Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

1. FONEM
A. Pengertian Fonem

Fonem merupakan bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi sebagai pembeda
makna kata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang
dimaksud fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras
makna. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil
yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan
makna.Kalau dalam fonetik misalnya kita meneliti bunyi-bunyi /a/ yang berbeda pada
kata-kata seperti yang terdapat pada kata-kata ini, intan dan pahit. Maka dalam
fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi itu mempunyai fungsi sebagai
pembeda makna/ tidak jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita
sebut fonem.
Misalnya dalam kata bahasa Indonesia :

(a) /Laba/ dengan /Raba/


(b) /Lawan/ dengan /Rawan/
(c) /Baku/ dengan /Bahu/
(d) /Bara/ dengan /Bala/
(e) Sangkar/ dengan Sangkal/

Ternyata perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama yaitu bunyi /l/ dan /r/
kesimpulannya bahwa bunyi /l/ dan /r/ adalah dua buah fonem yang berbeda didalam
bahasa Indonesia. Contoh lain pada kata baku dan bahu yang masing-masing
terdiri dari 2 buah bunyi maka bunyi /k/ pada kata pertama dan bunyi /n/ pada kata ke
2 masing-masing adalah fonem yang berlainan yaitu fonem /k/ dan /h/.

Cara menentukan fonem menurut buku Analisis Bahasa/Fonologi :


Memperhatikan fungsi pembeda: Pasangan minimal, beban fungsional,
ekafonem, dwifonem, dan alofonemis.

1. Pasangan Minimal dan Beban Fungsional


Suatu bunyi yang mempunyai fungsi untuk membedakan kata dari kata yang lain
dapat disebut sebuah fonem. Identifikasi semacam ini bisa diketahui dengan cara
mencari dan membandingkannya dengan pasangan minimal. Perbedaan minimal
tersebut biasanya selalu terdapat dalam kata sebagai konstituen yaitu suatu bagian
ujaran. Misalnya lupa dan rupa merupakan kata yang jelas berbeda sebagai
kata. Dari sudut bunyi perbedaan tersebut terdapat dalam perbedaan satu bunyi
saja dalam masing-masing kata itu, yaitu /l/ dan /r/ maka kedua fonem itu dalam
bahasa Indonesia berbeda secara fungsional dalam arti tadi dengan kata lain fonem
/l/ dan /r/ merupakan fonem-fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia. Dalam
bahasa Jepang memang ada bunyi /l/ dan /r/ akan tetapi tidak ada pasangan

1
minimal dimana perbedaan minimal itu terdapat maka dari itu /l/ dan /r/ dalam
bahasa Jepang merupakan fonem-fonem yang berbeda.
Catatan: bahwa pasangan minimal ialah seperangkat kata yang sama kecuali
dalam hal satu bunyi saja.

2. Penafsiran Ekafonem dan Penafsiran Dwifonem


Sya-rat= KV
Pra-ja= KKV
Ker-bau=KV
Ba-u=KV-V

Adakalanya dalam menggolongkan bunyi tertentu yang kita analisis secara


fonetis ke dalam fonem tertentu, dapat kita hadapi kesulitan khusus misalnya
apakah harus kita tafsirkan bunyi (dengan) bridge pada kata Inggris bridge
sebagai satu fonem (afrikat) atau dua fonem (masing-masing letupan dan frikatif).
Kedua macam penafsiran dalam fonologi masing-masing disebut penafsiran
ekafonem (monophonematic interpretation) dan penafsiran dwifonem
(biphonematic interpretation). Jika kita andaikan bunyi /d/ harus ditafsirkan
sebagai satu fonem. Sebaliknya bila penafsiran ekafonem diberikan kepada /dj/
ada lagi dengan /tf/ menarik perhatian. Dalam hal /tf/ dwifonemlah yang paling
tepat karena beban fungsionalnya dari oposisi /t/, /i/ tinggi sekali Y share / tear =
ship / tip = fish / fit / f/ tersendiri juga amat sering kita jumpai. Bila /tf/ harus
ditafsirkan sebagai dua fonem.

3. Dengan Memperhatikan Variasi Alofonemis


Alofon adalah wujud sama seperti variasi bunyi.
Contoh bunyi /i/ punya variasi /i/ dan /I/
Alofon = variasi fonem.

Fonem merupakan suatu wujud yang agak abstrak karena secara konkrit
kita selalu mengucapkan salah satu anggota dari fonem yang bersangkutan.
Kedua kemungkinan tadi tidak menghabiskan semua variasi diantara anggota
tadi, missal pada kata butter bunyi /t/ itu diucapkan dengan letupan samping. Lain
lagi bunyi /t/ sesudah bunyi /b/. Alofon adalah salah satu wujud konkrit
mengucapkan sesuatu fonem bahwa diantara alofon-alofon dari satu fonem kita
tidak bisa mengucapkan salah satu semau-maunya. Yang mana diantara alofon
yang harus dipakai tergantung dari bunyi apa yang berdekatan pada fonem. Jadi
alofon yang mana dipilih ditentukan oleh lingkungan (environment) alofon
tersebut. Variasi alofonemis termasuk fonologi karena menyangkut kemungkinan
konkrit terwujudnya pengucapan dari sesuatu fonem.

Ada lima dalil atau lima prinsip yang dapat diterapkan dalam penentuan fonem-
fonem suatu bahasa. Kelima prinsip itu berbunyi sebagai berikut :

2
1. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berada dalam pasangan
minimal merupakan fonem-fonem.
2. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berdistribusi
komplementer merupakan sebuah fonem.
3. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila bervariasi bebas,
merupakan sebuah fonem.
4. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, yang berada dalam pasangan
mirip merupakan sebuah fonem sendiri-sendiri.
5. Setiap bunyi bahasa yang berdistribusi lengkap merupakan sebuah fonem.

Di antara kelima dalil diatas, hanya tiga buah dalil yang merupakan dalil yang
kuat, yaitu dalil (1), (2), dan (3). Dalil (4) dan (5) merupakan dalil yang lemah. Ada
sejumlah pengertian yang harus dipahami didalam dalil-dalil atau didalam prinsip-
prinsip diatas. Pengertian-pengertian yang penulis maksudkan , yaitu:

a. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip


Dasar yang dipakai untuk menentukan apakah bunyi-bunyi itu mirip secara
fonetis ataukah tidak. Bunyi-bunyi yang dapat dikatakan mirip secara fonetis
adalah sebagai berikut :
(a) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [p] dan
[b].
(b) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berdekatan.
Misalnya, bunyi [b] dan [d].
(c) bunyi-bunyi yang lafalnya jauh berbeda dan seartikulasi. Misalnya, bunyi
[b] dan [m].
(d) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berjauhan.
Misalnya, bunyi [m] dan [n].
b. Pasangan Minimal
Pasangan minimal merupakan pasangan dua kata dasar yang artinya berbeda,
jumlah dan urutan bunyinya sama, dan didalamnya hanya berbeda satu bunyi.
Dari sebuah pasangan minimal hanya dapat diperoleh dua fonem. Misalnya, gali
[gali] kali [kali] adalah pasangan minimal dan dari pasangan minimal ini
diperoleh dua fonem, yaitu /g/ dan /k/.

c. Distribusi Komplementer
Bilamana dua bunyi dikatakan berada dalam distribusi yang komplementer atau
yang mempunyai distribusi yang komplementer? Untuk dapat mengetahui hal ini,
perlu dilihat tempat kedua bunyi tersebut berada. Tempatnya dapat ditentukan
dengan melihat jenis bunyi yang mengapitnya atau dapat juga ditentukan dengan
melihat jenis suku tempatnya berada. Selanjutnya, yang perlu diperhatikan ialah
bahwa kedua bunyi tidak pernah saling tukar tempat. Artinya, kalau bunyi yang
satu selalu diapit oleh bunyi desis, maka bunyi yang satunya lagi selalu diapit

3
oleh bunyi yang bukan desis. Apabila dua bunyi telah dapat dibuktikan tempatnya
seperti ini, maka berarti kedua bunyi itu berada dalam distribusi komplementer
atau keduanya berdistribusi komplementer. Demikian pula, kalau ada dua bunyi
yang satu selalu ditemukan pada suku terbuka yang satunya lagi selalu ditemukan
pada suku tertutup, maka berarti kedua bunyi itu berada dalam distribusi yang
komplementer.

B. Jenis-jenis Fonem

Jenis-jenis Fonem Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem,
yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, , dan o), (b) fonem diftong 3
buah, dan (c) fonem konsonan 23 buah (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, , s, h, r, l,w, dan
z).

1. Fonem Vokal
Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut:
1. Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi).
2. Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan
bunyi.
3. Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung kaki
gigi).

Vokal yang dihasilkan dengan menggerakkan bagian depan dan belakang lidah ke
arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara tengah lidah dan
langit-langit, misalnya vokal [e]. Vokal belakang dihasilkan dengan
menggerakkan bagian belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk
ruang resonansi antara bagian belakang lidah dan langit-langit, misalnya vokal
[o]. Vokal sedang tengah adalah vokal yang diucapkan dengan agak menaikkan
bagian tengah lidah ke arah langit-langit, misalnya Vokal / /Vokal rendah adalah
vokal yang diucapkan dengan posisi lidah mendatar, misalnya vokal /a/. Menurut
bundar tidaknya bentuk bibir, vokal dibedakan atas: Vokal bundar: /a/, /o/, dan
/u/; Vokal tak bundar: /e/, //, dan /i/. Menurut renggang tidaknya ruang antara
lidah dengan langit-langit, vocal dibedakan atas: Vokal sempit: //, /i/, dan /u/;
Vokal lapang: /a/, /e/, /o/.Jadi /a/ misalnya, adalah vokal tengah, rendah, bundar,
dan lapang.

2. Fonem Diftong
Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan sebagai
vokal yang berubah kualitasnya. Dalam sistem tulisan, diftong dilambangkan oleh
dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada
kata pulau adalah diftong, sehingga pada suku kata lau tidak dapat dipisahkan
menjadi la-u seperti pada kata mau. Contoh lainya /aw/, /qy/, /oy/.

3. Fonem Konsonan

4
Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan-
hambatan pada daerah artikulasi tertentu. Penyentuhan atau pendekatan berbagai
alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit). Cara alat ucap tersebut
bersentuhan/berdekatan. Fonem konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga
kriteria: posisi Berdasarkan posisipita suara, tempat arti kulasi, dan cara arti
kulasi. pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam, yakni bunyi
bersuara dan bunyi tak bersuara. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya
terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk
bunyi bersuara antara lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, //, /j/, /z/, /r/, /w/ dan /y/.
Tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada
getaran pada pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara, antara lain /k/, /p/,
/t/, /f/, /s/, dan /h/.

Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat macam konsonan, yakni


bilabial, labiodental, laminoalveolar, Konsonan dorsovelar. Namun dari empat macam
konsonan tersebut, tidak menutup kemungkinan dengan adanya macam-macam
konsonan lainya, berikut penjelasannya:

1. Konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara merapatkan


kedua belah bibir, misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/.
2. Konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara merapatkan gigi
bawah dan bibir atas, misalnya /f/.
3. Konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan
ujung lidah ke gusi, misalnya /t/ dan /d/.
4. Konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan
pangkal lidah ke langit-langit lunak, misalnya /k/ dan Menurut cara/g/.
pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan sebagai berikut:
Konsonan letupan (eksplosif) yakni bunyi yang dihasilkan dengan
menghambat udara sama sekali ditempat artikulasi lalu dilepaskan, seperti [b],
[p], [t], [d], [k], [g], dan lain-lain.
5. Konsonan nasal (sengau) adalah bunyi yang dihasilkan dengan menutup alur
udara keluar melalui rongga mulut tetapi dikeluarkan melalui rongga hidung
seperti fonem [n, m, , ]; Konsonan lateral yakni bunyi yang dihasilkan
dengan menghambat udara sehingga keluar melalui kedua sisi lidah seperi [l];
6. Konsonan frikatif yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara
pada titik artikulasi lalu dilepaskan secara frikatif misanya [f], [s]; Konsonan
afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara yang keluar dari
paru-paru secara frikatif, misalnya [c] dan [z];

5
7. Konsonan getar yakni bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan lidah
pada lengkung kaki gigi kemudian dilepaskan secepatnya dan diartikulasikan
lagi seprti [r] pada jarang.
2. ALOFON

Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata. Alofon adalah
bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Pendistribusian alofon terbagi menjadi dua
yakni bersifat komplementer dan bersifat bebas. Yang disebut bersifat komplementer adalah
distribusi saling melengkapi distribusi yang tidak dapat dipisahkan meskipun dipisahkan juga
tidak akan menimbulkan perubahan makna. Contoh: fonem /p/ pada bahasa Inggris
mempunyai alofon-alofon: [p], [p], dan [p]. Atau dalam bahasa Indonesia kita jumpai
vokal [i] pada kata [ini]; [titi]; dan [isi]
vokal [I] pada kata [bnIh]; [batik]; dan [tasIk]
Vokal [i] dan vokal [I] distribusinya tidak sama: vokal [i] berdistribusi pada silabel terbuka
atau silabel tidak berkoda; sedangkan vokal [I] berdistribusi pada silabel tertutup atau silabel
berkoda.
Vokal [i] dan vokal [I] memiliki distribusi komplementer, berdistribusi yang saling
melengkapi.
Yang dimaksud bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-alofon itu dapat digunakan
tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Contoh: bunyi [o] dan [ ] adalah alofon dari
fonem /o/, maka pada kata obat dapat dilafalkan [obat] dan bisa juga [ bat]. Kalau
diperhatkan bahwa alofon merupakan realisasi dari fonem maka dapat dikatakan bahwa
fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah abstraksi dari alofon atau alofon-alofon
lain. Dengan kata lain yang nyata dalam bahasa adalah alofon.

a) Faktor yang mempengaruhi terjadinya alofon


Variasi Fonem terjadi karena faktor sebagai berikut:

1. Variasi fonem terjadi karena posisi atau letak suatu fonem dalam suatu kata atau suku
kata yang merupakan lingkungannya.

2. Variasi fonem disebut juga variasi alofonis, yaitu alofon atau realisasi fonem dalam
suatu lingkungan.

3. Variasi bebas adalah variasi fonem, yang tidak mengubah makna pada suatu
lingkungan tertentu.

4. Variasi bebas dapat terjadi karena ketidaksengajaan.

b) Macam-macam Alofon
i. Alofon vokal
Alofon fonem /a/, yaitu
[a] jika terdapat pada semua posisi suku kata.

6
[aku]/aku, [sabtu]/sabtu/
Alofon fonem /i/, yaitu
[i] jika terdapat pada suku kata terbuka. Misalnya, [bibi] /bibi/
[I] jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [karIb] /karib/
[Iy] palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou]. [kiyos] /kios/
[] nasalisasi jika diikuti oleh nasal. [ndah] /indah/
Alofon fonem /u/, yaitu
[u] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka.
[aku]/aku/, [buka]/buka/
[U] jika terdapat pada suku kata tertutup.
[ampUn]/ampun/, [kumpul]/kumpul/
[uw] labialisasi jika diikuti oleh[I,e,a], [buwih]/buih/, [kuwe]/kue/
Alofon fonem //, yaitu
[e] jika terdapat pada suku kata terbuka dan tidak diikuti oleh suku kata yang
mengandung alofon []. Misalnya, [sore] /sore/
[] jika terdapat pada tempat-tempat lain. Misalnya, [psta]/pesta/
[] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka. [pta]/peta/
[] jika terdapat pada posisi suku kata tertutup. [sentr]/senter/
Alofon fonem /o/, yaitu
[o] jika terdapat pada suku kata akhir terbuka. [soto]/soto/
[] jika terdapat pada posisi lain. [jebls]/jeblos/

ii. Alofon konsonan


Fonem /c/
[c] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[cari]/cari/, [cacing]/cacing/
Fonem /f/
[j] jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vocal.
[fakir]/fakir/, [fitri]/fitri/
Fonem /g/
[g] bunyi lepas jika diikuti glottal.
[gagah]/gagah/, [gula]/gula/
[k>] bunyi hambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di akhir kata.
[beduk>]/bedug/,[gudek>]/gudeg/

7
Fonem /h/
[h] bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata.
[hasil]/hasil, [hujan]/hujan/
[H] jika berada di tengah kata
[taHu]/tahu/, [laHan]/lahan/
Fonem /j/
[j] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[juga]/juga/, [jadi]/jadi/
Fonem /k/
[k] bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata.
[kala]/kala/, [kelam]/kelam/
[k>] bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti konsonan lain.
[pak>sa]/paksa/, [sik>sa]/siksa/
[?] bunyi hambat glottal jika terdapat pada akhir kata.
[tida?]/tidak/, [ana?]/anak/
Fonem /l/
[l] berada di awal dan akhir suku kata.
[lama]/lama/, [palsu]/palsu/
Fonem /m/
[m] berada di awal dan akhir suku kata
[masuk]/masuk/, [makan]/makan/
Fonem /n/
[n] berada di awal dan akhir suku kata.
[nakal]/nakal/, [nasib]/nasib/
[] berada di awal suku kata
[baak]/banyak/, [bui]/bunyi/
Fonem //
[] berada di awal dan akhir suku kata.
[arai]/ngarai/, [pakal]/pangkal/
Fonem /p/
[p] bunyi konsonan hambat-bilabial-tak bersuara
[piker]/piker/, [hapal]/h
Fonem /p/
[p] bunyi lepas jika diikuti vokal.

8
[pipi]/pipi/, [sapi]/sapi/
[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[atap>]/atap/, [balap>]/balap/
[b] bunyi lepas jika diikuti oleh vocal.
[babi]/babi/, [babu]/babu/
[p>] bunyi taklepas jika terdapat pada suku kata tertutup, namun berubah lagi
menjadi [b] jika diikuti lagi vokal.
[adap>]/adab/, [jawap>]/jawab/
apal/
Fonem /r/
[r] berada di awal dan akhir suku kata, kadang-kadang bervariasi dengan bunyi
getar uvular [R].
[raja] atau [Raja]/raja/, [karya] atau [kaRya]/karya/
Fonem //
[] umumnya terdapat di awal dan akhir kata
[arat]/syarat/, [ara]/arasy/
Fonem /t/
[t] bunyi lepas jika diikutu oleh vokal.
[tanam]/tanam/, [tusuk]/tusuk/
[t>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[lompat>]/lompat/,[sakit>]/sakit/
[d] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[duta]/duta/, [dadu]/dadu/
[t>] bunyi hambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat pada suku kata
tertutup atau pada akhir kata.
[abat>]/abad/,[murtat>]/murtad/
Fonem /w/
[w] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada
akhir suku kata.
[waktu]/waktu/, [wujud]/wujud/
Fonem /x/
[x] berada di awal dan akhir suku kata.
[xas]/khas/, [xusus]/khusus/
Fonem /y/

9
[y] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada
akhir suku kata.
[santay]/santai/, [ramai]/ramai/
Fonem /z/
[z] [zat]/zat/, [izin]-/izin/

3. GRAFEM

Grafem adalah system pelambangan bunyi alih-alih disebut system ejaan,pada


dasarnya grafem adalah huruf. Grafem ada dua macam,yaitu grafem yang mengikuti system
fonetis dan grafem yang mengikuti system fonemis.Grafem yang mengikuti system fonetis
lebih popular disebut ejaan fonetis ini melambangkan bunyi-bunyi yang diucapkan penutur
dalam bentuk huruf. Oleh karena itu,jumlah bunyi yang dilambangkan relative lebih banyak
dari jumlah huruf yang terdapat dalam alphabet.Sementara itu,grafem yang mengikuti system
fonemis lebih popular disebut ejaan fonemis ini melambangkan fonem-fonem bahasa tertentu
dalam bentuk huruf.Jadi,pelambangan disesuaikan dengan bunyi-bunyi yang membedakan
makna.
Sistem penulisan Bahasa Indonesia mengikuti ejaan fonemis,walaupun tidak
sepenuhnya.Sebab kalaubenar-benar megikuti ejaan fonemis,semestinya setiap satu fonem
dilambangkan satu huruf.Kenyataannya tidaklah demikian,ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan masih dijumpai minimal dua masalah terkait dengan pengembangan fonem
yaitu : (1) satu fonem dilambangkan dua huruf dan (2) dua fonem dilambangkan satu huruf.
Contohnya Kata t-a-n-g-g-a-l grafemnya hanya enam yaitu <t>,<a>,<ng>,<g>,<a>,<l>
kemudian kata t-a-n-g-g-a grafemnya ada lima yaitu <t>,<a>,<ng>,<g>,<a>.

10

Anda mungkin juga menyukai