1. Ratu (Ema) yang memiliki Bumi dengan seluruh isi-isinya, dengan standart A (A-
Land) yang disebut Kaisar Yang Agung (Ibu Pelindung Bumi) sangat
Berdaulat, diturunkan berdasarkan silsilah yang jelas dari Sang Hyang Ageung,
terpilih,cerdas, dan yang terbaik.
3. Rama (Perdana Menteri Agung) memiliki standart B (B-Land) yang memimpin dan
mengendalikan sistem Administrasi dan sistem Informasi Kekaisaran Sunda
(Kekaisaran Matahari) diseluruh dunia, diangkat dan diberhentikan berdasarkan
Dekrit Kaisar Yang Agung.
2. Humanity berarti: Kaisar Yang Agung dan sangat berdaulat merupakan manusia
yang dipilih Tuhan Yang Maha Esa, dan menjadi satu-satunya Kaisar di Bumi,
berasal dari Kekaisaran Sunda (Kekaisaran Matahari), yang disebut dengan Yang
Maha Mulia Kaisar yang Agung, atau disebut juga dengan Sang Hyang Ageung,
yang berarti Ratu Ema dilahirkan untuk memimpin bumi, dengan kemampuan
Extraterritorial.
3. Nasionality berarti: Memiliki kedaulatan terhadap bumi, tanah, dan air, beserta
seluruh isi-isinya, milik Kaisar Yang Agung dari Kekaisaran Sunda (Kekaisaran
Matahari), dengan standart A (A-Land) merupakan dasar terbentuknya aset-aset
bumi, yang menjadi standart ekonomi dan moneter di dunia, tidak pernah diambil
oleh siapapun, dan tidak pernah diberikan kepada siapapun.
4. Demokrasi berarti: De-monarchy yang berarti bukan pekerjaan Kaisar Yang Agung
atau Ema. Karenanya, seluruh program yang dilakukan di muka bumi, oleh Tribune-
tribune, Kingdom-kingdom, and State-state harus diarahkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan kemanusiaan dan lingkungannya, dengan menggunakan aset-
aset bumi, milik Kekaisaran Sunda (kekaisaran Matahari) dan harus dipertanggung
jawabkan kepada Kaisar Yang Agung, sebagai pemilik bumi.
5. Sosial Justice berarti: Keadilan untuk semua, dimaksudkan agar aset-aset bumi,
milik Kekaisaran Sunda (Kekaisaran Matahari), harus digunakan sebesar-besarnya
untuk menciptakan kesejahteraan seluruh umat manusia dan lingkungannya,
bilamana tugas-tugas tersebut tidak dijalankan dengan baik dan benar maka,
Tribune-tribune, Kingdom-kingdom, and State-state akan berhadapan dengan
Hukum Kaisar (Bencana Alam dan Ketidak Abadian).
SERPIHAN SERAPAH
Manusia harus mampu mengendalikan "Ilat" (lidah), "Ulat" (ekspresi wajah), dan
"Ulah" (perilaku). Ketiga hal tersebut bila tdk dikendalikan bisa menjadi "SAMBEKALA"
(halangan) bagi manusia dalam hidupnya sebagai anggota masyarakat yg harus
bermasyarakat.
Banyak orang ngomong besar yg tidak masuk akal. Omong besar dan ingin dipuji2.
Omong besar dan "kemaki". Omong besar, sombong dan tidak mau kalah. Belum
punya kemampuan tetapi merasa sudah hebat & meremehkan kemampuan orang lain.
Suka bicara yg tidak ada isinya, marah2 & melukai hati orang lain. Memalukan!!!
"Tatak" artinya berani menghadapi segala resiko & bertanggung jawab dgn lapang
dada & bener2 berani menerima segala konsekuensi atas segala perbuatannya, segala
keberaniannya harus berdasarkan falsafah suro sudiro jayaning kang rat, siuh brasto
ulah cekaping darmastuti yg artinya kekuatan & kejahatan akan musnah dgn sebuah
perilaku kebaikan yg terus-menerus.
"Tatas" (efektif) artinya setiap orang harus bisa berpikir dan bertindak secara efektif.
Keberhasilan seseorang akan terwujud apabila segala tindakannya selalu didasari oleh
satu pemikiran yang kuat (tidak asal-asalan apalagi hanya ikut-ikutan). Harus
memahami semua permasalahan yang dihadapi, sehingga mampu menyelesaikan
permasalahan tersebut dan tidak salah langkah dalam menyelesaikannya.
"Titi" (akurat) artinya teliti atau cerdas, sehingga tidak bingung terhadap semua hal,
tidak tertipu pada tipuan2 halus maupun kasar, tidak terhalangi pandangan oleh
sebuah penyesatan2 yg hanya menjerumuskan pada sebuah kesalahan2 dan
merugikan orang lain. Bisa mengambil sebuah keputusan secara tepat dan benar.
"Teguh" Jiwa kita mesti kokoh dan tidak boleh terombang ambing, teguh dalam
mengambil keputusan dan harus pantang menyerah serta mampu mengubah
kekurangan menjadi sebuah keistimewaan. Tampil "Trengginas" artinya harus tampil
aktif, terampil dan serba bisa. Tidak pernah lelah berkarya dan selalu mengisi waktu
dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat.
Kebenaran dan keadilan ialah dua istilah yang sentiasa berpasangan. Jika kebenaran
tersingkap, maka wujudlah keadilan. Sebaliknya jika kebenaran diselindung dan
dimanipulasi, maka keadilan tidak akan wujud selamanya.
"Keinginan adalah sumber penderitaan . Hidup bahagia itu kuncinya adalah rasa
syukur, yakni selalu bersyukur atas rezeki yang di anugerahkan Tuhan YME kepada
kita.
Anenggih Nuswantara ingkang kasebat nagari panjang apunjung, pasir wukir loh
jinawi. Gemah ripah, karta tur raharja. Panjang dawa pocapane, punjung luhur
kawibawane. Pasir araning samodra, wukir araning pagunungan. Loh jinawi turus
ingkang sarwa tinandur. Gemah ripah murah ingkang sarwa tinumbas. Sedaya para
kawula sami ngudi murih majuning nagari. Sahiyeg saeka praya padha cancut
taliwanda bebarengan
makarya.
BIROKRASI hanya sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk DILAYANI
masyarakat. Sebuah logika yang terbalik (salah kaprah)! Seharusnya birokrasi adalah
alat untuk melayani masyarakat dengan berbagai macam bentuk kebijakan yg
dihasilkan pemerintah & bukan dijadikan media bagi pejabat pemerintahan untuk
mencari keuntungan.
Inilah zaman ketika akal sehat diremehkan. Perbedaan antara benar & salah, baik dan
buruk, adil & tak adil, tidak digubris. Krisis moral adalah buah dari krisis akal sehat.
Kekuasaan korupsi merata & merajalela karena erosi tata nilai terjadi di lapisan atas &
bawah.
Bagi yang aji mumpung, Hilang kewaspadaan, godaan selalu datang, Menjadi beban
langkah kehidupan, Hati senantiasa gundah dan gelisah, Hidupnya larut dalam
kedustaan. Hilanglah kemuliaan akhlaknya, tiada lagi kebaikan, selalu buruk sangka,
Apa yang dipikir serba membahayakan, Sumpah dan janjinya tiada yang percaya,
Akhirnya menanggung malu sendiri, Lenyaplah keluhuran budinya.
Sudah menjadi kenyataan, bahwa inilah jaman kacau nilai, jaman kejahatan menang,
penjahat dipuja, orang beragama menjadi algojo, kitab suci dikhianati justru oleh
ulama, kekuasaan dan kekayaan diperdewa. Pepatah mikul duwur mendem jero
sudah lepas dari konteks moralnya dan berganti makna menjadi: Kalau anda berkuasa
dan perkasa maka berdosa boleh saja!
Bagi yg sudah menyukai & menjiwai ilmu sejati, watak & perilakunya memaafkan pada
sesama, selalu sabar berusaha menyejukkan suasana. Angkara dalam hati yg
menghalangi akan larut dalam kesakralan hidup, karena temggelam dalam samudera
kasih sayang, kasih sayang sukma (sejati) tumbuh berkembang sebesar gunung
didalam diri.
Hakekat ilmu yang dicari sebenarnya ada di dalam diri. Asal mau berusaha sana-sini
(ilmunya) tidak berbeda. Asal tidak banyak tingkah, agar supaya merasuk ke dalam
sanubari. Bila berhasil, terbuka derajat kemuliaan hidup yang sebenarnya. Yang
namanya ilmu, dapat berjalan bila sesuai dengan cara pandang kita. Dapat dicapai
dengan usaha yang gigih.
Manusia utama itu gemar terbenam dalam sepi (meredam nafsu), di saat-saat
tertentu, mempertajam dan membersihkan budhi pekerti, bermaksud memenuhi
tugasnya sebagai kesatria, berbuat susila rendah hati, pandai menyejukkan hati pada
sesama, itulah sebenarnya yang disebut menghayati hidup.
Perhatikanlah, di zaman ini, seyogyanya meredam gejolak nafsu, yang berakibat salah
kaprah, buah karya perbuatan hina. Tumbuhkanlah kesucian hati, Melindungi
terhadap sesama, Dengan jalan meredam nafsu angkara, Menyingkirkan perilaku batin
yang nista, Agar terbuang jauh dari kehidupanmu
Kita memasuki zaman hancur & rusaknya kehidupan karena tata nilai dan tata
kebenaran dijungkir-balikkan secara merata. Mantap stabilitasnya, tetapi alat stabilitas
itu adalah penindasan. Ketidakadilan malah didewakan. Penguasa lalim tak bisa
ditegur. Korupsi dilindungi. Kemewahan dipamerkan di samping jeritan kaum miskin &
tertindas. Penjahat dipahlawankan, org jujur ditertawakan & disingkirkan.
Belum cakap ilmu, Buru-buru ingin dianggap pandai. Tercemar nafsu selalu merasa
kurang, dan tertutup oleh pamrih, sulit untuk manunggal pada Yang Mahakuasa.
Petunjuk telah merasuk dalam batin, Bila telah tiba waktunya, Atas kehendak Tuhan
YME, Cahaya anugerah akan turun, Sungguh tak bisa dielakkan. Kehendak dan segala
asa dalam hati, Mengguyur badan dengan air basi (penuh prihatin), Demi
keselamatan anak turun semua, Dengan Negara lain penuh kedamaian, (Bangsa)
dihormati dimanapun.
Petunjuk telah merasuk dalam batin, Bila telah tiba waktunya, Atas kehendak Tuhan
YME, Cahaya anugerah akan turun, Sungguh tak bisa dielakkan. Kehendak dan segala
asa dalam hati, Mengguyur badan dengan air basi (penuh prihatin), Demi
keselamatan anak turun semua, Dengan Negara lain penuh kedamaian, (Bangsa)
dihormati dimanapun.
Seyogyanya manusia hidup dengan tiga perkara yaitu: pertama keluhuran
(kekuasaan), yg kedua harta (kemakmuran), dan yg ketiga ilmu pengetahuan. Bila tak
satupun dapat diraih dari ketiga perkara itu, maka habislah harga diri manusia. Lebih
berharga daun jati kering, akhirnya mendapatlah derita, jadi pengemis dan terlunta-
lunta hidupnya.
Ilmu (hakekat) itu diraih dengan cara menghayati dalam setiap perbuatan, dimulai
dengan kemauan. Artinya, kemauan membangun kesejahteraan terhadap semua,
teguh membudi daya, menaklukkan semua angkara. Nafsu angkara yang besar ada
didalam diri, kuat menggumpal, menjangkau hingga tiga zaman, jika dibiarkan
berkembang akan berubah menjadi gangguan.
Kalau sudah paham tata cara dalam menghayati ajaran utama, Jika berhasil merasuk
ke dalam jiwa, akan melihat tanpa penghalang, karena yang menghalangi tersingkir,
Terbukalah rasa sayup menggema. Tampaklah seluruh cakrawala, Sepi tiada bertepi,
Yakni disebut tapa - tapaking Hyang Sukma.
Banyak anak muda yang menyombongkan diri dengan hafalan ayat, belum mumpuni
sudah berlagak pintar. Menerangkan ayat seperti sayid dari Mesir, Setiap saat
meremehkan kemampuan orang lain. Yang seperti itu termasuk orang mengaku-aku
krn kemampuan akalnya dangkal, Keindahan ilmu Jawa malah ditolak. Sebaliknya,
memaksakan diri mengejar ilmu di Mekah.
Sekarang banyak orang yang alim, tetapi hanyalah bersifat hiasan saja, diluar tampak
baik (putih) tetapi di dalamnya kuning, banyak ulama berbuat maksiat, mengisap
ganja, berbuat selingkuh, minum minuman keras, berjudi. Para wanita kehilangan
kewanitaannya, karena pengaruh harta benda, semuanya itu hanya kebendaan-lah
yang menjadi tujuannya.
Kemenangan yang diraih secara kesatria adalah tanpa melibatkan banyak orang,
tanpa makan korban pertumpahan darah dan nyawa, dan tidak pernah
mempermalukan lawan. Begitulah kesatria sejati.
Sebisa-bisanya upayakan selalu berhati baik. Bergurulah secara tepat, yang sesuai
dengan dirimu. Ada juga peraturan dan pedoman bernegara, menjadi syarat bagi yang
berbakti, yang berlaku siang malam. Suri tauladan yang benar adalah dapat menahan
hawa nafsu. Pengetahuanmu adalah senyatanya ilmu yang tidak harus dikuasai orang
tua, karena bisa juga bagi yang muda atau miskin.
Ilmu yang nyata, Senyatanya memberikan ketentraman didalam hati, Tidak merana
dibilang bodoh, Tetap gembira jika dihina. Tidak seperti si dungu yang selalu sombong,
Ingin dipuji setiap hari. Janganlah begitu caranya orang hidup.
Siapapun yg menerima wahyu Tuhan, maka dengan cermat dapat mencerna ilmu
tinggi, Mampu menguasai ilmu kesempurnaan jiwa raga, Bila demikian pantas disebut
orang tua. Arti orang tua adalah tidak dikuasai hawa nafsu, Paham akan dwi
tunggal (menyatunya sukma dengan Tuhan).
Hidup sekali saja berantakan, Tidak berkembang, pola pikirnya carut marut. Umpama
goa gelap menyeramkan, Dihembus angin, Suaranya gemuruh menggeram,
berdengung Seperti halnya watak anak muda masih pula berlagak congkak. Tujuan
hidupnya begitu rendah, Maunya mengandalkan orang tuanya yang terpandang serta
bangsawan, Itu kan ayahmu! Sedangkan kamu? kenal saja belum, akan hakikatnya
tata cara dalam ajaran yang suci.
Banyak manusia mengikuti kemauan sendiri, Bila berkata tanpa dipertimbangkan (asal
bunyi), Namun tak mau dianggap bodoh, Selalu berharap dipuji-puji. (sebaliknya) Ciri
orang yang sudah memahami (ilmu sejati) tak bisa ditebak berwatak rendah hati, dan
selalu berprasangka baik.
Meredam nafsu angkara dalam diri, dihias penuh variasi, agar menjiwai hakekat ilmu
luhur sejati. Agar jangan miskin pengetahuan, walaupun sudah tua pikun, jika tidak
memahami rasa sejati (batin), niscaya kosong tiada berguna bagai ampas, percuma
sia-sia, di dalam setiap pertemuan sering bertindak ceroboh dan memalukan.
Saat ini banyak kehendak (keinginan) tidak ada yg terwujud, apa yg dicita-citakan
berantakan, apa yg dirancang menjadi gagal, yg ingin menang malah kalah, karena
datangnya hukuman yg berat dari Tuhan. Yg tampak hanyalah perbuatan-perbuatan
tercela, orang besar akan kehilangan kebesarannya, lebih baik nama tercemar
daripada bertanggung jawab (mati), sedangkan yg kecil juga tidak mau tahu akan
keterbatasannya.
Menguasai tanah Jawa (Nusantara), yang menjadi raja (pemimpin), satria sakti
tertermasyhur, tak lain dan tak bukan adalah keturunan Senopati, hal ini pantas pula
sebagai tauladan budi pekertinya. Sebisamu, terapkan di zaman nanti, walaupun tidak
bisa persis sama seperti di masa silam.
Sikapnya angkuh serta acuh tak acuh, seolah sudah menjadi orang yang teguh, ampuh
dan keluarganya tak akan runtuh. Belum pandai sudah berlagak pintar, padahal
otaknya buyar, matanya nanar, dan merasa cita-citanya sudah bersinar.
Menjadikannya tak pandai melihat mana yang salah dan benar. Di mana-mana ingin
diakui bak pejuang, walau hatinya tak lapang.
Orang hidup jika tanpa prihatin tidak akan survive, namun di masa kini, yang digemari
anak muda adalah meniru-niru nabi, rasul utusan Tuhan, yang hanya dipakai untuk
menyombongkan diri, setiap akan bekerja singgah dulu di masjid untuk mengharap
mukjizat agar mendapat derajat(naik pangkat).
Ada perjanjian yg sangat mulia untuk seluruh keturunan Mataram dikelak kemudian
hari. Begitulah seluruh keturunan orang luhur, bila mau mengasah akal budi akan
cepat berhasil, apa yang diharapkan orang besar Mataram, anugerahnya hingga kelak
dapat mengalir diseluruh darah keturunannya, sehingga dapat memiliki wibawa dan
keagungan.
Dalam setiap pergaulan, hendaknya membangun sikap tenggang rasa. Setiap ada
kesempatan, disaat waktu longgar, pergilah mengembara untuk bertapa, menggapai
cita-cita hati, hanyut dalam keheningan kalbu. Senantiasa menjaga hati untuk prihatin
(menahan hawa nafsu), dengan tekad kuat, membatasi makan dan tidur.
Jangan pernah berhenti untuk selalu berusaha berbuat kebajikan, agar mendapat
kegembiraan serta keselamatan agar tercapai segala cita-cita, terhindar dari
perbuatan yang bukan-bukan, caranya haruslah gemar prihatin (perih ing sajerone
batin).
Dalam hidup keprihatinan ini pandanglah dengan seksama, introspeksi, telitilah jangan
sampai salah, endapkan didalam hati, agar mudah menanggapi sesuatu. Dapatnya
demikian kalau senantiasa mendambakan kebaikan, mengendapkan pikiran, dalam
mawas diri sehingga seolah-olah hati ini kosong namun sebenarnya akan menemukan
cipta yang sejati.
Bila terpengaruh akan perbuatan yang bukan-bukan (perbuatan keji dan jahat), sudah
jelas akan menjadi sarang iblis, senantiasa mendapatkan kesulitan-kesulitan dan
kerepotan-kerepotan dalam hidup, sehingga tidak dapat berbuat dengan itikad hati
yang baik, seolah-olah mabuk kepayang.
Bila orang sudah terlanjur rusak, maka tidak tertarik terhadap perbuatan yg menuju
kepada kebajikan. Segala yg baik-baik lari dari dirinya, sebab sudah diliputi perbuatan
& pikiran yg jelek. Sudah melupakan Tuhannya. Ajaran-Nya sudah musnah berkeping-
keping. Namun demikian yg melihat, bagaikan matanya kemasukan pasir, tidak dapat
membedakan yg baik & yg jahat, sehingga yg jahat disukai dianggap utusan Tuhan.
Segala sesuatu itu harus dijalankan dengan penuh kesabaran. Sebab jika bergeser
(dari hidup yang penuh kebajikan) akan menderita kehancuran. Kemasukan setan
gundul, yang menggoda dengan membawa kendi berisi uang banyak.
Segala sesuatu itu sebenarnya dikarenakan keinginan hati. Memang benar kalau ada
yang mengatakan demikian. Namun sebenarnya didalam hati repot juga. Sekarang
sudah tua, apa pula yang dicari. Lebih baik menyepi diri agar mendapat ampunan dari
Tuhan.
Semua org bisa merasakan bahwa gula itu manis. Gula adalah unsur ragawi atau
kulit (sembah raga), sementara rasa manis adalah hakekatnya (sembah rasa). Rasa
manis tidak hanya dimiliki oleh gula pasir, krn ada gula jawa, gula merah,dan
sebagainya. Itulah kiasan agama atau keyakinan, yang sepadan dengan berbagai
materi yg manis tersebut.
Mudah-mudahan kami dapat sabar dan sentosa, seolah-olah dapat mati didalam
hidup. Lepas dari kerepotan serta jauh dari keangakara murkaan. Biarkanlah kami
hanya memohon karunia pada MU (Tuhan) agar mendapat ampunan sekedarnya.
Kemudian kami serahkan jiwa dan raga dan kami.
MATAHARI
Dia menciptakan langit dan Bumi dengan ada faedah dan guna yang
sebenar; Dia juga Menjadikan malam melingkari siang (dengan gelapnya),
dan menjadikan Siang melingkari malam (dgn cahayanya). (Surah Az-
Zumar: 5)
disebutkan Allah akan gementar hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-
ayat-Nya (ayat-ayat Allah) akan bertambahlah iman mereka, dan kepada Rab
(Tuhan) mereka bertawakal (Surah an-Anfal :Ayat 2)
Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah
akan menerima Taubatnya. (dari kitab Islam wa Qishshah).
Siapa yang bertaubat sebelum Matahari terbit dari Barat, maka Allah akan
menerima Taubatnya.
(dari kitab Islam wa Qishshah).
Inti dari ajaran Sunda adalah welas-asih atau cinta-kasih, dalam bahasa
Arab-nya disebut rahman-rahim, sebab adanya rasa welas-asih ini yang
menjadikan seseorang layak disebut sebagai manusia. Artinya, dalam
pandangan kepercayaan Sunda ( bangsa Galuh ) jika seseorang tidak
memiliki rasa welas-asih maka ia tidak layak untuk disebut manusia, lebih
tepatnya sering disebut sbg Duruwiksa (Buta) mahluk biadab.
Sundayana terbagi dalam tiga bidang ajaran dalam satu kesatuan utuh yang
tidak dapat dipisah ( Kemanunggalan ) yaitu;
Awalnya Yang Maha Kuasa membentuk Jagat Suwung, yaitu sesuatu yang
gelap, kosong, hening. Tidak ada barat, timur, utara, selatan, singkatnya...
sebuah keadaan yang sulit terciptakan (cipta = pikir).
Tahap selanjutnya Yang Maha Kuasa menghadirkan suatu suara
seperti Tawon Laksaketi (berjuta-juta tawon) yang berbunyi Huuuung....
Dunia ilmu pengetahuan modern menyebutnya sebagai Suara Kosmik.
Dari pusat suara munculah jentik-jentik sinar cemerlang Hyang Putih /
Ingyang Putihsebesar sayap nyamuk. Dalam bahasa ilmu pengetahuan
modern model ini disebut molekul cahaya. Semakin lama semakin
menggumpal, membesar dan terus membesar.
Gumpalan, kumpulan molekul (atom ?) itu semakin lama semakin besar dan
memadat maka jadilah Sang Hyang Tunggal, sebuah sumber cahaya
gemilang yang agung dan suci serta tidak ada bandingnya.
Atas kehendaknya (Yang Maha Kuasa ?), Sang Hyang Tunggal memecah
dirinya menjadi beberapa bagian dan menyebar di Jagat Suwung. Ilmu
pengetahuan modern menyebutnya sebagai Big Bang, istilah itu dipelopori
oleh Stephen Hawking.
Pecahan dari Sang Hyang Tunggal menyebar mengisi Jagat Suwung dan
kembali menjadi jentik-jentik sinar yang berpencar. Saat ini kita
mengenalnya dalam tiga (3) kelompok : Kartika
(Bintang), Surya (Matahari), Chandra (Bulan) atau sering disebut sebagai
susunan Tata Surya.
Salah satu dari milyaran tata surya pengisi Jagat Suwung
adalah Matahari kita yang dikelilingi oleh planet-planet, dan planet-planet
tersebut pun hasil pemisahan (ledakan) dari Matahari itu sendiri.
Maka, Matahari kita itu merupakan putra dari Sang Hyang Tunggal dan atau
cucu dari Hyang Putih.
Matahari dikenal sebagai Sang Hyang Manon atau lebih populer
disebut Batara Guru yang artinya adalah yang senantiasa memberikan /
menyampaikan penerang sebagai cahaya kehidupan (*gerak).
Dari cerita Wayang Purwa dikisahkan bahwa Batara Guru jatuh cinta
kepada Batari Uma / Dewi Uma. Batari Uma berobah menjadi Batari Durga &
dikawini oleh Batara Kala. Arti kata Guru adalah yang selalu bersinar /
senantiasa menerangi / pemberi kebenaran. Sedangkan arti
kata Batara ialah yang menyampaikan (yang menyinari) gerak
kehidupan.
Dalam pikukuh Sunda keluhuran budi-pekerti & dharma bakti agung pada
diri seseorang menyebabkan ia layak (disetarakan) sebagai sosok Guru.
Adapun derajat yang tertinggi dan paling sepuh disebut Sang Guru
Hyang (Sang Guriang) yang artinya adalah Saka Guru(Guru yang Tertinggi /
Puncak tertinggi dari segala Guru / Cahaya) dan itu sama dengan
Matahari disisi lain hal tersebut maknanya sama dengan Sunda.
Batari Uma (Ma / Umi / Ambu / Ibu / Umbi / Bumi) sesungguhnya merupakan
pecahan dari Matahari (Batara Guru / Sunda), didapat dari hasil ledakan
besar yang kemudian bergerak mengeliling Matahari menjadi bagian dari
Tata-Surya (Solar System).
Batari Uma atau Dewi Uma pada mulanya bersinar terang seperti halnya
Batara Guru, namun lama-kelamaan sinarnya semakin padam dan
permukaannya berobah menjadi tanah yang bergelombang. Tentu saja hal
tersebut akibat ia menjauh dari Matahari (Batara Guru), kejadian itu
diumpamakan sebagai kutukan Batara Guru kepada Dewi Uma yang
kemudian berobah nama menjadi Batari Durga yang buruk rupa.
Setelah Dewi Uma kehilangan cahaya dan menjadi Batari Durga maka ia
dikawini oleh Batara Kala, yang artinya ialah terkena hukum waktu maka
terjadilah peristiwa waktu & ruang di planet Bumi.
Namun demikan, walaupun Dewi Uma telah menjadi Batari Durga ia masih
mengandung putra dari Batara Guru dan saat ini kita menyebutnya
sebagai Magma (api yang ada di perut Bumi) yang kelak melahirkan
berbagai jenis batuan serta unsur-unsur lainnya sebagai penunjang
kehidupan para penduduk Bumi.
Peristiwa tersebut dalam Pikukuh Sunda diabadikan dengan sebutan Bua-
Aci (buah-aci) atau lebih dikenal sebagai Sang Hyang Pohaci, yang
senantiasa memberikan kesuburan (*kehidupan)kepermukaan tanah. Dari
sebutan atau ungkapan tersebut pada saat sekarang membuat kita
mengenal istilah buah (*phala / pala / pahala) serta istilah Bua-na yang
kelak berobah menjadi Banua (Benua).
Perobahan dari Dewi Uma menjadi Batari Durga (*karena tertutup tanah)
menyebabkan perut Bumi harus dapat mengeluarkan panas Bumi (magma),
maka lahirlah sebuah cerobong raksasa yang disebut sebagai Gunung
Sunda (Gn. Batara Guru).
Pada dasarnya Dayang Sumbi itu berasal dari kata Da-Hyang - Su-Umbi ,
artinya :
Da = Agung / Besar
Hyang = Moyang / Eyang / Biyang / Leluhur / Buyut.
Su = Sejati
Umbi = Ambu / Ibu
Dayang Sumbi mengandung makna: Leluhur Agung Ibu Sejati atau setara
dengan sebutan Buana / Ibu Pertiwi / Bumi / Earth.
Maka jika disimpulkan, kisah / legenda Sang Guru Hyang & Da Hyang Su
Umbi itu lebih kurang memaparkan tentang kejadian / hubungan antara
Matahari & Bumi, keberadaan Waktu & Ruang (Kala & Pa) dan khususnya
berceritera tentang awal kehidupan manusia di muka Bumi yang intinya
menyatakan bahwa waktu & ruang merupakan hukum kehidupan.
Dalam kisah Sang Guru Hyang diceriterakan bahwa Dayang Sumbi pada
akhirnya kawin (bersanding) dengan Situmang, yaitu seekor anjing yang
membantu membawakan gulungan benang yang terjatuh ketika Dayang
Sumbi sedang menenun. Perkawinan mereka menghasilkan
sosokSangkuriang (Sang Guru Hyang).
Sangkuriang atau sebut saja Sang Guru Hyang yang ke II ini maknanya
adalah kelahiran Negeri Matahari (Dirgantara) sebagai pusat Keratuan /
Keraton Dunia, atau kelahiran pola ketata-negaraan yang pertama di dunia
yang ditandai oleh Gunung Sunda Purba atau Gn. Matahari / Gn. Batara
Guru. Saat ini tersisa sebagai Gn. Tingkeban Pa-Ra-Hu, dan sekarang kita
menyebutnya sebagai Gn. Tangkuban Parahu.
Setelah keberadaan wilayah beserta penduduknya, bentuk kemasyarakatan
diawali dengan adanya Tata / Aturan / Hukum yang berupa Tri Su La Naga-
Ra (Tiga Kesejatian Hukum pada sebuahNegara), atau dalam silib &
siloka SITUMANG yaitu terdiri dari :
- Rasi / Datu berkedudukan sebagai pengelola kebajikan,
wilayahnya disebut Karesian / Kadatuan atau Kedaton.
- Ratu berkedudukan sebagai pengelola kebijakan, wilayahnya
disebut Keratuan / Keraton.
- Rama berkedudukan sebagai pembentuk kebijakan dan kebajikan,
wilayahnya disebutkaramat atau sering disebut
sebagai kabuyutan atau wilayah para leluhur / luhur / gunung (*?) = (tanah
suci).
- Hyang merupakan sumber ajaran kebijakan dan kebajikan,
wilayahnya disebut Pa-Ra-Hyang.
~kaisarmatahari66@gmail.com~
Adapun sosok binatang anjing merupakan metafora atau perumpamaan
dari watak kesetiaan. Simbolisasi tersebut tentu sangat sesuai dengan
kenyataan yang berlaku dan layak dipergunakan sebagai pola tanda seperti
halnya Sang Hyang Gana (Ganesha) yang mempergunakan siloka gajah,
ataupun konsep pemerintahan yang dilambangkan dalam bentuk harimau
(mang / hitam ang/merah ung/putih = maung).
5. Aki Tirem
Menyentuh jaman Saloka Nagara tentu tidak terlepas dari keberadaan Aki
Tirem yang mempunyai makna sebagai berikut;
Aki = Leluhur / Kokolot / Sesepuh / Tohaan / Tuhaan (Tuhan).
Tirem = (............beberapa kemungkinan arti) :
Tarum / Taru-Ma (Kalpataru / pohon hayat / kehidupan).
Ti-Rum / Rumuhun
Ti-Ram / Rama
Jika Tirem itu adalah kata lain dari Taru-Ma (*taru = tree / pohon,
dan ma = uma / bumi / ambu / ibu) maka istilah Aki Tirem / Taruma bisa
mengandung makna sebagai Pohon keluarga para leluhur Bumi.
E. BangsaMatahari,Sundaland,Poseindon,Maya
(serial twit @warninggempa) bagian 1 & 2