram
dan lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Geometri Unsur Struktur


Unsur-unsur struktur secara geometris pada dasarnya hanya terdiri dari dua unsur geometris
yaitu :
1) Geometris Bidang/ Struktur Bidang
- Bidang perlapisan
- Kekar
- Sesar
- Foliasi
- Sumbu lipatan, dll.
2) Geometris Garis/ Struktur Garis
- Gores-garis
- Perpotongan dua bidang
- Liniasi, d1l.

Pemecahan masalah-masalah yang berhubungan dengan geometri struktur bidang dan struktur
garis seperti :
Masalah besaran arah dan sudut, jarak dan panjang dari struktur bidang dan struktur garis,
misalnya ; menentukan panjang dari segmen garis, sudut antara dua garis, sudut antara dua
bidang, sudut antara gars dan bidang, jarak titik terhadap bidang, jarak titik terhadap garis.

Kelemahan dari metode ini adalah ketelitiannya sangat tergantung pada faktor-faktor :
Skala penggambaran, ketelitian alas gambar dan tingkat keterampilan sipengambar.Namun
dibandingkan dengan metode-metode proyeksi yang lain (proyeksi perspektif dan proyeksi
seterografi), metode ini lebih cepat untuk memecakan masalah struktur bidang dan struktur
garis, karena secara langsung berhubungan dengan kenampakan tiga dimensi, sehingga
mullah dipahami.
Didalam metode grafis ini, struktur bidang dan struktur garis digambarkan pada bidang proyeksi
(bidang horisontal dan vertikal) dengan cara menarik garis-garis proyeksi yang tegak lurus
terhadap bidang proyeksi dan saling sejajar satu sama lain.
Definisi istilah-istilah dalam proyeksi orothogmfi
- Image Plane (IP) adalah bidang yang tegak lurus garis pandang, terletak antara mata si
pengamat dengan objek yang akan digambar.
- Line Of Sight (LS) adalah suatu garis yang berasal dari mata si pengamat sampai kesuatu titik
tertentu dalam obyek, dan sifatnya saling sejajar.
- Horizontal Plane (HP) adalah bidang khayal yang kedudukannya horisontal dan merupakan
tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama Garis proyeksi dari suatu titik
sifatnya akan vertikal dan tegak lurus terhadap bidang ini.
- Front Plane (FP) adalah bidang khayal yang kedudukannya vertikal dan tegak lurus terhadap
bidang horisontal. Garis proyeksi yang ditarik dari suatu titik sifatnya horisontal dan tegak lurus
terhadap bidang ini.
- Profile Plane (PP) adalah bidang khayal yang kedudukannya vertikal dan tegak lurus terhadap
"Horizontal Plane" (HP) dan "Front Plane" (FP). Garis vertikal yang ditarik dari suatu titik,
sifatnya horisontal dan tegak lurus terhadap bidang ini.
- Folding Line (FL) adalah garis khayal yang merupakan perpotongan dua bidang proyeksi.
Garis ini berfungsi sebagai sumber putar bidang proyeksi vertikal sehingga kedudukannya
menjadi horisontal. Prinsip ini merupakan salah satu dasar dari proyeksi orthografi yang
merubah gambaran tiga dimensi menjadi dua dimensi.

2.2 Struktur Bidang


Struktur bidang dalam geologi, struktur dapat dibedakan menjadi "Struktur Bidang Rill " dan
"Struktur Bidang Semu ".
1. Struktur bidang riil artinya bentuk dan kedudukan dapat diamati secara langsung dilapangan,
antara lain adalah
Bidang perlapisan.
Bidang ketidakselarasan.
Bidang sesar.
Foliasi.
Bidang sayap lipatan. Bidang yang disebut terakhir ini sebenarnya merupakan kedudukan
bidang yang terlipat.
2. Struktur bidang semu artinya bentuk dan kedudukannya hanya bisa diketahui atau
didapatkan dari hasil analisa struktur bidang riil yang lain, contohnya adalah :
Bidang poros lipatan.
Dikaitkan dengan penggolongan struktur menurut waktu pembentukannya, maka dibedakan
menjadi struktur bidang primer dan struktur bidang sekunder. Bidang-bidang yang termasuk
dalam struktur bidang primer adalah bidang perlapisan, bidang foliasi bidang rekah kerut ( Mud
Crack ), bidang kekar kolom ( Colomnar Joint ) pada batuan beku, dan lain sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam struktur bidang sekunder adalah bidang kekar, bidang sesar,
bidang sayap lipatan.
Pada umumnya struktur bidang dinyatakan istilah-istilah, yaitu
1) Jurus ( Strike)
2) Kemiringan (Dip).

2.2.1 Definisi Istilah-istilah Struktur Bidang.


a. Jurus (Strike) adalah Arah dan gars horizontal yang merupakan perpotongan antara bidang
yang bersangkutan dengan bidang horizontal.
b. Kemiringan (Dip) adalah Sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang miring dengan
bidang horizontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus.
c. Kemiringan Semu (Apparent Dip) adalah Arah tegak lurus jurus sesuai dengan arah
miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dan arah utara.

Keterangan :
A L : Struktur garis pada bidang ABCD
A K : Arah Penunjaman (Trend)
A-K / K-A : Arah Kelurusan (Bearing) = Azimuth NAK
: Penunjaman (Plunge)
: Rake (Pitch)
2.2.2 Cara Penulisan ( Notasi ) dan Simbol Struktur Bidang
Untuk menyatakan kedudukan suatu struktur bidang secara tertulis agar dengan mudah dan
cepat dipahami, dibutuhkan suatu cara penulisan dan simbol pada pets geologi.
Penulisan ( Notasi ) struktur bidang dinyatakan dengan :
- Jurus / Kemiringan
- Besar Kemiringan, arah kemiringan

a. Jurus / Kemiringan
Sistem Azimuth, hanya mengenal satu tulisan yaitu N XE/Y, Besarnya X antara 0 360
dan besarnya Y antara 0 90.
Sistem Kwadran , penulisan tergantung kepada posisi kwadran yang diinginkan sehingga
mempunyai beberapa cara penulisan, misalnya:
- Sistem Azimuth, N 145 E/30, maka menurut sistem kwadrannya adalah : N 35 W/30 SW
atau S 35 E/30 SW.
- Sistem Azimuth , N 90 E/45, maka menurut sistem kwadrannya adalah : N 90 E/45 S atau
N 90 W/45 S atau N 90 E/45 S atau S 90 W/45 S.

b. Besar Kemiringan, Arah Kemiringan (Dip,Dip Direction)


Misalnya : Sistem azimuth N 145E/30, maka penulisan berdasarkan sistem "Dip, Dip deriction
", adalah : 30, N 235E.
Penggambaran Simbol Struktur Bidang :
1. Garis jurus hasil pengukuran diplot dengan tepat sesuai arah pembacaan kompas di titik
lokasi dimana struktur bidang tersebut diukur.
2. Tanda arah kemiringan digambarkan pada tengah-tengah den tegak lurus garis jurus searah
jarum jam atau harga jurus ditambah 90 searah jarum jam. Panjang tanda kemiringan ini
kurang lebih sepertiga panjang garis jurus.
3. Tulis besar kemiringan pada ujung tanda kemiringan.

2.2.3 Cara Mengukur Struktur Bidang dengan Kompas Geologi.


1) Pengukuran Jurus
Bagian sisi kompas (sisi "E") ditempelkan pada bidang yang diukur. Kedudukankompas
dihorisontalkan, ditunjukkan oleh posisi level dari nivo "Mata Sapi" ( Bull's Eye Level ), maka
hargayang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga jurus bidang yang diukur. Benlah
tanda garis pada bidang tersebut sesuai dengan arah jurusnya.
2) Pengukuran Kemiringan.
Kompas pada posisi tegaktempelkan sisi 'W' kompas pada bidang yang diukur dengan posisi
yang tegak lurus jurus pada garis jurus yang telah dibuat pada butir (1). Kemudian Dinometer
dieter sehingga gelembung udaranya tepat berada ditengah (Posisi Level). Harga yang
ditunjukkan oleh penunjuk pada skala klinometer adalah besarnya sudut kemiringan dari bidang
yang diukur.
3) Pengukuran Arah Kemiringan.
Tempelkan sisi "S" kompas pada bidang yang diukur. Posisikan kompas, sehingga. horizontal
(nivo "mata lembu" level), baca angka yang ditunjuk oleh jarum utara kompas. Harga ini
merupakan arah kemiringan (dip direction) dari bidang yang diukur.

2.2.4 Aplikasi Metode Grafis I untuk Struktur Bidang


Aplikasi yang diuraikan disini meliputi pemecahan masalah-masalah struktur bidang, antara lain
:
1. Menentukan kemiringan semu.
2. Menentukan kedudukan bidang dari dua kemiringan semu pada ketinggian yang sama.
3. Menentukan kedudukan bidang dari dua kemiringan semu pada ketinggian yang berbeda.
4. Menentukan Kedudukan Bidang berdasarkan problems tiga titik (Three Point Problems).
Maksudnya menentukan kedudukan bidang dari tiga titik yang diketahui posisi dan
ketinggiannya, dimana titik tersebut terletak pada bidang rata yang sama.Dan bidang tersebut
tidak terlipat / terpatahkan serta ketiga titik tersebut ketinggiannya berbeda.

2.3 Struktur Garis


Seperti halnya struktur bidang, struktur garis dalam geologi struktur dapat dibedakan menjadi
dua yaitu:
Struktur garis rill adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya dapat diamati langsung
dilapangan misalnya gores garis yang erdapat pada bidang sesar.
Struktur garis semu adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari
onentasi unsur- unsur struktur yang membentuk kelurusan atau laniasi.
Berdasarkan seat pembentukanya struktur garis dapat dibedakan menjadi struktur garis primer
dan stn&w garis sekunder dari contoh-contoh struktur garis yang disebutkan diatas yang
termasuk struktur garis primer adalah liniasi atau penjajaran mineral - mineral pada batuan beku
tertentu ,arah liniasi struktur sedimen dan yang termasuk struktur garis sekunder adalah gores-
garis , liniasi memanjang fragmen breksi sesar.garis poros lipatan dan kelurusan -kelurusan
topografi, sungai, dsb.

Kedudukan struktur garis dinyatakan dengan istilah istilah:


- Arah penujaman (Trend) penunjaman (Plunge).
- Arah kelurusan (Bearing) dan Rake atau Pitch.

2.3.1 Definisi Istilah istilah dalam struktur garis.


Arah penujaman (Trend) adalah jurus dari bidang vertical yang melalui garis dan menunjukan
arah penunjaman garis tersebut ( hanya menunjukkan suatu arah tertentu).
Arah kelurusan (Bearing) adalah jurus dari bidang vertical yang melahn gar's tetapi tidak
menunjukan arah penunjaman garis tersebut (menunjukkan arah arah dimana, salah satu
arahnaya merupakan sudut pelurusnya).
Rake (Pith) adalah besar sudut antara garis dengan garis horisontal, yang diukur pada bidang
dimana garis tersebut terdapat besamya rake sama dengan atau lebih kecil 90 .

2.3.2. Cara Penulisan (Notes) dan Simbol Strukur Garis


Untuk menyatakan kedudukan suatu sruktur garis secara, tertulis dan suatu cara penulisan
simbol pada peta geologi.
Penulisan notes' sruktur garis dinyatakan dengan
"Plunge, Trend ( arah penujaman)".
Sistem Azimuth , hanya mengenal satu penulisan yaitu Y,N X E.
- Xo adalah "Trend',besarnya = 0 - 360
- Y adalah "Plunge", besarnya = 0 - 90 (sudut vertikal).
Sistem Kwadran, Penulisan tergantung pada posisi kwadran yang diinginkan sehingga,
mempunyai beberapa cara penulisan, misalnya:
- Sistem azimuth, 30,N 45 E, make menurut sistem kwadrannya adalah 45,N 45 E.
- Sistem azimuth, 45,N 90 E, make menurut sistem kwadrannya adalah 45, N 90 E, atau 45
S 90E.

2.3.3 Cara Pengukuran Struktur Garis dengan Kompas Geologi


a. Pengukuran struktur garis yang mempunyai "Trend
Adapun yang termasuk struktur garis ini adalah gores garis pada bidang sesar, arah arus
pembentukan struktur sedimen dan garis sumbu lipatan.
Pengukuran Arah "Trend".
1. Tempelkan alat Bantu (buku lapanganl"Dipboard') pada posisi tegak dan sejajar dengan
struktur garis yang akan diukur.
2. Tempelkan sisi "W' atau "E" kompas pada posisi kanan atau kiri alat Bantu dengan visir
kompas ("Sighting Arm") mengarah kepenujaman struktur garis tersebut.
3. Levelkan/horisontalkan kompas (Nivo Mata Sapi, dalam keadaan horisontal), make harga
yang ditunjuk oleh jarum utara, kompas adalah harga arah penunjamannya ("Trend").
Pengukuran "Plunge" ( Sudut Penunjaman ).
1. Tempelkan sisi "W" kompas pada sisi etas alat bantu yang masih dalam keadaan vertikal.
2. Levelkan "Dinometer" dan baca besaran sudut vertikal yang ditunjukkan oleh penunjuk pada
skala "Dinometer".
Pengukuran "Pitch"( Rake ).
1. Buat garis horizontal pada bidang dimana sturktur garis tersebut terdapat (sama dengan
jurus bidang tersebut) yang memotong struktur garis yang akan diukur "Rake " -nya.
2. Ukur besar sudut lancip yang dibentuk oleh garis horisontal, butir (1) dengan struktur garis
tersebut mengguna-k-an busur derajat.
b. Pengukuran Struktur Garis yang tidak Mempunyai "Trend"(Horisontal).
Adapun yang termasuk dalam struktur garis ini pada umumnya berupa araharah kelurusan
(arah limasi fragmen breksi sesar, arah kelurusan sungai, arah kelurusan gawir sesar, d1l). Jadi
yang perlu diukur hanya arah kelurusan (bearing) saja.
Pengukuran "Bearing".
1. Arah visir kompas sejajar dengan unsur-unsur kelurusan struktur garis yang akan
diukurmisalnya sumbu memanjang fragmen breksi sesar.
2. Pada posisi butir (1) levelkan kompas (nivo mata sapi dalam keadaan horisontal), make
harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga arah"Bearing"-nya.

2.3.4 Aplikasi metoda grafis I untuk struktur garis


Aplikasi yang akan dibahas disini meliputi pemecahan masalah-masalah struktur garis antara
lain :
1. Menentukan "Plunge" dan "Rake" sebuah garis pada suatu bidang.
2. Menentukan kedudukan struktur garis dari perpotongan dua bidang.

2.4 Tebal dan Kedalaman


Penentuan tebal dan kedalaman dalam geologi struktur pada dasarnya merupakan aplikasi dari
metode grafis dan goneometris.

2.4.1 Tebal
Tebal merupakan jarak tegak lures antara dua bidang yang sejajar, yang merupakan batas
lapisan batuan.

2) Perhitungan berdasarkan pengukuran tidak langsung.


Perhitungan secara tidak langsung im dapat dilakukan dengan macam-macam cara tergantung
pada
1. Keadaan topografi.
2. Kedudukan lapisan batuan.
Unsur-unsur yang dijumpai dilapangan yang dipakai sebagai data perhitungan geometri adalah:
1. Lebar singkapan (s).
2. o).Kedudnkan /kemiringan lapisan batuan (
3. Besar sudut lintasan arahjums ).lapisan (
4. Besar sudut kemiringan lereng /slope ().
3) Menentukan Tebal Batuan
Diilustrasikan sebagai berikut:

Dimana :
w : Tebal Semu
o : Dip/Kemiringan Semu
: Slope/ Kemiringan Lereng

Dip > Slope


o })Rumus : t = w sin (180o -
t = w sin
t = w cos
Dimana : w = Tebal Semu
o = Dip/Kemiringan Lapisan
= Slope/Kemiringan Lereng
t = Tebal Sebenarnya

2.4 Kedalaman
Kedalaman merupakan jarak vertical dari ketinggian tertentu (permukaan air laut) ke arah
bawah terhadap suatu titik, garis atau bidang.

Secara, garis besar, masalah masalah penentuan kedalaman dapat dibedakan /dibagi
berdasarkan cara perhitungan nya menjadi :
1. Perhitungan berdasaarkan pengukuran tegak lurus jurus lapisan.
2. Perhitungan berdasarkan pengukuran tidak tegak lurus jurus lapisan.

2.4.1 Pengukuran kedalaman pada, arah lintasan tegak lurus jurus lapisan
1. Medan datar/topografi tidak berelief
od = 1 tg
keterangan :
d : Kedalaman
I : Panjang lintasan pengukuran

2. Medan /topografi dengan slope


a. Dip searah dengan slope.
o -d = I (cos o. tg sin o) (Gambar 2.4.3)
b. Dip berlawanan dengan slope.
d = I (cos o . tg o + sin o) (Gambar2.4.4)

2.4.2 Pengukuran kedalaman pada arah tidak tegak lurus jurus lapisan
a. Dip searah dengan slope
o.d = I (tg o sin o)cos o. - sin
b. Dip berlawanan dengan slope
o.d = I (tg o + sin o)cos o. - sin
2.5 Pola Singkapan dan Peta Geologi
Pola singkapan adalah suatu bentuk penyebaran batuan dan struktur yang tergambarkan dalam
peta geologi .
Peta geologi adalah suatu peta yang menggambarkan keadaan geologi daerah tersebut,
meliputi penyebaran batuan (litologi), penyebaran struktur dan bentuk morfologinya.
Besar dan bentuk dari pola singkapan tergantung dari beberapa hal, yakni:
1. Tebal lapisan.
2. Topografi/morfologi.
3. Besar kemiringan (Dip) lapisan.
4. Bentuk struktur lipatan.

Hukum " V" (V Rule)


Hubungan antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief akan
menghasillcan .suatu pola singkapan yang beraturan, diamana aturan tersebut dikenal dengan
hukum "V". Aturan-aturan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikuti pola garis kontur.
b) Lapisan dengan kemiringan yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng maka
kenampakan lapisan akan memotong lembah dengan pola singkapan membentuk huruf "V"
yang berlawanan dengan arah kemiringan lembah.
c) Pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan berupa garis lurus dimana pola
singkapan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi.
d) Lapisan yang miring searah dengan arah kemiringan lereng dimana kemumgan lapisan lebih
besar danpada kemiringan lereng akan membentuk pola smgkapan dengan huruf "V" mengarah
sama (searah) dengan arah kemiringan lereng.
e) Lapisan dengan kemiringan yang searah dengan kemiringan lereng dimana besar
kemiringan lapisan lebih kecil dari kemiringan lereng , maka pola singkapannya akan
membentuk huruf "V" yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng /lembah.
f) Lapisan yang kemiringan nya searah dengan kemiringan lembah dan besarnya kemiringan
lapisan sama dengan kemiringan lereng/lembah maka pola singkapan tampak .

2.5.1 Metoda Pembuatan Pola Singkapan dan Peta Geologi


Dalam pembuatan peta geologi, dilakukan dengan cara mengamati singkapan-singkapan
batuan yang dijumpai. Pengamatan singkapan batuan biasanya dilakukan dengan mengambil
jalur disekitar aliran sungai disepanjang aliran sungai inilah dapat dijumpai smgkapan batuan
dengan baik.
Pengamatan yang dilakukan meliputi jenis batuan, penyebaran, kedudukanya, hubungan antar
satuan (litologi), strukturnya (baik struktur primer maupun skunder).
a) Data singkapan dari flap lokasi pengamatan diplotkan pada peta dasar (peta topogmfi)
berupa simbol, tanda, warns.
b) Batas litologi, garis sesar, sumbu lipatan dapat berupa garis penuh (tegas) bila diketahui
dengan pasti atau berupa garis putus-putus jiak diperkirakan.
c) Legenda peta diurutkan sesuai dengan urutan stratigmfi (hukum superposisi).
d) Penyebaran satuan batuan (pola singakapannya dapat ditarik batasnya diantara satuan
batuan yang berlamw dengan memperhatikan hukum "V".

2.5.2 Pembuatan Penampang Geologi


Suatu gambaran yang memperlihatkan keadaan geologi secara vertical, sehingga diketahui
hubungan satu dengan lamnya. Dalam pembuatan penampang geologi dipilih suatu jalur
tertentu sedemikian rupa, sehingga dapat memperlihatkan dengan jelas semua keadaan
geologinya secara vertikal. Dalam hal ini dipilih atau dibuat suatu jalur yang arahnya tegak lurus
terhadap jurus umum lapisan batuan, sehingga dalam penampang akan tergambarkan keadaan
kemiringan lapisan yang asli (true dip).Namun pembuatan penamapang terkadang jugs melalui
jalur yang tidak tegak lurus terhadap jurus lapisan batuan maka disini penggambaran besar
kemiringan lapisan nya adalah merupakan kemiringan lapisan semu (apparent dip) yang
besarnya sesuai dengan arah sayatan terhadap jurus lapisan batuan.
Rekonstruksi :
a) Perhatikan arah sayatan penampang terhadap jurus umum lapisan (tegak lurus atau tidak).
b) Buat "base line" yang panjangnya sama dengan panjang garis penampang peta geologi.
c) Buat "end line" dan berikan angka angka yang menunjukan ketinggian sesuai dengan
skalanya.
d) Buat "profile line" dengan cara mengeplot ketinggian garis kontur yang terpotong garis
penampang, dan kemudian hubungkan.
e) Gambarkan keadaan geologinya, meliputi batas lapisan, batas struktur dan lainnya, yang
terpotong oleh garis penampang.

2.6 Metoda Statistik


Metoda, statistik, yakni suatu metoda, yang diterapkan untuk mendapatkan kisaran harga rata
rata atau harga maksimum dari sejumlah data acak satu jenis struktur . dari sim kemudian
dapat diketahui kecenderungan kecenderungan, bentuk pola, ataupun kedudukan umum dari
jenis struktur yang sedang dianalisa .
Metoda, statistik yang sering atau umum dipakai dalam kegiatan analisa struktur, terdiri dari 2
(dua) metoda, yang pengelompokannya, didasarkan etas banyaknya parameter yang akan
diketahui hasil statistiknya.
Metoda statistik dengan satu, parameter yakni pembuatan diagram yang didasarkan atas,
sejumlah data struktur yang hanya, memiliki satu, parameter saja.
Metoda statistik dengan dua parameter yakm pembuatan diagram --diagram, bedasarkan
sejumlah data struktur yang memiliki parameter.

2.6.1 Diagram Kipas


Tujuan diagram ini dimaksudkau untuk mengetahui arah kelurusan umum dari unsur unsur
struktur yang data-datanya, hanya, terdiri dari satu unsure pengukuran.
Tabulasi data - data pengukuran yang terkumpul dimasukan kedalam suatu. table (tabulasi
data),dengan tujuan untuk mempermudah proses dalam pembuatan diagramnya. Dalam hal ini
jumlah data tidak terdapat batasan mengenai banyak nya data yang harus dikumpulkan.
Semakin banyak data lapangan dalam analisa, make hasilnya akan mendekati keadaan
sebenarnya.

Pembuatan Diagram Kipas


Dari pemasukan data-data pengukuran kedalam data suatu tabel diperoleh harp prosentase
maksimum 24%. Harga ini dipakai sebgai patokan untuk menetukan panjang jari jari diagram
setengah lingkaran .
Panjang jarijari Dari harga maksimum 24% = 6 cm. kemudian panjang jarijari tersebut dibagi
enam , sehingga, setiap satu, interval berharga, 4%. Selanjutnya dari setiap interval dibuat
busurnya, dengan pusat titik nol dan panjang jarijari sama, dengan interval yang
bersangkutan. kemudian bagilah sisi paling luar dari busur sesuai dengan pembagian arahnya.
Melalui pembagian interval tersebut tariklah garis- garis kearah pusat busur.

2.6.2. Diagram roset.


Tujuan diagram ini dimaksudkan untuk mengetahui arah kelurusan umum dari unsur unsur
struktur yang data datanya hanya memiliki satu pengarahan.
Tabulasi data data pengukuran lapangan yang terkumpul dimasukan kedalam suatu table
dengan tujuan untuk mempermudah pembuatan diagramnya.
Pembuatan diagram roset
Pada prinsipnya cara pembuatan diagram roset ini sama dengann cara pembuatan diagram
kipas . perbedaanya hanya terletak pada bentuknya, diagram kipas berbentuk setengah
lingkaran sedangkan diagram roset merupakan lingkaran penuh.

2.7 Kekar
Suatu rekahan yang relative tanpa mengalami pergesaran pada bidang rekahannya . penyebab
tedadinya kekar dapat disebabkan oleh gejala tektonik maupun non tektonik. Klasifikasi kekar
ada beberapa macam, tergantung dasr klasifikasi yang digunakan, diantaranya :
a) Berdasarkan bentuknya.
b) Berdasarkan ukurannya.
c) Berdasarkan kerapatannya.
d) Berdasarkan cara terjadinya (genesanya).
2.7.1 Klasifikasi kekar berdasarkan genesanya
a. Shear joint (kekar gerus), tedadinya akibat adanya tegasan tekanan (compressive stress).

Tanda-tanda untuk mengetahui kekar genus ini


- Bidang kekar rata (lurus)
- Adakala terdapat struktur "Pumice" akibat pergeseran yang sangat kecil.
- Bidang kekar rata dan rapat, tak ada pengisian walau memotong batuan yang bermacam-
macam maka dibidangnya tetap rata.

b. Kekar tegangan (Tension joint) atau kekar tarik adalah kekar yang terjadi karena gaya tarik
(tension) diman kekamya tegak lurus dengan gaya pembentuknya.

Tanda-tanda kekar tarik di lapangan


- Sifatnya membuka
- Biasanya rekahanya terisi dengan batuan lain
- Bidang kekar tidak rata, sehingga jika memotong permukaan akan berupa garis yang tidak
lurus.
Tension joint (tension stress), dibedakan atas ;
a. Extension joint, terjadi akibat pemekaran atau tarikan.
b. Release joint, terjadi akibat berhentinya gaya yang berkerja.

2.7.2. Analisa Kekar


Secara skematis prosedur analisanya dalah sebagai berikut : Pengumpulan atau pencataan
data pengelompokan data- penyajian data- analisa data- interpretasi- diskusi.
Untuk analisa data , digunakan metoda statistic yang dilakukan dengan:
a. Diagram kipas.
- Pita radial.
- Garis radial.
b. Histogram.
Diagram kontur, dengan mengunakan proyeksi streografi dan proyeksi kutup.
Tujuan analisa :
- Menentukan kedudukan atau arah umum dari kekar.
- Menentukan arah umum dari gaya utama.

2.8 Sesar
Suatu, bidang rekahan atau zona rekahan yang telah mengalami pergeseran. Beardasarkan
tipe gerakannya secara umum dibedakan atas :
a. Sesar translasi, yaitu jenis sesar yang pergeseranya sepanjang garis lurus.
b. Sesar rotasi , yaitu jenis sesar yang pergeseranya, mengalami perputaran/ terputar.
Sifat pergeseran sesar dapat separation ( pergeseran semu) dan slip pergeseran relative) :
a. Separation jarak adalah tegak lurus antara dua bidang yang tergeser dan diukur pada bidang
sesar.
b. Slip adalah pergeseran relative pada sesar , diukur dari blok 1 ke blok lamnya, merupakan
pergesaran titik - titik yang sebelumnya berimpit. Total pergeseran relatifnya disebut dengan net
slip.
Unsur-unsur / istilah dalam sesar :
a. Bidang sesar , yaitu, suatu, bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang tergeserkan.
b. Dip sesar, yaitu sudut antara, bidang sesar dengan bidang horisontal dan diukur tegak lurus
jurus sesar. Strike dan dip sesar menunjukkan kedudukan dari bidang sesar.
c. Hade yaltu sudut antara, garis vertikal dengan bidang sesar, dan merupakan penyiku dari dip
sesar.
d. Thrue , yaitu komponen vertikal dari slip / speration diukur pada bidang vertikal yang tegak
lurus jurus sesar.
e. Heave, yaitu komponen horisontal dari slip / separation , diukur pada bidang vertical yang
tegak lurus, jurus sesar.
f. Hanging wall dan foot wall yaitu blok yang terletak diatas bidang sesar dan dibawah bidang
sesar.

2.8.1 Klasifikasi bidang sesar


Penamaan dari suatu sesar adalah tergantung dari dasar klasifikasi yang digunakan, diantara
sebagai berikut :
Berdasarkan orientasi pola tegasan utama yang menyebabkannya
a. Thrust fouls, jika tegasan utama maksimum dan intermediate adalah horisontal.
b. Normal fault, jika pola tegasan utama maksimum adalah vertikal.
c. Wrench fault (strek slip fault), jika pola tegasan utama maksimum dan minimum adalah
horisontal.

2.9 Lipatan
Merupakan basil perubahan bentuk dan suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan
atau kumpulan dan lengkungan pada unsure garis atau bidang di dalam bahan tersebut.
Mekanisme gaya yang menyebabkannya ada dua macam :
a. Buckling (melipat) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan permukaan
lempeng.
b. Bending (pelengkungan), disebabkan oleh gaya tekan yang aralmya tegak lurus permukaan
lempeng.
Berdasarkan proses lipatan dan jenis batuan yang terlipat dapat di bedakan menjadi 4 macaw
lipatan, yaitu :
a. Flexur /Competent Folding termasuk di dalamnya Parallel Fold.
b. Flow /Incompetent Folding termasuk di dalamnya Similar Fold.
c. Shear folding.
d. Aexure and flow folding.

2.9.1. Unsur-unsur lipatan


a. Antiklin adalah unsur shuktur lipatan dengan bentuk convex keatas dengan urutan lipatan
batuan yang tua di bawah dan yang muda diatas.
b. Sinklin adalah unsur struktur lipatan dengan bentuk concave keatas dengan uratan lapisan
batuan yang tua dibawah dan yang muda di etas.
c. Antiform adalah unsur shuktu lipatan seperd antil-din dengan lipatan batuan yang tua diatas
dan yang muda di bawah.
d. Sinform adalah unsur struktur lipatan seperd sinklin dengan lapisan batuan tua diatas dan
yang muda di bawah.
e. Hinge adalah pelenkungan maksimum dari lipatan
f. Crest adalah puncak titik tertinggi dari lipatandil.

2.9.2 Klasifikasi lipatan


Untuk menamakan suatu lipatan harus sesuai dengan klasifikasi yang sudah ada, yang mane
klasifikasi tersebut ada bermacam-macam tergantung dari dasar yang di gunakan.

2 9.3 Analisa Lipatan


Analisis lipatan dilakukan untuk mengetahui arah lipatan, kedudukan bidang sumbu dan garis
sumbu, bentuk lipatan,penunjaman dan pole tegasan yang berpengaruh terhadap pembentukan
lipatan.
Untuk struktur lipatan yang ben&uran kecil (mikro) dan bentuk tiga dimensi dapat ditaksirkan,
analisanya dilakukan dilapangan dengan cara mengukur langsung unsur-unsurnya (kedudukan
garis-garis sumbu bentuk lipatan, dan arah penunjaman).
Untuk lipatan berskala besar (mayor fould) dimana sexing bentuk utuhnya tidak teramati secara
langsung atau struktur lipatan itu sudah terkikis make terhadapnya dilakukan analisis yang
berdasarkan pada :
a. Mengukur kedudukan struktur bidang yang terlipat, yakni bidang perlapisan (bedding or
lentation) pada batuan sediment dan bidang-bidang foliasi pada batuan metamorf.
b. Mengukur kedudukan "deavage" (deavage orientation) yakni rekahan yang bervariasi sejajar
dan umumnya sejajar pula dengan kedudukan bidang sumbu lipatan ( axial plane deavages ).
c. Mengukur bidang-bidang dan garis-garis sumbu lipatan-lipatan kecil Hinge lines of small fold).
b. Mengukur perpotongan bidang-bidang perlapisan dengan "deavage" (deavage bedding
intersection).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktikum geologi struktur dapat disimplkan bahwa :
1. Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan
permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya.
2. Unsur-unsur struktur secara geometris pada dasarnya hanya terdiri dari dua unsur geometris
yaitustruktur bidang dan struktur garis dimana struktur bidang terdiri dari Bidang perlapisan
kekar, sesar, foliasi dan sumbu perlipatan sedangkan struktur garis terdiri dari gores-garis,
perpotongan dua bidang, liniasi dan lain-lain.
3. Struktur geologi perlu di pelajari karena pada daerah ini merupakan tempat terperangkapnya
mineral-mieral berharga.
4. Pola singkapan adalah suatu bentuk penyebaran batuan dan struktur yang tergambarkan
dalam peta geologi.
5. Besar dan bentuk dari pola singkapan tergantung dari beberapa hal, yakni:
Tebal lapisan.
Topografi/morfologi.
Besar kemiringan (Dip) lapisan.
Bentuk struktur lipatan.

3.2 Saran
Berdasarkan dari keseluruhan pertemuan dan pelaksanaan praktikum, baik indoor maupun out
door, penulis menyarankan agar pelaksanaan praktikum selanjutnya dapat lebih baik lagi, yaitu
persediaan peralatan-peralatan lapangan agar dapat diperbanyak dan diperbaharui sehingga
membuat mahasiswa lebih terampil dan mahir dalam pengaplikasian di lapangan, serta untuk
pelaksanaan praktikum di lapangan (out door) lebih ditingkatkan lagi, mengingat kegiatan
praktikum di lapangan lebih aplikatif.
Diposkan oleh Arief Hidayat di 19.06 Tidak ada komentar:

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Entri (Atom)
http://ariefgeo.blogspot.co.id/2011_11_01_archive.html

Geology and Geological Mindset


Share
Pengetahuan umum tentang dasar - dasar ilmu geologi , pengamatan dan
analisa umum serta pola pikir. Merupakan gabungan atau kumpulan, ringkasan
serta hasil karya penulis sebelumnya dan saya sendiri. Diharapkan blog ini bisa
menjadi sarana berbagi ilmu, jalur tukar pikiran dan pendapat serta pengalaman
mengingat besar dan luasnya cakupan keilmuannya.

" PANGEA"

Beranda

SABTU, 26 JUNI 2010

Geologi Struktur
GEOLOGI STRUKTUR

Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur/ struktur kerak bumi
beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan bentuk
(deformasi) pada batuan.
Geologi struktur pada intinya mempelajari struktur batuan, yaitu struktur primer (misal:
perlapisan, foliasi, laminasi, dan sebagainya) dan struktur sekunder (misal: kekar, sesar,
lipatan). Dimana sebagian besar mempelajari tentang struktur sekunder.
Cara mempelajari dan menganalisa struktur geologi dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu:
1. Tahap lapangan, meliputi langkah-langkah secara berurutan, yaitu observasi lapangan,
pencatatan dan perekaman data secara detail.
2. Tahap laboratorium, meliputi analisa dan sintesa geologi.
Cara penulisan simbol (notasi) struktur bidang dan struktur garis:
1. Struktur Bidang
Penulisan struktur bidang dinyatakan dengan:
a. Jurus dan Kemiringan (dip)
Sistem azimuth: N X0 E/ Y0, dimana X adalah jurus/ strike (00-3600), dan Y adalah kemiringan/
dip (00-900).
Contoh : N 0600E/ 450
Sistem kuadran : (N/ S) A0 (E/ W)/ B0C, dimana A adalah strike (00-3600) ,B adalah dip (00-
900), dan C adalah dip direction yang menunjukkan arah dip.
Contoh : N 350W/ 300SW
b. Besar Kemiringan
Misalnya dalam sistem azimuth ditulis dengan notasi N 1450E/ 300, maka penulisan
berdasarkan sistem dip, dip direction dapat ditulis dengan notasi 300, N 2350E
2. Struktur Garis
Penulisan struktur garis dinyatakan dengan:
a. Sistem Azimuth: Y0, N X0E, dimana Y adalah penunjaman/ plunge (00-900) dan X adalah
arah/ bearing (00-3600).
Contoh : 780, N 0450E
b. Sistem Kuadran : tergantung pada posisi kuadran.
Contoh : 450, N 900E dapat ditulis 450, S 900E atau 450, N 900E

Gamb. Simbol Struktur Bidang dan Struktur Garis


1.1 Langkah Kerja
Tugas I.1 Pendahuluan
1. Mengubah sistem azimuth menjadi sistem kuadran, atau sebaliknya.
2. Kemudian menggambarkan arah yang dimaksud kedalam simbol.
3. Menggunakan kaidah tangan kiri, dimana jari telunjuk menunjukkan arah strike dan ibu jari
menunjukkan arah dip.
Tugas 01.3 Pendahuluan
1. Memplotkan arah strike sesuai dengan data ke lembar kerja.
2. Kita teteapkan arah dip dengan kaidah tangan kiri, dip selalu tegak lurus strike dalam
penggambarannya dengan perbandingan panjang strike dan dip yaitu 3 : 1.
3. Kemudian kita warnai sesuai dengan batas yang sudah dibuat.
Kesimpulan
Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur/ struktur kerak bumi
beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan bentuk
(deformasi) pada batuan.
Mempelajari geologi struktur di laboratorium sangat penting agar dapat menggambarkan
struktur bidang dan struktur garis pada peta, selain itu juga sangat berguna untuk mengetahui
gambaran tiga dimensi dari struktur di lapangan.

STRUKTUR BIDANG

Beberapa unsur struktur geologi secara geometri dapat dianggap sebagai struktur bidang.
Struktur geologi tersebut diantaranya adalah: bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar,
bidang belahan, bidang foliasi, dan sejenisnya. Beberapa istilah dalam struktur bidang, antara
lain:

Jurus/ Strike

Adalah arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan antara bidang yang
bersangkutan dengan bidang horizontal, dimana besar sudutnya diukur dari arah utara.

Kemiringan/ Dip

Adalah sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang miring yang bersangkutan dengan
bidang horizontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus/ strike.

Kemiringan Semu/ Apperent Dip

Merupakan sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal dari
pengukuran dengan arah tidak tegak lurus jurus.

Arah Kemiringan/ Dip Direction

Adalah arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah miringnya bidang yang bersangkutan
dan diukur dari arah utara.

2.1 Langkah Kerja


1. Membuat garis lurus vertikal sebagai arah utara.
2. Menggambar proyeksi horizontal garis dengan arah N 2700E.
3. Kemudian menggambar proyeksi horizontal dip sebesar 300.
4. Hubungkan kedua garis tersebut dengan garis sepanjang 1cm, 2cm, 3cm berurutan dan
tegak lurus terhadap garis strike.
5. Kembali menggam bar proyeksi horizontal garis dengan arah N 2850E
6. Kemudian menggambar proyeksi horizontal dip sebesar 400.
7. Hubungkan juga kedua garis itu dengan garis sepanjang 1cm, 2cm, 3cm berurutan dan tegak
lurus garis strike.
8. Membuat garis yang melewati perpotongan tegak lurus garis strike dengan garis 1cm, 2cm,
3cm tadi sebagai garis kontur struktur (KS).
9. Ukur besarnya sudut yang dibentuk garis KS dari arah utara sebagai strike.
10. Membuat garis yang tegak lurus KS sebagai folding line (FL).
11. Membuat titik sejauh 1cm, 2cm, 3cm scara berurutan pada KS, kemudian hubungkan titik-
titik tersebut, sehingga membentuk garis, ukur besar sudutnya yang merupakan dip.

Tugas 02.2 Struktur Bidang


1. Buat sebuah titik, tentukan arah utaranya dan anggap titik tersebut berada pada ketinggian
300mdpl.
2. Buat garis dengan arah N 1200E sepanjang 3cm, dan anggap titik akhirnya berada pada
ketinggian 200mdpl.
3. Buat garis dengan arah N 2000E sepanjang 4cm, dan anggap titik akhirnya berada pada
ketinggian 100mdpl.
4. Kemudian membuat garis KS dengan menghubungkan titik pada ketinggian 200mdpl dengan
pertengahan antara titik 100mdpl dan titik 300mdpl.
5. Sejajarkan garis KS tersebut pada titik 300mdpl dan titik 100mdpl, ukur besar sudutnya dari
arah utara (N 600E).
6. Buat garis FL yang tegak lurus dengan garis KS, kemudian buat titik sejauh 1cm dan 2cm
pada KS secara berurutan kebawah, lalu hubungkan garis itu, sehingga didapatkan dip (210).
7. Block 6x6 area tersebut, kemudian menggambar dalam tiga dimensi.

Kesimpulan
Didalam geologi struktur terdapat dua struktur yang dipelajari, salah satunya adalah struktur
bidang. Struktur bidang ini diantaranya adalah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar,
bidang belahan, bidang foliasi, dan sebagainya.

STRUKTUR GARIS

Salah satu unsur struktur secara geometris adalah geometris garis (struktur garis, gores garis,
perpotongan 2 bidang, dan lainnya). Struktur garis dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Struktur Garis Riil
Adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya dapat diamati langsung di lapangan,
contohnya gores garis pada bidang sesar.
2. Struktur Garis Semu
Adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari orientasi unsur-
unsur struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi, contohnya liniasi fragmen breksi sesar.
Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi 2 juga, yaitu:
1. Struktur Garis Primer, meliputi liniasi atau penjajaran mineral-mineral pada batuan beku
tertentu, dan arah liniasi struktur sedimen.
2. Struktur Garis Sekunder, meliputi gores garis, liniasi memanjang fragmen breksi sesar, garis
poros lipatan dan kelurusan-kelurusan dari topografi, sungai dan sebagainya.
Beberapa istilah dalam struktur garis:

Arah Penunjaman (trend)

Adalah jurus dari bidang vertikal yang melalui garis dan menunjukkan arah penunjaman garis
tersebut, dimana hanya menunjukkan 1 arah tertentu.

Arah Kelurusan (bearing)

Adalah jurus dari bidang vertikal yang melalui garis tetapi tidak menunjukkan arah penunjaman
garis tersebut, tetapi menunjukkan sudut pelurusnya.

Rake (pitch)

Adalah besar sudut antara garis dengan garis horizontal yang diukur pada bidang dimana garis
itu terdapat.

3.1 Langkah Kerja


Tugas 03.1 Struktur Garis
1. Membuat garis vertikal sebagai penunjuk arah utara.
2. Menggambar strike sebesar N 0050E, dan ditulis sebagai KS 500.
3. Dari KS 500 dibuat garis yang tegak lurus sebagai folding line (FL).
4. Membuat garis dari perpotongan FL dengan KS 500, dengan besar sudut 450 sebagai dip.
5. Dilanjutkan kembali membuat garis KS yang memotong FL dan garis dip.
6. Membuat garis bearing N 1350E.
7. Membuat garis sepanjang 1cm melalui perpotongan bearing dengan KS 400, kemudian buat
garis dari titik pusat ke garis 1cm tadi yang kemudian dijadikan plunge.
8. Membuat KS bantu dengan cara menggunakan jangka, perpotongan FL dengan KS 500
sebagai titik pusat dan perpotongan dip dengan KS 400 sebagai jari-jari, kemudian potongkan
ke FL.
9. Membuat KS bantu melalui perpotongan garis yang dibuat dengan jangka dan FL sejajar KS
sebelumnya.
10. Membuat garis yang tegak lurus dari perpotongan bearing dengan KS 400.
11. Membuat garis dari titik pusat melalui perpotongan antara KS bantu dengan garis tadi
sebagai rake.

Tugas 03.2 Struktur Garis


1. Buat titik (titik pertama) dan arah utaranya, kemudian buat bearing N 2280E (KS 800), buat
FL tegak lurus dengan bearing kemudian ukur sudut 300.
2. Buat garis 1cm, 2cm, secara berurutan tegak lurus dengan FL dan perpanjang garis itu
sepanjang bearing.
3. Membuat KS bantu menggunakan jangka dengan titik pusat perpotongan FL dengan KS 800
dan jari-jari perpotongan dip dengan KS 700.
4. Dari titik pertama ukur N 1300E kemudian tarik garis sepanjang 7 cm, dan jadikan sebagai
titik kedua (KS 800).
5. Buat bearing N 3350E kemudian buat FL tegak lurus bearing, ukur sudut 500 dari FL sebagai
dip.
6. Membuat garis sepanjang 1cm,2 cm secara berurutan tegak lurus FL, perpanjang garis itu
sejajar dengan bearing.
7. Membuat KS bantu menggunakan jangka dengan titik pusat perpotongan FL dengan KS 800
dan jari-jarinya adalah perpotongan dip dengan KS 700.
8. Perpotongan KS 800 gamping dengan KS 800 dike sebagai titik utama.
9. Menghubungkan titik perpotongan kedelapan KS dengan garis sebagai bearing (N 3570E).
10. Tarik garis sepanjang 1 cm dari titik perpotongan KS 700, kemudian tarik garis dari titik
utama menuju garis 1 cm tadi sebagai plunge (240).
11. Tarik garis tegak lurus dengan KS 700 dititik perpotongan KS 700 menuju KS bantu dike,
kemudian tarik garis dari titik utama menuju garis tegak lurus tadi sebagai rake dike (330).
12. Tarik garis tegak lurus dengan KS 700 dititik perpotongan KS 700 menuju KS bantu
gamping, kemudian tarik garis dari titik utama menuju garis tegak lurus tadi sebagai rake
gamping (550).
13. Block 8x8 area perpotongan tadi dan gambar 3 dimensinya di block orthogonal.
3.3 Kesimpulan
1. Metode grafis dapat diaplikasiakan dalam pemecahan permasalahan struktur garis dengan
menggunakan metode grafis satu antara lain :
a. Menentukan pluge dan rake sebuah garis pada bidang tertentu
b. Menentukan kedudukan struktur garis dari perpotongan pada bidang tertentu.
2. Struktur garis dapat dibedakan menjadi dua yaitu struktur garis riil dan struktur garis semu.
3. Berdasarkan alat pembentukannya struktur garis dapat dibedakan menjadi struktur primer
dan struktur sekunder.

TEBAL DAN KEDALAMAN

Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara bidang (2 bidang) sejajar yang merupakan lapisan
batuan. Kedalaman adalah jarak vertikal dari ketinggian tertentu (umumnya permukaan bumi)
ke arah bawah terhadap suatu titik garis bidang.

1. KETEBALAN
Ketebalan lapisan dapat ditentukan dengan beberapa cara, baik secara langsung maupun tak
langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu, misalnya
lapisan horizontal yang tersingkap pada tebing vertikal, lapisan vertikal yang tersingkap pada
topografi datar. Apabila keadaan medan, struktur yang rumit, atau keterbatasan alat yang
dipakai tidak memungkinkan dilakukannya pengukuran secara langsung, maka diadakan
pengukuran secara tidak langsung, tetapi sebaiknya diusahakan pengukuran mendekati secara
langsung. Pengukuran tidak langsung yang paling sederhana adalah pada lapisan miring
tersingkap pada permukaan horizontal, dimana lebar singkapan diukur tegak lurus jurus, yaitu
w. Dengan mengetahui kemiringan lapisan (), maka ketebalannya adalah T= w sin .
Pendekatan lain untuk mengukur ketebalan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
mengukur jarak antara titik yang merupakan batas lapisan sepanjang lintasan tegak lurus jurus.
Untuk mencari kemiringan lereng yang tegak lurus jurus lapisan, dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu dengan menggunakan Aligment Nomograph dengan menganggap
kemiringan lereng sbagai kemiringan semu dan kemiringan lereng tegak lurus jurus sebagai
kemiringan sebenarnya.

2. KEDALAMAN
Menghitung kedalaman lapisan ada beberapa cara, antara lain:

Menghitung secara matematis.

Dengan Aligment Diagram.

Secara grafis.
Rumus umum kedalaman: D= m (sin cos tan )
4.1 Langkah Kerja
Tugas 04.1 Tebal dan Kedalaman
1. Buat garis bantu untuk menentukan arah utara.
2. Buat sudut yang telah ditentukan soal sebesar N 500E.
3. Buat sudut dari arah utara yang telah ditentukan soal N1650E, kemudian tarik garis
sepanjang 3 cm.
4. Membuat garis FL tegak lurus dengan bearing, ukur sudut sebesar 400 dari FL sebagai dip.
5. Tarik garis dititik 3 cm N 1650E sejajarN 500E sampai berpotongan dengan garis FL untuk
penentuan ketebalan dan kedalaman.
6. Tarik garis sejajar arah utara diperpotongan garis yang telah dibuat tadi dengan FL dan
diperpotongan garis N 500E dangan FL.
7. Ketebalan dan kedalaman didapatkan secara grafis yaitu 180 m dan 230 m, sedangkan
secara perhitungan matematis didapatkan ketebalan 174,77 m dan kedalaman 228,14 m
Tugas 04.2 Tebal dan Kedalaman
1. Buat garis bantu untuk menentukan arah utara.
2. Buat sudut yang telah ditentukan soal sebesar N 350E .
3. Buat kembali sudut yang telah ditentukan soal sebesar N 750E.
4. Tarik garis dengan panjang 2,5 cm, 3 cm, dan 2 cm dengan sudut 330 dari arah N 750E
sebagai sudut dari slope.
5. kemudian tarik garis tegak lurus N 750E kearah slope dititik-titik 2,5 cm, 3cm, dan 2 cm.
6. Buat garis tegak lurus N 350E sebagai garis FL.
7. Kemudian tarik garis dengan sudut 450 dari FL sebagai garis true slope dan sudut 650 dari
FL sebagai garis kemiringan dipnya.
8. Tarik garis sejajar N 350E ditik-titik 2,3 cm, 3cm, dan 2 cm diarah perpotongan dengan N
750E sampai berpotongan dengan true slope.
9. Kemudian tarik garis sejajar arah dip diperpotongan garis tadi sengan true slope untuk
menentukan ketebalan dan kedalaman dari napal, batupasir, dan batugamping.
10. Didapatkan ketebalan dari napal, batupasir, dan batugamping secara grafis yaitu 65 m, 75
m, dan 60 m. Sedangkan kedalaman top batu pasir dibor dari top batugamping sebesar 150 m.
11. Kemudian dibuat gambar tiga dimensinya.

Kesimpulan
1. Perhitungan tebal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan dengan pengukuran
secara langsung dan perhitungan berdasarkan perhitungan tidak langsung.
2. Perhitungan kedalaman dapat menggunakan dua metode yaitu perhitungan berdasarkan
pengukuran tegak lurus jurus lapisan dan perhitungan berdasarkan tidak tegak lurus dengan
jurus.
3. Jika tebal dan kedalaman berlawanan dengan arah kemiringan maka akan terjadi penipisan
dan sebaliknya akan menambah ketebalan.

PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB

Definisi Proyeksi Stereografis


Merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan bidang dengan suatu permukaan
bola.Yang di pakai sebagai gambaran posisi struktur di bawah permukaan adalah belahan bola
bagian bawah. Adapun macammacam proyeksi strereografi adalah :
1. Equal angle projection net atau wulfnet.
2. Equal area net atau schmidt net.
3. Orthographic net.
Struktur garis
Strereogram akan berupa suatu garis lurus dari pusat lingkaran, besarnya plunge di hitung 0
pada lingkaran primitif dan 90 di pusat lingkaran. Dan di ukur pada kedudukan bearing
berimpitan dengan N S atau E W jaring.
Struktur bidang
Stereogram akan berupa lingkaran besar sehingga besar sudut kemiringan selalu di ukur pada
arah E W jaring yaitu : 0 pada lingkaran primitif dan 90 di pusat lingkaran.

Definisi Proyeksi Kutub


Dasarnya sama dengan proyeksi strereografi di man unsur struktur bumi di gambar pada
permukaan bola bagian bawah.
Proyeksi kutub suatu bidang atau garis di gambar dengan suatu titik. Proyeksi kutub bidang
merupakan hasil proyeksi titik tembus garis normal bidang bola terhadap permukaan bola.
Sedang proyksi kutub garis merupakan suatu titik tembus suatu garis terhadap permukaan bola
pada bidang horisontal.
Catatan :
Pengeplotan proyeksi kutub struktur bidang , 0 di mulai dari pusat lingkaran sedang 90 di
mulai atau terletak pada lingkaran primitif.

Pengeplotan proyeksi kutub struktur garis, 0 di mulai dari lingkaran primitif sedangkan 90
terletak pada pusat lingkaran.
Perbedaan Utama antara Wulf net dan Schmidt net :
1. Wulf net : lingkaran besar dan lingkaran kecil di dapat dari proyeksi permukaan bola kearah
titik zenit.
2. Schmidt net : lingkaran besar dan kecil dibuat berdasarkan luas yang mendekkati kesamaan
dari jaring yang dihasilkan oleh perpotongannya, sehingga interval tiap lingkaran akan merata
pada setiap kedudukan.

5.1 Langkah Kerja


Tugas 05.1 Proyeksi Stereografis dan Proyeksi Kutub
Soal no. 1
1. Letakkan kertas kalkir I pada schmidt net untuk pengeplotan proyeksi bidang.
2. Masukkan data yang sudah ada.
3. Strike diukur dari arah utara pada schmidt net, sedangkan dip diukur dari lingkaran luar (00)
menuju titik pusat lingkaran (900).
4. Letakkan kertas kalkir II pada polar equal area net untuk pengeplotan proyeksi kutub.
5. Masukkan data yang sudah ada.
6. Arah utara strike diukur dari arah barat pada polar equal area net, sedangkan dip diukur dari
titik pusat lingkaran (00) menuju lingkaran luar (900).
Soal no. 2
1. Letakkan kertas kalkir III pada schmidt net untuk pengeplotan proyeksi stereografis.
2. Masukkan data-data struktur garis yang sudah ada.
3. Bearing diukur dari arah utara pada schmidt net, sedangkan plunge diukur dari lingkaran luar
(00) menuju titik pusat lingkaran (900).
4. Letakkan kertas kalkir IV pada polar equal area net untuk pengeplotan proyeksi kutub.
5. Masukkan data yang sudah ada.
6. Bearing diukur dari arah utara pada polar equal area net, sedangkan plunge diukur dari
lingkaran luar (00) menuju titik pusat lingkaran (900).
Soal no. 3
1. Letakkan kertas kalkir yang kosong pada wulf net untuk pengeplotan proyeksi stereografis.
2. Masukkan data-data struktur garis yang ada.
3. Kemudian hubungkan dua titik yang terbentuk dengan garis lengkung setelah itu ukur
kedudukan bidang-bidangnya.

Tugas 05.2 Proyeksi Stereografis dan Proyeksi Kutub


1. Letakkan kertas kalkir pada schmidt net.
2. Gambar kedudukan struktur bidang lapisan batupasir N 2600E/ 500.
3. Gambar kedudukan struktur garis 400, N 1500E dan 500, N 950E.
4. Kemudian hubungkan dua titik yang terbentuk dengan garis lengkung sebagai kubah garam
(saltdome) dan ukur kedudukannya (N 0150E/ 500).
5. Hubungkan titik perpotongan struktur bidang lapisan batupasir dan saltdome dengan titik
pusat lingkaran sebagai plunge (330).
6. Ukur kedudukan bearing dari arah utara sampai ke plunge didapatkan N 470E
7. Ukur kedudukan rake lapisan batupasir dan rake saltdome dari perpotongan kedua struktur
bidang dengan plunge, didapatkan 460 dan 450.
Tugas 05.3 Proyeksi Stereografis dan Proyeksi Kutub
1. Letakkan kertas kalkir pada schmidt net.
2. Gambar kedudukan struktur garis urat kalsit 460, N 2650E, kemudian hubungkan dengan
garis lengkung dengan arah jurus ke selatan, sehingga didapatkan kedudukan struktur bidang
urat kalsit N 1800E/ 460.
3. Gambar kedudukan struktur garis batupasir 520, N 3480E, kemudian hubungkan dengan
garis lengkung dengan arah jurus ke timur, sehingga didapatkan kedudukan struktur bidang
lapisan batupasir N 2700E/ 530.
4. Hubungkan titik perpotongan struktur bidang lapisan batupasir dan urat kalsit dengan titik
pusat lingkaran sebagai plunge (400).
5. Ukur kedudukan bearing dari arah utara sampai ke plunge didapatkan N 3080E.
6. Ukur kedudukan rake lapisan batupasir dan rake urat kalsit dari perpotongan kedua struktur
bidang dengan plunge, didapatkan 530 dan 620.

5.3 Kesimpulan
Proyeksi Stereografi
A. Wulf net
1. Struktur bidang
Strike : 0 dimulai dari arah utara pada Wulf net.

Dip : 0 dimulai dari lingkaran primitif dan 90 berada di pusat wulf net.

2. Struktur garis

Bearing : 0 di mulai dari arah utera pada Wulf net.

Plunge : 0 di mulai dari lingkaran primitif dan 90 berada pada pusat wulf net.

B. Schmidt net
1. Struktur bidang

Strike : 0 dimulai dari arah utara pada Schmidt net.

Dip : 0 dimulai dari lingkaran primitif dan 90 berada di pusat Schmidt net.

2. Struktur garis

Bearing : 0 dimulai dari arah utara pada Schmidt net.

Plunge : 0 di mulai dari lingkaran primitif dan 90 berada pada pusat Schmidt net.

Proyeksi Kutub
1. Struktur bidang

Strike : 0 dimulai dari arah West pada polar equal area.

Dip : 0 dimulai dari pusat dan 90 berada di lingkaran primitif.

2. Struktur garis

Bearing : 0 dimulai dari utara.

Plunge : 0 dari lingkaran tepi dan 90 berada di pusat.

METODE STATISTIK DAN KEKAR

Metode statistik adalah metode yang di terapkan untuk mendapatkan kisaran harga ratarata
atau harga maksimum dari sejumlah data acak atau satu jenis struktur, dari metode ini maka
dapat diketahui kesenderungankecenderungan, bentuk pola maupun kedudukan umum dari
jenis struktur yang sedang di analisa.
Parameter yang di gunakan ada 2 macam yaitu :
1. Metode statistik dengan satu parameter
a. Metode stratistik dengan dua parameter.
b. Metode statistik dengan satu parameter
Yang dimaksud adalah datadata yang akan dibuat diagramnya hanya terdiri dari satu unsur
pengukuran, misalkan data dari kekar vertikal, arah liniasi struktur sedimen, arah liniasi frakmen
breksi sesar, arah kelurusan gawir.
Jenis diagram ini adalah :

Diagram kipas

Diagram roset

Histogram

Keterangan :

Diagram Kipas

Tujuan dari diagram ini adalah untuk mengetahui arah kelurusan umum dari usur-unsur struktur
yang datanya hanya satu unsur pengukuran saja.
Tabulasi data : data pengukuran di masukkan dalam suatu tabel sehingga mempermudah
proses pembuatan diagram.

Diagram Roset

Tujuan dari diagram ini adalah untuk mengetahui arah kelurusan umum dari data dengan satu
parameter, misalkan bearing.
Tabulasi data : data yang ada di masukkan dalam tabel dengan tujuan untuk mempermudah
akan tetapi tabelnya berbeda dengan tabel diagram kipas.

Histogram

Tujuan diagram ini adalah untuk mengetahui kelurusan umum dari unsur struktur.
Tabulasi data : sama dengan diagram kipas yaitu di masukkan dalam suatu tabel seperti
diagram kipas.

1. Metode statistik dengan dua parameter


Metode ini diterapkan untuk data struktur yang memiliki dua unsur pengukuran seperti pada
struktur garis atau struktur bidang.
Macam dari parameter jenis ini adalah :
Diagram kontur
Tujuan dari diagram ini adalah untuk analisa struktur geologi yang dimaksudkan untuk
mendapatkan harga kerapatan maksimum dari data yang di analisa, sehingga dari sini dapat di
ketahui orientasi atau kedudukan umum struktur yang di analisa.
Cara pembuatan diagram kontur :

Tahap 1 : tahap pengeplotan data

Tahap 2 : tahap penghitungan kerapatan data

Tahap 3 : tahap countering titik titk kerapatan

6.1 Langkah Kerja


Tugas 06.1 Metode Statistik dan Kekar
Membuat Tabel
1. Membuat tabel dengan kolom arah, turus, jumlah dan presentase.
2. Tulis arah (N0E) dengan interval 5, sampai 3600.
3. Masukkan data menggunakan turus, kemudian hitung jumlahnya.
4. Presentase hasil hitungannya.
Membuat Diagram Kipas
1. Buat diagram kipas.
2. Masukkan data dari tabel sesuai dengan jumlahnya dengan cara mengarsir daerah yang
dimaksud.
3. Arsiran terpanjang merupakan arah umum juga merupakan shear joint.
4. Mencari 1 dari pertengahan derajat 290-295 dengan 255-260, sehingga didapatkan 2750
5. Pusat dari diagram kipas merupakan 2.
6. 3 didapatkan dari 1 + 900 = 50.
Membuat Histogram
1. Buat sumbu x dan sumbu y.
2. Sumbu x sebagai besarnya sudut dan sumbu y sebagai jumlah.
3. Masukkan data dari tabel.
4. Jumlah tertinggi menunjukkan arah umum (shear joint).
5. 00 sebagai 2, sesuai dengan diagram kipas.
6. 1 = 2750, 3 = 50, sesuai dengan diagram kipas.

Tugas 06.2 Metode Statistik dan Kekar


Membuat Diagram kontur
1. Letakkan kertas kalkir pada polar equal area net.
2. Gambarkan titik-titik yang dimaksud dari soal.
3. Pindahkan kertas kalkir ke kalsbeek counting net.
4. Bei angka pada titik pusat segienam sesuai dengan jumlah titik yang masuk dalam tiap
segienam.
5. Hubungkan dengan garis, titik-titik yang telah diberi angka tadi sesuai dengan jumlahnya.
6. Beri warna bidang-bidang kontur yang terbentuk.
7. Hubungkan titik pusat kontur dengan titik pusat lingkaran sebagai arah umum dan shear joint.
Membuat Analisa
1. Masukkan/ letakkan kertas kalkir pada schimdt net.
2. Gambar garis shear joint sesuai dengan kedudukannya pada diagram kontur tadi.
3. Tarik garis lurus dari pusat lingkaran melalui perpotongan shear joint.
4. Perpotongan shear joint sebagai 2.
5. Membuat bidang bantu diukur 900 dari perpotongan shear joint.
6. Cari tengah-tengah/ titik tengah antara kedua shear joint, kemudian hubungkan dengan pusat
lingkaran.
7. Perpotongan antara garis pertengahan shear joint dengan bidang bantu sebagai 3.
8. Membuat garis lengkung dengan cara mencari garis yang kira-kira cocok untuk
menghubungkan titik 3 dengan titik 2.
9. Garis lengkung tersebut sebagai release joint.
10. Membuat 1, 900 dari 3 ke arah barat dan akan berpotongan dengan bidang bantu pada 1
titik.
11. Titik tadi sebagai 1.
12. Hubungkan 1 dan 2, dengan garis lengkung sebagai extension joint.

LEMBAR TUGAS
6.3 Kesimpulan
1. Arah semua tegasan dari suatu kekar dapat ditulis atau juga dapat digambarkan dengan
metode statistika ataupun dengan stereonet.
2. Dari data dilapangan dapat dianalisis untuk kemudian diketahui arah umum kekar dan juga
arah tegasan.
SESAR

Sesar adalah suatu rekahan yang memperlihatkan pergeseran cukup besar dan sejajar dengan
bidang rekahan yang terbentuk. Pergeseran yang terjadi sepanjang garis lurus atau perputaran.
1. Anatomi Sesar

Bidang sesar : suatu bidang yang sepanjang rekahan daam batuan yang tergeserkan.

Jurus sesar : arah dari suatu garis horisontal yang merupakan perpotongan antara bidang
sesar dengan bidang horisontal.

Kemiringan sesar : sudut antara bidang sesar dengan bidang horisontal dan di ukur tegak
lurus jurus sesar.

Atap sesar : blok yang terletak diatas bidang sesar apabila bidang sesarnya tidak vertikal.

Foot wall : blok yang terletak dibawah bidang sesar.

Hade : sudut antara garis vetikal dengan bidang sesar dan merupakan penyiku dari dip sesar.

Heave : komponen horisontal dari slip di ukur pada bidang vertikal yang tegak lurus jurus
sesar.

Throw : komponen vertikal dari slip di ukur pada bidang vertikal yang tegak lurus jurus sesar.

Strikeslip fault : sesar yang mempunyai pergerakan sejajar terhadap arah jurus bidang sesar
kadang kadang disebut Wrench foult, tear foult.

Dipslip fault : sesar yang mempunyai pergerakan naik dan turun sejajar terhadap arah
kemiringan sesar.

Sifat pergerakan sesar :


1. Pergerakan semu
Jarak tegak lurus antara bidang yang terpisah oleh gejala sesar dan diukur pda bidang sesar.
2. Pergerakan relatif
Diukur dari blok satu dengan blok yang lain pada bidang sesar dan merupakan pergeseran titik
yang sebelumnya berimpitan. Total pergeseran disebut : Net Slip.
2. Klasifikasi sesar
1. Berdasarkan sifat pergeseran semu
Dibagi menjadi :
i. Strike sparation
Left separation fault

Right separation fault

ii. Dip separation

Normal separation fault

Reserve separation fault

2) Berdasarkan sifat pergeseran relatif


i. Strike slip

Left slip fault

Right slip fault

ii. Dip slip

Normal slip fault

Reserve slip fault

iii. Oblique slip

Normal left slip fault

Normel right slip fault

Reserve left slip fault

Reserve right slip fault

Vertikal oblique slip fault

iv. Sesar rotasi

Clock wise rotational fault

Anticlock wise rotational fault

Diagram Sesar Translasi


Keterangan:
1. Thrust Slip Fault 12. Lag Slip Fault
2. Reverse Slip Fault 13. Normal Slip Fault
3. Right Thrust Slip Fault 14. Left Lag Slip Fault
4. Thrust Right Slip Fault 15. Lag Left Slip Fault
5. Reverse Right Slip Fault 16. Normal Left Slip Fault
6. Right Reverse Slip Fault 17. Left Normal Slip Fault
7. Right Slip Fault 18. Left Slip Fault
8. Lag Right Slip Fault 19. Thrust Left Slip Fault
9. Right Lag Slip Fault 20. Left Thrust Slip Fault
10. Right Normal Slip Fault 21. Left Reverse Slip Fault
11. Lag Slip Fault 22. Reverse Left Slip Fault

3. Sesar translasi
Pada sesar translasi kedudukan unsurunsur tidak berubah pada hanging wall dan foot wall
karena pergeseran sepanjang bidang sesar adalah sama.

7.1 Langkah Kerja


Tugas 07.1 Sesar
Menentukan Arah Kekar Gerus dan Kekar Tarik
1. Menggunakan polar equal area net, menggambar titik dari data kekar gerus dan kekar tarik.
2. Pindahkan kertas kalkir ke kalsbeek counting net.
3. Hubungkan titik-titik yang bersesuaian sehingga membentuk garis komtur.
4. Hubungkan titik pusat dari kontur dengan titik pusat lingkaran, sehingga didapatkan arah
kekar gerus (shear fracture) N 150E/ 730 dan arah kekar tarik (gash fracture) N 1050E/ 740.
Menentukan Arah Sesar dan Nama Sesar
1. Masukkan data kelurusan jalur sesar berupa breksisasi pada tabel, kemudian dibuat diagram
kipasnya, didapatkan arahnya 370.
2. Dari semua data yang didapatkan, digambar pada schmidt net.
3. Gambar garis N 150E/ 730 dan N 1050E/ 740.
4. Pertemuan antara keduanya adalah 2, dan turunannya 2 .
5. Mengukur 900 dari 2 dan buat bidang bantu.
6. Perpotongan antara bidang bantu dengan kekar tarik (gash fracture) adalah 1, kemudian
ukur 900 dari sebagai 3.
7. Gambar bidang sesar sebasar 370.
8. Perpotongan antara bidang sesar dengan bidang bantu tarik garis membentuk net slip.
9. Ukur 300 dari perpotongan bidang sesar dengan bidang bantu sebagai 1, kemudian dari 1
diukur 900 sebagai 3.
10. Kemudian analisis arah sesar dan didapatkan nama Right Reverse Slip Fault.
Tugas 07.2 Sesar
1. Gambar bidang sesar 600 ke arah barat.
2. Didapatkan bearing N 2250E.
3. Tarik garis dari bearing ke titik pusat, perpotongan garis tersebut dengan bidang sesar adalah
plunge (500), rake (640).
4. Garis yang ditarik dari bearing tadi sebagai gores garis dengan pergerakan sesar ke kiri.
5. Analisis arah sesar (Rickard, 1972) dan didapatkan nama Normal Left Slip Fault.

7.3 Kesimpulan
Terdapat dua cara analisis sesar yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Secara
langsung apabila ditemukan atau didapatkan unsur-unsur sesar beserta penyertanya dan
secara tidak langsung bila hanya didapatkan unsur penyertanya saja.

LIPATAN

Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai
lengkungan atau kumpuilan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam bahan
tersebut. Pada umumnya unsur yang ada pada lipatan adalah : bidang perlipatan, foliasi, dan
liniasi.
Berdasarkan proses perlipatan dan jenis batuan yang terlipatkan dapat dibedakan :
a. Flexture / competent folding .
b. Flow / incomptent folding.
c. Shear folding .
d. Flexture and flow folding
Mekanisme gaya di bagi menjadi :
a. Buckling (melipat) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan permukaan
lempeng.
b. Bending ( pelengkungan) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak lurus permukaan
lempeng.
1. Jenis jenis lipatan
a. Antiklin e. Antiform sinklin
b. Sinklin f. Sinform antiklin
c. Antiform g. Dome
d. Sinform
2. Unsur unsur lipatan
a. Hinge : titik pelengkungan maksimum dari lipatan .
b. Crest : titik tertinggi dari lipatan.
c. Trough : titk dasar dari terendah dari lipatan.
d. Plunge : sudut penunjaman dari hinge line terhadap bidang horisontal dan diukur pada
bidang vertikal.
e. Bearing : sudut horisontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan ini merupakan arah
penunjaman suatu hanging line.
f. Rake : sudut antara hinge line dengan bidang horisontal yang diukur pada axial surface.
3. Rekonstruksi lipatan
Dengan menggunakan beberapa metode antara lain :

Metode busur lingkar.

Free hand metode.

Kombinasi metode busur kingkar dengan free hand metode.

Klasifikasi lipatan berdasarkan dip dari sumbu lipatan dan plunge dari Hinge Line

Analisis lipatan

Angle Term Dip of H. Surface Plunge of H. Line


00 Horizontal Recumbent fold Horizontal fold
10-100 Subhorizontal Recumbent fold Horizontal fold
100-300 Gentle Gentle inclined fold Gentle Plunging fold
300-600 Moderate Moderately inclined fold Moderately plunging fold
600-800 Steep Steeply inclined fold Steeply plunging fold
800-890 Subvertical Upright fold Vertical fold
900 Vertical Upright fold Vertical fold
8.1 Langkah Kerja

Tugas 08.1 Lipatan


1. Letakkan kertas kalkir pada polar equal area net.
2. Masukkan kedudukan struktur bidang yang ada.
3. Pindahkan kertas kalkir pada kaalsbek counting net.
4. Tentukan titik pusat pada segienam yang didalamnya terdapat titik data, beri angka.
5. Angka-angka yang sama dihubungkan dengan garis kontur.
6. Ukur kedudukan titik tengah kontur, didapatkan N 3280E/ 620 dan N 1400E/ 270.
7. Beri warna dan presentase bidang konturnya.
8. Masukkan kertas kalkir yang baru pada schmidt net, gambar struktur bidang yang didapatkan
tadi.
9. Perpotongan antara kedua struktur bidang adalah 2, kemudian ukur 900 dari 2 dan buat
bidang bantu yang melewatinya.
10. Cari titik tengah perpotongan bidang bantu dengan kedua struktur bidang, sehingga
didapatkan titik 3.
11. Hubungkan 3 dengan perpotongan kedua struktur bidang, sebagai Hinge Surface (N
1450E/ 730).
12. Hubungkan titik pusat lingkaran dengan perpotongan struktur bidang, sebagai Hinge Line
(20, N 1460E).
13. Ukur 900 dari 3 sebagai 1.
Rekonstruksi Lipatan
1. Menggunakan metode Higgins (1962).
2. Setelah terbentuk lengkung/ busur yang pertama, kemudian menggunakan metode Free
Hand untuk lapisan berikutnya.
3. Memberi warna sesuai litologinya.

8.3 Kesimpulan
1. Untuk analisis lipatan tidak harus lebih kecil dari 90 ( tetapi tergantung dari sudut yang
terbentuk antara perpotongan kedua kedudukan umum dengan bidang bantu ).
2. Rekonstruksi suatu lipatan dapat menggunakan beberapa cara tergantung dari macam data
yang tersedia dilapangan.

KESIMPULAN UMUM

Geologi struktur merupakan ilmu yang mempelajari tentang arsitektur, geometri batuan hasil
deformasi, termasuk gaya dan pergerakan yang mengakibatkan terbentuknya struktur,
pergerakan magma, deformasi benda angkasa luar.
Tahapan didalam mempelajari struktur geologi secara sistematis dapat dilakukan dengan cara
mengenal jenis-jenis struktur batuan yang umumnya dilakukan di lapangan (pencatatan data),
penyajian data (diagram, peta, penampang), analisis.
Di laboratorium, dapat dipelajari mengenai kekar, sesar, dan juga lipatan, dimana terdapat
unsur geologi yang akan lebih mudah dan cepat penyelesaiannya bila digambarkan dalam
bentuk proyeksi stereografi. Adapun macam-macam proyeksi stereografi:
1. Equal angle projection net/ wulf net.
2. Equal area projection net/ schimdt net.
3. Orthographic net.
Sedangkan dalam tahap analisis dapat menggunakan metode statistik untuk mengoptimalkan
hasil yang dicapai dalam analisis struktur-struktur geologi.
Pengetahuan tentang struktur geologi dapat diaplikasikan dalam kehidupan, seperti halnya
kekar yang mempunyai hubungan dengan mesalah geologi tektonik, geohidrologi, geologi
minyak, geologi pertambangan, geothermal, dan lain sebagainya. Rekahan merupakan suatu
zona yang lemah sehingga perlu kita waspadai dalam pertambangan dapat dilakukan dengan
baik karena adanya system rekahan yang ada dalam batuan tersebut.beberapa fungsi rekahan:
1. Sebagai jalan untuk proses pelarutan.
2. Sebagai tempat dimulainya proses replacement mineral.
3. Sebagai jalan migrasi minyak.
4. Sebagai reservoir minyak.

DAFTAR PUSTAKA

Hadisurya, Dading. 2004. Buku Catatan Geologi Struktur. Jurusan Teknik Pertambangan, UPN
V Yogyakarta.
Hendaryono, DR., Ir. 2004. Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur. Jurusan Teknik
Geologi, UPN V Yogyakarta.
Maynard, Christopher. 1974. Planet Earth. Grisewood& Dempsey Ltd: London
Diposkan oleh Radolf Hengki Valentino Malau di 21.58

Pos

Anda mungkin juga menyukai