PPI
PPI
PENDAHULUAN
Sampai saat ini prematuritas masih menjadi masalah yang sangat penting
oleh karena memberi kontribusi lebih dari 70% dari semua penyebab kematian
perinatal pada bayi tanpa kelainan bawaan. Angka kejadian persalinan preterm di
negara maju sekitar 5-10%, sedangkan di Indonesia masih diatas 10%. Sampai
sekarang angka kejadian persalinan preterm belum menunjukkan tanda-tanda
penurunan yang berarti.1
1
ini, maka bagaimanapun juga pencegahan terjadinya persalinan preterm akan
lebih bermanfaat dan menghemat biaya dibandingkan dengan bila telah terjadi
persalinan.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Iatrogenik
- malformasi
- overdistensi akut
- mioma besar
3
- desiduaitis
- aktivitas uterus idiopatik
Plasenta
- Solusio plasenta
- Plasenta previa
- sinus marginalis
- korioangioma besar
Cairan Amnion
- malformasi janin
- kehamilan majemuk
- janin hidrop
- pertumbuhan janin terhambat
- gawat janin
- kematian janin
Serviks
- inkompeten serviks
- servisitis / vaginitis akut
Riwayat persalinan preterm ternyata berhubungan erat dengan terjadinya
persalinan preterm pada kehamilan sekarang, dengan risiko relatif 2 4 kali
dibandingkan dengan tanpa riwayat persalinan preterm. Kehamilan multipel
mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya persalinan preterm, bahkan 50% pada
kehamilan ganda terjadi persalinan preterm dan 90% terjadi pada kehamilan
triplet. Perdarahan pervaginam pada trisemester pertama mempunyai risiko dua
4
kali, sedang jika terjadi pada trismester dua dan tiga akan meningkatkan risiko 10
kali lipat untuk terjadinya persalinan preterm.2,3
5
Semua kejadian di atas akan menyebabkan perubahan lebih lanjut dari serviks,
pemisahan khorion dari desidua, dan pelepasan fibronektin yang kadang-kadang
disertai dengan pecahnya ketuban sebelum waktunya pada kehamilan prematur.
Selanjutnya dikemukakan adanya pengaruh stress pada ibu maupun janin terhadap
terjadinya proses persalinan ini. Bermacam-macam stress hormonal yang
dihasilkan oleh adrenal maupun hipotalamus yang akan meningkatkan pelepasan
CRH (corticotropic realeasing hormone) dari plasenta, desidua, dan
khorioamnion. Sebagai efektor parakrin maka CRH akan meningkatkan produksi
prostanoid dari desidua dan khorioamnion yang dapat merangsang kontraksi
uterus. Peningkatan pelepasan dari pencetus awal persalinan fisiologis (CRH,
oksitosin, progesterone withdrawl) secara bersama yang bisa terjadi lebih dini
akan meningkatkan produksi prostanoid dan protease. Berkurangnya aliran darah
ke uterus yang terjadi sekunder akibat dari kelainan pembuluh darah desidua,
menyebabkan iskemia dari uteroplasenta dengan akibat terjadinya kerusakan
jaringan setempat oleh peroksidase lemak (lipid peroksidase/LPO) dan radikal
bebas, hal ini akan meningkatkan produksi prostanoid, protease dan endotelin
yang akan meningkatkan pelepasan CRH. Perdarahan pada desidua akan
menyebabkan penurunan fungsi dari pembuluh darah uteroplasenta dan
kekurangan oksigen pada janin yang akan melepaskan CRH, meningkatkan
sebukan makrofag dengan pelepasan sitokin atau secara langsung merangsang
produksi protease dan prostanoid desidua melalui pembentukan trombin.2,3,4
6
prematur ini dikaitkan dengan kejadian infeksi, iskemia, inflamasi, dan
respon imun pada jaringan korioamnion dan desidua (Lockwood, 1995).
Dalam dasawarsa terakhir ini pada umumnya para pakar bidang
kedokteran fetomaternal memusatkan perhatiannya pada proses inflamasi
yang terjadi pada selaput ketuban, plasenta dan ekspresi mediator-mediator
inflamasi (IL-1, IL-6, IL-8, TNF-) yang bisa ditemukan dalam air
ketuban (Kunkel, 1992, Abadi 2001).
3. Beberapa kasus persalinan prematur datang ke kamar bersalin dalam fase
lanjut dimana persalinan tidak bisa lagi dicegah ataupun ditunda lagi.
Sebagian kasus lagi dengan faktor risiko yang tidak bisa dihindari
misalnya kelainan anatomi rahim, kehamilan ganda.
4. Upaya penundaan persalinan pada persalinan prematur membakat dengan
berbagai tokolitik tidak menunjukkan hasil yang bermakna dalam
meningkatkan usia hamil dan berat lahir secara klinis.
Selain kontraksi uterus yang nyeri atau tidak terasa nyeri, gejala-gejala
seperti tekanan pada panggul, kram seperti saat menstruasi, duh vagina cair atau
berdarah, dan nyeri punggung bawah secara empiris berkaitan dengan kelahiran
preterm yang membakat. Gejala-gejala seperti itu dianggap oleh beberapa orang
sebagai kajadian yang biasa terjadi pada kehamilan normal, sehingga sering tidak
diperhatikan oleh pasien, dokter dan perawat. Pentingnya tanda dan gejala-gejala-
ini sudah ditekankan oleh beberapa peneliti (Iams dkk., 1990; Kragt dan Keirse,
1990). Sebaliknya, Copper dkk. (1990) tidak menemukan gejala ini bermakna
untuk prediksi kelahiran preterm. Iams dkk. (1994), dalam sebuah penelitian
tindak lanjut terhadap penelitian mereka tahun 1990, menemukan bahwa tanda
dan gejala yang menjadi sinyal persalinan preterm, termasuk kontraksi uteru,
hanya ditemukan dalam waktu 24 jam sebelum persalinan preterm. Oleh karena
itu, tanda-tanda ini merupakan tanda peringatan kelahiran perterm yang
terlambat.2
7
2.5 Diagnosis
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks.
2.6 Penatalaksanaan
8
Jika terdapat peningkatan kontraksi uterus selama kehamilan dan
merasakan tanda-tanda lain yang merupakan peningkatan risiko untuk terjadinya
persalinan preterm beberapa tindakan dapat dilakukan seperti istirahat ditempat
tidur. Istirahat ditempat tidur memberikan hasil yang baik. Berbaring kesisi kiri
dengan bantal dibawah pinggul dan tungkai mengurangi beban pada serviks serta
memperbaiki sirkulasi fetomaternal.4,5
9
memberikan kesempatan pemberian kortikosteroid untuk merangsang pematangan
paru-paru janin. Pemberian tokoliti yang tersendiri tidak dapat menurunkan
mobiditas dan mortalitas bayi sehingga di kombinasi dengan kortikosteroid.4,5
Golongan -mimetik
Ritodrine merupakan obat yang bekerja cepat, kadar dalam serum 75%
dapat tercapai dalam 20 menit pada pemberian infus intravena. Efektifitas
ritodrine sebagai tokolitik dilaporkan pada penelitian multisenter dengan kontrol
plasebo secara random dari 708 pasien menunjukkan ritodrin dapat mencegah
terjadinya persalinan dalam 24 jam sebesar 92,9% dibandingkan 80,3% (P<.001)
dan dalam 48 jam sebesar 78,6% vs 64,6% (P<.001).Efek samping terhadap ibu
pada pemberian ritodrine yang sering dilaporkan adalah gangguan
kardiopulmonar (seperti; takikardia, hipotensi, aritmia, iskemia miokard, oedem
pulmonum) dan gangguan metabolik (seperti; hiperglikemia, hipokalemia). Pasien
juga sering mengeluh timbulnya tremor ( 10-15%), palpitasi (33%), cemas (5-
10%), gelisah (5-10%), serta beberapa gangguan seperti, mual, muntah, sakit
kepala, serta nyeri dada.
Magnesium Sulfat
10
Magnesium sulfat [MgSO4 7(H2O)] sudah lama dikenal dan dipakai pada
penderita preeklampsia, yang juga mempunyai sifat sebagai tokolitik. Kadar
serum magnesium yang efektif sebagai tokolitik antara 5-8 mEq/lt, dan
toksisitasnya terlihat pada kadar serum magnesium > 10 mEq/lt .
11
diplopia, mulut kering, mual muntah, nafas pendek, dan oedem paru. Hilangnya
refleks patella terjadi bila kadar serum mencapai 8 sampai 12 mg/dl. Kesukaran
bernafas, hipotensi, perubahan pada elektrokardiografi terjadi pada kadar serum
15 sampi 17 mg/dl. Sedangkan henti jantung terjadi pada kadar serum 30 sampai
35 mg/dl. MgSO4 dapat melewati plasenta dan dapat menyebabkan lethargi dan
hipotoni, serta mungkin juga dapat menekan sistem pernafasan pada neonatus.
Demineralisasi dapat terjadi sekitar 50% pada bayi yang ibunya mendapat mgSO4
selama lebih dari 7 hari.3,4,5
12
dapat sampai 6 jam, dan tidak terjadi efek komulatif pada pemberian secara oral
tiap 6 jam. Nifedipine dapat menghambat kontraksi miometrium pada wanita
tidak hamil, hamil dan post partum secrara invitro. Obat ini dapat menghambat
kontraksi secara spontan dan juga karena pengaruh oksitosin, ergometrin, kalsium,
potasium dan prostaglandin. Obat ini pada beberapa penelitian dilaporkan
memiliki efektivitas yang sama dengan MgSO4, tatapi nifedipine lebih cepat
menghentikan kontraksi uterus daripada magnesium sulfat, yaitu dalam waktu
2.98 3.03 jam berbanding 4.8 4.23 jam. Antagonis kalsium yang berlebihan
dapat menyebabkan depresi jantung berat; meliputi henti jantung, bradikardia,
blok atrioventrikular dan payah jantung kongestif. Efek ini jarang dijumpai dalam
klinik. Toksisitas yang ringan dapat menimbulkan flushing, sakit kepala, pusing,
mual, muntah. Oleh karena itu monitoring yang ketat harus dilakukan dan bila
terjadi efek samping segera dilakukan hidrasi yang adekuat..
Nifedipine dapat melewati plasenta dan dapat mempengaruhi aliran darah fetus
yang dapat dianalisa dengan Doppler pada aliran arteri umbilikalis pada ibu-ibu
yang mendapat terapi nifedipine dan ritodrine, tetapi hasilnya tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang bermakna.3,4
13
sintesa prostaglandin pada umumnya dibatasi dalam hanya dalam waktu 48 72
jam dan hanya pada kehamilan 32 minggu atau kurang, karena efek samping pada
fetus seperti konstriksi duktus arteriosus yang dapat menyebabkan hipertensi
pulmonum, penurunan fungsi renal yang reversible disertai dengan
oligohidramnion, perdarahan intraventrikular, nekrotik enterokololitis, dan
hiperbilirubinemia. (Hearne, 2000). Efek samping yang berat ini hanya terjadi
pada pemberian terapi indomethasin dalam waktu yang lama, dosis yang besar,
serta penggunaan pada umur kehamilan setelah 32 minggu. Efek samping
maternal yang paling sering timbul adalah mual ringan dan heartburn. 3,4,5
Golongan oxytocin-antagonist
14
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Sakit perut hilang timbul
Anamnesis Umum), sakit
Penderita datang dengan keluhan sakit perut hilang timbul seperti mau melahirkan
sejak pkl. 14.00 (17 Maret 2017) nyeri dirasakan dari perut atas dan bawah,
dirasakan menjalar sampai ke punggung, makin lama dirasakan makin sering dan
bertambah berat, dirasakan sangat mengganggu aktivitas dan waktu tidur, keluhan
ini tidak hilang dengan istirahat. Keluhan sakit perut tersebut disertai dengan
keluar lendir bercampur darah. Keluar air pervaginam disangkal. Gerak anak
dirasakan baik.
Anamnesis Khusus
Riwayat Menstruasi
15
Menarche pada umur 14 tahun, dalam tiga bulan terakhir sebelum hamil
dikatakan teratur setiap bulannya dengan siklus setiap 28 hari, lamanya 4-
5 hari tiap kali menstruasi, dengan mengganti 2-3 kali pembalut penuh.
Hari Pertama Haid Terakhir : 20 Agustus 2016
Taksiran Partus : 27 Mei 2017
Riwayat Pernikahan
Pasien telah menikah 1 kali dengan suami selama 7 tahun.
Riwayat persalinan
1. Laki-laki, 3000 gram, lahir spontan belakang kepala, RSUD, umur 4 tahun
2. Hamil ini
16
Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Kegiatan sehari-hari hanya terbatas
dirumah dan aktivitasnya tidak berat. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok
dan mengkonsumsi alkohol.
Status General
Kepala : Mata : anemis -/-, ikterik -/-
Thoraks : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas: Akral hangat: ekstremitas atas +/+
ekstremitas bawah +/+
Edema : ekstremitas atas -/-
ekstremitas bawah -/-
Status Obstetri
Mammae
Inspeksi
17
Hiperpigmentasi aerola mammae (+)
Penonjolan glandula Montgomery (+)
Abdomen
Inspeksi
Tampak perut membesar ke depan, disertai adanya striae gravidarum (striae livide
dan striae albicantes)
Palpasi
Pemeriksaan Leopold
I. Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah processus xiphoideus. Teraba
bagian bulat dan lunak. Kesan bokong.
II. Teraba tahanan keras di kiri (kesan punggung) dan teraba bagian kecil
di kanan
III. Teraba bagian bulat, keras dan bisa digerakkan (kesan kepala).
IV. Bagian bawah belum masuk pintu atas panggul,konvergen
Tinggi Fundus Uteri 26 cm
His (+) 2-3 kali/10 ~30- 35
Gerak janin (+)
Auskultasi
Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kiri bawah umbilikus
dengan frekuensi 12.11.12
Vagina
Blood slym (+), karankula himenalis (+),
VT (Pk. 15.45 wita)
Pembukaan servik 2 cm, efficement 50 %, ketuban (+)
teraba kosong
tidak teraba bagian kecil/tali pusat.
3.4 Diagnosis
G2P1001, 30 minggu 0 hari, Tunggal/Hidup, PPI
(PBB 1427 gram)
18
3.5 Penatalaksanaan
Pdx: DL, BT/CT, UL
Tx : Konservatif:
Tirah baring
Nefedifin 2 X 10 mg
Dexamethasone 1 X 12 mg
Mx : Observasi keluhan, vital sign, HIS, djj
KIE: Penderita dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan
O : St. Present
KU baik
TD : 110/80 mmHg R : 20x/menit
N : 84x/menit Tax: 36,5C
St. General :
Mata : anemis -/-, ikterik -/-
Thoraks : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas: Akral hangat: ekstremitas atas +/+
ekstremitas bawah +/+
Oedem : ekstremitas atas -/-
ekstremitas bawah -/-
St. Obstetri :
Payudara
- Inspeksi : pembengkakan (-), retraksi puting susu (-)
- Palpasi : colostrum (+)
19
Abdomen
- Inspeksi : distensi (-)
- Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
- Palpasi : TFU 2 jari atas pusat, kontraksi uterus (+) baik
Vagina
- Inspeksi : Perdarahan aktif (-), lochia rubra (+)
A : G2P1001, 30 minggu 0 hari, Tunggal/Hidup, PPI
P : Pdx : -
Tx : Konservatif:
Tirah baring
Nefedifin 2 X 10 mg
Dexamethasone 1 X 12 mg
KIE: Penderita dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Partus prematurus iminens adalah ancaman lahirnya hasil konsepsi pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu yang ditandai adanya kontraksi uterus yang
terkoordinasi, teratur, interval kurang dari 10 menit dengan durasi minimal 30
detik, yang menyebabkan perubahan progresip pada serviks disertai adanya
penurunan bagian terendah atau adanya perubahan dilatasi serviks pada hasil
periksa dalam oleh pemeriksa yang sama dengan selang waktu 1 jam bersamaan
dengan adanya 2 atau lebih kontraksi setiap 10 menit dengan durasi minimal 30
detik, yang disertai adanya penurunan bagian terendah.2 Diagnosis partus
prematurus iminen ditegakkan berdasaarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan
sakit perut seperti mau melahirkan perut dirasakan dari perut atas dan bawah,
dirasakan menjalar sampai ke punggung, makin lama dirasakan makin sering dan
bertambah berat, dirasakan sangat mengganggu aktivitas dan waktu tidur, keluhan
ini tidak hilang dengan istirahat. Keluhan sakit perut tersebut tidak disertai dengan
keluar lendir bercampur darah. Keluar air pervaginam disangkal. Gerak anak
dirasakan baik. Dari pemeriksaan fisik tinggi fundus uteri 3 jari di bawah
processus xiphoideus (26 cm) yang sesuai dengan umur kehamilan 30 minggu,
dengan tafsiran berat badan janin 1427 gram. Terdapat kontraksi uterus terdapat
kontraksi sebanyak 2-3 kali/10 ~30- 35, umur kehamilan menurut USG
didapatkan 29 minggu 3 hari.
Tujuan utama terapi terletak pada penghambatan (inhibisi) persalinan yaitu
memperpanjang lama kehamilan hingga 37 minggu untuk mendapatkan maturitas
janin. Pada pasien ini setelah diterapi konservatif dengan tirah baring, nifedipin
dengan dosis 2x10 mg per oral. Istirahat ditempat tidur memberikan hasil yang
baik. Berbaring kesisi kiri dengan bantal dibawah pinggul dan tungkai
mengurangi beban pada serviks serta memperbaiki sirkulasi fetomaternal. 4,5
Nifedipin adalah tokolitik untuk mencegah terjadinya persalinan prematur,
21
merupakan salah satu upaya pencegahan sekunder pada persalinan prematur.
Tujuan penanganan persalinan preterm adalah untuk menghentikan kontraksi
uterus dengan obat-obat tokolitik sampai kehamilan seaterm mungkin/sampai
janin mempunyai maturitas paru yang dianggap cukup. Jika terdapat peningkatan
kontraksi uterus selama kehamilan dan merasakan tanda-tanda lain yang
merupakan peningkatan risiko untuk terjadinya persalinan preterm.
22
BAB V
RINGKASAN
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Kornia Karkata, dr. SpOG,dkk. Pedoman diagnosis Terapi dan Bagan Alur
Pelayanan Pasien. 2003;7
4. Gabbe, S.G., Niebyl, J.R., Simpson, J.L (2002), Obstetrics Normal and
Problem Pregnancies, ed.4, Churchill Livingstone,New York.
5. Cunningham G.E., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C,
(2001), Williams Obstetrics, ed.21, Mc Graw Hill, New York.
24