Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu
memenuhi tanggug jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para
manajernya (pimpinan). Bila pimpinan mampu melaksanakan dengan baik,
sangat mungkin organisasi tersebut akan mencapai sasarannya. Suatu
organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai
kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buah. Jadi,
seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang
pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan
bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi.
Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting
dari keberhasilan atau kegagalan organisasi (Menon, 2002) demikian juga
keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis
maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan
pemimpin. Begitu pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai
pemimpin menjadi faktor yang menarik perhatian para peneliti bidang
perilaku keorganisasian. Hal ini akan membawa konsistensi bahwa setiap
pemimpin berkewajiban memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk
membina, menggerakkan, mengarahkan semua potensi karyawan
dilingkungannya agar terwujud volume dan beban kerja yang terarah pada
tujuan. Pimpinan perlu melakukan pembinaan yang sungguh-sungguh
terhadap karyawan agar dapat meningkatkan kinerja dan menimbulkan
kepuasan kerja yang tinggi. Ketika pemimpin menunjukkan kepemimpinan
yang baik, para karyawan akan berkesempatan untuk mempelajari perilaku
yang tepat untuk berhadapan dengan pekerjaan mereka. Demikian pula
halnya dengan birokrasi publik, pemimpin memegang peranan yang sangat
strategis. Berhasil atau tidaknya birokrasi publik menjalankan tugas-tugasnya
sangat ditentukan oleh kualitas pimpinannya, karena kedudukan pemimpin
sangat mendominasi semua aktivitas yang dilakukan.

1
Dalam organisasi publik, bawahan bekerja selalu tergantung pada
pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan memimpin, maka tugas-
tugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik.
Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengaruh
dan memotivasi individu untuk mencapai tujuan organisasi (Gibson et.al
2006). Kemampuan mempengaruhi akan menentukan cara yang digunakan
karyawan dalam mencapai hasil kerja. Hal ini didasari pada argumen bahwa
seorang pemimpin memiliki otoritas dalam merencanakan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, dan mengawasi perilaku karyawan. Pemimpin organisasi
dapat mempengaruhi perilaku dengan cara menciptakan sistem dan proses
organisasi yang sesuai kebutuhan, baik kebutuhan individu, kebutuhan
kelompok maupun kebutuhan organisasi. (1)
Terdapat faktor negatif yang dapat menurunkan kinerja karyawan,
diantaranya adalah menurunnya keinginan karyawan untuk mencapai prestasi
kerja, kurangnya ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan sehingga
kurang menaati peraturan, pengaruh yang berasal dari lingkungannya, teman
sekerja yang juga menurun semangatnya dan tidak adanya contoh yang harus
dijadikan acuan dalam pencapaian prestasi kerja yang baik. Semua itu
merupakan sebab menurunya kinerja karyawan dalam bekerja. Faktor-faktor
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja salah satunya adalah gaya
kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang
lain (Suranta, 2002). Gaya kepemimpinan cocok apabila tujuan perusahaan
telah dikomunikasikan dan bawahan telah menerimanya. Seorang pemimpin
harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena
seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuannya (Waridin dan Bambang Guritno, 2005). Perusahaan
menggunakan penghargaan atau hadiah dan ketertiban sebagai alat untuk
memotivasi karyawan. Pemimpin mendengar ide-ide dari para bawahan
sebelum mengambil keputusan. Gaya kepemimpinan yang tepat akan
menimbulkan motivasi seseorang untuk berprestasi. Sukses tidaknya

2
karyawan dalam prestasi kerja dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan
atasannya (Hardini, 2001 dalam Suranta, 2002). Suranta (2002) dan
Tampubolon (2007) telah meneliti pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
kinerja, dan menyatakan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja karyawan. (2)

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini addalah untuk mendapatkan gambaran
dan pengetahuan tentang gaya kepemimpinan khususnya mengenai gaya
kepemimpinan otoriter.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa jurusan ilmu
keperawatan dapat ebih daam mengetahui tentang gaya kepemimpinan
khususnya mengenai kepemimpinan otoriter.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Utama Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses yang sangat penting dalam setiap


organisasi. Karena kepemimpinan inilah yang akan menentukan sukses
gagalnya sebuah organisasi. Jika perusahaan, rumah sakit, universitas, atau
tim atletik mengalami kesuksesan, maka direktur, rektor atau pelatihlah yang

3
memperoleh acuan jempol. Tetapi sbaliknya, kalo terjadi kegagalan mereka
pulalah yang memperoleh teguran kritik atau bahkan di ganti. Jadi salah satu
elemen pokok yang menjadi perhatian setiap organisasi yaitu bagaimana
caranya untuk menarik, melatih atau mempertahankan orang- orang yang
akan menjadi pemimpin- pemimpin yang efektif. (3)

B. Defenisi Kepemimpinan

Menurut Robbins ( 1993 ) Kepemimpinan di defenisikan sebagai


kemampuan seseorang untuk mempengaruhi sebuah kelompok menuju
kepada pencapaian tujuan kelompok tersebut. Sumber dari pengaruh ini bisa
saja format seperti pengaruh yang di berikan oleh kedudukan manajerial
tingkat tertentu dalam organisasi atau perusahaan. Karena posisi manajemen
itu biasanya di sertai kewenangan tertentu yng secara resmi di berikan oleh
organisasi, maka seseorang yang menjalankan peran kempemimpinan
tersebut hanya sebatas posisi yang di pegangnya dalam organisasi tersebut.
Tapi harus di ingat bahwa tidak semua manager itu adalah pemimpin. Jadi
organisasi yang memeberikan para managernya dengan hak- hak formal
tertentu, tidak menjamin mereka akan dapat memimpin secara efektif. Malah
kita sering menemukan kepemimpinan tanpa sanksi yaitu kemampuan untuk
mempengaruhi orang- orang lain di luar struktur formal organisasi, yang tidak
kalah pentingnya atau bahkan lebih penting dari kelompoknya sendiri tapi
juga bisa dengan penunjukan formal untuk memimpin sebuah kelompok.
Kepemimpinan adalah sebuah proses usaha seseorang dalam
mempengaruhi seseorang/ kelompok untuk mencapai tujuan. Makna dari
kalimat sederhana itu adalah :
1. Kepemimpinan adalah proses, ini adalah kata kerja, perlu aksi dan
bukan kata benda. Kepemimpinan bermakna melakukan sesuatu.
2. Fokus kepeemimpinan adalah seseorang.
3. Fokus kepemimpinan adalah individual atau group.
4. Pengaruh pemimpin di pengaruhi oleh pikiran mereka sendiri, target
kognitif pengaruh adalah pikiran. Dan target efektifnya adalah
perasaan mereka. Dan target kebiasaan adalah tindakan mereka.

4
5. Tujuan kepemimpinan adalah pencapaian tujuan.
6. Kepemimpinan adalah keinginan dan bukan kebetulan. (3)
Menurut Harsey, Blanchard dan Jhonson (1999 dalam Huber, 2006),
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok
dalam upaya mencapai tujuan pada suatu situasi. Sedangkan menurut
Hasibuan (2005), adalah cara seseorang pemimpin mepengaruhi perilaku
bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan organisasi.
Menurut Robin (2003), kepemimpinan adalah kemampuan menuju
pencapaian sasaran. Stoner (1982) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah
suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Talbott (1971 dalam
Swanburg, 1993) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu bumbu vital
yang mengubah sekelompok orang menjadi suatu organisasi yang berfungsi
dan berguna. (4)
Adapun beberapa batasan tentang kepemimpinan antara lain:
kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
bersedia dan dapat menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang dipercayakan
kepadanya. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas
sesorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan
tertentu yang telah dtetapkan.
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh
yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut
secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
dinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan dalam suatu situasi tertentu.
Kepemimpinan merupakan penggunaan proses untuk mempengaruhi
kegiatan seseorang atau kelompok ke arah satu atau beberapa tujuan dalam
situasi yang unik atau tertentu. Sedangkan menurut Edwin A.Fleishman

5
kepemimpinan diartikan suatu usaha mempengaruhi orang antar perseorangan
(interpersonal) lewat proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan. (5)
Ada tiga pengertian kepemimpinan yang menjadi acuan, yaitu:
1. Suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu
2. Seni yang berdasar dari kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain agar mau berperilaku seperti apa yang dikehendakinya.
3. The process of influencing people toaccomplish goals (Huber D)
Kepemimpinan juga dapat ditinjau dari empat sisi, yaitu :
1. Pola dasar kepemimpinan
Ada dua pola dasar kepemimpinan.yang pertama adalah
kepemimpinan formal, yang dapat diartikan kepemimpinan yang bersifat
resmi dalam organisasi, diatur sesuai dengan pangkat, jabatan, hierarki
dan struktur dalam organisasi. Yang kedua adalah kepemimpinan
informal, yang dapat diartikan kepemimpinan yang tidak didasarkan atas
hierarki, akan tetapi lebih didasarkan pada pengakuan nyata dari orang-
orang di sekitarnya karena kemampuan memikat,kemampuan ilmu,
kemampuan membina hubungan kerja dan lain-lain.

2. Komponen peristiwa kepemimpinan


Komponen peristiwa kepemimpinan (kison, 1989) terdiri atas :
a. Pemimpin : nilai, keterampilan, gaya/tipe kepemimpinan serta
persepsi terhadap diri dan perannya.
b. Pengikut : kesiapan utnuk dipengaruhi, kepercayaan pada pemimpin,
serta pengalaman kerja sama.
c. Situasi : harapan, system control, struktur tugas, waktu dan budaya
kerja.
d. Proses komunikasi: tingkat keterbukaan
e. Tujuan-tujuan : tujuan organisasi dan tujuan pribadi.
Melihat komponen-komponen peristiwa kepemimpinan ini, maka perlu
suatu keterampilan dalam mendiagnosis, mengadaptasikan dan
mengkomunikasikan (Hersey dan Blanchard,1993)
3. Tipe kepemimpinan

6
Ada enam tipe kepemimpinan, yaitu : otokratis, paternalistic, militeristis,
karismatis, demokratis, dan liberalistic (laisses faire).
4. Figure kepemimpinan
Figure kepemimpinan dalam hal ini diistilahkan harus mempunyai
karakter rajapandita. Bila diartikan raja artinya memilki ilmu dan
wawasan substitusi, sedangkan pandita artinya memilki ilmu dan
wawasan keagamaan/moralitas.
Untuk menjadi rajapandita, seorang pemimpin harus
mempunyai karakter sebagai berikut:
a. Berpendidikan dan berpengalaman dalam substansi tugas dan
tanggung jawabnya. Hal ini juga dikuatkan dalam hadits, jika suatu
urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya.
b. Berbudi luhur:
1) Tidak sombong
2) Mampu membaca keadaan danmendengarkan aspirasi serta keluh
kesah anggotanya
3) Menjunjung tinggi hukum dankonstitusi Negara
4) Demokratis
5) Tegas dalam bertindak dan menegakkan kebenaran
6) Arif dan bijaksana
Kepemimpian pada dasarnya bersifat subjektif, dalam arti sempit
tidak dapat diukur secara objektifdan dalam arti yang sangat luas tidak
didapat dari atau diajarkan di sekolah.
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang
lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu
tujuan umum.kemampuan memimpin diperoleh melalui pengalaman hidup
sehari-hari. Pengertian lain tentang kepemimpinan ialah segala hal yang
bersangkutan dengan pemimpin dalam menggerakkan, membimbing dan
mengarahkan orang lain agar melaksanakan tugas dan mewujudkan sasaran
yang ditetapkan (LAN RI, 1996).
Banyak pendapat yang kadang berbeda-beda, tentang apa yang
dimaksud dengan pemimpin yang baik, demikian juga tentang apa yang
menjadi kewajiban setiap pemimpin. Namun demikian dapat diambil inti
persamaanya, yaitu bahwa setiap pemimpin harus mempunayi kewajiban

7
untuk mencapai tujuan organisasi institusi dan memberi perhatian terhadap
kebutuhan para karyawan bawahannya. R.l, Khan mengemukakan bahwa
seorang pemimpin menjalankan pekerjaannya dengan baik apabila :
1. Memberikan kepuasaan terhadap keputusan langsung para bawahannya.
2. Menyusun jalur pencapaian tujuan
3. Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan
4. Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna
secara organisatoris. (6)
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan menyangkut tiga hal:
1. Kepemimpinan menyangkut orang lain. Larang lain disini maksudnya
adalah bawahan. Kepemimpinan seorang manajer keperawatan akan
efektif jika bawahan bersedia menerima pengarahan dari pemimpinnya.
Bawahan sangat menentukan kedududukan pemimpin dan menetukan
pula jalan proses kepemimpinan.
2. Kepemimpinan menyangkut pembagian kekuasaan yang tidak seimbang
antara pimpinan dan bawahan. Seorang pemimpin berwenang
mengarahkan secara langung terhadap kegiatan bawahan, tetapi
bawahan tidak dapat mengarahkan secara langsung kegiatan pemimpin
walaupun berbagai cara secara tidak langsung.
3. Kepemimpinan menyangkut pengaruh pada bawahan. Seorang
pemimpin tidak hanya memerintah bawahannya, tetapi juga dapat
memengaruhi bawahan agar mau bertindak atau bekerja dengan baik
dan tepat. (4)

C. Teori Dasar Dalam Kepemimpinan


1. Trait theory (teori bakat)
Setiap orang adalah pemimpin, dibawa sejak lahir dan didapatkan
dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka
lebih baik dari orang lain. Teori yang besar (the great men theory) atau
teori bakat (trait theory), ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di
sini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat
tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin
diperolehnya sejak lahir.
2. Behavior theory (teori perilaku)

8
Teori berdasarkan perilaku lebih menekankan pada apa yang
dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manager menjalankan
fungsinya.
3. Contiqency theory (teori situasi)
Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer
yang melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasikan antara faktor
bawaan, perilaku dan situasi. Bertolak belakang dengan teori bakat ialah
teori situasi (situasional theory).
Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang
sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata dapat pula menjadi
pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa
orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi
yang menggantungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk
muncul sebagai pemimpin.
4. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah
kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan
sehari-hari sering ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil
dibentuk menjadi kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang
seperti ini melahirkan teori ekologi, yang menyebutkan bahwa seseorang
memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin, tetapi untuk menjadi
pemimpin yang baik, ada bakat-bakat tertentu yang terdapat pada dirinya
seseorang yang diperoleh dari alam. (5)

D. Sifat- Sifat dalam Kepemimpinan


Beberapa sumber menyebutkan dan beranggapan bahwa sifat-sifat
kepemimpinan yang dimiliki seseorang merupakan pembawaan sejak lahir
karena dibuat. Artinya seseorang dilahirkan sudah membawa atau tidak
membawa sifat-sifat kepemimpinan. Akan tetatpi, ternyata banyak
keterbatasan tentang pendekatan sifat ini. Hal ini tebukti bahwa banyak tokoh
(pemimpin dunia) yang mempunyai sifat kepemimpinan yang berbeda-beda.
Berbagai kasus juga menemukan bahwa seseorang pemimpin pada keadaan
tertentu, tetapi gagal pada keadaan lain. Dalam keadaan ini, dapat diartikan
bahwa walaupun kepemimpinan sudah ada dalam setiap pemimpin, tetapi

9
tidak semuany abersifat absolute esensial. Dengan demikian, sifat
kepemimpinan dapat dibuat atau bentuk ataupun dikembangkan.
Menurut Edwin Ghiselli (1971 dalam Handoko, 1999), agar dapat
menjadi pemimpin yang efeketif jika mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
1. Pemimpin yang efektif mempunyai kemampuan dalam pengawasan
(supervisory abilty) pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, terutama
fungsi pengarahan dan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan
bawahan.
2. Pemimpin yang efektif mengerti kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan.
Seorang pemimpin yang efektif bertanggung jawab atas oekerjaannya dan
selalu mempunyai keinginan untuk maju dan sukses.
3. Pemimpin yang efektif mempunyai kecerdasan. Seorang pemimpin yang
efektif harus mampu dalam merumuskn ataupun membuat kebijakan serta
mempunyai pemikiran seorang man yang kreatif dan daya pikir.
4. Pemimpin yang efektif harus mempunyai ketegasan (decisiviness).
Ketegasan merupakan kemampuan dalam membuat keputusan dan
memecahkan masalah secara cakap dan tepat.
5. Pemimpin yang efektif harus mempunyai kepercayaan diri. Kepercayaan
diri merupakan kemampuan oemimpin dalam memandang dirinya untuk
menghadapi masalah.
6. Pemimpin yang efektif harus mempunyai inisiatif. Inisiatif merupakan
kemampuan bertindak tanpa tergantung dari orang lain, kemampuan utnuk
mengembangkan berbagai kegiatan, dan mampu menemukan cara-cara
baru dan inovatif. (4)

E. Pemimpin dalam Organisasi

Posisi pemimpin dapat memberikan keuntungan- keuntungan


ekonomis yang lumayan. Dalam beberapa organisasi/ perusahaan, pemimpin
puncak itu dapat menerima penghasilan 10-15 kali lipat dari penghasilan para
karyawantingkkat terbawah. Dan masih ada lagi penghargaan- penghargan
lain untuk memegang jabatan ini. Secara khusus di adi hormati. Pekerjaannya
menantang. Makin tinggi jabatan seseorang dalam organisasi makin banyak
input atau dampak yang dimilikinya terhadap kebijaksanaan organisasi. Jadi

10
banyak kemungkinan munculnya perasaan keberhasilan dan kesuksesan yang
lebih besar buat mereka.
Tapi harus di ingat bahwa mengininkan saja untuk jadi pemimpin itu
tidak cukup. Ada beberapa watak dan karakteristik yang lebih
memunggkinkan seseorang untuk mencapai jabatan pimpinan. Stogdill ( cit.
Mitchell, 1985 ) mengambil kesimpulan bahwa :
1. Rata- rata orang yang menduduki jabatan atau pemimpin, melebihi rata-
rata anggota kelompoknya, dalam hal- hal berikut ini :
a. Intelegensia
b. Tingkat pendidikan
c. Ketergantungan pada tanggung jawab yang di pikulnya
d. Aktivitas dan partisipasi sosial
e. Status sosial ekonominya
2. Kualitas karakteristik dan keterampilan yang di perlukan seseorang
pemimpin di tentukan olehh besarnya tuntutan- tuntutan situasi yang di
hadapinya sebagai pemimpin. Sedang kesimpulan lainnya adalah : rata-
rata orang yang menduduki jabatan pemimpin melebihi rata- rata anggota
kelompoknya, dalam hal- hal berikut ini :
a. Sosiabilitas
b. Inisiatif
c. Ketegaran hati
d. Mengetahui bagaimana pekerjaan- pekerjaan itu dapat di laksanakan
orang- orang lain
e. Percaya diri
f. Kewaspadaan atau instropeksi terhadap situasi- situasi tertentu
g. Kooperatif
h. Popularitas
i. Kemampuan adaptasi
j. Fasilitas verbal
Ada dua hal penting yang perlu di catat, pertama, watak atau
karakteristik tersebut adalah sesuatu yang secara esensial di harapkan
seseorang. Orang- orang yang memperjuangkan posisi pemimpin sebaiknya
memiliki karakteristik tertentu yang dapat membantu penyesuaian dengan
orang- orang lain tapi masih mampu menyelesaikan pekerjaan melalui orang-
orang tersebut. Kedua, dan mungkin paling penting untuk di kemukakan,
bahwa meskipun beberapa keterampilan dan kempuan itu pada umumnya bisa

11
membantu, tapi dalam banyak kasus situasilah yang sebagian ikut menetukan
sifat- sidat yang paling memungkinkkan untuk menuju kepada status
kepemimpinan tertentu.
Menurut James A.F. Stonner dan Henry Mintzberg, kepemimpinan
berkaitan erat dengan fungsi manajemen yang amat penting yaitu :
1. Pergerakan pelaksanaan ( actuating )
2. Pengarahan ( Directing ) atau memerintah ( command )
3. Kemampuan Koordinasi ( Coordinating )
4. Pengawasan dan pengendalian ( controlling )
5. Menuntun dan membimbing ( leading )
6. Mengambil keputusan ( decision making ) dan menjadi narasumber
( Resoucing )
Seorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya untuk
melaksanakan kehendaknya untuk mencapai tujuan organisasi karena adanya
daya kekuatan (power ) yaitu ( John Frech, Raven, Leonc Megginsa, Amitzai
E, dll ) :
1. Daya kekuatan memaksa ( Coercive Power )
2. Daya kekuatan memberi hadiah ( Reward Power )
3. Daya Kekuatan Sah ( Legitmate power )
4. Daya kekuatan karena keahlian ( Expert power )
5. Daya kekuatan referensi ( kekuatan menjadi narasumber, acuan/ sumber,
referensi )
6. Daya kekuatan kharisma ( Charismatic power )
7. Daya kekuatan jabatan ( position power )
8. Daya kekuatan pribadi ( personal power )
9. Daya kekuatan informasi ( information power )
10. Daya kekuatan koneksi ( conection power ), dsb (3)
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan
proses atau fungsi manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pimpinan tingkat pertama (lower Manajer)
Adalah pimpinan yang berlangsung berhubungan dengan para pekerja
yang menjalankan mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung
pada konsumen. Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi peranan
technical skill yang terbesar dan konseptual dan konseptual skill yang
terkecil.

12
2. Pimpinan tingkat menengah (Middle Manajer)
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower manajer dan Top
Manajer, yakni pimpinan puncak (diatas Middle manajer) sehingga
pimpinan ini diutamakan memiliki kemampuan mengadakan hubungan
antara keduanya. Konseptual skill adalah keterampilan dalam penyusunan
konsep-konsep, identifikasi, dan penggambaran hal-hal yang abstrak.
Sedangkan technical skill adalah keterampilan dalam melakukan pekerjaan
secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan keterampilan dalam
melakukan komunikasi dengan sesama manusia lain.
3. Pimpinan puncak (Top Manajer)
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi
tertinggi dan sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi.
Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual skill yang terbesar dan
technical skill yang terkecil.(5)

F. Tugas dan Peran Pemimpin

Untuk menjadi seorang pemimpin maka sangat dibutuhkan


kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam manajemen
dikenal adanya kompetensi manajemen dalam hubungan antar manusia.
Hubungan Antar Manusia (HAM) ada dua jenis:

1. Human Relations
Adalah hubungan antar manusia intern dalam organisasi guna
membina lancarnya tim kerja. Human relations dalam kaitannya menurut
pandangan agama sendiri sesuai dengan anjuran menjaga Hablun
minaAllahi wa hablun Mina Nassi Wa hablun Minal Alam dan ini sesuai
prinsipil human Relation.
2. Publik Relations
Adalah hubungan antar manusia ekstern keluar organisasi.
Tugas-tugas pemimpin:
a. Sebagai pengambil keputusan
b. Sebagai pemikul tanggung jawab
c. Mengerahkan umber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir
konseptual

13
d. Bekerja dengan atau melalui orang lain
e. Sebagai mediator, politikus, dan diplomat.
Peranan pemimpin terhadap kelompok :
1. Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbol suatu
kelompok dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai
tanggung jawab dan memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan
pengembangan serta merupakan perhubungnan jaringan kerja di luar
kelompok.
2. Sebagai inovator atau pembaharu.
3. Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di
lingkungan organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada
bawahan dan mewakili kelompok sebagai pembicara.
4. Menghimpun kekuatan
5. Merangsang perdebatan masyrakat
6. Membuat kedudukan perawat di media massa
7. Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang
tepat
8. Mempertahankan kegiatan
9. Memelihara format desentralisasi organisasi
10. Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik
11. Memperlajari pengalaman
12. Jangan menyerah tanpa mencoba
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertnggung jawab untuk bekerja dengan orang lain,
salah satu dengan atasanya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam
organisasi sebaik orang di luar organisasi.
2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggung jawabkan
(akuntabilitas).
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas
menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang
terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa
kegagalan.
3. Pemimpin meyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas

14
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat
menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya
pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya
kepada staf.
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan
konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasikan masalah dengan
akurat.
5. Manajer adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu,
pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).

6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat


Seorang pemimpin harus mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai
seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau
organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan yag sulit
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah:
1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya ebagai
pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor
konsultasi.
2. Fungi Peran informal sebagai monitor, penyebar informai dan juru
bicara.
3. Peran pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan
gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari
pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan
bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk
menciptakan kekuatan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, keterampilan

15
dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang
berprinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara
intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ, dan SQ).
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang
memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa
kepemimpinan yang efektif anatara lain menurut Ruth M. Trapper membagi
menjadi 6 komponen:
1. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok.
2. Memilih pengetahuan dan keterampiilan kepemimpinan dan dalam
bidang profesinya.
3. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami
kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
4. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif
5. Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
6. Mengambil tindakan
Bennis, mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seeorang
pemimpin, yaitu:
1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem
manusia (hubungan antar manusia).
2. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan
bawahan.
3. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia terutama dalam
mempengaruhi orang lain.
4. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan
seseorang mengenal orang lain dengan baik.
Menurut Gibson, Seorang pemimpin harus mempertimbangkan:
1. Kewaspadaan diri (self awareness)
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaiaman seorang
pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa
ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah
menghambatnya.
2. Karakteristik kelompok

16
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok
meliputi: norma, nilai-nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan,
ekpresi dan keakraban kelompok.
3. Karakteritik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting
karena setiap individu unik dan masing-masing mempunyai kontribusi
yang berbeda. (5)
Robert C.Millus menyebutkan tanggung jawab para pemimpin secara rinci
yaitu :
1. Menentukan tujuan pelaksanaaan kerja yang realistic, dalam artian
kuantitas, kualitas, keamanan dan lain sebagainya.
2. Melengkapi para karyawan/ pegawai dengan sumber-sumber dana yang
diperlukan untuk menjalankan tugasnya
3. Mengomunikasikan kepada karyawan tentang apa yang diharapkan dari
mereka.
4. Memberikan reward/ insentif yang sepadan untuk mendorong prestasi.
5. Mendeklarasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang
partisipasi apabila memungkinkan.
6. Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif.
7. Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengomunikasikan hasilnya.
8. Menunjukkan perhatian kepada para karyawan/ karyawati
Pendapat yang lain menyebutkan tugas pemimpin adalah :
1. Mewujudkan sasaran atau menyelesaikan tugas yang dibebankan
kepadanya secara tuntas
2. Menegakkan disiplin
3. Membina anggotanya
4. Meningkatkan kesejahteraan anggotanya
Pada intinya, kepemimpinan perlu kita latih pada diri masing-masing.
Yang lebih penting lagi tentu saja kepemimpinan pada seorang atasan yang
membawahkan para staf atau pegawai.
Selanjutnya, untuk lebih mempertajam dan meningkatkan jiwa
kepemimpinan yang perlu dimilki oleh seorang pemimpin, kiat-kiatnya
adalah sebagai berikut :

17
1. Memilki kepemimpinan karismatik yang tidak dapat diukur secara
kuantitas.
2. Memilki kecerdasan, kepandaian, dan pengetahuan mengenai pekerjaan
yang ditangani.
3. Sejak kecil sudah memilki bakat sebagai pemimpin.
4. Memilki sifat-sifat adil, cerdas, baik, realistic dan lain-lain.
5. Memilki keyakian untuk berhasil.
6. Selalu tertantang utnuk menyelesaikan pekerjaan.
7. Mengetahui tugasnya.
8. Pandai mengawasi dan menganalisis.
9. Sanggup mendelegasikan wewenang
10. Menetapkan standar yang cukup tinggi
11. Mempunyai prestasi yang tinggi
12. Dapat menetapkan dan meraih tujuan, ambisi dan sasaran
13. Mengakui kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain
14. Dapat menemukan dan menggunakan sumber daya secara tepat
15. Dapat mengukur tingkat keberhasilan dan kegagalan
16. Belajar dari pengalaman langsung
17. Memahamipenggunaan kekuasaan
Agar seorang pemimpin bisa mencapain tujuan secara efektif, ia harus
mempunyai wewenang untuk memimpin staf/ bawahan dalam usaha
mencapai tujuan tersebut. Wewenang ini disebut wewenang kepemimpinan,
yaitu hakuntukbertindak atau mempengaruhi tingkah laku orang yang
dipimpinnya. Wewenang kepemimpinan didapat dari luar diri pemimpin itu.
Secara umum ada dua konsep pemberian wewenang kepemimpinan
dilihat dari arahnya,yaitu dari atas dan dari bawah. Wewenang dari atas
umumnya berasal dari atasan,misalnya seorang direktur rumah sakit
menunjuk seorang perawat yang dinilai mampu untuk menjadi kepala bagian
perawatan dan kemudian diberi wewenang untuk memerintah. Cara demikian
ini disebut top down authority, atau kewenangan dari atas kebawah.
Konsep yang kedua adalahbottom up authority, atau kewenangan
dari bawah ke atas, yang berdasarkan pada teori penerimaan. Pada konsep ini
pemimpin dipilih oleh mereka yang akan menjadi bawahannya. Apabila
seseorang diterima sebagai pemimpin dan diberi wewenang untukmemimpin,
maka para bawahan akan menghargai wewenang tersebut. Pemimpin tersebut

18
bisa juga merupakan seorang wakil yang mewakili nilai-nilai yang mereka
anggappenting.
Sesuai dengan teori pembinaan, para staf/ bawahan mengakui bahwa
bimbingan dan dorongan dapat diperoleh dari kepemimpinan atau
kewenangan berkonsep bottom up authority.
Meskipun kedua konsep di atas tampaknya saling bertentangan, tetapi
masing-masing mempunyai manfaat sendiri-sendiri. Top down othority
diperlukan bila tingkat kordinasi dan pengawasan layak dan perlu dicapai.
Paling tidak suatu tingkat kewenangan yang terpusat diperlukan untuk
mencapai perencanaan dan pengambilan keputusan yang diperlukan.
Dalam pandangan bottom up othority, pemimpin formal dapat
menjalankan pekerjaannya dengan efektif apabila ia mendapat dukungan dan
diterima oleh staf/ bawahannya. Apabilastaf/ pegawai menghargai atau
menaruh hormat pada pemimpinnya, mereka akan mengikuti pemimpin
dengan kooperatif dan gembira. Dengan demikian, hubungan atasan-bawahan
akan menjadi lebih erat dan harmonis.

Manajemen Puncak

Manajemen yang
lebih bawah

Pegawai Pegawai Pegawai Pegawai

Gambar 1.1
Top down othority kewenangan dari atas
kebawah)
Manajer

Pegawai Pegawai Pegawai Pegawai


Gambar 1.2
Bottom down othority (kewenangn dari bawah ke atas) (6)

19
G. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu, untuk mencapai
suatu tujuan. Dasar yang sering digunakan untuk mengelompokkan gaya
kepemimpinan adalah :
1. Tugas yang harus dilakukan oleh pemimpin
2. Kewajiban pemimpin
3. Falsafah yang dianut oleh pemimpin (6)
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan pendekatan dalam
memberikan pengarahan, melaksanakan berbagai perencanaan, dan
memotivasi orang lain.
Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat dua unsur
utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan
(sipporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing) , pembinaan
(coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating).
Pada gaya kepemimpinan otokrasi, pemimpin mengendalikan semua
aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang diinginkan
dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama
maupun sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai peangawas
terhadap semua aktifitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota
mengalami masalah. Dengan kata lain anggota tidak perlu pusing memikirkan
apapun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin.
Gaya kepemimpinan pembinaan mirip dengan otokrasi. Pada gaya
kepemimpinan ini seorang pemimpinan masih menunjukkan sasaran yang
ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut. Namun, pada
kepemimpinan ini anggota diajak untuk ikut memecahkan masalah yang
sedang dihadapi.
Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih
besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya mnunjukkan sasaran
yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut,
anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keluasan untuk

20
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kepemimpinan otokrasi cocok untuk
anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi.
Kepemimpinan pembinaan cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi
sedang dan komitmen rendah. Kepemimpinan demokrasi cocok untuk
anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi.
Semestra itu, kepemimpinan kendali bebas cocok untuk anggota yang
memiliki kompetensi dan komitmen tinggi.
Harris membagi gaya kepemimpinan menjadi 3 bagian yaitu, Gaya
kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan demokratis, dan gaya
kepemimpinan laisses faire. Gaya kepemimpinan otoriter atau otoraksi,
artinya sangat memaksakan kehendak kekuasaanya kepada bawahan.
Ciri-ciri Kepemimpinan bertipe otoriter :
1. Tanpa musyawarah
2. Tidak mau menerima saran dari bawahan
3. Mementingkan diri sendiri dan kelompok
4. Selalu memerintah
5. Memberikan tugas mendadak
6. Cenderung menyukai bawahan yang ABS ( Asal Bapak Senang)
7. Sikap terhadap bawahan
8. Setiap keputusan tidak dapat dibantah
9. Bertindak sewenang-wenang (5)
Menurut Lippith dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu:
otoriter, demokrasi, dan liberal yang mulai dikembangkan di Universitas
Lowa.
Gaya kepemimpinan otoriter memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Wewenang mutlak berada pada pimpinan.
2. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan.
3. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan.
4. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan.
5. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, pembuatan atau kegiatan para
bawahan dilakukan secara ketat.
6. Prakarsa harus sealau berasal dari pimpinan.
7. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat.
8. Tugas-tugas baawahan diberikan secara instruktif.
9. Lebih banyak kritik daripada pujian.
10. Pimpina menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat.

21
11. Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat.
12. Cenderung adayanya paksaan, ancaman, dan hukuman.
13. Kasar dalam bersikap.
14. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan. (7)
Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya seorang pemimpin yang
berorientasi pada tugas, menggunakan jabatan kekuasaan posisi dan
kekuasaan dalam memimpin, mempertahankan tanggung jawab untuk semua
perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan serta memotivasi anggota
dengan menggunakan penghargaan (reward) dan kesalahan (punishment)
(Gillies, 1994). (8)
Adapun untung rugi dari gaya otoriter :
1. Kecepatan dan ketegasan dalam membuat keputusan dan bertindak
2. Produktivitas dapat meningkat
3. Suasana kerja yang kaku, tegang, mencekam yang dapat berakibat
ketidakpuasan karyawan- karyawan, permusuhan, pindah, mutu kerja
berkurang
4. Lebih cocok untuk organisasi yang dalam keadaan darurat. (3)

H. Kepemimpinan dalam Keperawatan

Keperawatan biasanya di dalam daftar kepemimpinan kurang


menyolok. Pemakaian jasa tingkat nasional tidak menerima bahwa
kepemimpinan perawat mempunyai kekuasaan. Pandangan Cutler pada
tenaga-tenaga pendidik keperawatan dan pelayanan kesehatan adalah bahwa
mereka merupakan produk dari kepemimpinan yang bersifat mengarahkan
dan otoriter. Millo percaya bahwa perawat mempunyai kebijakan masyarakat
dan menganjurkan untuk mempersiapkan langkah-langkah berikut:
1. Mengatur
2. Melakukan pekerjaan : Belajar mengerti proses politik, kelompok-
kelompok masyarakat dan kejadian tertentu.
3. Merangsang perdebatan masyarakat
4. Membuat kedudukan perawat di media massa
5. Bertindak pada saat yang tepat
6. Mendukung dan memperkuat kedudukan pembuat keputusan.(5)

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan
oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain. Gaya kepemimpinan yang tepat akan menimbulkan motivasi
seseorang untuk berprestasi. Sukses tidaknya karyawan dalam prestasi
kerja dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan atasannya.
Ada dua pola dasar kepemimpinan.yang pertama adalah
kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Komponen peristiwa
kepemimpinan terdiri atas Pemimpin, Pengikut, Situasi, Proses
komunikasi, dan Tujuan-tujuan. Ada enam tipe kepemimpinan, yaitu :
otokratis, paternalistic, militeristis, karismatis, demokratis, dan liberalistic.

23
Dalam kepemimpinan, Figure kepemimpinan dalam hal ini di istilahkan
harus mempunyai karakter rajapandita. Bila diartikan raja artinya
memilki ilmu dan wawasan substitusi, sedangkan pandita artinya memilki
ilmu dan wawasan keagamaan/ moralitas.
Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat duan
unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur
bantuan (sipporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya
kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi
(directing) , pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali
bebas (delegating).
Pada gaya kepemimpinan otokrasi, pemimpin mengendalikan
semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang
diinginkan dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu
sasaran utama maupun sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai
peangawas terhadap semua aktifitas anggotanya dan pemberi jalan keluar
bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain anggota tidak perlu
pusing memikirkan apapun. Anggota cukup melaksanakan apa yang
diputuskan pemimpin.
Ciri-ciri Kepemimpinan bertipe otoriter adalah tanpa musyawarah,
tidak mau menerima saran dari bawahan, mementingkan diri sendiri dan
kelompok, selalu memerintah, memberikan tugas mendadak, cenderung
menyukai bawahan yang ABS ( Asal Bapak Senang ), sikap terhadap
bawahan, setiap keputusan tidak dapat dibantah dan bertindak sewenang-
wenang.

B. Saran
Makalah ini adalah makalah Manajemen Keperawatan yang
menyajikan tentang Gaya Kepemimpinan khusunya mengenai Gaya
Kepemimpinan Otoriter. Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca
khususnya perawat dapat lebih mengerti dan memahaminya sehingga
dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dalam asuhan keperawatan

24
profesional dan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sebagai salah satu
cara efektif dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sendiri.
Adapun isi dari makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapat
kesalahan, karena itu diharapkan pembaca tetap mencari referensi lain
untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai gaya kepemimpinan
otoriter.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurjannah. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi


Terhadap Komitmen Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan.
Di akses pada tanggal 31 Oktober 2013 dari
http://eprints.undip.ac.id/18483/1/nurjannah2.pdf
2. Regina Aditya Reza. 2010. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi, dan
Disiplin Kerja Karyawan PT. Sinar Santosa Perkasa Banjarnegara. Di
akses pada tanggal 31 Oktober 2013 dari
http://eprints.undip.ac.id/24466/1/skripsi-regina_aditya_reza.pdf
3. Satrianegara, M.Fais. 2008. Organisasi dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Untuk Kalangan Sendiri ( Tidak ada nama penerbit dan tempat
Penerbit )
4. Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta :
Ar- Rum Media
5. Nurhidayah. 2012. Manajemen Keperawatan. Makassar : Alauddin
University Press
6. Suardi, dkk. 2011. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta : Erlangga

25
7. Nursalam. 2009. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika
8. Juli Rastandi, dkk. 2012. Gaya Kepemimpinan dan Manajemen Konflik
Kepala Ruangan Di Instalasi Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan. Di
akses pada 31 Oktober 2013 dari
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkh/article/download/177/13/

26

Anda mungkin juga menyukai