Anda di halaman 1dari 3

HAKIKAT AWAL NUR MUHAMMAD

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook


Hakikat Awal Nur Muhammad. Pamahaman tentang hakikat Nur Muhammad pada umumnya
dimulai dari kajian asal yaitu ketika, seluruh alam belum ada dan belum satu pun makhluk
diciptakan Allah swt. Pada saat itu yang ada hanya zat Tuhan semata-mata, satu-satunya zat yang
ada dengan sifat Ujud-Nya. Banyak dari kalangan sufi memahami bahwa pada saat itu zat yang
ujud yang bersifat qidam tersebut belumlah menjadi Tuhan karena belum bernama Allah, Untuk
bisa dikatakan sebagai tuhan, sesuatu itu harus dan wajib ada yang menyembahnya. Apabila
tidak ada yang menyembah maka tidak bisa sesuatu itu dikatakan sebagi tuhan. Logikanya
demikian

Karena zat yang ujud-Nya besifat qidam tersebut pada saat itu hanya berupa zat, maka pada saat
itu Dia belum menjadi Tuhan dan Dia belum bernama Allah, karena kata Allah sendiri dipakai
dan diperkenalkan oleh Tuhan sendiri setelah ada makhluk yang akan menyembahnya serta
hakikat makna dari kata Allah itu sendiri berarti yang disembah oleh sesuatu yang lebih rendah
dari padanya. ( pada tahap ini mungkin bisa difahami demikian )

Setelah itu, barulah diciptakam Muhammad dalam ujud nur atau cahaya yang diciptakan atau
berasal dari Nur atau Cahaya Zat yang menciptakannya ( sebagai perbandingan kaliamat Adam
Diciptakan dariTanah ). Yaitu Nur yang cahanya terang benderang lagi menerangi. ( kemudian
nur tersebut difahami sebagai Nur Muhammad ). Nur itulah yang kemudian mensifati atau
memberi sifat akan Zat yaitu sifat Ujud yang berati ada dan mustahil bersifat tidak ada karena
sudah ada yang mengatakan ada atau meng-ada-kan yaitu Nur Muhammad.

Jabir ibn `Abd Allah r.a. berkata kepada Rasullullah s.a.w: Wahai Rasullullah, biarkan kedua
ibubapa ku dikorban untuk mu, khabarkan perkara yang pertama Allah jadikan sebelum semua
benda. Baginda berkata: Wahai Jabir, perkara yang pertama yang Allah jadikan ialah cahaya
Rasulmu daripada cahayaNya, dan cahaya itu tetap seperti itu di dalam KekuasaanNya selama
KehendakNya, dan tiada apa, pada masa itu ( Hr : al-Tilimsani, Qastallani, Zarqani ) `Abd al-
Haqq al-Dihlawi mengatkan bahwa hadist ini sahih

Ali ibn al-Husayn daripada bapanya daripada kakaeknya berkata bahwa Rasullullah s.a.w
berkata: Aku adalah cahaya dihadapan Tuhanku selama empat belas ribu tahun sebelum Dia
menjadikan Adam a.s. ( HR Imam Ahmad, Dhahabi dan al-Tabari )

Setelah Nur Muhamamad diciptakan dari Nur atau Cahaya Zat-Nya, maka selanjutnya Nur
Muhammad itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan keberadaannya dengan Zat, karena
dengan Nur Muhammad itulah, Zat melahirkan semua sifat yang disifati-Nya

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti
sebuah lubang yang tak tembus[ * ], yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca
(dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan
minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) [ ** ], yang minyaknya (saja) Hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. ( QS :
024. : An Nuur : ayat : 35 )

[*] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah
yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-
barang lain.

[**] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu
matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya
menghasilkan minyak yang baik.

Ibn Jubayr dan Ka`b al-Ahbar berkata: Apa yang dimaksudkan bagi cahaya yang kedua itu ialah
Rasullullah s.a.w kerana baginda adalah PesuruhNya dan Penyampai dari Allah s.w.t terhadap
apa yang menerangi dan terdzahir. Ka`b berkata: Minyaknya bersinar akan berkilauan kerana
Rasullullah s.a.w bersinar akan diketahui kepada orang ramai walaupun jika baginda tidak
mengakui bahawa baginda adalah seorang nabi, sama seperti minyak itu bersinar berkilauan
walaupun tanpa dinyalakan.

Dari dalil-dalil yang disampaikan diatas dapatlah difahami bahwa hubungan antara Nur
Muhammad dengan Zat Tuhan adalah hubungan yang tidak dapat dipisahkan yaitu, dimana Allah
berdiri disana nur muhammad berada, Ketika Allah disebut, maka disana Muhammad ikut
menyertainya seperti pada pada kalimat tauhid La Ila Ha Illaallah, Muhammad rasululullah
Ketika Allah disebut, maka mutlak disana Muhammad ikut atau berada. Ibarat api dengan
panasnya. Dimana api berada, maka disana pula panasnya berada. Dimana Zat berada disana
pula Nur Muhammad berada. Bukanlah dikatakan api kalau tidak terasa panas. Ketika api
disentuh, maka sesunggunya yang tersentuh hanyalah panasnya saja dan ketika terasa panasnya
api pada hakikatnya yang dirasakan adalah api itu sendiri. Sehingga untuk memudahkan
pemahaman, kalau diibaratkan api adalah zat dan panas adalah Nur Muhammad yang
menjadi sifat yang tidak terpisahkan dari pada api.

Sebagai contoh lain dapat difahami melalui konsep laut dan gelombang. Tidaklah dikatakan
sesuatu itu laut kalau dia tidak bergembang ( ombak ). Karena gelombang itu adalah sifat dari
pada laut. Dimana ada laut, maka disana pula ada gelombangnya. Tidak bergoncang atau
bergerak gelombang itu apabila laut tidak bergoncang. Karena gelombang itu adalah laut yang
bergocang. Ketika kita memandang laut yang terlihat adalah gelombangnya. Dan ketika mata
memandang gelombang, pada hakikatnya yang dipandang adalah laut. ( pemahaman ini mungkin
sebaiknya disimpan dulu untuk memudahkan pemahaman pada kajian selanjutnya )

Coba pelajari dan fahami hadist berikut dalam acuan pemahaman diatas

Aku telah dimasukkan ke dalam tanah pada Adam dan adalah yang dijanjikan kepada ayahanda
ku Ibrahim dan khabaran gembira kepada Isa ibn Maryam ( HR : Ahmad, Bayhaqi )

Bila Tuhan menjadikan Adam, Dia menurunkan aku dalam dirinya (Adam). Dia meletakkan
aku dalam Nuh semasa di dalam bahtera dan mencampakkan aku ke dalam api dalam diri
Ibrahim. Kemudian meletakkan aku dalam diri yang mulia-mulia dan memasukkan aku ke dalam
rahim yang suci sehingga Dia mengeluarkan aku dari kedua ibu-bapa ku. Tiada pun dari mereka
yang terkeluar . ( HR : Hakim, Ibn Abi `Umar al-`Adani )

Anda mungkin juga menyukai