Anda di halaman 1dari 12

Catatan

http://rifnotes.blogspot.co.id/2013/06/laporan-praktikum-protein.html
http://kimia07.blogspot.co.id/2010/10/isolasi-dan-pemurnian-protein.html
http://bola-q.um-bengkulu.web.id/en1/2759-2653/Serum_169686_bola-q-um-
bengkulu.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Serum_darah
https://www.scribd.com/doc/312640482/Jurnal-Isolasi-Protein-pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Serum_darah
https://en.wikipedia.org/wiki/Globulin

1. Kegunaan dari ammonium sulfat untuk perpisahan protein


adalah untuk mempercepat dalam menghubungkan
klasifikasi dari albumin dan globulin. Sodium sulfat lebih
sesuai untuk memisahkan analitik dari plasma protein
(Cantarow and Schepartz, 1963).
2. Kegunaan dari ammonium sulfat untuk perpisahan protein adalah untuk
mempercepat dalam menghubungkan klasifikasi dari albumin dan globulin.
Sodium sulfat lebih sesuai untuk memisahkan analitik dari plasma protein
(Cantarow and Schepartz, 1963).
3. Cantarow and Schepartz, 1963.Biokimia Untuk Universitas.Jakarta : UI Prees
4. Cairan dimana sel-sel darah terdapat ialah cairan berwarna kekuning-kuningan,
disebut plasma. Komponen terbesar plasma adalah air yaitu sekitar 90%. Selain itu
didalam plasma darah juga terkandung garam organik kurang dari 1%, protein besar
1% (terdiri dari albumin serum 4%, globulin serum 2,7%, dan fibrinogen 0,3%), dan
bahan lainnya (makanan, limbah hormon, dsb) 2%. Protein dalam plasma memiliki
konsentrasi sekitar 1 mmol/L. Dengan bantuan elektroforesis, protein plasma dapat
dipisahkan menjadi fraksi albumin serta fraksi 1, 2, , dan -globulin. Sekitar 56%
protein plasma merupakan fraksi albumin, 4% adalah 1-globulin, 2-globulin
sebanyak 10%, -globulin 12%, dan 18% dari jumlah protein plasma merupakan -
globulin. Setelah darah diambil dari sebuah vena dan dibiarkan membeku, bekuan
darah berkerut secara lambat. Ketika hal itu terjadi, cairan bening disebut serum.
Serum pada dasarnya merupakan plasma darah tanpa fibrinogen(Kimball, 2007: 518-
519).\
5. Kimball, John W. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Pemurnian Protein
Langkah-langkah yang biasanya ditempuh untuk pemurnin protein adalah sebagai berikut (Tim
Penyusun 2009).

1. Mengembangkan suatu assay untuk protein yang diinginkan


2. Menentukan sel atau jaringan/organ sumber protein
3. Mengisolasi sel atau jaringan tersebut dengan sentrifugasi
4. Melepaskan protein dari sumber tersebut dan melarutkannya dalam cairan buffer
5. Mengisolasi seluruh atau sebagian protein dengan salting out.

6. Memurnikan protein dengan salah satu teknik atau kombinasi teknik pemurnian
seperti ion exchange adsorption, size exclusion dan affinity chromatography dan
isoelectric focussing.

Langkah pertama dalam pemurnian protein tertentu kebanyakan dilakukan dengan teknik
pengendapan. Teknik ini terutama ditujukan untuk memisahkan protein dari senyawaan bukan
protein yang terlarut. Protein dapat diendapkan dengan penambahan garam (salting out),
pengaturan pH, pengaturan suhu dan penambahan pelarut organic seperti alcohol atau aseton.
Namun beberapa jenis protein tidak dapat diendapkan dengan garam, bahkan penambahan garam
akan mempertinggi kelarutannya (salting in). sifat protein seperti ini dapat juga digunakan untuk
pemurnian protein tersebut. Sentrifugasi banyak digunakan untuk mempercepat pengendapan
protein (Tim Penyusun, 2009).

Prinsip utama sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan
cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar,
sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas. Teknik sentrifugasi tersebut
dilakukan di dalam sebuah mesin yang bernama mesin sentrifugasi dengan kecepatan yang
bervariasi, contohnya 2500 rpm (rotation per minute) atau 3000 rpm (Holme and Peck, 1993).

Fraksinasi dengan salting out

Banyak metode yang digunakan untuk fraksinasi protein terutama berdasarkan ukuran molekul
dari protein. Sebagai contoh, protein yang diangkat dari larutan dengan menambahkan garam,
proses dari ukuran molekul protein yang lebih besar ke ukuran yang lebih kecil. Peristiwa
pemisahan atau pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi tinggi disebut "salting
out". Metode "salting out" ini mungkin bergantung pada fenomena fisik, dua fenomena tersebut
yang penting di antaranya adalah penghentian dari daya tarik dari permukaan protein oleh ion
garam dan perpindahan air dari sekitar molekul protein oleh kompetisi dari ion dari garam
dengan air (Cantarow and Schepartz, 1963).

Salting out merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan protein yang didasarkan pada
prinsip bahwa protein kurang terlarut ketika berada pada daerah yang konsentrasi kadar
garamnya tinggi. Konsentrasi garam diibutuhkan oleh protein untuk mempercepat keluarnya
larutan yang berbeda dari protein satu ke protein yang lainnya (Mayes dkk, 1990).
Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada
konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah
muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein (Yazid dan Nursanti, 2006).

Suatu campuran protein, seperti yang dapat diekstraksi dari jaringan dengan menggunakan atau
larutan garam encer, dapat dipisah-pisahkan dengan penambahan sedikit demi sedikit ammonium
sulfat. Pertama-tama globulin akan diendapkan dan kemudian dapat dipisahkan dengan sentrifus
atau dengan penyaringan. Albumin mengendap apabila ammonium sulfat dalam larutan tersebut
telah jenuh. Pemisahan dengan menggunakan garam ini, digabungkan dengan perubahan
keadaan keasaman larutan dapat memisahkan campuran protein dengan cukup baik. Pemurnian
selanjutnya mungkin memerlukan prosedur kromatografi yang lebih teliti (Montgomery dkk,
1993).

Kelarutan protein akan berkurang bila kedalam larutan protein ditambahkan garam- garam
anorganik. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga
terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena
garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan
berkurang (Mayes dkk, 1990).

Kegunaan dari ammonium sulfat untuk pemisahan protein adalah untuk mempercepat dalam
menghubungkan klasifikasi dari albumin dan globulin. Sodium sulfat lebih sesuai untuk
pemisahan analitik dari plasma protein (Cantarow and Schepartz, 1963).

Anonim, 2006, Upaya Penyelamatan Whey Protein Pada Susu Segar,


[http://veelabs.net/ultrajaya/ind/news_press_release_detail.cfm?NewsID=8], [20 November
2009].

Cantarow and Schepartz, 1963, Biochemistry, W.B Saunders Company, Philadelphia.

Kleiner and Orten, 1962, Biochemistry, The C.V. Mosby Company, St. Louis.

Holme, D.J and Peck Hazel, 1993, Analytical Biochemistry Second Edition, Longman Scientific
& Technical, New York.

Judarwanto, 2009, Manfaat Susu Sapi, [http://childrenclinic.wordpress.com]. [20 November


2009].

Mayes, P.A., Granner, D.K., Rodwell, V.W., dan Martin, D.W., 1990,Biokimia Harper Edisi 20,
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Montgomery. R. dkk, 1993, BIOKIMIA Suatu Pendekatan terorientasi Kasus, Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Yazid dan Nursanti, 2006, Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Analis, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
http://rifnotes.blogspot.co.id/2013/06/laporan-praktikum-protein.html

BUAT TINPUS
Etanol
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol, Alkohol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
eter P.
BJ : 0,8119 sampai 0,8139

menunjukkan bahwa methanol dan etanol merupakan alcohol primer berdasarkan


hasil uji Lukas.

Pengujian dilanjutkan dengan menggunakan reagen Iodoform, Uji iodoform


merupakan reaksi antara etanol absolut atau sampel alkohol yang lain dengan iodin
yang akan membentuk larutan berwarna coklat. Hal ini disebabkan karena alkohol
bereaksi dengan hidrogen halida menghasilkan alkil halida.

Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh rantai
atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai titik didih yang tinggi
dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini disebabkan antara
molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum alkohol R OH, dengan R
adalah suatu alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang
semakin rendah titik didihnya. Sedangkan dalam air, metanol, etanol, propanol mudah
larut dan hanya butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan
mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan (Brady, 1999).
Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus OH pada
rantai karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol antara lain alkohol primer, alkohol
sekunder dan alkohol tersier. Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus OH nya terletak
pada C primer yang terikat langsung pada satu atom karbon yang lain contohnya :
CH3CH2CH2OH (C3H7O). Alkohol sekunder yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada
atom C sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain. Alkohol tersier adalah alkohol
yang gugus OH nya terletak pada atom C tersier yang terikat langsung pada tiga atom
C yang lain (Fessenden, 1997).
Alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh ikatan
hidrogen. Dengan bertambah panjangnya rantai, pengaruh gugus hidroksil yang polar
terhadap sifat molekul menurun. Sifat molekul yang seperti air berkurang, sebaliknya
sifatnya lebih seperti hidrokarbon. Akibatnya alkohol dengan bobot molekul rendah
cenderung larut dalam air, sedangkan alkohol berbobot molekul tinggi tidak demikian.
Alkohol mendidih pada temperatur yang cukup tinggi. Sebagai suatu kelompok senyawa,
fenol memiliki titik didih dan kelarutan yang sangat bervariasi, tergantung pada sifat
subtituen yang menempel pada cincin benzena (Petrucci, 1987).

Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid atau asam karboksilat. Alkohol
sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja. Sedangkan pada alkohol tersier menolak
oksidasi dengan larutan basa, dalam larutan asam, alkohol mengalami dehidrsi
menghasilkan alkena yang kemudian dioksidasi (Fessenden, 1997).

Beberapa oksidasi dari alkohol antara lain :


a. Oksidasi menjadi aldehid
Hasil oksidasi mula-mula dari alkohol primer adalah suatu aldehid (RCH=O).
Aldehid, siap dioksidasi menjadi asam karboksilat. Oleh sebab itu, reaksi antara
alkohol primer dengan zat oksidator kuat akan menghasilkan asam karboksilat, dan
bukan intermediet aldehid. Pereaksi tertentu harus dipakai apabila intermediet
aldehid merupakan hasil yang diinginkan.
b. Oksidasi menjadi keton. Suatu alkohol sekunder dioksidasi oleh oksidator yang reaktif
kuat menjadi keton.
c. Oksidasi menjadi asam karboksilat. Suatu oksidator kuat yang umum
dapat mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat.

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta.
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina Aksara.
Jakarta.
Hart. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1987. alih bahasa Suminar Ahmadi. Kimia Dasar Prinsip
dan Terapan Modern. Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Etanol (etil alkohol, alkohol, CH3CH2OH), tidak berwarna, cairan yang larut dalam
air, kdang-kadang disebut alkohol padi;padian (grain) karena dapat diperoleh
dengan cara fermentasi dari padi-padian. Sebenarnya, fermentasi dari semua bahan
yang mengandung karbohidrat, seperti anggur, molase, dan kentang, juga padi,
menghasilkan etanol.
https://plus.google.com/106538770033326257177/posts/jnfqum4d3Af

http://rifnotes.blogspot.co.id/2013/06/laporan-praktikum-protein.html

https://www.slideshare.net/fransiskaputeri/itp-uns-semester-2-laporan-kimor-acara-
1-identifikasi-1

BUAT PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk memperlihatkan bahwa sebagai makromolekul
yang larut, protein dapat dipisahkan dengan mengendapkannya dengan penambahan etanol
absolut. Sampel Albumin yang digunakan dalam percobaan ini adalah albumin telur ayam
kampong, telur ayam Ras , telur puyuh dan telur Bebek.
Mula-mula memisahkan bagian telur antara putih telur dan kuningnya kedalam gelas
kimia sebanyak 2 mL, kemudian menambahkan etanol absolute pada sampel sebanyak 2 mL,
hasil pengamatan yang diperoleh adalah terdapatnya endapan pada kuning telur dan albumin
tersebut. Endapan yang terbentuk adalah endapan protein. Endapan tersebut terbentuk
karena penambahan etanol akan menyebabkan molekul air yang berikatan dengan protein
melalui ikatan hydrogen akan tertarik ke etanol sehingga molekul-molekul perotein akan
beragregasi satu sama lain sehingga mengendap. hal ini disebabkan karena etanol absolute
bersifat sangat kuat menarik air atau bersifat higroskopis (Pembina Biokimia Lanjut, 2013).
Koagulum yang terbentuk sangatlah banyak hal ini menunjukan bahwa Albumin telur
banyak mengandung protein, dari keempat sampel menunjukan hasil yang berbeda-beda karena
kandungan protein juga berbeda, dalam 100 gram kandungan protein dalam sampel ayam
kampong adalah 13, ayam Ras adalah 12,4 sedangkan telur puyuh 12,3 dan telur Bebek memiliki
kandungan protein tertinggi yaitu 13,1.
Larutan protein ditambahkan dengan alkohol, maka akan membentuk koagulum, karena
alcohol dapat merusak ikatan hydrogen, ikatan hydrogen terjadi antara gugus amida dalam
struktur sekunder protein, setelah ditambahkan Aquadest koagulum tersebut dapat larut
kembali, karena ikatan peptida yang telah pecah, kemudian disatukan kembali oleh molekul-
molekul air.
Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Larutan
albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan amonium sulfat hingga jenuh. Albumin antara
lain terdapat pada serum darah dan bagian putih telur . Struktur protein tidak stabil karena mudah
mengalami denaturasi yaitu keadaan dimana protein terurai menjadi struktur primernya, baik
reversibel maupun ireversibel. Faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi adalah pH, panas,
pelarut, kekuatan ion, terlarut, dan radiasi. Protein ada yang reaktif karena asam amino
penyusunnya mengandung gugus fungsi yang reaktif, seperti SH, -OH, NH2, dan COOH.
Kemudian endapan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring untuk
memisahkan endapan dengan filtratnya. Kemudian melakukan pengujian terhadap filtrat dan
endapan tersebut dengan menggunakan larutan biuret. Hasil pengamatan uji biuret untuk telur
ayam Ras menunjukan bahwa pada filtrat menghasilkan warna biru pada tabung 1 yang
menunjukan adanya ikatan peptida dan pada tabung 2 tidak terdapat filtrate karena terbentuk
koagulum seluruhnya sehingg tidak dapat terpisah, sedangkan pada endapan menghasilkan
warna ungu untuk tabung 1yang menunjukan terdapat tiga ikatan peptide sedangkan untuk
tabung II endapannya bewarna ungu yang sama halnya dengan tabung satu. warna biru yang
dihasilkan pada penambahan biuret adalah warna spesifik dari logam Cu2+ dari pereaksi biuret.
Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua
mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida
atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk
asam amino bebas atau dipeptida. Karena protein dibuat dari asam amino, kehadiran ikatan-
ikatan peptida selama uji Biuret protein akan selalu memberikan hasil positif

Protein adalah molekul polimer alam yang terdiri dari unit asam amino. suatu polimer dari asam
amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-umsur C, H, O,
N, P, S, dan terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Ikatan peptida dalam
struktur primer protein dapat diuji dengan uji biuret (Winarno, 1992).
Percobaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa sebagai makromolekul yang larut, protein
dapat dipisahkan dengan mengendapkannya dengan penambahan etanol absolut (Pembina Mata
Kuliah Biokimia Lanjut, 2013).
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menyediakan 4 jenis telur yaitu telur
bebek, telur puyuh, telur ayam kampung, dan telur ayam ras. Selanjutnya, memisahkan albumin
dengan kuning telur. Pemisahan ini bertujuan untuk menguji apakah masih terdapat kandungan
protein dalam albumin dan kuning telur dan juga menguji ada tidaknya ikatan peptida. Albumin
merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang mencapai kadar 60 persen. Protein yang
larut dalam air dan mengendap pada pemanasan itu merupakan salah satu konstituen utama tubuh.
Ia dibuat oleh hati. Karena itu albumin juga dipakai sebagai tes pembantu dalam penilaian fungsi
ginjal dan saluran cerna. Albumin memiliki sejumlah fungsi. Pertama, mengangkut molekul-molekul
kecil melewati plasma dan cairan sel. Fungsi ini erat kaitannya dengan bahan metabolismeasam
lemak bebas dan bilirubuindan berbagai macam obat yang kurang larut dalam air tetapi harus
diangkat melalui darah dari satu organ ke organ lainnya agar dapat dimetabolisme atau diekskresi.
Fungsi kedua yakni memberi tekanan osmotik di dalam kapiler (Jalip, 2008).
Albumin bermanfaat dalam pembentukan jaringan sel baru. Karena itu di dalam ilmu kedokteran,
albumin dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah, misalnya
karena operasi, pembedahan, atau luka bakar. Faedah lainnya albumin bisa menghindari timbulnya
sembab paru-paru dan gagal ginjal serta sebagai carrier faktor pembekuan darah (Jalip, 2008).
Setelah itu, langkah selanjutnya adalah mengambil masing-masing 2 mL albumin dan kuning telur,
lalu memasukkannya ke dalam tabung reaksi yang berbeda. Kemudian menambahkannya dengan 2
mL etanol absolut. Etanol absolut berfungsi mengendapkan protein. Keempat albumin yang diuji,
menunjukkan hasil uji positif (terbentuk endapan). Penambahan alkohol yang merupakan pelarut
organik akan menurunkan kelarutan protein, karena kelarutaan suatu protein tergantung dari
kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar pada molekul. Mampu
mengendapkan logam dalam suasan asam dan pada pH 4,7 yang merupakan titik isoelektrik. Pada
reaksi pengendapan dengan alkohol, larutan albumin akan membentuk endapan yang disebabkan
karena adanya gugus hidrofobik polar (yang menarik gugus non-polar) didalam molekul protein dan
menghasilkan protein dipol. Menurut teori, albumin + HCl dan albumin + NaOH membentuk larutan
bening sedangkan albumin + buffer asetat pH 4,7 agak keruh. Hal ini disebabkan karena pada pH
4,7 merupakan titik isoelektrik albumin. Titik isoelektrik merupakan pH dimana kelarutan protein
minimum karena jumlah ion positif dan ion negatif sama sehingga penambahan senyawa organik
seperti aseton dan alkohol yang bersifat nonpolar (muatan = 0) cenderung menurunkan kelarutan
protein. Sedangkan dengan penambahan asam atau basa menyebabkan larutan albumin kelihatan
agak bening, hal ini menandakan naiknya kelarutan albumin. Hal ini berdasarkan sifat protein yang
amfoter (protein dalam suasana pelarut yang bersifat asam akan bertindak sebagai basa dan dalam
suasana pelarut yang bersifat basa akan bertindak sebagai asam). Pada percobaan ini, urutan
terbentuknya endapan terbanyak yaitu albumin telur bebek, albumin telur puyuh, albumin telur ayam
ras, dan yang paling sedikit endapannya adalah telur ayam kampung. Berbeda dengan endapan
pada kuning telur. Endapan yang terbentuk paling banyak adalah pada telur puyuh, telur bebek, telur
ayam ras, dan yang paling sedikit adalah pada kuning telur ayam kampung. Proses yang terjadi
adalah pelarut organik akan mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga
kelarutan protein berkurang. Selain itu, etanol juga akan berkompetisi dengan protein terhadap air
(Charles, 2003).
Dalam proses denaturasi protein, protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya. Hal ini
dikarenakan protein bersifat hidrofili terhadap air dan akhirnya protein akan menggumpal dan
mengendap. Denaturasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu oleh panas, pH, bahan kimia
dan mekanik (Charles, 2003).
Langkah selanjutnya adalah memisahkan endapan yang terbentuk dengan cara menyaringnya.
Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan filtrat dengan residunya. Setelah itu meletakkan residu
pada gelas arloji dan filtrat pada tabung reaksi yang bersih. Kemudian menguji filtrat dan residu
dengan biuret lalu mengamati perubahan warna yang terbentuk. Hasil yang diperoleh yaitu filtrat
albumin telur bebek berwarna ungu, albumin telur puyuh berwarna kuning, albumin telur ayam
kampung tidak berwarna, dan albumin telur ayam ras juga tidak berwarna, setelah ditambahkan
beberapa tetes biuret. Sedangkan pada filtrat kuning telur bebek berwarna biru, filtrat kuning telur
puyuh berwarna biru, filtrat kuning telur ayam kampung berwarna ungu, dan filtrat kuning telur ayam
ras berwarna biru, setelah ditambahkan beberapa tetes biuret. Untuk residunya, albumin telur bebek
berwarna ungu, albumin telur puyuh berwarna kuning, albumin telur ayam kampung berwarna ungu,
dan albumin telur ayam ras juga berwarna ungu, setelah ditambahkan beberapa tetes biuret.
Sedangkan pada kuning telur bebek berwarna kebiruan, kuning telur puyuh berwarna biru, kuning
telur ayam kampung berwarna ungu, dan kuning telur ayam ras berwarna ungu. Biuret adalah
senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea. Ion Cu2+
(dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan
peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi
biuret positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas
atau dipeptida. Reaksi pun positif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus:
-CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan CONH2. Warna ungu pada uji biuret ini disebabkan oleh
terbentuknya senyawa kompleks dengan ion pusat Cu2+ dan gugus-gugus NH2 pada protein
sebagai ligan. Seharusnya filtrat pada tabung tidak berwarna ungu, karena setelah mendapatkan
perlakuan dengan etanol absolute semestinya interaksi molekul air pada molekul protein dapat
ditarik etanol. Presipitat berwarna ungu pada tabung, dimungkinkan masih terdapat ikatan peptida
pada presipitat (Poedjiadi, 2005).
Uji biuret, larutan protein memiliki struktur kimia yang lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih
asam amino esensial sehingga dapat membentuk ikatan peptida sehingga reaksi ini akan
menunjukkan positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih. Semua asam amino atau peptida
yang mengandung asam- amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa
kompleks berwarna biru-ungu (Winarno, 1992).
Berdasarkan literatur, per 100 g telur ayam kampung mengandung 10,8 g protein, telur puyuh
mengandung 18% protein, telur bebek mengandung 15,8% protein, dan telur ayam ras mengandung
13,1% protein (Charles, 2003).

VIII. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan tujuan percobaan ini yaitu :
1. Protein albumin pada telur dapat dipisahkan dengan cara mengendapkannya dengan
menambahkan etanol absolut.
2. Endapan yang paling banyak terdapat pada telur bebek, yang kedua telur puyuh, yang ketiga
telur ayam ras, dan yang terakhir telur ayam kampung.
DAFTAR PUSTAKA
Charles E. Ophardt. 2003. Denaturation of Protein.
(http://www.elmurstcollege.edu/2011/03/denaturasi-protein-adalah.html)
Diakses tanggal 6 Juni 2013.

Charles E. Ophardt. 2003. Amino Acid.


(http://www.elmurstcollege.edu/2011/03/denaturasi-protein-adalah.html)
Diakses tanggal 6 Juni 2013.

Charles E. Ophardt. 2003. Protein.


(http://www.elmurstcollege.edu/2011/03/denaturasi-protein-adalah.html)
Diakses tanggal 6 Juni 2013.

Dahlan. 2005. Berbagai Jenis Telur.


(http://www.theardentepicure. com/2010/05/food-of-day-other-egg.html)
Diakses tanggal 6 Juni 2013.

Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jakarta : Fakultas Biologi Universitas Gajah
Mada.

Pembina Mata Kuliah Biokimia Lanjut. 2013. Penuntun Praktikum Biokimia Lanjut. Palu : Untad
Press.

Poedjiadi, Anna. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung : Universitas Indonesia (UI-Press)

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.

A. Vena Jugularis; Pembuluh darah ini terletak pada bagian ventrolateral leher.
Tempat ini biasanya dilakukan pada hewan sapi, kuda, domba, kambing dan babi

Prosedur pengambilan darah adalah sebagai berikut :


Rambut di sekitar ventral leher dicukur bila perlu.
Pembuluh darah dibendung pada 1/3 distal leher.
Setelah darah terbendung, daerah tersebut diusap dengan kapas yang dibasahi
alcohol, tujuannya adalah untuk desinfeksi.
Jarum suntik steril ditusukkan dengan sudut 300 ke arah atas pada pembuluh
darah dengan lubang jarum menghadap ke atas.
Setelah jarum masuk, dilakukan aspirasi untuk mengambil darah yang
dibutuhkan. Jika darah tidak terhisap, artinya jarum belum masuk ke dalam pembuluh
darah.
Untuk hewan babi ukuran kecil sampai dengan sedang, hewan di lebahkan
dengan posisi tulang belakang dibawah, moncong babi di tekan secara perlahan
sehingga lurus dengan tanah serta kedua kaki belakang ditarik perlahan ke arah
belakang, dengan panduan kaki depan akan terlihat cekungan yang cukup dalam lalu
dioleskan alcohol setelah itu jarum dimasukkan dengan sudut kemiringan 30 0 .
Alfinus; 2012; Laporan Apresiasi Keterampilan Laboratorium Medik dan Paramedic Veteriner
Se Wilayah Kerja Balai besar Veteriner Maros.

Anda mungkin juga menyukai