Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu
gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di
rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah
selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan
menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit
telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah
72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan
dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk
dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi
berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus
karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara,
air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non medis

Sesuai dengan kebijakan yang dikembangkan pada 1970, semua pasien yang diketahui
terinfeksi penyakit menular melalui tes wajib diisolasi. Kebijakan ini menentukan tujuh kategori
isolasi berdasarkan sifat infeksinya (daya menular, ganas, dll.). Kewaspadaan khusus (sarung
tangan dsb.) dengan tingkat yang ditentukan oleh kategori hanya dipakai untuk pasien ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun akan membahas mengenai Teknik
Perawatan Klien di Ruang Isolasi.

1.2. Tujuan
1. Tujuan
Untuk mengetahui perawatan klien pada ruang isolasi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari isolasi
b. Untuk mengetahui manajemen pada klien kamar isolasi
c. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatkan di kamar isolasi
d. Untuk mengetahui teknik pelaksanaan kamar isolasi

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Isolasi

Isolasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengurangi atau mencegah suatu penyebaran
infeksi yang diakibatkan oleh oleh mikroorganime tertentu.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu
gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat
di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah
selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan
gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi
endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan
berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara
infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit
dan dari satu pasien ke pasien lainnya.

2.2. Penyakit yang disebabkan oleh Infeksi

1. Infeksisalurankemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80% infeksinya
dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat
menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Organisme yang biasa
menginfeksi biasanya E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus. Infeksi yang
terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang
terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena mikroorganisme eksogen.
Sangat sulit untuk dapat mencegah penyebaran mikroorganisme sepanjang uretra yang melekat
dengan permukaan dari kateter. Kebanyakan pasien akan terinfeksi setelah 1-2 minggu
pemasangan kateter. Penyebab paling utama adalah kontaminasi tangan atau sarung tangan
ketika pemasangan kateter, atau air yang digunakan untuk membesarkan balon kateter. Dapat
juga karena sterilisasi yang gagal dan teknik septik dan aseptik.

2. Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan ventilator, tindakan
trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Kuman penyebab infeksi ini
tersering berasal dari gram negatif seperti Klebsiella,dan Pseudomonas. Organisme ini sering
berada di mulut, hidung, kerongkongan, dan perut. Keberadaan organisme ini dapat
menyebabkan infeksi karena adanya aspirasi oleh organisme ke traktus
respiratoriusbagianbawah.Dari kelompok virus dapat disebabkan olehcytomegalovirus,

2
influenza virus, adeno virus,parainfluenzavirus,enterovirusdancoronavirus.

Faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah :


a. Tipe dan jenis pernapasan
b. Perokok berat
c. Tidak sterilnya alat-alat bantu
d. Obesitas
e. Kualitas perawatan
f. Penyakit jantung kronis
g. Penyakit paru kronis
h. Beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ
i. Tingkat penggunaan antibiotika
j. Penggunaan ventilator dan intubasi
k. Penurunan kesadaran pasien

2.3. Pencegahan terjadinya Infeksi

Pencegahan dari infeksi diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang
termasuk:
Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan
penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup,
dan vaksinasi.
Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.
Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya
a. Dekontaminasi tanganTransmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga
hiegene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena
banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan, sedikitnya
pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan yang lama. Selain itu,
penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan bila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan
pada pasien dengan penyakit-penyakit infeksi. Hal yang perlu diingat adalah: Memakai sarung
tangan ketika akan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin,
membran mukosa dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi, dan segera mencuci tangan
setelah melepas sarung tangan.
b. Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit Simonsen et al (1999) menyimpulkan bahwa
lebih dari 50% suntikan yang dilakukan di negara berkembang tidaklah aman (contohnya jarum,
tabung atau keduanya yang dipakai berulang-ulang) dan banyaknya suntikan yang tidak penting
(misalnya penyuntikan antibiotika).7 Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik
diperlukan:
Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan
Pergunakan jarum steril
Penggunaan alat suntik yang disposabel.

3
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Begitupun
dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus menggunakan masker
saat keluar dari kamar penderita.
Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan tubuh,
feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap pasiennya. Setelah
membalut luka atau terkena benda yang kotor, sanrung tangan harus segera diganti.
Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan
suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.
c. Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat
bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90
persen dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk
membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis
yang telah dipakai berkali-kali.
Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien.
Disinfeksi yang dipakai adalah:
Mempunyai kriteria membunuh kuman
Mempunyai efek sebagai detergen
Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein.
Tidak sulit digunakan
Tidak mudah menguap
Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas
maupun pasien
Efektif
tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
d. Perbaiki ketahanan tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang
secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan
tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad
renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia
e. Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu pemisahan
pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui
udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang
melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah
eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi.
Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga
sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar.
Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar
biasa dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa
selama mereka menderita penyakit yang sama.

2.4. Penempatan Ruang Isolasi

4
Pada umumnya ruang isolasi digunakan oleh pihak rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu
tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di
tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit
selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang
berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat
hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan dan benda-
benda medis maupun non medis. Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak
kerugian, antara lain :
1. lama hari perawatan bertambah panjang
2. penderitaan bertambah
3. biaya meningkat

2.5. Manajemen Tahap Pertama dan Lanjut pada Pasien

1. SEBELUM MEMBAWA/TRANSFER PASIEN


- Pakaikan masker medis/bedah pada pasien jika ada dan yang dapat ditolerir pasien
2. SEBELUM KONTAK PADA SETIAP PASIEN
- Gunakan masker medis/bedah
- Mencuci tangan
- Gunakan pelindung mata, jubah dan sarung tangan bila ada resiko terkena cipratan lendir dari
pasien.
- Cucilah dan sterilkan tubuh/peralatan diantara pasien.
- Gantilah sarung tangan (jika bisa) dan cucilah tangan pasien.
3. JIKA MENGGUNAKAN AEROSOL-BUATLAH PROSDEDUR (misal intubation,
bronchoscopy, CPR, suction)
- Hanya staf tertentu yang boleh keluar masuk ruangan
- Gunakan jubah medis
- Gunakan pelindung mata, lalu kenakan sarung tangan
- Lakukan prosedur terencana dalam ruangan berventilasi yang memenuhi syarat.
4. SEBELUM MEMBAWA PASIEN KE AREA KHUSUS (ruang karantina atau sejenisnya)
- Batasi akses keluar-masuk dan perhatikan rambu-rambu kendali infeksi
- Sediakan perlengkapan khusus pasien jika ada
- Pastikan jarak kurang dari 1 meter (3.3 kaki) antara pasien dan area pengunjung.
- Pastikan dipatuhinya tata-tertib setempat dalam penggantian linen dan kebersihan ruangan.
5. SEBELUM MEMASUKI AREA KHUSUS (ruang karantina atau sejenisnya)
- Gunakan masker medis/bedah
- Mencuci tangan
6. SEBELUM MENINGGALKAN AREA KHUSUS (ruang karantina atau sejenisnya)
- Lepaskan peralatan pelindung personal (sarung tangan, jubah, masker, dan pelindung mata)
- Buanglah barang-barang yang memang harus dibuang sesuai dengan peraturan setempat
- Mencuci tangan
- Mencuci dan mensterilkan peralatan untuk pasien dan perlengkapan pribadi pasien yang
dikenakan pasien.
- Buanglah sampah yang terkontaminasi virus sesuai peraturan tentang sampah klinis.

5
7 SEBELUM MENINGGALKAN PASIEN SUSPECT ATAU POSITIF
- Beritahukan instruksi dan materi untuk pasien/petugas terkait mengenai pernapasan
higienis/etika batuk atau bersin
- Beritahukan peraturan di ruang karantina, kendali infeksi dan pembatasan kontak sosial
- Catat alamat dan nomor telepon pasien.
8. SETELAH MENINGGALKAN PASIEN
- Buanglah atau bersihkan peralatan khusus untuk pasien sesuai peraturan setempat
- Gantilah dan cucilah linen tanpa mengucek
- Bersihkan ruangan sesuai peraturan setempat
- Buanglah sampah yang terkontaminasi virus sesuai aturan tentang sampah klinis

2.6. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Ruang Isolasi

Sedapat mungkin diciptakan untuk memfasilitasi kewaspadaan standar.


Cuci tangan saat tangan tampak kotor, alkohol hand rub perlu disediakan ditempat yang mudah
diraih. Wastafel perlu diadakan 1 buah tiap 6 tempat tidur pasien, sedang ruang high care 1
wastafel tiap 1 tempat tidur.
Jarak antar tempat tidur diupayakan cukup agar perawat tidak menyentuh 2 tempat tidur dalam
waktu yang sama, Ideal 2,5m. Penurunan jarak menjadi 1,9m menyebabkan peningkatan transfer
MRSA 3,15 kali, gaun dapat membantu, terutama pada penempatan pasien yang padat.

1. Pencegahan transmisi melalui udara/airborne


Ruang dengan kamar mandi terpisah menurunkan transmisi. Perawatan ruang dengan tekanan
negatif atau positif sulit dan tidak menunjukkan efektif untuk pencegahan transmisi TBC dibanding
kamar isolasi dengan pintu tertutup. Ruang terpisah dengan anteroom yang berventilasi
menurunkan udara untuk bergerak antara ruang pasien dan koridor. Perawatannya lebih mudah
tetapi nilai bangunan lebih mahal. Dapat digunakan kohorting isolasi yaitu menempatkan beberapa
pasien dengan diagnosis sama didalam 1 ruangan.
Sangat sulit mencegah transmisi airborne dalam ruangan dengan ventilasi turbulen (aerosol yang
larut) karena banyak partikel yang dilepaskan pasien TB saat batuk atau bersin.

2. Penempatan pasien
Penempatan pasien seharusnya sesuai temuan klinis sambil menunggu hasil kultur laboratorium.
Pertimbangan pada saat penempatan pasien :

Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas terhadap lingkungan, misal: luka lebar
dengan cairan keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol.
Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui udara ke kontak, misal:
luka dengan infeksi kuman gram positif.
Kamar terpisah dengan ventilasi dibuang keluar, misal: TBC.
Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne luas, misal: varicella
Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan (anak,gangguan mental).
Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat kohorting.Bila pasien terinfeksi dicampur
dengan non infeksi maka pasien,petugas dan pengunjung menjaga kewaspadaan untuk
mencegah transmisi infeksi .

6
Penggunaan kamar terpisah untuk mencegah penjalaran infeksi bukan satu-satunya
penyelesaian. Barrier nursing bila dijalankan maka transmisi akan berhenti. Penelitian di ICU
dengan 6 tempat tidur selama 3 tahun pada 56 pasien masuk tidak terdiagnosis MRSA dapat
menyebabkan 80 orang terinfeksi.

2.7. Prosedur Teknik Isolasi

1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan yang terpenting,dirancang untuk untuk diterapkan dalam perawatan seluruh pasien
dalam RS,baik terdiagnosis infeksi ,diduga terinfeksi atau kolonisasi.Diciptakan untuk mencegah
transmisi silang sebelum diagnosis ditegakkan atau hasil pemeriksaan laboratorium belum ada.
Strategi utama untuk PPI ,menyatukan Universal Precautions dan Body Substance Isolation
adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan
terhadap semua pasien di semua fasilitas kesehatan.
Kewaspadaan standar dilaksanakan saat menghadapi :
a. Darah
b. Semua cairan tubuh,sekresi,ekskresi kecuali keringat,tampak mengandung darah atau tidak
c. Kulit yang tidak intak
d. Mukus membrane
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien. meliputi :
1. Kebersihan tangan
Hindari menyentuh permukaan disekitar pasien agar tangan terhindar kontaminasi patogen
dari dan ke permukaan.
Bila tangan tampak kotor,mengandung bahan berprotein,cairan tubuh,cuci tangan dengan
sabun biasa/antimikroba dengan air
Bila tangan tidak tampak kotor,atau setelah membuang kotoran dengan sabun
biasa+air,dekontaminasi dengan alkohol handrub
Sebelum kontak langsung dengan pasien
Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi ,kulit yg tidak utuh,ganti verband
Setelah kontak dengan kulit pasien yg utuh
Bila tangan beralih dari area tubuh terkontaminasi menuju area bersih
Segera setelah melepas sarung tangan.
Setelah kontak dengan benda mati (termasuk alat medik)di area pasien
Cuci tangan dengan sabun biasa dan air mengalir bila kontak dengan diduga spora,karena
alkohol,klorhexidin,iodofor aktifitasnya lemah terhadap spora
Jangan memakai kuku palsu,saat kontak langsung dengan pasien
Cegah kontaminasi saat melepas APD
Sebelum keluar ruangan pasien,melepas APD,membuang APD
2. Sarung tangan
Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang tidak utuh,kulit utuh yg potensial
terkontaminasi
Pakai sesuai ukuran tangan jenis tindakan
Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat pasien langsung
Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan lingkungan

7
Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh bahan terkontaminasi
dan permukaan lingkungan, sebelum beralih ke pasien lain
Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk pasien yang berbeda
Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke area
bersih
3. Masker, goggle, face shield
Pakailah untuk melindungi mukus membran mata, hidung, mulut selama melaksanakan
prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang berisiko terjadi cipratan/semprotan dari
darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi.
Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan
Masker bedah dapat dipakai secara umum untuk petugas RS untuk mencegah transmisi
melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat ( <3 m) dari pasien saat batuk /bersin.
Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pd pasien tidak diduga
infeksi ,
4. Gaun
Kenakan gaun ( bersih, tidak steril ) untuk melindungi kulit, mencegah baju menjadi
kotor,kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat pasien yang memungkinkan terjadinya
percikan/semprotan cairan tubuh pasien.
Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan dikerjakan dan perkiraan
jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi.
Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk mencegah transmisi mikroba ke pasien
lain ataupun ke lingkungan.
2. Kewaspadaan berdasar transmisi
Sebagai tambahan Kewaspadaan Standar, terutama setelah terdiagnosis jenis infeksinya
Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi:
1) Kontak.
2) Melalui droplet
3) Melalui udara (Airborne)
4) Melalui common vehicle ( makanan,air,obat,alat,peralatan)
5) Melalui vektor ( lalat,nyamuk,tikus)
Catatan: Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara.
2.8. Pendidikan Kesehatan untuk Klien dan Keluarga terhadap Penurunan Imunitas
1. Hindari orang terdekat.
Hindari hubungan dengan orang-orang yang sakit. Bila Anda sedang sakit, menjaga jarak
dari orang lain untuk melindungi mereka dari penyakit juga.
2. Tinggallah di rumah ketika Anda sakit.
Jika memungkinkan, tinggal di rumah dari pekerjaan, sekolah, dan errands bila Anda sakit.
Anda akan membantu mencegah orang lain dari penangkapan Anda sakit.
3. Lindungi mulut dan hidung.
Menutupi mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk atau bersin. Hal itu dapat mencegah
orang-orang di sekitar anda dari penyakit.
4. Bersihkan tangan Anda.
Mencuci tangan Anda sering akan membantu melindungi Anda dari kuman.
5. Hindari menyentuh mata, hidung atau mulut.
Kuman yang sering menyebar ketika seseorang menyentuh sesuatu yang ketularan dengan
kuman dan kemudian nya menyentuh mata, hidung, atau mulut.

8
6. Kebiasaan kesehatan yang baik.
Mendapatkan banyak tidur, akan aktif secara fisik, mengelola stres, minum banyak cairan,
dan makan makanan bergizi.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Isolasi dilakukan dalam rangka mencegah penyebaran infeksi yang lebih lanjut.
2. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui
udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS.
3. Isolasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengurangi atau mencegah suatu
penyebaran infeksi yang diakibatkan oleh oleh mikroorganime tertentu.
4. Kewaspadaan terhadap isolasi sangat diperlukan demi kebaikan semua pihak.

3.2. Saran

1. Penyebaran infeksi terutama dari udara dan air harus menjadi perhatian utama agar
infeksi tidak meluas.
2. Sebaiknya keluarga diberikan penkes agar sedini mengkin dapat mengenali jenis penyakit
yang sedang dihadapi.
3. Sebaiknya para tim kesehatan tidak lalai guna melakukan proteksi terhadap dirinya.

Anda mungkin juga menyukai